Koreksi Konstruksi Perangkap Jodang Penangkap Keong Macan Di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat

(1)

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG

PENANGKAP KEONG MACAN

DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

AYU ADHITA DAMAYANTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Koreksi Konstruksi Perangkap Jodang Penangkap Keong Macan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009

Ayu Adhita Damayanti


(3)

ABSTRACT

AYU ADHITA DAMAYANTI. Construction Correction on Jodang Trap to Catch

Babylonia spirata in Palabuhanratu, Sukabumi, West Java. Under the supervision of GONDO PUSPITO and MOKHAMAD DAHRI ISKANDAR

The objectives of this research were to determine the trap wall slope, in which the legal size of Babylonia spirata mostly climb and mesh construction of base wall trap which could retain the legal size of Babylonia spirata. Tested slopes were 30º, 40º and 50º which were usually used by the Palabuhanratu’s fishermen. Base wall mesh constructions was designed by considering the shape of Babylonia spirata’s shell longitudinal section diameter in their length at first maturity. The constructions of meshes were as follow: 5.6 cm mesh size (E1 =

70%), square shape 2.4×2.8 (cm) and 5.6 cm mesh size (E1 = 50%). The result of

this experiment indicated that the 50º of wall trap slope has the highest catch number of legal size of Babylonia spirata. Catch number of this wall slope type was 70 legal size of Babylonia spirata. While the catch number of 30º and 40º wall slopes were 20 and 53 legal size of Babylonia spirata. Tests on wall base mesh constructions showed that square mesh of 2.4×2.8 (cm) was the best construction to retain legal size of Babylonia spirata, followed by 5.6 cm mesh size (E1 = 50%) and 5.6 cm (E1 = 70%). Value of L50 of selectivity curve of square

mesh of 2.4×2.8 (cm), mesh construction of 5.6 cm mesh size (E1 = 50%) and 5.6

cm mesh size (E1 = 70%) were 4.33 cm, 4.14 cm and 4.60 cm respectively.

Keyword: construction correction, jodang trap, Babylonia spirata, Palabuhanratu, and West Java


(4)

RINGKASAN

AYU ADHITA DAMAYANTI. Koreksi Konstruksi Perangkap Jodang Penangkap Keong Macan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh GONDO PUSPITO dan MOKHAMAD DAHRI ISKANDAR.

Keong macan (Babylonia spirata) merupakan salah satu spesies dari kelas Gastropoda yang memiliki rasa yang lezat. Hal inilah terutama yang menjadikan spesies ini sebagai keong konsumsi yang sangat dicari, terutama oleh konsumen dari negara-negara Asia. Besarnya jumlah permintaan luar negeri memberikan dampak terhadap peningkatan aktivitas penangkapan yang dilakukan oleh nelayan keong macan. Akibatnya, sumberdaya keong macan semakin berkurang. Padahal peningkatan aktivitas penangkapan harus diikuti dengan konservasi.

Salah satu sentra produksi keong macan di Indonesia adalah Jawa Barat, yang tersebar di Palabuhanratu, Cianjur, Pangandaran, Cilacap, Indramayu dan Cirebon. Pada daerah-daerah tersebut, sumberdaya keong macan mulai berkurang. Ini ditandai dengan semakin sepinya aktivitas penangkapan keong macan. Kasus ironis terjadi di Teluk Palabuhanratu. Penangkapan keong macan di perairan ini yang biasanya ramai berlangsung sepanjang tahun mendadak sepi pada tahun 2008. Keong macan sangat sulit didapat. Nelayan terpaksa berpindah mencari daerah penangkapan baru yang berada jauh di luar Teluk Palabuhanratu.

Nelayan Palabuhanratu menangkap keong macan dengan menggunakan perangkap jodang. Alat tangkap ini berbentuk prisma terpancung pada bagian atasnya. Konstruksi dibentuk oleh susunan rangka besi berdiameter 6 mm. Bagian prisma yang terpancung menjadi pintu masuk keong, sedangkan sisi lainnya, termasuk bagian dasar, dibungkus oleh jaring dengan ukuran mata 1 cm. Konstruksi demikian menjadikan perangkap jodang mampu menangkap berbagai ukuran keong macan. Agar perangkap jodang dapat memberikan hasil tangkapan yang banyak dengan ukuran yang terseleksi, maka perlu dilakukan koreksi terhadap konstruksinya. Koreksi konstruksi ini mengacu kepada ukuran panjang cangkang keong macan yang telah telah matang gonad. Ukuran inilah yang menjadi ukuran minimal keong macan yang layak tangkap.

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan sudut kemiringan dinding perangkap yang paling mudah dirayapi oleh keong macan layak tangkap dan konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap yang mampu menahan keong macan berukuran layak tangkap. Sudut kemiringan yang diuji adalah 30º, 40º dan 50º atau sudut kemiringan yang biasa dipakai oleh nelayan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Konstruksi mata jaring dinding dasar dibentuk dengan mempertimbangkan diameter lingkaran penampang melintang cangkang keong macan ukuran panjang cangkang layak tangkap (≥ 4,27 cm). Tiga konstruksi mata jaring dinding dasar yang dihasilkan berdasarkan pertimbangan tersebut adalah jaring dengan ukuran mata (MS) 5,6 cm dengan rasio penggantungan primer E1 =

0,707, persegi panjang dengan ukuran l× w = 2,4×2,8 (cm) dan MS = 5,6 cm (E1 =


(5)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudut kemiringan dinding perangkap 50º adalah yang paling banyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap. Sudut ini menangkap keong macan layak tangkap sebanyak 70 ekor. Adapun sudut kemiringan dinding 30º dan 40º masing-masing menangkap 20 dan 53 ekor keong macan layak tangkap.

Pengujian konstruksi mata jaring dinding dasar dilakukan untuk mendapatkan nilai selektivitas. Perhitungan selektivitas diawali dengan menghitung proporsi keong macan yang tertahan, sehingga dibutuhkan data seluruh hasil tangkapan, baik yang lolos (masuk ke dalam cover net) maupun tertahan pada konstruksi mata jaring yang diuji. Untuk mengatasinya, bagian bawah perangkap dilengkapi dengan kantong yang terbuat dari bahan jaring polyamida (PA) dengan ukuran mata 1,25 cm. Kantong ini diharapkan dapat menampung seluruh keong macan yang lolos melalui dinding dasar perangkap. Penilaian terhadap selektivitas dilakukan dengan menggunakan kurva selektivitas yang dihasilkan menggunakan metode fungsi logistik.

Pengujian terhadap konstruksi mata jaring dinding dasar mendapatkan bahwa konstruksi mata jaring berbentuk persegi panjang dengan ukuran l dan w = 2,4 × 2,8 (cm) adalah yang terbaik dalam menahan keong macan layak tangkap, diikuti oleh konstruksi mata jaring berukuran 5,6 cm (E1 = 0,50) dan konstruksi mata jaring berukuran 5,6 cm (E1 = 0,707). Nilai L50 berdasarkan kurva

selektivitas untuk konstruksi berbentuk persegi panjang dengan ukuran l× w = 2,4

× 2,8 (cm), konstruksi mata jaring berukuran 5,6 cm (E1 = 0,50) dan konstruksi

mata jaring berukuran 5,6 cm (E1 = 0,707) masing-masing 4,33 cm, 4,14 cm dan 4,60 cm.

Kata kunci : koreksi konstruksi, perangkap jodang, keong macan, Palabuhanratu, dan Jawa Barat.


(6)

© H ak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1 Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b Pengutipan tersebut idak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2 Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(7)

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG

PENANGKAP KEONG MACAN

DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

AYU ADHITA DAMAYANTI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Teknologi Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(8)

(9)

Judul Tesis : Koreksi Konstruksi Perangkap Jodang Penangkap Keong Macan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat

Nama : Ayu Adhita Damayanti

NIM : C451070051

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Gondo Puspito, M.Sc Ir. Mokhamad Dahri Iskandar, M.Si Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Perikanan Tangkap

Dr. Ir. Fedi A. Sondita, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S


(10)

PRAKATA

Keong macan adalah salah satu jenis komoditas perikanan yang memiliki nilai jual tinggi. Permintaan pasar terhadap komoditas ini semakin meningkat, tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan produksi. Keong macan hanya ditangkap dengan perangkap sederhana yang dioperasikan oleh nelayan tradisional pada daerah yang terbatas. Nelayan juga tidak membedakan ukuran keong macan yang tertangkap, sehingga ketersediaan keong macan pada suatu daerah menjadi terganggu.

