LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

sekolah di luar kota atau di luar negeri. Hasil prosentase ini menujukkan bahwa semakin tahun hubungan jarak jauhLDR mengalami penurunan. Tidak selamanya hubungan jarak jauhLDR selalu berjalan dengan mulus seperti yang diharapkan. Menurut Cameron dan Ross dalam Mays, 2011, pasangan yang menjalin hubungan jarak jauhLDR berpotensi mengalami berbagai resiko interpersonal dalam hubungan mereka. Resiko interpersonal tersebut meliputi ketidak-puasan, ketidak-amanan, ketidak- percayaan, ketidak-stabilan, dan stress dalam suatu hubungan. Selain itu, Yudistriana dkk 2010 mengatakan situasi emosi antara individu yang menjalin hubungan jarak jauh sangat berbeda dengan individu yang menjalin hubungan jarak dekat. Pada individu yang menjalin hubungan jarak jauh, mereka sering dilanda rasa cemburu dan curiga terhadap pasangannya apabila tidak memberikan kabar dibandingkan dengan mereka yang menjalin hubungan jarak dekat yang memberi kabar. Hal inilah yang menyebabkan hubungan jarak jauh tidak dapat bertahan lama. Berbeda dengan hubungan jarak jauhLDR, hubungan jarak dekatface to face merupakan suatu hubungan yang memungkinkan pasangan dapat bertemu secara face to face hampir setiap hari karena dekat secara geografis Guldner dalam Skinner, 2005. Stafford dan Reske 1990 mengatakan bahwa pasangan yang terlibat dalam hubungan face to face memiliki keuntungan daripada pasangan LDR. Pasangan face to face dapat menjalin komunikasi dengan pasangannya secara langsung meskipun intensitas penggunaan alat komunikasinya sangat jarang. Ternyata pada hubungan ini terdapat suatu permasalah meskipun waktu bertemu mereka hampir setiap hari. Pistol et al. dalam Mays, 2011 menyatakan bahwa pasangan yang terlibat dalam hubungan jarak dekatface to face memiliki kemauan yang sedikit untuk menghabiskan waktu bersama pasangannya. Hal ini dikarenakan individu yang menjalin hubungan jarak dekat telah mengetahui bahwa mereka dapat bertemu dengan pasangannya sesering mungkin. Apabila ingin membandingkan antara hubungan jarak dekat dan jarak jauh, individu yang menjalin hubungan jarak jauh cenderung dihadapkan pada perasaan kecewa dan kesepian karena ketidak-hadiran pasangan di samping mereka Stafford, 2010. Selain itu, individu yang menjalin hubungan percintaan jarak jauh juga akan mengalami berbagai macam konflik dalam pemenuhan hubungan mereka dibandingkan dengan individu yang menjalin hubungan jarak dekat. Di samping itu karena keterpisahan jarak, komponen cinta dalam suatu hubungan mengalami perubahan. Ditinjau dari komponen intimacykeintimannya, pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh memiliki keintiman yang kurang dibanding dengan individu yang menjalin hubungan jarak dekat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Scott, Mottarella, dan Lavooy 2006 bahwa individu yang terlibat dalam hubungan romantis face to face memiliki keintiman yang lebih besar dibandingkan individu yang menjalin hubungan romantis virtual karena keintiman dapat berkembang melalui hubungan face to face. Kemudian menurut Yudistriana dkk 2010, jika melihat komponen passion, pemenuhan passiongairah pada hubungan jarak jauh juga kurang. Hal ini disebabkan karena pasangan saling berjauhan dan tidak memungkinkan untuk melakukan kontak secara fisik satu sama lain. Komponen selanjutnya yaitu komitmencommitment. Dalam hubungan cinta jarak jauhLDR, komitmen juga menimbulkan masalah. Pasangan menjadi sulit untuk berkomitmen terhadap hubungan mereka karena satu sama lain saling berjauhan dan tidak dapat mendiskusikan keputusan yang diambil secara bersama-sama. Berbeda dari penelitian Yudistriana dkk 2010, fakta mencengangkan tentang commitment dalam hubungan jarak jauh ditemukan oleh peneliti dalam penelitian Laura Stafford dan James Reske 1990. Ia menyatakan bahwa pasangan yang memiliki hubungan jarak jauhLDR ternyata mengalami kepuasan hubungan yang lebih besar dan lebih mampu mempertahankan komitmen mereka meskipun waktu untuk bertemu tatap muka lebih sedikit dan komunikasi yang dilakukan sangat jarang daripada pasangan yang memiliki hubungan jarak dekatface to face. Berbicara mengenai wanita dalam suatu hubungan, Schwebel et al. dalam Skinner 2005 mengatakan bahwa wanita yang berada dalam hubungan jarak jauh memiliki usaha yang lebih besar untuk mempertahankan hubungannya daripada laki-laki. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sacher dan Fine 1996, yang mengatakan bahwa wanita memiliki komitmen yang lebih tinggi daripada laki-laki. Mereka lebih mampu untuk mempertahankan hubungan mereka daripada laki-laki. Meskipun demikian, Maguire dan Kinney dalam Dansie, 2012 mengatakan bahwa ketika terlibat dalam hubungan jarak jauh, wanita mengalami distress yang tinggi karena terpisah dari pasangan untuk jangka waktu yang tak pasti. Berdasarkan semua latar belakang di atas, peneliti memiliki ketertarikan pada teori Sternberg 1997 mengenai cinta yang terdiri dari tiga komponen. Ketiga komponen tersebut menyempurnakan sekaligus menantang relasi orang- orang yang saling mencintai Sternberg, 1997. Selanjutnya, peneliti juga tertarik meneliti teori Sternberg 1997 dalam hubungannya dengan cinta jarak dekat dan jarak jauh yang terjadi di kalangan mahasiswa sebagai individu dewasa awal. Subjek dipilih mahasiwa karena mahasiswa termasuk dalam individu dewasa awal yang memiliki tugas perkembangan yaitu menjalin hubungan intim dengan individu lain. Selain itu, peneliti ingin mengetahui perbedaan antara cinta jarak jauh dan jarak dekat. Cinta jarak jauh di kalangan mahasiswa mempunyai jumlah yang signifikan sekalipun semakin tahun semakin menurun.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas dengan membatasi diri di antara para mahasiswi rumusan masalah adalah apakah ada perbedaan hubungan cinta jarak dekatface to face dan jarak jauhLDR dilihat menurut komponen cinta Sternberg 1997.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hubungan cinta jarak dekatface to face dan jarak jauhLDR berdasarkan komponen cinta Sternberg 1997.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi pada individu khusunya wanita yang menjalin hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh untuk terus meningkatkan hubungan cinta mereka berdasarkan komponen cinta Sternberg 1997.

