Kemampuan Spasial KAJIAN PUSTAKA

e. Spatial Orientation Orientasi Keruangan Spatial orientation orientasi keruangan adalah kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi kedudukan relatif suatu obyek terhadap obyek-obyek disekitarnya. Misalkan kemampuan seseorang untuk membaca peta secara akurat, kemampuan seseorang untuk membaca denah secara akurat, dan sebagainya. Menurut Suwarsono 2001, kemampuan-kemampuan berpikir keruangan yang secara konsisten telah dijumpai di banyak penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan relasi keruangan spatial relations ability, yaitu kemampuan untuk memahami elemen-elemen bagian-bagian yang ada pada suatu stimulus visual dan memahami hubungan antara elemen yang satu dengan elemen yang lain. 2. Kemampuan visualisasi keruangan spatial visualization ability, yaitu kemampuan untuk membayangkan objek-objek situasi-situasi secara visual dan mengoperasikan memanipulasi bayangan- bayangan visual visual image di dalam kepala. Kemampuan ini juga memberikan gambaran tentang suatu bentuk bangun ruang jika dilakukan suatu perubahan atau perpindahan. 3. Kemampuan orientasi keruangan spatial orientation ability, yaitu kemampuan untuk memahami wujud atau keadaan dari benda-benda atau situasi-situasi yang disajikan dalam kedudukan yang berbeda- beda misalnya kemampuan untuk membayangkan wujud dari suatu benda bila dilihat dari sudut pandang yang lain atau kemampuan untuk membayangkan wujud suatu benda bila disajikan dengan kedudukan yang lain. Pada penelitian ini, peneliti hanya meneliti empat dari lima kemampuan spasial yakni visualisasi keruangan, orientasi keruangan, rotasi pikiran dan relasi keruangan. Peneliti tidak meneliti kemampuan persepsi keruangan sebab tidak adanya soal yang bersesuaian dan berkaitan dengan materi kedudukan titik, garis dan bidang dalam dimensi tiga. 3. Tes Kemampuan Spasial Intelegensi spasial dapat diukur dengan menggunakan tes. Tes kemampuan spasial menurut Philip Carter 2012 adalah tes yang terdiri dari beberapa jenis yaitu tes visual mencari satu yang tidak sesuai, tes matriks progreif, tes urutan spasial dan tes potongan. Tes ini mengungkap sesuatu yang berhubungan dengan benda-benda yang konkret melalui visualisasi. Hasil tes dapat mengungkapkan bagaimana baiknya seseorang dapat membayangkan atau membentuk gambar-gambar mental dari objek-objek padat hanya dengan melihat rencana-rencana di atas kertas yang rata, dan bagaimana baiknya seseorang berpikir dalam tiga dimensi Dewa ketut Sukardi, 2009. Tes ini akan mengungkap kemampuan seseorang untuk melihat, membayangkan bentuk-bentuk dan permukaan- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI permukaan suatu objek yang telah selesai sebelum dibangun. Kemampuan ini akan mempermudah menangani berbagai pekerjaan dalam matematika seperti geometri. 4. Pengaruh Kemampuan Spasial Terhadap Pembelajaran Geometri Salah satu komponen penting yang direkomendasikan oleh National Council of teacher of Mathematics Standards casey, 2001 dalam Zubaidah, 2013 adalah pengajaran konsep matematika yang mengembangkan pemahaman spasial. Pemahaman spasial mencakup kemampuan untuk berpikir melalui transformasi gambar mental. Cara berpikir spasial berbeda dengan tipe proses informasi alternatif yang menunjukan aktivitas berpikir deduktif-logis yang diakses melalui sistem verbal. Kedua strategi ini dapat diterapkan pada penyelesaian matematika, misalnya banyak soal matematika dapat diselesaikan dengan menggambar diagram penyelesaian solusi spasial atau dengan membuat algoritma tahap demi tahap penyelesaian logis-deduktif, verbal. Pada pembelajaran materi geometri sering kali menimbulkan kesulitan bagi siswa. Menurut Rif’an 2011 , setiap siswa harus memiliki kemampuan spasial untuk memecahkan soal-soal dalam dimensi tiga. Hal ini dikarenakan dalam materi dimensi tiga banyak soal-soal yang tidak diwujudkan dalam bentuk atau bangun yang sesungguhnya. Bentuk bangun ruang hanya divisualisasikan atau digambarkan dalam bentuk dimensi dua. Visualisasi dimensi tiga ke dalam bentuk dimensi dua inilah yang membutuhkan imajinasi dan abstraksi siswa sehingga hal ini sering membingungkan mereka. Kesulitan ini semakin bertambah ketika siswa dihadapkan pada soal- soal aplikasi pada dimensi tiga yang disajikan tanpa disertai dengan adanya gambar. Langkah pertama untuk menyelesaikan soal tersebut adalah siswa terlebih dahulu harus bisa membayangkan bagaimana bentuk bangun yang ditanyakan dalam soal tersebut dan bagaimana hubungan titik dengan titik, garis dengan garis, bidang dengan bidang, atau garis dengan bidang dalam gambar tersebut. Setelah siswa dapat memvisualisasikan bagaimana bentuk gambar yang sebenarnya dan mengetahui bagaimana letak hubungan antara titik, garis, dan bidang dalam gambar tersebut, siswa dapat menerapkannya ke dalam rumus. Namun, untuk dapat mengetahui bagaimana letak hubungan antara titik, garis, dan bidang dalam gambar tersebut siswa harus mempunyai kemampuan spasial yang baik Rif’an , 2011.