Permasalahan di atas dapat tertangani salah satunya dengan memperbaiki konstruksi perangkap. Harapannya, perangkap yang telah diperbaiki dapat menangkap keong macan dalam jumlah banyak, tetapi dengan ukuran yang terseleksi. Atas dasar pemikiran tersebut, tesis ini dibuat untuk menghasilkan perangkap jodang dengan konstruksi yang tepat sehingga sesuai dengan harapan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Gondo Puspito, M.Sc dan Ir. Mokhamad Dahri Iskandar, M.Si selaku Dosen Pembimbing atas arahan dan bimbingannya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu dan suami atas doa dan dukungannya, serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Koreksi dan saran sangat dibutuhkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Agustus 2009


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 07 Desember 1982 dari ayah Bambang Sumedi dan ibu Titiek Herwanti. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2000 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Mataram dan diterima di IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Nasional. Penulis memilih Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2007 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor pada Mayor Teknologi Perikanan Tangkap. Selama masa perkuliahan, penulis menjadi pengurus bidang sosial pada organisasi FORMULA (Forum Mahasiswa Teknologi Kelautan) periode 2007-2008.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... v

DAFTAR ISTILAH ... vii

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Deskripsi Keong Macan... 5

2.2 Makanan dan Cara Makan Keong Macan... 6

2.3 Cara Keong Macan Merayap ... 6

2.4 Habitat Keong Macan ... 7

2.5 Perangkap Jodang ... 7

2.5.1 Konstruksi ... 7

2.5.2 Metode pengoperasian ... 8

2.5.3 Musim dan daerah penangkapan ... 10

2.6 Selektivitas ... 10

3 METODOLOGI PENELITIAN... 14

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 14

3.2 Bahan dan Alat ... 14

3.3 Metode Penelitian ... 16

3.4 Analisa Data ... 19

3.4.1 Menentukan sudut kemiringan dinding perangkap yang paling mudah dirayapi oleh keong macan layak tangkap ... 19

3.4.2 Menentukan hubungan antara tinggi cangkang dengan panjang cangkang dan lebar cangkang keong macan... 19

3.4.3 Menentukan bentuk dan ukuran mata jaring dinding dasar perangkap jodang ... 20

3.4.4 Penentuan selektivitas ... 23

3.4.5 Rancangan percobaan ... 25

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Komposisi Hasil Tangkapan ... 27

4.2 Pengaruh Sudut Kemiringan Dinding Perangkap Jodang terhadap Hasil Tangkapan ... 29

4.2.1 Distribusi Jenis, jumlah dan panjang cangkang hasil tangkapan total ... 29 4.2.2 Distribusi jumlah dan panjang untuk hasil tangkapan utama 32


(13)

4.2.3 Distribusi jumlah dan panjang untuk hasil tangkapan

sampingan... 37

4.3 Sudut Kemiringan Dinding Perangkap Jodang Pilihan ... 44

4.4 Selektivitas Konstruksi Mata Jaring Dinding Dasar Perangkap Jodang ... 45

4.4.1 Hubungan antara h (tinggi cangkang) dengan l (panjang cangkang) dan w (lebar cangkang) ... 46

4.4.2 Selektivitas dengan menggunakan konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E1 = 70%)... 47

4.4.3 Selektivitas dengan menggunakan konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm 2,4×2,8 (cm) ... 48

4.4.4 Selektivitas dengan menggunakan konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E1 = 50%) ... 49

4.4.5 Perbandingan selektivitas ke-3 konstruksi mata jaring dinding dasar ... 49

5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1. Kesimpulan ... 54

5.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Konstruksi perangkap jodang yang digunakan nelayan Palabuhanratu 2

2 Morfologi keong macan ... 6

3 Tampilan perangkap jodang ... 8

4 Ilustrasi posisi perangkap jodang di atas permukaan dasar perairan .. 9

5 Bentuk mata jaring pada posisi tergantung ... 11

6 Konstruksi perangkap jodang uji berdasarkan sudut kemiringan dinding... 15

7 Perangkap jodang yang dilengkapi kantong jaring ... 16

8 Cangkang keong macan dan posisi pengukuran panjang dan lebarnya ... 18

9 Penampang melintang cangkang keong macan dan perkiraan bentuk mata jaring yang dapat menahannya ... 21

10 Penampang melintang cangkang keong pada keliling badan terbesar dan rancangan penentuan bukaan mata jaring maksimal ... 21

11 Prediksi konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang... 23

12 Komposisi hasil tangkapan perangkap jodang ... 28

13 Komposisi hasil tangkapan kepiting, keong dan keong macan ... 28

14 Distribusi jumlah dan panjang keong macan total ... 29

15 Komposisi hasil tangkapan sampingan ... 31

16 Distribusi jumlah dan panjang cangkang kelompok keong ... 31

17 Distribusi jumlah dan panjang cangkang Collumella testudine ... 31

18 Distribusi jumlah dan panjang karapaskelompok kepiting ... 32

19 Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong macan hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30°, 40° dan 50° ... 35

20 Jumlah keong macan total dan keong macan layak tangkap hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30°, 40° dan 50° ... 37

21 Komposisi hasil tangkapan sampingan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30°, 40° dan 50° ... 40

22 Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30°, 40° dan 50° 41


(15)

23 Distribusi jumlah dan panjang karapas kepiting hasil tangkapan menggunakan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30°, 40° dan 50° ... 42 24 Jumlah hasil tangkapan sampingan perangkap jodang dengan sudut

kemiringan dinding 30°, 40° dan 50° ... 44 25 Jumlah keong macan, keong, dan kepiting hasil tangkapan

perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30°, 40° dan 50° 45 26 Hubungan linier tinggi cangkang (h) dengan panjang (l) dan lebar

(w) cangkang keong macan ... 46 27 Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong macan total pada

setiap konstruksi mata jaring dinding dasar yang berbeda ... 51 28 Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong macan yang tertahan

pada setiap konstruksi mata jaring dinding dasar ... 52 29 Kurva selektivitas konstruksi mata jaring dinding dasar yang berbeda 53


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Peta lokasi penelitian ... 58 2 Foto umpan yang digunakan dalam pengoperasian perangkap jodang

3 Foto perangkap jodang... 60 4 Data ukuran keong macan ... 61 5 Foto-foto hasil tangkapan ... 73 6 Data jumlah keong macan layak tangkap yang merayap pada setiap

sudut kemiringan dinding perangkap jodang ... 77 7 Hasil pengujian asumsi jumlah keong macan layak tangkap yang

merayap pada setiap sudut kemiringan dinding perangkap jodang .... 77 8 Daftar analisis ragam (ANOVA) untuk perlakuan sudut kemiringan

dinding perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap jumlah keong macan layak tangkap yang merayap ... 79 9 Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk perlakuan sudut kemiringan

dinding perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap jumlah keong macan layak tangkap yang merayap ... 79 10 Data panjang cangkang keong macan rata-rata yang merayap pada

setiap sudut kemiringan dinding perangkap jodang... 80 11 Hasil pengujian asumsi ukuran panjang cangkang keong macan yang

merayap pada setiap sudut kemiringan dinding perangkap jodang .... 80 12 Daftar analisis ragam (ANOVA) untuk perlakuan sudut kemiringan

dinding perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap ukuran panjang cangkang keong macan yang merayap ... 82 13 Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk perlakuan sudut kemiringan

dinding perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap ukuran panjang cangkang keong macan yang merayap ... 82 14 Data panjang cangkang keong macan rata-rata yang tertahan pada

setiap konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang ... 83 15 Hasil pengujian asumsi ukuran panjang cangkang keong macan yang

tertahan pada setiap konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap

jodang ... 83 16 Daftar analisis ragam (ANOVA) untuk perlakuan konstruksi mata

jaring dinding dasar perangkap perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap ukuran panjang cangkang keong macan yang

tertahan... 85 17 Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk perlakuan konstruksi mata

jaring dinding dasar perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap

ukuran panjang cangkang keong macan yang tertahan... 85 59


(17)

18 Tabel selektivitas konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran

5,6 cm (E1= 70%) ... 86

19 Tabel selektivitas konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran

2,4×2,8 (cm) ... 87 20 Tabel selektivitas konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran


(18)

DAFTAR ISTILAH

Cangkang : Bagian tubuh terluar dari keong macan yang berfungsi sebagai pelindung terhadap ancaman dari luar.

Cover net : Kantong jaring yang terletak di bawah perangkap jodang yang berfungsi untuk menampung keong macan yang lolos melalui mata jaring uji.

Fitted by eyes : Mencari suatu nilai dengan menggunakan pandangan visual pancaindera langsung.

Fishing base : Tempat dimana kapal berlabuh atau tempat awal mulai berlayar dan melakukan persiapan melaut.

Hasil tangkapan utama : Tangkapan yang menjadi tujuan utama penangkapan.

Hasil tangkapan sampingan : Tangkapan yang bukan merupakan tujuan utama penangkapan.

Konstruksi : Susunan-susunan yang saling terhubung sehingga menjadi suatu kesatuan.

Koreksi : Pemeriksaan dan pembetulan kesalahan. Proporsi : Perbandingan suatu nilai dengan nilai lainnya. Rasio penggantungan primer : Perbandingan panjang jaring tergantung pada

tali rangka atau panjang tali ris, dengan panjang jaring terentang sempurna.

L50 : Simbol yang menyatakan peluang 50% suatu

spesies yang mempunyai ukuran panjang tertentu untuk tertangkap pada suatu alat tangkap.

Selection range : Perbedaan antara panjang suatu spesies yang mempunyai peluang 75%(L75) dan 25% (L25)

untuk tertangkap pada suatu alat tangkap.

Selektivitas : Kemampuan suatu alat tangkap untuk menangkap suatu spesies dengan ukuran tertentu.

Sortasi : Proses pemilahan suatu spesies tertentu berdasarkan suatu kriteria.

Ukuran layak tangkap : Ukuran minimal suatu spesies dapat ditangkap. Pada ukuran ini diperkirakan spesies tersebut sudah matang gonad.