2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan literatur di bidang psikologi sosial mengenai perbedaan antara hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh berdasarkan komponen cinta Sternberg 1997.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada landasan teori ini, penulis menguraikan penjelasan mengenai cinta, hubungan interpersonal, dan perbedaan hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh dilihat menurut komponen cinta Sternberg 1997.

A. CINTA

1. Definisi Cinta secara Umum

Sternberg 1997 mengatakan bahwa cinta dalam sejarah psikologi dibagi menjadi dua bidang ilmu yaitu bidang klinis dan sosial. Bidang klinis tokohnya Maslow dalam Kobayashi, 2008 dan Helen Fischer dalam Reber Beyers, 2000. Definisi cinta Maslow dalam Kobayashi, 2008 adalah suatu motivasi yang dihasilkan oleh dua manusia yang berbeda. Motivasi tersebut dapat menghasilkan dua gaya cinta yaitu D-love Deficiency love dan B-love Being love. Definisi cinta menurut Helen Fischer dalam Reber Beyers, 2000 adalah perasaan yang timbul karena kerja dari reaksi kimia dari hormon tertentu yang terdapat di dalam otak. Sedangkan di bidang sosialkepribadian tokohnya Lee dalam Sternberg, 1997, Davis Sternberg, 1986, dan Hasan dan Shaver dalam Dwyer, 2000. Definisi cinta Lee dalam Sternberg, 1997 adalah suatu hal yang bukan bersifat tunggal tapi suatu kesatuan yang diperlukan oleh setiap orang agar dapat memahami setiap “gaya” cinta yang ada pada setiap individu. Definisi cinta Davis Sternberg, 1986 adalah cinta berbeda 8