C. Gender

1. Pengertian Gender Feldman 2012 mendefinisikan gender sebagai persepsi mengenai menjadi pria atau wanita. Konsep jenis kelamin dan gender merupakan dua hal yang tidak sama. jenis kelamin biasanya merujuk pada anatomi seksual dan perilaku seksual sementara gender merujuk pada perasaan kepriaan atau kewanitaan terkait dengan keanggotaannya dalam lingkungan social tertentu. Surna dan Olga 2012 mengemukakan bahwa gender menunjuk pada perilaku dan bentuk aktivitas yang semestinya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan sesuai dengan tuntutan budaya, sekalipun tidak sesuai dengan karateristik yang melekat pada laki-laki atau perempuan. Pandangan dalam masyarakat tradisional mendekripsikan bahwa laki-laki didefinisikan sebagai kaum yang kuat, agresif, mencari nafkah, gesit, pantang menyerah sedangkan perempuan didefinisikan sebagai pribadi lemah lembut, penyayang, tunduk pada kaum laki-laki, memasak, merawat anak, dan sejenisnya. Menurut Feldman 2012 pria umumnya memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita meskipun perbedaan ini tidak besar. Harga diri wanita dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang keterkaitan dan koneksi mereka dengan orang lain sementara harga diri pria berasal dari penilaian mereka mengenai karateristik unik dan kemampuan yang mereka miliki untuk membantu mereka dalam membedakan diri mereka dengan orang lain. Secara umum wanita mengevaluasi diri mereka lebih keras dibandingkan dengan pria. Oleh karena itu, baik pria maupun wanita berbeda dalam seberapa positif mereka memandang kemampuan mereka sendiri dan bagaimana mereka memperkirakan kemungkinan keberhasilan mereka di masa depan. Feldman, 2012:55. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan gender merupakan persepsi mengenai pria dan wanita yang menentukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam pembagian peran dan tugas yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan ciri-ciri dan sifat-sifat yang dimiliki. 2. Gender dan Kemampuan Spasial Pada penelitian terhadap siswa kelas enam, Tartre Casey, 2001 dalam Zubaidah 2013 menemukan bahwa siswa dengan skor tinggi pada tes keterampilan verbal yang disertai dengan skor rendah pada tes visualisasi spasial menggunakan petunjuk verbal untuk menyelesaikan soal matematika, sedangkan siswa dengan pola kemampuan sebaliknya mengandalkan petunjuk gambar visual. Sub-kelompok anak perempuan verbal-tinggispasial-rendah memiliki skor matematika terendah dan merasa tertinggal sepanjang tahun. Kelompok ini merasa kesulitan mengubah informasi verbal menjadi bentuk gambar. Penelitian ini juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menemukan bukti perbedaan strategi yang digunakan anak laki-laki dan anak perempuan, bahkan untuk menyelesaikan soal spasial. Bukti ini menunjukkan bahwa anak laki-laki sebagai satu kelompok mengandalkan strategi spasial ketika menyelesaikan tugas rotasi-mental, sedangkan anak perempuan sebagai kelompok cenderung menggunakan strategi verbal untuk menyelesaikan tugas ini. Siswa yang memiliki fleksibilitas untuk mencoba strategi verbal atau spasial ketika menyelesaikan soal matematika mungkin memiliki keunggulan khusus, jika item-item tidak dapat diselesaikan dengan algoritma yang diingat. Selain itu, anak perempuan ditunjukkan memiliki pengalaman spasial diluar sekolah yang lebih rendah daripada anak laki-laki. Banyak anak perempuan tidak pernah menggali potensinya untuk berpikir secara spasial kecuali jika berpikir spasial diajarkan dalam kurikulum sekolah. Meskipun terdapat perbedaan yang menunjukkan keunggulan anak laki- laki pada keterampilan spasial, ada juga penelitian yang menunjukan sejumlah anak perempuan dengan potensi spasial tinggi. Temuan ini menunjukan bahwa faktor biologis terkait dengan berbagai faktor lingkungan yang mencakup pengalaman spasial dapat menjelaskan masing-masing perbedaan pada ketrampilan spasial ini. Oleh karena itu, penting rasanya memasukkan lebih banyak aktivitas spasial dalam kurikulum pembelajaran di