(19)

Ukuran mata jaring : Ukuran panjang dua kali kaki jaring.

Modifikasi : Perubahan yang dilakukan untuk tujuan penyempurnaan.


(20)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keong macan (Babylonia spirata) merupakan salah satu spesies dari kelas Gastropoda yang memiliki rasa yang lezat. Hal inilah terutama yang menjadikan spesies ini sebagai keong konsumsi yang sangat dicari, terutama oleh konsumen dari negara-negara Asia, seperti China, Hongkong dan Taiwan (Rukardi 2004; Edward et al. 2006). Besarnya jumlah permintaan luar negeri memberikan dampak terhadap peningkatan aktivitas penangkapan yang dilakukan oleh nelayan keong macan. Akibatnya, sumberdaya keong macan semakin berkurang. Padahal peningkatan aktivitas penangkapan harus diikuti dengan konservasi. Maksudnya, eksploitasi yang meningkat harus diimbangi dengan ketersediaan sumberdaya sepanjang waktu.

Salah satu sentra produksi keong macan di Indonesia adalah Jawa Barat yang tersebar di Palabuhanratu, Cianjur, Pangandaran, Cilacap, Indramayu dan Cirebon. Pada daerah-daerah tersebut, sumberdaya keong macan mulai berkurang. Ini ditandai dengan semakin sepinya aktivitas penangkapan keong macan. Kasus ironis terjadi di Teluk Palabuhanratu. Penangkapan keong macan di perairan ini yang biasanya ramai berlangsung sepanjang tahun mendadak sepi pada tahun 2008. Keong macan sangat sulit didapat. Nelayan terpaksa berpindah mencari daerah penangkapan baru, seperti Bayah, yang berada jauh di luar Teluk Palabuhanratu.

Nelayan Palabuhanratu menangkap keong macan dengan menggunakan perangkap jodang. Alat tangkap ini berbentuk prisma terpancung pada bagian atasnya. Konstruksi dibentuk oleh susunan rangka besi berdiameter 6 mm. Bagian prisma yang terpancung menjadi pintu masuk keong, sedangkan sisi lainnya, termasuk bagian dasar, dibungkus oleh jaring dengan ukuran mata 1 cm. Konstruksi demikian menjadikan perangkap jodang mampu menangkap berbagai ukuran keong macan. Padahal, untuk menjaga kelestarian keong macan yang ditangkap harus berada pada ukuran matang gonad. Menurut Firdaus (2002), keong macan mencapai matang gonad pada ukuran panjang cangkang 4,27 cm. Dengan demikian, ukuran tersebut merupakan ukuran minimal keong macan yang


(21)

layak tangkap. Gambar 1 menunjukkan bentuk perangkap jodang yang digunakan oleh nelayan Palabuhanratu.

Agar perangkap jodang dapat memberikan hasil tangkapan yang banyak dengan ukuran yang terseleksi, maka perlu dilakukan koreksi terhadap konstruksinya. Bagian yang perlu dikoreksi adalah pada kemiringan dinding dan konstruksi dinding jaring bagian dasar. Kemiringan dinding diperkirakan berhubungan erat dengan kemampuan keong bergerak masuk kedalam perangkap. Makin mudah dinding dirayapi keong, makin banyak keong yang masuk kedalam perangkap. Adapun ukuran mata jaring bagian dasar akan menseleksi ukuran keong. Ukuran panjang cangkang keong yang lebih besar dari ukuran mata jaring akan tertahan di dalam perangkap, sedangkan keong berukuran kecil akan lolos ketika dilakukan pengangkatan perangkap.

1.2 Perumusan Masalah

Penurunan hasil tangkapan nelayan Palabuhanratu salah satunya diakibatkan oleh penggunaan alat tangkap yang tidak selektif. Penilaian ini dapat dilihat dari penggunaan ukuran mata jaring pada dinding dasar perangkap jodang yang sangat kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa nelayan kurang sadar akan pentingnya keberlanjutan penangkapan. Dengan mengetahui kondisi tersebut, maka perlu dilakukan suatu modifikasi konstruksi mata jaring dinding dasar Gambar 1 Konstruksi perangkap jodang yang digunakan nelayan Palabuhanratu.

Dinding dasar Tali cabang


(22)

perangkap jodang. Konstruksi yang digunakan nantinya harus dapat menahan keong macan yang telah berukuran matang gonad.

Jumlah dan ukuran keong macan yang masuk ke dalam perangkap kemungkinan besar sangat tergantung pada sudut kemiringan dinding perangkap. Dihubungkan dengan selektivitas perangkap jodang, maka diperlukan sudut kemiringan tertentu yang banyak dirayapi oleh keong macan berukuran layak tangkap. Sudut kemiringan dinding perangkap jodang yang digunakan nelayan Palabuhanratu adalah 30°, 40°, dan 50°. Dari ke-3 sudut ini belum diketahui sudut kemiringan yang terbanyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap. Untuk itu perlu dilakukan uji untuk menentukan sudut kemiringan dinding terbaik dari ke-3 sudut kemiringan tersebut.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka rumusan permasalahan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Konstruksi mata jaring dinding dasar seperti apa yang dapat menahan keong macan layak tangkap; dan

2 Berdasarkan ke-3 sudut kemiringan dinding yang digunakan oleh nelayan Palabuhanratu, pada sudut kemiringan mana yang terbanyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan:

1 Sudut kemiringan dinding yang terbanyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap; dan

2 Konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap yang mampu menahan keong macan berukuran layak tangkap.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Sudut kemiringan dinding perangkap yang semakin besar akan semakin sulit dirayapi oleh keong macan berukuran kecil; dan


(23)

2 Konstruksi mata jaring dinding dasar yang dibentuk berdasarkan ukuran panjang keong macan layak tangkap hanya dapat meloloskan keong-keong macan berukuran kecil.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1 Sebagai rekomendasi bagi nelayan untuk menggunakan perangkap jodang yang dapat memberikan hasil tangkapan yang banyak, tetapi dengan selektivitas yang tinggi; dan

2 Sumbangan bagi kemajuan dunia perikanan tangkap dalam mendesain alat tangkap produktif dan mengedepankan konsep konservasi yaitu menjaga kelestarian sumberdaya keong macan. Kelestarian sumberdaya keong macan yang terjaga akan mendukung keberlanjutan penangkapan dan akan meningkatkan kesejahteraan nelayan.


(24)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Keong Macan

Klasifikasi Babylonia spirata, menurut Abbot dan Boss (1989), adalah: Filum : Moluska;

Kelas : Gastropoda;

Subkelas : Prosobranchia; Ordo : Neogastropoda;

Super famili : Muricoidea; Famili : Buccinidae;

Genus : Babylonia; dan

Spesies : Babylonia spirata.

Keong macan memiliki cangkang berbentuk lonjong, berwarna putih dengan bintik-bintik coklat jingga yang tidak teratur. Tubuh keong terdiri atas empat bagian utama, yaitu kepala, kaki, isi perut, dan mantel. Pada kepala terdapat sepasang mata, sepasang tentakel, sebuah mulut, dan sebuah siphon. Mantel merupakan arsitek pembentuk struktur cangkang dan pola warna (Yulianda 1999; Alistair et al. 2000). Pada bagian dalam kepala terdapat probosis yang di dalamnya terdapat radula, yaitu kaki berukuran besar dan berbentuk pipih yang berfungsi untuk merayap dan melekat. Gastropoda mengalami torsi, yaitu peristiwa dimana cangkang beserta tubuh di belakang kepala (mass visceral, mantel dan rongga mantel) memutar 180° berlawanan dengan arah jarum jam.

Tubuh keong macan yang lunak dilindungi oleh cangkang yang berbentuk kerucut. Pada puncak kerucut terdapat apex, yaitu bagian tertua dari cangkang (Gambar 2). Bagian cangkang terluar disebut periostrakum yang merupakan lapisan tipis yang terdiri atas bahan protein, yaitu conchiolin. Pada lapisan ini terdapat endapan pigmen beraneka ragam yang memberikan bermacam-macam warna cangkang keong.


(25)

Sumber: Kozloff (1990)

2.2 Makanan dan Cara Makan Keong Macan

Keong macan adalah hewan karnivora yang menggunakan radula sebagai alat bantu makan. Radula, proboscis dan esophagus buccal cavity (saluran pencernaan) disatukan fungsinya sebagai mulut dari prosobranchia. Cara pemangsaan keong macan dilakukan dengan menjulurkan siphon untuk menangkap mangsa. Setelah itu, mangsa dihancurkan dengan radula yang terdapat di bagian proboscis (Rupert & Barnes 1991).

Keong macan adalah jenis prosobranchia yang lebih menyukai daging bangkai yang segar sebagai makanannya dibandingkan dengan daging bangkai yang telah membusuk (Martanti 2001; Edward et al. 1995). Selain itu keong macan juga lebih menyukai makanan yang mengandung kadar air tinggi dibandingkan yang telah kering.

2.3 Cara Keong Macan Merayap

Gastropoda berjalan dengan perut yang dalam hal ini disebut kaki. Gerakan Gastropoda disebablan oleh kontraksi otot, seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Pada waktu bergerak, kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan (Anonim 2008).

