Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

ekonomi. Pada tahun 2011, Pengadilan Agama Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa sebanyak 216 dengan latar belakang kekerasan. Pada tahun 2012, Pengadilan Agama Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa terdapat 217 kasus dengan kekerasan sebagai faktor penyebab perceraian. Komitmen dapat muncul karena adanya kesetiaan, keinginan untuk hidup bersama, dan memberikan upaya terbaik pada pasangan Fehr dalam Baumgardner Marie, 2008. Selain itu, kriteria dalam pembentukan komitmen antara lain, keinginan untuk mengakhiri hubungan dalam waktu dekat, durasi hubungan yang telah dibina, durasi hubungan yang mereka inginkan, komitmen dalam hubungan mereka, daya pikat dari pasangan, dan tingkat kelekatan attachment dalam hubungan mereka Rusbult, 1980. Berdasarkan hasil penelitian pada LDR Long Distance Relationship dan GCR Geographically Close Relationship, didapatkan bahwa kelekatan berkontribusi pada komitmen dari seseorang yang menjalin hubungan GCR. Seseorang yang memiliki kelekatan aman pada hubungan GCR yang dijalin akan memiliki komitmen yang tinggi dalam hubungannya Pistole, Amber, Jonathan, 2010. Penelitian lain menyatakan bahwa seseorang dengan tipe kelekatan aman memiliki level komitmen yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang dengan tipe kelekatan tidak aman Nosko, Tieu, Lawford, Pratt, 2011. Kelekatan merupakan berbagai perilaku yang mengakibatkan seseorang mencapai atau mempertahankan orang untuk dekat dengan dirinya yang akan berbeda antara satu orang dengan yang lain Bowlby dalam Feeney Noller, 1996. Tipe kelekatan seseorang mempengaruhi relasi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang memiliki tipe kelekatan tidak aman dengan pengasuh utama mereka sejak kecil akan menemui berbagai kesulitan ketika membangun keintiman di masa depan Cassidy Shaver, 2008. Kelekatan yang pernah dialami seseorang akan menunjukkan perbedaan perilaku interpersonal seseorang misalnya mencari hubungan dekat atau menghindari hubungan intim, perbedaan sistem operasi dalam perilaku misalnya caregiving, seks, serta memberikan kontribusi terhadap kualitas interaksi sosial dalam suatu hubungan yang umum maupun hubungan yang dekat Mikulincer Philip, 2007. Karakteristik individu dan sifat yang muncul dari relasi individu ketika menjalin hubungan dekat menjadi sangat penting untuk dilihat. Individu yang memiliki sejarah hubungan yang negatif atau memiliki kelekatan yang tidak aman akan menghalangi kemampuannya dalam mengatasi suatu permasalahan yang mengancam, namun level komitmen dari diri sendiri dan pasangan dapat menghindari adanya hasil yang negatif dari suatu hubungan serta membatasi kecenderungan berperilaku negatif maupun destruktif Tran Simpson, 2009. Seseorang yang memiliki tipe kelekatan aman akan memiliki komitmen yang besar serta kepuasan dalam berelasi. Seseorang yang memiliki tipe kelekatan tidak aman memiliki komitmen, kepuasan, dan rasa percaya yang berkurang dari waktu ke waktu, sehingga mereka mengakhiri hubungan dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari empat bulan Adam Jones, 1999. Hubungan antara kedua pasangan akan mempengaruhi komitmen yang mereka miliki. Komitmen yang tinggi terjadi ketika pasangan memiliki kelekatan aman dalam kehidupan relasinya karena adanya emosi dan perilaku positif dalam relasi mereka. Komitmen yang rendah merupakan efek dari kelekatan tidak aman, baik anxious attachment maupun avoidant attachment. Bila seseorang memiliki tipe attachment anxious dan avoidant, maka mereka memiliki sedikit perilaku yang konstruktif. Bila seseorang memiliki avoidant attachment, maka mereka akan berperilaku dengan lebih destruktif lagi Tran Simpson, 2009. Seorang dewasa awal yang memiliki tipe kelekatan aman dengan orangtuanya pada masa kanak-kanak akan mencari hubungan emosional yang aman juga ketika menjalin relasi romantis Santrock, 2007. Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kaitan atau hubungan antara kelekatan tidak aman dengan komitmen pada wanita dewasa awal yang sedang berpacaran di Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kelekatan tidak aman dan komitmen pada wanita dewasa awal yang berpacaran?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kelekatan tidak aman dan komitmen pada wanita dewasa awal yang berpacaran.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi serta menambah pengetahuan dan informasi dalam disiplin ilmu Psikologi Klinis, khususnya terkait dengan konsep baru mengenai kelekatan tidak aman yang dapat mempengaruhi komitmen seseorang dalam menjalin relasi romantis.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi dan evaluasi untuk para dewasa awal, khususnya wanita agar dapat membantu mereka mengembangkan relasi yang sehat dan matang. Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada wanita dewasa awal mengenai kelekatan dengan pasangan, sehingga mereka dapat menciptakan komitmen yang baik pada hubungan yang dijalin. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Dewasa Awal

1. Pengertian Dewasa Awal

Dewasa berasal dari kata Latin adolescere yang berarti tumbuh atau untuk tumbuh matang Hurlock, 1953. Masa dewasa awal merupakan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa. Masa dewasa awal bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan berakhir pada usia tiga puluhan tahun. dengan kata lain, masa dewasa awal dimulai pada usia 18 hingga 22 tahun dan berakhir pada usia kira-kira 34 tahun Santrock, 2007.