sekolah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Eleanor Maccoby dan Carol Jacklin 1974 dalam Feldman 2012 melakukan studi pendahulu mengenai perbedaan jenis kelamin. Mereka menyimpulkan bahwa anak perempuan lebih baik dalam kemampuan verbal dibandingkan anak laki-laki serta anak laki-laki memiliki kemampuan kuantitatif dan spasial yang lebih baik dibanding perempuan. Krutetski 1976 dalam Zubaidah 2013 menjelaskan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam belajar matematika sebagai berikut: a. Laki-laki lebih unggul dalam penalaran, perempuan lebih unggul dalam ketepatan, ketelitian, kecermatan, dan keseksamaan belajar. b. Laki-laki memiliki kemampuan matematika dan mekanika yang lebih baik daripada perempuan, perbedaan ini tidak nyata pada tingkat sekolah dasar akan tetapi menjadi tampak lebih jelas pada tingkat yang lebih tinggi. Sementara Maccoby dan Jacklyn 1974 dalam Nafi’an 2011 mengatakan laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan kemampuan antara lain: 1 Perempuan mempunyai kemampuan verbal lebih tinggi daripada laki-laki. 2 Laki-laki lebih unggul dalam kemampuan visual spasial penglihatan keruangan dari pada perempuan. 3 Laki-laki lebih unggul dalam kemampuan matematika. Selain itu, Ormrod 2011 dalam Surna dan Olga 2012 menganalisis beberapa aspek perbedaan dan persamaan antara siswa laki-laki dan perempuan. Berdasarkan kemampuan matematika dan ilmu pengetahuan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI National Assessment of Education Progress 2005,2007 dalam Surna dan Olga 2012 mengemukakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam perolehan nilai matematika dan ilmu pengetahuan. Perbedaan yang ditemui hanya pada kemampuan khusus yaitu siswa laki- laki unggul dalam bidang visuo spatial dan juga dalam bidang ilmu pengetahuan. Namun, penelitian tentang persamaan dan perbedaan mengenai kemampuan dan keterampilan verbal atau berbahasa ujar antara laki-laki dan perempuan menunjukan bahwa kemampuan membaca dan menulis siswa perempuan lebih menonjol dari siswa laki-laki. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yeni 2012 menyebutkan bahwa untuk menyelesaikan soal-soal spasial yang diberikan kapada kelompok male dan kelompok female mempunyai perbedaan dalam proses menjawab soal. Untuk kelompok male mengandalkan strategi spasial ketika menyelesaikan tugas rotasi mental, sedangkan kelompok female cenderung menggunakan strategi verbal untuk menyelesaikan tugas ini. Pada tes berikutnya kelompok female menggunakan ketrampilan verbalnya untuk tes visualisasi spatial yaitu dengan menggunakan petunjuk verbal untuk menyelesaikan soal matematika, sedangkan kelompok male dengan kemampuan sebaliknya pada tes visualisasi spatial yang sama mengandalkan petunjuk gambar visual. Hasil akhirnya adalah kelompok female memiliki skor matematika terendah yang artinya bahwa kelompok ini mempunyai kemampuan verbal

Dokumen yang terkait

Analisa pengaruh hasil belajar matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika|b:Studi pengaruh hasil belajar pokok bahasan getaran pada siswa kelas 2 semester III di SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2002/2003

0 11 80

Analisa pengaruh hasil belajar matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika: Studi pengaruh hasil belajar pokok bahasan getaran pada siswa kelas 2 semester III di SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2002/200

0 13 80

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

Pendekatan realistic mathematics education untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII SMPIT Ruhama Depok

0 8 199

Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan abstraksi siswa di kelas VII SMPN 01 Kalidawir Tulungagung tahun ajaran 20172018

0 0 6

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 28

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29

Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar siswa melalui pokok bahasan pesawat sederhana di SMP Negeri-4 kelas VIII semester II Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 185