Gambar 2 Morfologi keong macan. Mantel

sifon

Saluran sifon

Operkulum

Kaki Mulut Spiral punggung

Ruas cangkang

Penis


(26)

Secara umum, Gastropoda memiliki pergerakan yang lambat dan bukan binatang yang berpindah-pindah. Keong macan membuat gelombang penciutan pada kaki perutnya, sehingga merayap kira-kira sepuluh langkah serempak (Dharma 1998).

2.4 Habitat Keong Macan

Keong macan hidup pada perairan berlumpur pada kedalaman 9-27 m (Shanmugaraj & Ayyakkanu 1994). Dari hasil penelitian Sabelli (1979), keong macan tergolong organisme bentik, yaitu organisme yang hidup pada dasar perairan. Pada perairan Teluk Palabuhanratu, menurut Yulianda dan Danakusumah (2000), keong macan ditemukan di dasar perairan yang berpasir/berlumpur dengan kedalaman antara 15-20 m.

Pola sebaran keong macan di Palabuhanratu bersifat mengelompok. Hal ini diduga diakibatkan oleh kondisi lingkungan, ketersediaan makanan dan tipe substrat (Martanti 2001). Gangguan yang disebabkan oleh arus dan predator (kepiting) akan menyebabkan ketidakmerataan penyebaran, kelimpahan dan komposisi infauna di daerah sub tidal (Nybakken 1992).

2.5 Perangkap Jodang 2.5.1 Konstruksi

Perangkap jodang yang dioperasikan di Palabuhanratu berbentuk prisma terpancung pada bagian atasnya. Bagian prisma yang terpancung menjadi pintu masuk keong. Perangkap dibentuk oleh susunan rangka besi berdiameter 4-6 mm (Gambar 3). Untuk membentuk badan perangkap, seluruh sisi perangkap (kecuali bagian atasnya) diselimuti oleh waring dengan mesh size 4 mm. Kerangka dinding dasar dibungkus oleh jaring dengan ukuran mata 1 cm. Konstruksi demikian menjadikan perangkap jodang mampu menangkap berbagai ukuran keong macan. Ukuran bagian dasar, tinggi dan diameter pintu masuk bervariasi karena tidak ada acuan yang pasti (Naja 2004). Menurut Martasuganda (2003), tinggi perangkap antara 8-10 cm. Bagian atas dan dasar perangkap jodang berbentuk persegi, masing-masing berukuran berukuran 6 × 6 (cm) atau 8 × 8 (cm) dan 30 × 30 (cm).


(27)

2.5.2 Metode pengoperasian

Pemasangan perangkap jodang di daerah penangkapan dipasang satu demi satu. Antara satu perangkap dengan perangkap lainnya dihubungkan dengan tali utama dengan jarak 3-4 m. Jumlah perangkap jodang yang dioperasikan tergantung dari kapasitas perahu, modal dan kemampuan nelayan yang mengoperasikannya. Operasi penangkapan dilakukan antara jam 18.00-06.00 (Martasuganda 2003).

Operasi penangkapan keong macan menggunakan perangkap jodang di Palabuhanratu terdiri atas 3 tahap, yaitu persiapan, pemasangan dan pengangkatan alat tangkap (Zein 2003). Masing-masing uraiannya adalah:

1 Persiapan alat tangkap

Persiapan pengoperasian alat tangkap dimulai dari darat yang meliputi persiapan umpan, bahan bakar, alat tangkap, dan pemeriksaan kesiapan perahu. Selanjutnya, perahu berangkat menuju daerah penangkapan yang lokasinya tidak jauh dari pantai. Selama perjalanan, nelayan memasang umpan kedalam perangkap.

2 Pemasangan alat tangkap

Setelah sampai di daerah penangkapan, nelayan melemparkan pelampung tanda diikuti dengan pemberat batu. Pemberat terhubung ke perangkap pertama yang akan dilemparkan ke laut. Selanjutnya, nelayan memasukkan umpan

Gambar 3 Tampilan perangkap jodang. (a) Tampak atas


(28)

kedalam perangkap pertama dan langsung melemparkannya ke laut. Perangkap ke-2 dan seterusnya diperlakukan sama dengan perangkap ke-1.

Sebanyak 200-300 perangkap jodang digunakan dalam setiap operasi penangkapan keong macan. Antara satu perangkap dengan perangkap lainnya dihubungkan dengan satu tali utama. Pemasangan perangkap diakhiri dengan pelemparan pemberat yang memiliki 2 tali. Tali pertama terhubung dengan perangkap dan lainnya dengan pelampung tanda. Gambar 4 memperlihatkan susunan perangkap ketika dioperasikan di laut.

Selama aktivitas penurunan perangkap, perahu bergerak dengan kecepatan rendah dengan arah berlawanan terhadap arus. Ini dimaksudkan agar susunan perangkap dapat tertata dengan baik dan jarak antar perangkap sama. Setelah selesai, perahu bergerak ke pantai meninggalkan perangkap yang telah dipasang.

Gambar 4 Ilustrasi posisi perangkap jodang di atas permukaan dasar perairan. 3 Pengangkatan alat tangkap

Untuk setiap pengangkatan, perangkap jodang direndam selama 2-4 jam. Proses pengangkatan perangkap dimulai dengan mengangkat pelampung tanda dan pemberat. Selanjutnya tali utama ditarik ke atas perahu. Satu persatu perangkap jodang ditaruh di atas perahu setelah sebelumnya dilakukan pengambilan keong macan yang terperangkap. Hasil tangkapan keong macan dikumpulkan dalam keranjang. Pengangkatan perangkap berakhir ketika pelampung tanda terakhir dan pemberat sudah dinaikkan ke atas perahu.

Usai pengangkatan perangkap, nelayan tidak kembali ke darat tetapi mencari daerah penangkapan yang baru. Proses pemasangan perangkap yang sama dilakukan ketika nelayan sudah menemukan daerah penangkapan yang baru.


(29)

2.5.3 Musim dan daerah penangkapan

Musim penangkapan keong macan di Palabuhanratu mencapai puncaknya pada bulan Juni-Oktober (Zein 2003). Pada bulan ini, kecepatan angin rendah dan curah hujan sedikit. Adapun lokasi yang menjadi daerah penangkapan keong macan adalah di sepanjang pantai pada kedalaman 5-20 meter dengan tipe substrat pasir atau lumpur dan biasanya dekat dengan muara sungai (Zein 2003).

2.6 Selektivitas

Selektivitas adalah kemampuan suatu alat tangkap untuk menangkap keong dengan ukuran tertentu saja. Ukuran keong macan yang tertangkap tidak boleh kurang dari ukuran layak tangkapnya, yaitu 4,27 cm (Firdaus 2002). Menurut Fridman (1986), sifat selektivitas terutama dipengaruhi oleh prinsip penangkapan dan juga parameter disain alat tangkap. Menurutnya, ukuran mata jaring didefinisikan sebagai jarak antar simpul yang berlawanan dalam keadaan ditarik penuh. Adapun bentuk dari mata jaring ditentukan oleh penggantungannya pada rangka. Untuk merubah bentuk mata jaring dapat dilakukan dengan merubah rasio penggantungan primer (E1), dan rasio penggantungan sekunder (E2). Rasio

penggantungan primer dirumuskan sebagai perbandingan panjang jaring tergantung pada tali rangka atau panjang tali ris (L), dengan panjang jaring terentang sempurna (Lo). Rumusnya adalah sebagai berikut (Fridman 1986):

o L

L

E1 = 1

Rasio penggantungan sekunder (E2) dapat ditentukan dengan membandingkan

tinggi jaring tergantung (H) dengan tinggi jaring ditarik penuh (Ho). Rumusnya

adalah (Fridman 1986) :

o H

H

E2 = 2

Besarnya rasio penggantungan juga dapat diketahui dari setengah sudut mata jaring (λ). Hubungan antara E1 dengan λ dapat dilihat pada ilustrasi berikut


(30)

Keterangan :

ml : Panjang mata direntang

penuh;

mh : Tinggi mata tergantung; mw : Lebar mata tergantung; λ : Sudut mata jaring; dan

E1 : Rasio penggantungan

Primer;

E2 : Rasio penggantungan

sekunder.

Sumber: Puspito (2009)

Pengambilan data untuk analisa kurva selektivitas perangkap jodang dilakukan dengan menggunakan cover net method. Uji coba dilakukan dengan menggunakan cover atau penutup yang terbuat dari jaring dengan ukuran mata yang sangat kecil yang difungsikan sebagai kantung yang dipasang di bagian bawah dinding dasar perangkap. Ukuran keong yang lolos mata jaring ujicoba akan tertampung pada jaring penutup. Proporsi keong macan dengan panjang l

yang tertangkap ditentukan dengan menggunakan rumus, yaitu (ICES 1996):

l w m m m m m B A O A L L

E = = = =

0

1 sinλ ; dan 3

l h m m m m m B A O B H H

E = = = =

0

2 cosλ . 4

Am mw ml ms O Bm Dm Cm mh 2λ


(31)

il sl

il i

N N

N

+ =

φ . 5

Keterangan :

φi : Proporsi cangkang yang tertahan menggunakan mata jaring

bagian dasar ukuran ke-i;

Nil : Jumlah cangkang yang tertahan pada selang kelas panjang ke-l

dengan menggunakan mata jaring bagian dasar ke-i; dan

Nsl : Jumlah cangkang yang lolos atau tertampung pada cover net ke-s pada selang kelas panjang ke-l.