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

a. Teori Psikososial Erikson Pada masa dewasa awal, seseorang dihadapkan pada tugas perkembangan keintiman dan keterkucilan dalam menjalin relasi dengan sesama. Pada masa ini, individu dihadapkan untuk menjalin relasi intim dengan orang lain Erikson dalam Santrock, 2007. Dewasa awal harus mengembangkan kapasitasnya untuk bersama dan peduli pada orang lain tanpa takut untuk kehilangan identitasnya Lemme, 1995. b. Kognitif K. Warner Schaie 1977 menyatakan bahwa seorang dewasa awal mengalami perubahan kognitif dari masa ke masa. Dewasa awal mengalami fase mencapai prestasi achieving stage yang merupakan fase yang melibatkan penerapan intelektual pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti dalam menentukan karier dan pengetahuan Santrock, 2007. c. Sosio Emosi Seseorang yang mengalami masa dewasa awal dihadapkan pada kenyataan bahwa dia harus mandiri secara ekonomi dan mandiri dalam pembuatan keputusan. Mandiri secara ekonomi ditunjukkan ketika orang tersebut mendapatkan pekerjaan tetap untuk mencukupi kebutuhannya. Mandiri dalam pembuatan keputusan mencakup karier, nilai-nilai, keluarga dan hubungan, serta gaya hidup Santrock, 2007. Seseorang dalam masa dewasa awal mengalami kejenuhan burnout dengan kegiatan yang mereka lakukan. Burnout ini banyak dialami oleh mahasiswa yang merupakan dewasa awal. Burnout merupakan suatu perasaan putus asa dan tidak berdaya yang diakibatkan stress berlarut-larut berkaitan dengan pekerjaan Santrock, 2007.

3. Ciri - ciri Perkembangan Dewasa Awal

Seseorang yang sedang mengalami masa perkembangan dewasa awal akan memiliki ciri-ciri sosio emosi Santrock, 2007 antara lain : a. Menjalin hubungan intim Keintiman merupakan perasaan emosional yang dimiliki terhadap pasangan mengenai kehangatan, kedekatan, dan berbagi dalam suatu hubungan romantis b. Pernikahan dan keluarga Seorang dewasa awal akan meninggalkan rumah dan menbangun suatu kehidupan keluarga yang baru melalui sebuah pernikahan. c. Mandiri. Kemandirian merupakan kemampuan untuk berpikir untuk dirinya sendiri dan melakukan segala sesuatu tanpa selalu harus mengikuti apa yang dikatakan atau dilakukan oleh orang lain. Mandiri meliputi mandiri secara ekonomi dan mandiri dalam pengambilan keputusan. Selain itu, Havighurst Hurlock, 1953, menyatakan ada beberapa ciri khas dalam masa perkembangan dewasa awal, antara lain : a. Memilih pasangan b. Belajar untuk hidup bersama pasangan dalam sebuah pernikahan c. Memulai keluarga d. Memulai sebuah pekerjaan e. Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan

4. Pacaran

Pacaran merupakan suatu bentuk hubungan intim atau dekat antara laki-laki dan perempuan Ardhianita Andayani, 2005. Selain itu, Papalian dan Olds dalam Nisa Sedjo, 2010 menyatakan bahwa pacaran merupakan proses membentuk dan membangun hubungan personal dengan lawan jenis. Hubungan ini biasanya dimulai pada masa perkembangan dewasa awal.

B. Komitmen

1. Pengertian Komitmen

Komitmen merupakan penilaian kognitif yang dilakukan individu atas hubungan yang telah mereka jalin dan niat individu untuk dapat mempertahankan hubungan bahkan ketika hubungannya sedang dalam suatu masalah Sternberg dalam Santrock, 2007. Selain itu, komitmen juga diartikan sebagai rasa saling memiliki ikatan psikologis dalam menjalin relasi antara satu orang dengan yang lain termasuk keinginan untuk mempertahankan relasi ketika relasi sedang dalam keadaan baik maupun ketika relasi itu sedang dalam keadaan buruk Lopez, 2008. Pengertian lain menyebutkan bahwa komitmen merupakan keinginan untuk tetap menjalin suatu hubungan, kelekatan attachment secara psikologis terhadap pasangan, dan orientasi jangka panjang dalam