17
seksual tersebut adalah dari yang belum berpengalaman, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, saling meraba bagian tubuh di luar
pakaian, saling meraba bagian tubuh di dalam pakaian, saling menempelkan alat kelamin, dan berhubungan seksual.
Dalam penelitian ini, bentuk-bentuk perilaku seksual yang digunakan yaitu memegang tangan, memeluk, cium pipi, cium bibir,
cium leher, petting, oral genital, vaginal intercourse, dan anal intercourse. Alasan menggunakan bentuk- bentuk perilaku seksual di
atas karena penelitian ini mengukur perilaku seksual yang dilakukan dengan pasangan.
4. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Sikap Remaja terhadap Perilaku
Seksual
a. Pengalaman seksual sebelumnya Remaja yang memiliki pengalaman seksual cenderung
memiliki sikap permisif terhadap perilaku seksual dan penggunaan alat kontrasepsi dibanding dengan remaja yang tidak memiliki pengalaman
seksual Kabiru Orpinas, 2009. b. Sikap teman sebaya terhadap perilaku seksual
Remaja akan lebih memilih teman sebaya dibandingkan dengan orangtuanya. Remaja memiliki kebutuhan sosial dasar berupa
kebutuhan kelekatan, penerimaan sosial, keintiman, dan hubungan seksual dengan lawan jenis. Menurut Sullivan, teman sebaya
memainkan peranan penting dalam mencapai kebutuhan sosial remaja
18
dalam Santrock, 2007. Dibanding kelompok remaja laki-laki, kelompok remaja perempuan cenderung memiliki hubungan yang erat
satu sama lain Grave dkk., 2011. Hal ini mempengaruhi remaja dalam hal bersikap dan bertingkah laku. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Laflin, Wang, dan Barry 2008, menemukan bahwa remaja perempuan cenderung memiliki sikap yang sama dengan teman
sebayanya. Ketika teman sebaya memiliki sikap yang tidak mendukung perilaku seksual maka remaja perempuan cenderung untuk
memiliki sikap yang sama, dan begitu pula dengan sebaliknya. c. Budaya kolektivistik
Keluarga yang tinggal di kebudayaan kolektivistik cenderung menganut aliran konservatif yang menganggap bahwa perilaku seksual
sebelum menikah adalah hal yang tabu. Perilaku seksual sebelum menikah dianggap hal yang memalukan dan keluarga lebih
memperhatikan nama baik Kuota Tolma, 2008. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sridawruang, Crozier, dan Pfeil 2010,
menemukan adanya standar ganda pada keluarga yang tinggal di budaya kolektivistik. Keluarga memperlakukan remaja perempuan
dan remaja laki-laki secara berbeda. Standar ganda ini muncul akibat penilaian dari masyarakat terhadap anak perempuan dan anak laki- laki
ketika mereka telah melakukan perilaku seksual sebelum menikah dan terjadi resiko dari perilaku seksual seperti kehamilan yang tidak
diinginkan. Adanya standar ganda yang terjadi mempengaruhi remaja
19
dalam hal bersikap dan bertingkah laku. Remaja perempuan cenderung memiliki sikap yang kurang mendukung perilaku seksual. Sebaliknya,
remaja laki-laki cenderung memiliki sikap yang permisif atau mendukung perilaku seksual.
d. Expose terhadap pornografi Media massa sebagai penyampai informasi dan membawa
pesan-pesan yang berisi sugesti yang mampu mengarahkan pandangan remaja. Informasi mengenai sesuatu memberikan landasan kognitif
bagi terbentuknya sikap. Pesan sugestif yang cukup kuat yang dibawa oleh informasi akan memberi dasar afeksi dalam menilai sesuatu
sehingga terbentuk arah sikap tertentu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lou dkk 2012, remaja perempuan yang mendapatkan
informasi dari internet, film porno, dan majalah dewasa cenderung memiliki sikap permisif atau mendukung perilaku seksual sebelum
menikah. e. Sumber informasi seksual dan pengetahuan mengenai dampak dari
perilaku seksual Lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri seseorang yang sangat menentukan sistem kepercayaannya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Kirby dkk 2007, pendidikan seksualitas di sekolah dapat mengubah sikap seksual remaja. Hal itu didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Horng Lou dan Hwang Chen 2009
20
yang membuktikan bahwa melalui pengetahuan yang baik dan jelas mengenai seksualitas maka remaja perempuan akan cenderung
bersikap negatif atau tidak mendukung perilaku seksual. Selain itu, pengetahuan yang diperoleh remaja perempuan mengenai dampak dari
perilaku seksual dengan pasangannya cenderung menyebabkan remaja memiliki keyakinan bahwa dampak dari perilaku seksual dapat
mengambil kebebasan mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan remaja. Keyakinan remaja tersebut menumbuhkan motivasi dalam
mencari strategi untuk menjauhkan diri dari perilaku seksual agar terhindar dari dampak yang akan ditimbulkan dari perilaku seksual
tersebut. Hal tersebut dapat menyebabkan remaja perempuan memiliki sikap yang kurang mendukung terhadap perilaku seksual Goodson
dkk., 2006. Pemberian materi seksualitas yang berlandaskan agama
cenderung bersifat konservatif yang mampu mempengaruhi keyakinan remaja perempuan untuk tidak melakukan perilaku seksual hingga
menikah. Komitmen yang kuat untuk tidak melakukan perilaku seksual cenderung menyebabkan remaja perempuan untuk menghindari
perilaku seksual di luar pernikahan Bearman Bruckner, 2001. Selain itu, ajaran agama yang diperoleh dari sekolah dapat
mempengaruhi remaja perempuan dalam bersikap. Remaja perempuan yang taat pada ajaran agama cenderung memiliki sikap yang kurang
21
mendukung perilaku seksual dibanding dengan remaja perempuan yang tidak taat beragama Lefkowitz, Gillen, Shearer, Boone, 2004.
f. Pengaruh faktor emosional Remaja perempuan yang memiliki pengetahuan mengenai
dampak dari perilaku seksual sebelum menikah cenderung memiliki perasaan takut dan bersalah ketika akan melakukan perilaku seksual
dengan pasangannya Macleod, 2009. Hal ini mempengaruhi keyakinan remaja untuk tidak melakukan perilaku seksual hingga
menikah Long-Middleton dkk., 2012.
C. Pendidikan Seksualitas di Sekolah