Selanjutnya kurva selektivitas ditentukan dengan memakai persamaan berikut (ICES 1996) :

ri(l) = exp (a1 + b1l)/1+exp (a1+b1l). 6

Keterangan :

ri (l) : Fungsi selektivitas jaring terhadap panjang cangkang; l : Panjang cangkang; dan

a dan b : Parameter kurva selektivitas yang akan diduga.

Parameter kurva selektivitas a dan b diduga dengan cara memaksimumkan fungsi log likelihood. Fungsi ini dimaksimumkan dengan menggunakan add-in Solver pada MS Excellsoftware. Formulanya adalah (ICES, 1996):

( )

(

( )

)

[

]

+ −

= N l N l

L1 illn i slln1 1

log φ φ . 7

Ada 2 hal penting dalam melakukan penilaian selektivitas suatu alat tangkap, yaitu (ICES 1996):

1. L50atau sering disebut 50% retention

L50 menggambarkan spesies berukuran li mempunyai peluang sebesar 0,50

untuk tertangkap pada alat tangkap. Persamaannya adalah:

b a


(32)

2. Selection range

Selection range merupakan perbedaan antara panjang spesies yang mempunyai peluang 75% (L75) tertangkap dan 25% (L25) tertangkap.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

SR = L75-L25. 9

Nilai L75 dan L25 dicari menggunakan persamaan berikut:

b Ln a

L25 = − (3); dan 10

b Ln a

L75 = + (3). 11

Nilai L75 dan L25 juga dapat dicari dengan fitted by eyes pada kurva selektivitas


(33)

3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan pada Mei 2008. Perancangan alat dilakukan pada bulan Juli di laboratorium Teknologi Alat Penangkap Ikan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK, IPB. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian lapang yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 di perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Peta lokasi penelitian ditunjukkan pada Lampiran 1.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan tembang. Ikan ini digunakan sebagai umpan untuk menarik keong macan (Lampiran 2). Ikan tembang yang digunakan adalah dalam bentuk utuh dan diikat pada dasar perangkap. Masing-masing perangkap menggunakan dua ekor ikan tembang sebagai umpan. Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1 Alat tangkap. Alat tangkap yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perangkap jodang yang telah diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan meliputi sudut kemiringan dinding dan konstruksi mata jaring dinding dasar. Sudut kemiringan dinding yang digunakan adalah 30°, 40° dan 50° (Gambar 6). Adapun konstruksi mata jaring dinding dasar yang digunakan adalah mata jaring berukuran 5,6 cm dengan rasio penggantungan primer E1 = 0,707,

berbentuk persegi panjang dengan ukuran l × w = 2,4×2,8 (cm) dan mata jaring berukuran 5,6 cm dengan E1 = 0,50. Perangkap jodang dibentuk oleh

rangka yang terbuat dari batang besi berdiameter 6 mm. Perangkap ini disusun dengan kombinasi dari masing-masing perlakuan. Masing-masing menggunakan 3 alat yang sama.

2 Kantong jaring. Untuk kepentingan penentuan selektivitas, di bawah dinding dasar perangkap dipasang kantong jaring (cover net) yang terbuat dari bahan polyamida (PA) dengan ukuran mata 1,25 cm. Posisi pemasangan kantong jaring diperlihatkan pada Gambar 7 dan Lampiran 3a.


(34)

α

α

10 cm 10 cm

15 cm

33,10 cm

33,10 cm 9,60 cm

29,20 cm 10 cm

15 cm 11,55 cm

29,20 cm

10 cm

α

36,10 cm 36,10 cm

10 cm

15 cm 7,50 cm

3 Perahu penangkap keong macan.

4 Jangka sorong untuk mengukur dimensi (panjang, lebar dan tinggi) hasil tangkapan.

5 Karet gelang untuk mengikat umpan pada dasar perangkap. 6 Kantong plastik sebagai penampung hasil tangkapan. 7 Stiker label sebagai penanda kantong plastik.

α = 30°

α = 40°

α = 50°

Gambar 6. Konstruksi perangkap jodang uji berdasarkan sudut kemiringan dinding α.


(35)

Gambar 7 Perangkap jodang yang dilengkapi dengan kantong jaring (cover net).

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode percobaan penangkapan (experimental fishing) yang diawali dengan analisa prediksi konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap sebagai penelitian pendahuluan. Kegiatan berikutnya adalah merancang bangun alat tangkap yang dilakukan di Laboratorium Teknologi dan Alat Penangkapan Ikan (TAP). Kegiatan ini dilanjutkan dengan uji coba alat di lapang. Kegiatan-kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1 Prediksi konstruksi mata jaring dinding dasar.

Prediksi dilakukan dengan berdasarkan kepada data panjang, lebar dan tinggi keong macan layak tangkap berukuran 4,27 cm.

2 Rancang bangun perangkap jodang untuk perlakuan sudut kemiringan dinding 30°, 40° dan 50°. Perangkap yang diberikan perlakuan kemiringan dinding yang berbeda dibuat miniaturnya dengan menggunakan kayu silinder berdiameter 0,8 cm yang disambung menggunakan kawat lunak.

3 Persiapan alat.

Rangka perangkap dibuat dengan mempergunakan batang besi berdiameter 0,6 cm. Setiap sisinya disambung dengan menggunakan las. Perangkap dibentuk dengan sudut kemiringan dinding 30°, 40° dan 50°. Setelah itu, mata jaring dinding dasar dibuat sesuai dengan konstruksi yang diprediksi.

4 Pengoperasian perangkap.

Pengoperasian perangkap di lapang memakai cara pengoperasian perangkap jodang yang sama dengan nelayan Palabuhanratu. Urutan pengoperasiannya adalah sebagai berikut:

Kantong jaring (PA)


(36)

- Penentuan daerah penangkapan.

- Berangkat menuju daerah penangkapan sekitar pukul 17.00.

- Persiapan pemasangan perangkap yang terdiri atas penyusunan perangkap di atas perahu agar mudah dilemparkan ke laut. Untuk kepentingan penelitian, perangkap disusun berselang-seling. Foto susunan perangkap jodang di atas perahu ditunjukkan pada Lampiran 3b.

- Pemasangan alat meliputi pemberian umpan ke dalam perangkap diikuti dengan pelemparan perangkap ke laut. Perangkap dipasang dengan sistem rawai.

- Pengangkatan perangkap ke atas perahu dilakukan setiap 3 jam. Pada saat pengangkatan, perangkap digoyang-goyangkan. Hal ini dilakukan agar keong yang berukuran kecil dapat lolos melewati mata jaring dinding dasar perangkap.

- Sortasi. Setelah perangkap dinaikkan ke atas perahu, maka dimulailah sortasi atau pemilahan hasil tangkapan. Kegiatan sortasi adalah sebagai berikut:

ƒ Kantong jaring (cover net) dibuka dan isinya ditumpahkan ke dalam ember plastik, kemudian diberikan label penanda sesuai dengan sudut kemiringan dinding dan konstruksi mata jaring dinding dasar yang diuji; dan

ƒ Isi yang berada di dalam perangkap/tertahan pada konstruksi mata jaring dinding dasar uji dimasukkan ke dalam kantong plastik yang lain, kemudian diberikan label penanda sesuai dengan sudut kemiringan dinding dan konstruksi mata jaring dinding dasar yang diuji.

5 Dilakukan 10 kali setting sebagai ulangan.

Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: 1 Prediksi konstruksi mata jaring dinding dasar.

Konstruksi mata jaring dinding dasar diprediksi berdasarkan ukuran panjang cangkang, lebar cangkang dan tinggi cangkang 10 ekor keong macan berukuran layak tangkap (4,27 cm) dan 350 ekor keong macan dengan ukuran yang bervariasi. Data ini diambil dari penelitian Puspito (2009).


(37)

2 Pengujian sudut kemiringan dinding perangkap.

Untuk keperluan pengujian ini, hasil tangkapan didata jenis, jumlah dan panjang, baik untuk hasil tangkapan utama maupun hasil tangkapan sampingan, pada setiap sudut kemiringan dinding yang diuji.

3 Penentuan hubungan antara tinggi cangkang (h) dengan panjang (l) dan lebar (w) cangkang keong macan. Data dimensi ini dikumpulkan dari keseluruhan tangkapan keong macan.

4 Pengujian selektivitas.

Data yang dibutuhkan untuk pengujian ini adalah data panjang cangkang keong macan yang tertahan dan masuk ke dalam cover net untuk setiap konstruksi mata jaring uji.

Gambar 8 menunjukkan posisi pengukuran panjang l, lebar w dan tinggi cangkang h. Pengukuran panjang p cangkang berawal dari apex hingga shiponal canal. Lebar w cangkang diukur pada bagian penampang melintang cangkang dengan lingkar cangkang terbesar. Posisi pengukuran dari satu sisi aperture ke sisi lainnya. Adapun tinggi h cangkang diukur pada bagian yang sama dengan pengukuran lebar cangkang, tetapi posisi pengukurannya dari atas ke bawah

aperture. Dimensi cangkang ini diukur dengan menggunakan jangka sorong. Data panjang cangkang, lebar cangkang, dan tinggi cangkang keong macan dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 8 Cangkang keong macan dan posisi pengukuran panjang l, lebar w dan tinggi h.

w

l h

Apex

Aperture Shiponal


(38)

3.4 Analisa Data

3.4.1 Menentukan sudut kemiringan dinding perangkap yang terbanyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap

Cara untuk menentukan sudut kemiringan dinding perangkap yang terbanyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap adalah dengan menganalisa data jumlah dan panjang cangkang keong macan hasil tangkapan. Data panjang cangkang dan jumlah keong macan untuk setiap sudut kemiringan dinding dibuat dalam bentuk grafik histogram. Grafik akan memperlihatkan dengan jelas jumlah keong macan layak tangkap untuk setiap sudut kemiringan dinding. Sudut kemiringan dinding dengan tangkapan keong macan layak tangkap terbanyak adalah yang direkomendasikan.

