Periodisasi Kebijakan Fiskal di Indonesia

57 kenaikan inflasi menjadi 9.2. Kebijakan moneter yang cukup optimal juga terjadi di tahun 1993 dan 1994, meskipun inflasi cukup tinggi sebesar 9,6. Tetapi 1994 inflasi menurun, tetapi penurunan nya tidak langsung secara cepat dan drastis, sehingga tetap menjaga iklim perekonomian. Pada tahun 2000 kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia terlalu longgar, dengan cara menurunkan tingkat suku bunga sehingga masyarakat lebih senang menginvestasikan uangnya dari pada menyimpannya, sehingga akibat yang terjadi adalah terjadi kenaikan inflasi yang cukup cepat dari 5,7 menjadi 11.5 di Indonesia. Namun pada tahun setelah nya Bank Sentral sebagai otoritas kebijakan moneter di Indonesia melakukan kebijakan monster yang cukup optimal, sehingga menjaga inflasi tidak terlalu turun dan terlalu naik.

4.2 Periodisasi Kebijakan Fiskal di Indonesia

Efek kebijakan fiskal anggaran terhadap ekonomi makro dapat dinilai melalui fiscal impulse, yang memfokuskan pada perubahan kebijakan fiskal dari tahun ke tahun. Fiscal impulse yang positif FI 0 mengidenfikasikan arah kebijakan fiskal fiscal stance yang lebih ekspansif dibandingkan periode sebelumnya, sedangkan fiscal impulse negatif FI 0 menunjukkan arah kebijakan yang kontraktif. Sementara itu, penilaian tentang arah kebijakan fiskal juga dapat dilakukan dengan memperhatikan perubahan posisi defisit surplus anggaran. Apabila defisit surplus anggaran periode berjalan lebih kecil dari posisi defisit periode sebelumnya maka fiscal impulse menjadi negatif dan kebijakan fiskal dikatakan berpengaruh kontraktif, sebaliknya jika defisit surplus periode berjalan lebih besar dari periode sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 58 Jadi peneliti dalam melihat perkembangan kebijakan fiskal di Indonesia menggunakan dengan cara memperhatikan defisit surplus anggaran belanja dengan penerimaan pemerintah. Dikatakan kebijakan fiskal berpengaruh kontraktif, apabila anggaran periode sebelumnya mempunyai surplus atau defisit yang lebih besar dari tahun berjalan. Begitu pulak sebaliknya dikatakan kebijkan fiskal yang berpengaruh ekspansif, apabila anggaran periode sebelumnya mempunyai surplus atau defisit yang lebih kecil dari tahun berjalan. Dalam periode 1993 anggaran aktual mengalami defisit sebesar 1,72, tetapi defisit yang terjadi lebih kecil dari defisit sebelumnya pada tahun 1992 yaitu sebesar 3,18. Dengan demikian kebijakan fiskal yang di ambil lebih mengarah kebijakan fiskal yang kontrakif. Pada tahun 1994 Indonesia mengalami surplus anggaran sebesar 3,81. Hal tersebut juga menyatakan kebijakan fiskal yang di ambil pemerintah pada tahun tersebut adalah kebijakan fiskal yang kontraktif. Jika dikaitkan kan kebijakan fiskal pemerintah pada tahun 1993-1994 indonesia yang lebih kontraktif dengan inflasi, maka hal tersebut dapat kita lihat dengan menurunnya tingkat inflasi pada tahun 1993 sebesar 9,6 menjadi 8,5 pada tahun 1994. Hal tersebut terjadi salah satunya menurunnya jumlah uang beredar yang berada di masyarakat, dengan adanya kebijakan kontraktif. Pada tahun 2000-2001 terjadi kenaikan defisit anggaran pemerintah yang cukup tinggi yaitu sebesar 16,1 dan 40,48 dimana kebijakan yang diambil pemerintah adalah kebijakan fiskal ekspansif. Dikarenakan defisit yang terjadi lebih besar dari tahun sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 59 Tabel 4.2 Periodisasi kebijakan fiskal Indonesia 1990-2011 Tahun Surplusdefisit kebijakan fiskal 1990 2,439 kontraktif 1991 -1,999 ekspansif 1992 -3,185 ekspansif 1993 -1,720 kontraktif 1994 3,811 kontraktif 1995 5,998 kontraktif 1996 4,057 ekspansif 1997 3,623 ekspansif 1998 -16,199 ekspansif 1999 -1,999 kontraktif 2000 -16,132 ekspansif 2001 -40,485 ekspansif 2002 -23,652 kontraktif 2003 -35,109 ekspansif 2004 -23,810 kontraktif 2005 -14,408 kontraktif 2006 -29,142 ekspansif 2007 -49,844 ekspansif 2008 -4,121 kontraktif 2009 -88,619 ekspansif 2010 -46,846 kontraktif 2011 -84,400 ekspansif Sumber : BPS . Hal tersebut diambil dalam rangka memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia yang sempat mengalami krisis pada tahun 1998-1999. Kebijakan fiskal ekspansif diambil untuk meningkatkan kembali daya beli masyarakat, mengurangi pengangguran setelah krisis, dan memperbaiki iklim bisnis dimana masyarakat Universitas Sumatera Utara 60 atau investor mengalami krisis kepercayaan akibat gejolak politik yang terjadi di Indonesia. Hal yang serupa pun terjadi ada tahun 2009 dimana terjadi kenaikan defisit anggaran pemerintah yang sangat tinggi. Kebijakan fiskal yang di ambil pemerintah pada saat itu adalah kebijakan fiskal ekspansif yaitu menambah pengeluaran pemeritah. Dikarenakan pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global di akibatkan terjadi nya krisis ekonomi di amerika, sehingga dampaknya juga dirasakan di Indonesia. Sehingga untuk merespon hal tersebut pemerintah meningkatkan pengeluaran pemerintah, namun pada tahun setelah nya pemerintah menggunakan kebijakan fiskal kontraktif untuk mengurangi defisit anggaran tersebut, dengan cara menurunkan pengeluaran pemerintah

4.3 Hasil Uji Akar Unit