Data jumlah hasil tangkapan sampingan juga ikut dianalisa sebagai penunjang pemilihan sudut kemiringan dinding. Alat tangkap yang baik adalah alat tangkap yang selain selektif terhadap panjang hasil tangkapan utamanya dan menghasilkan hasil tangkapan sampingan yang sedikit. Jadi, sudut kemiringan dinding yang direkomendasikan adalah sudut kemiringan dinding yang paling mudah dirayapi oleh keong macan layak tangkap dan memiliki hasil tangkapan sampingan yang paling sedikit.

3.4.2 Menentukan hubungan antara tinggi cangkang (h) dengan panjang (l) dan lebar (w) cangkang keong macan

Hal pertama yang perlu dilakukan sebelum menentukan bentuk dan ukuran mata jaring dinding dasar adalah menentukan hubungan antara tinggi cangkang dengan panjang dan lebar cangkang keong macan. Penentuan hubungan dari parameter-parameter ini dilakukan untuk melihat proporsionalitas keong, sehingga nantinya dapat diputuskan apakah penentuan lebar w dan tinggi h cangkang dengan hanya berdasarkan panjang l cangkang dapat dilakukan. Hal ini akan dinilai berdasarkan keeratan koefisien korelasi. Koefisien ini dapat dicari dengan cara memplotkan data l, w, dan h seluruh cangkang keong macan dalam bentuk grafik. Setelah data diplotkan, persamaan regresinya dicari dengan bantuan software Microsoft Excel.


(39)

3.4.3 Menentukan konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang Keong macan memiliki sifat segera masuk ke dalam cangkang ketika ada gangguan dari luar. Pada pengoperasian perangkap, badan keong akan masuk ke dalam cangkang ketika dilakukan pengangkatan perangkap. Dengan demikian, lolos atau tidaknya keong melalui mata jaring sangat tergantung pada cangkangnya, terutama ukuran keliling cangkang pada penampang melintang terbesarnya.

Penampang melintang cangkang keong terbentuk oleh 2 lingkaran dengan diameter yang sama. Setengah bagian merupakan ½ lingkaran penuh, dan ½ lainnya < ½ lingkaran (Gambar 9a). Dengan demikian penentuan mata jaring untuk menahan cangkang harus mempertimbangkan diameter cangkang ini. Untuk memprediksi ukuran mata jaring dan rasio penggantungan jaring harus dimulai dengan menetapkan ukuran cangkang yang menjadi acuan dalam perhitungan.

Terdapat tiga cara memprediksi ukuran dan bentuk mata jaring yang diuji (Puspito 2009) :

1 Bentuk mata jaring hanya mempertimbangkan diameter penampang melintang cangkang yang merupakan lebar w cangkang (Gambar 9b). Dengan demikian, panjang kaki mata jaring b sama dengan diameter atau lebar w cangkang dan ukuran mata jaring adalah 2×w dengan rasio penggantungan primer E1 adalah

0,707. Menurut Fridman (1986), rasio penggantungan E1 = 0,707 memberikan bukaan maksimal dan mata jaring berbentuk bujur sangkar. Rasio penggantungan primer E1 disini maksudnya adalah perbandingan secara horisontal antara panjang jaring terpasang dengan panjang jaring yang ditarik penuh, atau perbandingan antara jarak horisontal antara 2 simpul terdekat dengan ukuran mata (mesh size, MS) jaring.

2 Bentuk mata jaring adalah persegi dengan panjang dan lebarnya masing-masing merupakan lebar w dan tinggi h potongan melintang cangkang (Gambar 10c).

3 Cara lain dalam merancang bentuk mata jaring adalah dengan mempertimbangkan lebar w dan tinggi h cangkang.


(40)

(a) (b) (c)

Membentuk ½ lingkaran bidang A Membentuk < ½ lingkaran bidang B

Sumber: Puspito (2009)

Penampang melintang cangkang keong pada keliling badan terbesar diperlihatkan pada Gambar 10a. Gambar 10b menunjukkan gabungan 2 lingkaran masing-masing dengan diameter h dan w. Pada Gambar 10c, 4 garis lurus – dimulai dari perpotongan antara sumbu x dan garis lingkaran besar – ditarik menyinggung lingkaran kecil. Masing-masing garis singgung dan sumbu x akan membentuk sudut α. Bukaan horisontal mata jaring H sama dengan lebar cangkang l.

(a) (b) (c)

Gambar 9 Penampang melintang cangkang keong macan dan perkiraan bentuk mata jaring yang dapat menahannya

l t

A

h

w

b=w

B

Sumber: Puspito (2009)

Gambar 10 Penampang melintang cangkang keong macan pada keliling badan terbesar dan rancangan penentuan bukaan mata jaring maksimal h

w

h

w x V

y H

α


(41)

Untuk memperoleh ukuran mata bagian dasar, 350 data panjang cangkang, lebar cangkang dan tinggi cangkang keong macan pada Puspito (2009) dicari persamaan regresinya, kemudian diolah berdasarkan rumus sebagai berikut:

1 1h b a

l= + ; 12

1 1 a

b l

h= − ; dan 13

2 2h b a

w= + . 14

Substitusi (2) ke (3) didapat :

2 1 1 2 b a b l a

w ⎟⎟+

⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ −

= . 15

Bukaan vertikal mata jaring dicari menggunakan persamaan : α

tan

w

V = . 16

Substitusi (4) ke (5) menghasilkan :

α tan 2 1 1 2 ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = b a b l a

V . 17

Panjang kaki mata jaring b dihitung dengan rumus berikut. α

sin 2 1 V

b= . 18

Dengan demikian ukuran mata jaring MS dapat dihitung dengan : α

sin

V

MS = . 19

Adapun rasio penggantungan primernya didapat dengan menggunakan rumus : % 100 2 1 b l

E = . 20

Dari hasil prediksi didapatkan tiga konstruksi mata jaring (Gambar 11). Ukuran panjang mata jaring (MS) alat penguji pada Gambar 11a sama dengan 2 kali lebar cangkang, sedangkan rasio penggantungan primernya E1 adalah 0,707.

Pada Gambar 11b, mata jaring berbentuk persegi panjang dengan lebar dan panjangnya masing-masing adalah tinggi dan lebar cangkang. Adapun pada Gambar 11c, panjang mata jaring (MS) dan rasio penggantungan primernya ditentukan melalui persamaan regresi dan melalui rumus.


(42)

(a) (b) (c)

Gambar 11 Prediksi konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang. Panjang cangkang yang dijadikan standar dalam penentuan ukuran atau bentuk mata jaring pada gambar 11c adalah 4,27 cm. Berdasarkan rumus, didapatkan lebar w cangkang adalah 2,80 cm dan tinggi h cangkang 2,40 cm. Adapun penentuan sudut α adalah berdasarkan panjang dan lebar cangkang 10 cangkang keong macan berukuran 4,27 cm. Berdasarkan rumus didapat nilai α sebesar 60o. Dengan demikian, alat penguji kelolosan cangkang 1 (Gambar 11a) memiliki ukuran mata jaring (MS) 5,6 cm dan rasio penggantungan primer (E1)

0,707. Alat penguji ke-2 berbentuk persegi dengan lebar 2,8 cm dan panjang 2,4 cm (Gambar 11b). Adapun alat penguji ke-3 – berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan 1-9 – memiliki ukuran mata jaring (MS) 5,6 cm dan rasio penggantungan primer E1 = 0,50 (Gambar 11c).

3.4.4 Penentuan selektivitas

Penentuan selektivitas alat tangkap dilakukan dengan menggunakan cover net method. Penutup adalah jaring yang terbuat dari bahan jaring polyamida (PA) dengan ukuran mata 1,25 cm. Untuk keong macan dengan panjang l, proporsi keong yang tertangkap ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (ICES 1996):

il sl

il i

N N

N

+ =

φ .


(43)

Selanjutnya kurva selektivitas ditentukan dengan menggunakan rumus berikut (ICES 1996):

( )

(

(

)

)

l b a l b a l r i i i i

i + +

+ =

exp 1

exp

. 22

Keterangan :

ri(l) : Fungsi selektivitas jaring terhadap panjang cangkang; l : Panjang cangkang; dan

a & b : Parameter kurva selektivitas yang akan diduga.

Parameter kurva selektivitas a dan b diduga dengan cara memaksimumkan fungsi log likelihood. Fungsi ini dimaksimumkan dengan menggunakan add-in SOLVER pada software MS EXCELL. Formulanya adalah (ICES 1996):

( )

(

( )

)

[

]

+ − = l sl i il

i N l N l

L lnφ ln1 φ

log . 23

Ada 2 hal penting dalam melakukan penilaian selektivitas suatu alat tangkap, yaitu (ICES 1996):

1. Retention

b a

L50 =− . 24

. 2. Selection range

SR = L75-L25; 25

b Ln a

L25 = − (3); dan 26

b Ln a

L75 = + (3). 27

Keterangan :

i

φ : Proporsi keong yang tertangkap menggunakan jenis mata jaring bagian dasar ukuran ke-i;

Nil : Jumlah cangkang yang tertahan pada selang kelas panjang ke-l

dengan menggunakan jenis mata jaring dinding dasar ukuran

ke-i; dan

Nsl : Jumlah cangkang yang lolos (tertampung pada cover net) ke-s


(44)

Nilai L75 dan L25 juga dapat dicari dengan fitted by eyes pada kurva selektivitas

yang terbentuk.

3.4.5 Rancangan percobaan

Analisis RAL digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbedaan sudut kemiringan dinding terhadap jumlah dan ukuran panjang cangkang keong macan yang merayap. Tujuan lain adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbedaan konstruksi mata jaring terhadap ukuran panjang cangkang keong macan yang tertahan. Data ini diolah dengan menggunakan analisis ragam atau ANOVA (analysis of variance).

Untuk melakukan analisis ragam atau ANOVA (analysis of variance), ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar hasil yang diperoleh valid. Asumsi tersebut antara lain adalah (Mattjik & Sumertajaya 2000):

1 Ragam homogen; 2 Kebebasan galat; dan

3 Galat percobaan menyebar normal.

Setelah pengujian asumsi terpenuhi, maka analisis ragam dapat dilakukan. Perlakuan-perlakuan yang diuji dengan menggunakan RAL adalah sebagai berikut:

1 Perlakuan untuk RAL pertama adalah sudut kemiringan dinding perangkap a Sudut kemiringan dinding 1 : 30°;

b Sudut kemiringan dinding 2 : 40°; dan c Sudut kemiringan dinding 3: 50°.

2 Perlakuan untuk RAL kedua adalah konstruksi mata jaring a Konstruksi mata jaring 1 : MS = 5,6 cm (E1 = 0,707);

b Konstruksi mata jaring 2 : berbentuk persegi panjang dengan ukuran l× w = 2,4×2,8(cm); dan


(45)

Persamaan RAL yang digunakan adalah (Steel et al. 1997) :

ij i ij

Y =μ+τ +ε

.

28

Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan pada sudut kemiringan dinding/konstruksi mata

jaring ke-i dan ulangan ke-j;

μ : Rataan umum;

i : Pengaruh kemiringan dinding/konstruksi mata jaring ke-i;

ε

ij : Pengaruh acak pada kemiringan dinding/konstruksi mata jaring

ke-i ulangan ke-j;

i j

: :

1,2,3; dan 1,2,3, ..., 10.

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

H0 : 1 = 2 = 3 = 0

H1 : Paling sedikit ada satu 1 ≠ 0

Untuk menilai apakah dua nilai tengah perlakuan berbeda secara statistika, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan selisih nilai tengah perlakuan tersebut dengan nilai BNT. Jika dua nilai perlakuan lebih besar daripada nilai

BNT, maka dua nilai dikatakan berbeda secara nyata pada taraf α. Sebaliknya, jika beda dua nilai tengah perlakuan tersebut lebih kecil daripada nilai BNT, maka dapat dikatakan dua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel et al. 1997):

(

2

)

1/2

/ 2s r t

BNTα = α . 29

Konstanta t adalah nilai t yang diperoleh dari tabel t pada taraf nyata α. Nilai t

dilihat pada derajat bebas galat. Konstanta s2 adalah nilai kuadrat tengah galat (KTG) yang diperoleh dari analisis ragam, dan r adalah jumlah ulangan.


(46)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Komposisi Hasil Tangkapan

Perangkap jodang menangkap 10 spesies yang dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu kelompok kepiting dan keong. Kelompok kepiting terdiri atas 4 jenis spesies, yaitu Beuroisia manqueni, Tanaoa distinctus, Myra grandis, dan Laterallidae. Adapun kelompok keong terdiri atas 6 jenis spesies yang meliputi

Buccinum spp., Collumella testudine, Rapana spp., Olivia spp., Murex califera

dan keong macan (Babylonia spirata). Komposisi hasil tangkapan total diperlihatkan pada Gambar 12 dan foto hasil tangkapan diperlihatkan pada Lampiran 5.

Persentase jumlah tangkapan perangkap jodang, baik berupa keong macan, keong lain dan kepiting, relatif tidak berbeda jauh. Pada Gambar 13 ditunjukkan bahwa persentase keong macan terhadap total tangkapan mencapai 34,03% (1.225 ekor), jenis keong lain 32,44% (1.168 ekor) dan kepiting 33,53% (1.207 ekor). Jika pengelompokkan didasarkan atas jenis tangkapan, maka jenis tangkapan terbesar adalah keong sebesar 66,47% (2.393 ekor).

Dari pengamatan langsung ketika operasi penangkapan dilakukan, substrat dasar perairannya berupa lumpur. Ini menjadi salah satu penyebab kenapa jumlah tangkapan terbanyak adalah dari kelompok keong. Menurut Shanmugaraj & Ayyakkanu (1994), dan Yulianda & Danakusumah (2000), habitat keong macan adalah di perairan dengan substrat dasar yang berlumpur. Alasan lain yang mendukung banyaknya keong tertangkap adalah karena penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober. Ini sesuai dengan musim puncak penangkapan keong macan yang diungkapkan oleh Naja (2004), yaitu pada bulan Juli-Oktober.

Menurut Rupert & Barnes (1991), keong sangat sensitif terhadap rangsang gerak, sehingga kemungkinan besar keong masuk ke dalam perangkap lebih dahulu daripada kepiting. Hill (1982) menjelaskan kepiting memiliki pergerakan yang agresif, terutama dalam merespon bau. Pergerakan agresif kepiting, baik yang berada di dalam maupun luar perangkap, akan menyebabkan keong tidak akan mendekati perangkap. Dari hasil operasi penangkapan, seluruh perangkap


(47)

mendapatkan keong. Ini mengindikasikan bahwa keong lebih dahulu masuk ke dalam perangkap. Selanjutnya, jenis tangkapan lain yang masuk adalah kepiting.

Keong macan yang tertangkap oleh perangkap jodang menyebar pada kisaran panjang cangkang 1,00-5,99 cm. Dari keseluruhan keong macan yang tertangkap, terdapat sebanyak 1.082 ekor (88,33%) keong macan ukuran tidak layak tangkap (< 4,27 cm) dan 143 ekor (11,67%) berukuran layak tangkap (≥ 4,27 cm). Hasil tangkapan dari kelompok kepiting menyebar pada kisaran panjang karapas 1,00-3,99 cm. Adapun kelompok keong menyebar pada kisaran panjang cangkang 2,00-4,99 cm. Ukuran kedua kelompok tangkapan tersebut tidak ikut diperhatikan, karena merupakan hasil tangkapan sampingan yang tidak dikonsumsi.

Keong Macan (Babylonia spirata), 34,03%

Murex califera, 0,39%

Olivia

spp., 1,61%

Rapana

spp., 0,08%

Collumella testudine, 28,83%

Beuroisia manquenei

, 18,06%

Tanaoa distinctus, 7,61%

Myra grandis, 6,39 % Laterallidae

, 1,47%

Buccinum

spp, 1,53%

Gambar 12 Komposisi hasil tangkapan perangkap jodang.

Kepiting 33,53 % Keong 32,44 % Keong Macan (Babylonia Spirata) 34,03 %

Gambar 13 Komposisi hasil tangkapan kepiting, keong dan keong macan. ,

18,06%

, 1,47%


(48)

4.2 Pengaruh Sudut Kemiringan Dinding Perangkap Jodang terhadap Hasil Tangkapan

4.2.1 Distribusi jenis, jumlah dan panjang cangkang hasil tangkapan total Tangkapan utama keong macan menyebar pada kisaran panjang cangkang 0,00-6,10 cm (Gambar 14). Kisaran ini terbagi ke dalam 10 kelas dengan interval kelas 0,61 cm. Keong macan banyak tertangkap pada ukuran dibawah layak tangkap, yaitu pada kisaran panjang cangkang 3,05-3,65 cm sebanyak 318 ekor. Ukuran ini seharusnya belum boleh ditangkap karena belum memijah.

Keong macan layak tangkap yang tertangkap sangat sedikit, yaitu sebanyak 227 ekor atau 18,53% dari total hasil tangkapan keong macan. Sisanya sebanyak 998 ekor atau sebesar 81,47% adalah keong macan berukuran tidak layak tangkap. Sedikitnya jumlah tangkapan keong macan layak tangkap diduga terkait dengan ketersediaan sumberdaya. Sumberdaya keong macan pada lokasi pengoperasian perangkap diduga kebanyakan berukuran lebih kecil dari ukuran layak tangkap.

Gambar 14 Distribusi jumlah dan panjang keong macan total.

Hasil tangkapan sampingan secara keseluruhan menunjukkan bahwa pada lokasi penangkapan terdapat populasi keong dan kepiting yang hampir sama jumlahnya. Dari keseluruhan hasil tangkapan, kedua tangkapan ini masing-masing berjumlah 1.168 ekor (49,18%) dan 1.207 ekor (50,82%) (Gambar 15). Keseluruhan spesies yang terdapat pada kelompok keong maupun kepiting, salah satu habitatnya adalah di perairan dengan substrat berlumpur (Hardy 2008;

0 1

33 77 281 318 288 190 35 2 0 50 100 150 200 250 300 350 Layak tangkap = 227 ekor

(18,53%)

Jumlah

(ekor)

Panjang cangkang (cm)

n = 1.225 ekor


(49)

Hayden 2007; Shanmugaraj & Ayyakkannu 1994; Yulianda & Danakusumah 2000).

Hasil tangkapan sampingan untuk kelompok keong menyebar pada kisaran panjang 0,00-5,24 cm (Gambar 16) dan terbagi menjadi 7 kelas dengan interval kelas 0,75 cm. Dari keseluruhan tangkapan kelompok keong, diketahui tangkapan terbanyak berasal dari spesies Collumella testudine, yaitu sebanyak 1.038 ekor (88,87%). Buccinum spp. tertangkap 55 ekor (4,71%), Rapana spp. 3 ekor (0,26%), Olivia spp. 58 ekor (4,97%), dan Murex califera tertangkap 14 ekor (1,20%).

Collumella testudine banyak tertangkap pada kisaran panjang 2,25-2,99 cm sebanyak 557 ekor (Gambar 17). Tangkapan terbanyak untuk spesies lain, yaitu

Buccinum spp., Olivia spp., dan Murex califera, masing-masing berada pada kisaran panjang cangkang 1,50-2,24 cm sebanyak 28 ekor, 2,25-2,99 sebanyak 36 ekor cm dan 3,00-3,74 cm sebanyak 9 ekor. Khusus Rapana spp., tangkapan menyebar merata pada kisaran panjang cangkang 3,00-5,24 cm masing-masing sebanyak 1 ekor.

Hasil tangkapan sampingan dari kelompok kepiting menyebar pada kisaran panjang karapas 0,00-4,49 cm (Gambar 18). Kisaran ini terbagi ke dalam 6 kelas dengan interval kelas 0,75 cm. Tangkapan terbanyak untuk kelompok kepiting adalah Beuroisia manquenei, sebanyak 650 ekor (53,85%). Beuroisia manquenei

banyak terdapat pada kisaran panjang karapas 3,00-3,74 cm sebanyak 303 ekor. Spesies lain, Tanaoa distictus terbanyak pada kisaran panjang karapas 1,50-2,24 cm sebanyak 134 ekor, Myra grandis pada kisaran panjang karapas 2,25-2,99 cm sebanyak 140 ekor dan Laterallidae pada kisaran panjang karapas 3,00-3,74 cm sebanyak 33 ekor.


(50)

0 5 10 15 20 25 30 35

40 Buccinum spp.

Rapana spp. Olivia spp. Murex califera

0 100 200 300 400 500 600

Gambar 17 Distribusi jumlah dan panjangcangkang Collumella testudine.

Kepiting 50,82% Keong

49,18%

Gambar 15 Komposisi hasil tangkapan sampingan.

Panjang cangkang (cm)

Jumlah

(ekor

)

0 0,75 1,50 2,25 3,00 3,75 4,50 5,25

Gambar 16 Distribusi jumlah dan panjang cangkangkelompok keong.

Jumlah

(ekor

)

Panjang cangkang (cm)


(51)

0 50 100 150 200 250 300

350 Beuroisia m anquenei

Tanaoa distinctus Myra grandis

Laterallidae

Gambar 18 Distribusi jumlah dan panjang karapas kelompok kepiting.

4.2.2 Distribusi jumlah dan panjang untuk hasil tangkapan utama

Ada atau tidaknya pengaruh sudut kemiringan dinding yang diuji terhadap jumlah keong macan layak tangkap yang merayap maupun ukuran panjang cangkang keong macan yang tertangkap dapat diketahui dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Hal ini dilakukan untuk melihat gambaran data secara umum sebelum dilakukan analisis secara lebih mendalam.

Berdasarkan data jumlah dan panjang keong macan, analisis ragam (ANOVA) dapat dilakukan dan hasilnya dapat dikatakan valid/sah, karena uji asumsi telah dipenuhi (Mattjik & Sumertajaya 2000). Berdasarkan perhitungan analisis ragam didapatkan bahwa sudut kemiringan dinding berpengaruh nyata terhadap jumlah keong macan layak tangkap yang merayap dan panjang cangkang keong macan yang tertangkap. Hal ini terlihat dari perolehan Fhitung yang lebih

besar dari Ftabel, nilainya masing-masing 4,49 dan 3,35 untuk jumlah keong macan

layak tangkap, serta 3,37 dan 3,35 untuk ukuran panjang cangkang yang merayap. Uji beda nyata terkecil menghasilkan bahwa sudut kemiringan dinding 30° dan 50° memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah keong macan layak tangkap. Adapun sudut 40° dan 50° memberikan pengaruh yang nyata terhadap ukuran keong macan layak tangkap dan panjang rata-rata keong macan. Hasil pengujian asumsi dapat dilihat pada Lampiran 6, 10, 7 dan 9. Adapun hasil analisis ragam dan uji beda nyata terkecil dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 16.

Jumlah

(ekor

)

0 0,75 1,50 2,25 3,00 3,75 4,50 Panjang karapas (cm)


(52)

Distribusi jumlah dan panjang keong macan sebagai hasil tangkapan utama untuk setiap sudut kemiringan dinding dapat diuraikan sebagai berikut:

1 Sudut kemiringan dinding 30°

Jumlah total keong macan yang tertangkap pada sudut kemiringan dinding 30° sebanyak 461 ekor atau sebesar 37,63% dari tangkapan total keong macan. Jumlah keong macan terbanyak terdapat pada kisaran panjang cangkang 2,44-3,04 cm sebanyak 125 ekor atau sebesar 27,15% dari jumlah keong macan yang merayap pada sudut ini (Gambar 19a).

Jumlah keong macan layak tangkap yang tertangkap pada sudut kemiringan dinding 30° sebanyak 48 ekor. Nilai ini tergolong rendah karena hanya menangkap sebesar 10,41% dari keseluruhan keong macan yang merayap pada sudut kemiringan dinding ini. Jumlah keong macan layak tangkap terbanyak adalah pada kisaran panjang cangkang 4,27-4,88 cm, yaitu sebanyak 44 ekor atau sebesar 91,67% dari jumlah tangkapan layak tangkap.

2 Sudut kemiringan dinding 40°

Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40° menangkap keong macan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan tangkapan keong macan pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 30°. Terdapat 448 ekor keong macan yang dapat merayap atau sebesar 36,57% dari total tangkapan keong macan. Jumlah keong macan terbanyak ada pada kisaran panjang cangkang 3,05-3,65 cm sebanyak 131 ekor atau sebesar 29,24% dari seluruh keong macan yang dapat merayap pada sudut ini (Gambar 19b).

Jumlah keong macan layak tangkap adalah sebanyak 87 ekor atau sebesar 19,42% dari seluruh keong macan yang merayapi dinding perangkap ini. Walaupun nilai ini masih tergolong kecil, nilai ini lebih baik dibandingkan dengan jumlah keong macan yang tertangkap pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 30°. Keong macan layak tangkap terbanyak ada pada kisaran panjang cangkang 4,27-4,88 cm sebanyak 82 ekor atau sebesar 94,25% dari jumlah tangkapan layak tangkap.


(53)

3 Sudut kemiringan dinding 50°

Jumlah keong macan yang dapat tertangkap pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 50° adalah paling sedikit dibandingkan dengan dua jenis perangkap lainnya. Perangkap ini menangkap keong macan sebanyak 316 ekor atau sebesar 25,80% dari total tangkapan keong macan. Keong macan terbanyak berada pada kisaran panjang cangkang 3,66-4,26 cm sebanyak 77 ekor atau sebesar 24,37% dari total keong macan yang merayap pada sudut ini (Gambar 19c).

Keong macan layak tangkap yang merayap pada perangkap ini berjumlah 92 ekor atau sebesar 29,11% dari total tangkapan keong macan yang merayap pada sudut ini. Nilai ini paling tinggi dibandingkan perangkap dengan sudut kemiringan dinding lainnya. Keong macan layak tangkap terbanyak berada pada kisaran panjang 4,27-4,87 cm sebanyak 64 ekor atau sebesar 69,57% dari jumlah tangkapan keong macan layak tangkap.


(54)

0 1 27 48 125 108 104 44 4 0 0 20 40 60 80 100 120 140

0 0 6

20 118 131 86 82 5 0 0 20 40 60 80 100 120 140

0 0 0 9

55 83 77 64 26 2 0 20 40 60 80 100 120 140

a α = 30° n = 461 ekor

b α = 40° n = 448 ekor

c α = 50° n = 316 ekor

Layak tangkap = 48 ekor (10,41%)

Layak tangkap = 87 ekor (19,42%)

Layak tangkap = 92 ekor (29,11%)

Jumlah (ekor)

Panjang cangkang (cm)

0 0,161 1,22 1,83 2,44 3,05 3,66 4,27 4,88 5,49 6,10

Gambar 19 Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong macan hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30°, 40° dan 50°.


(55)

4 Sudut kemiringan dinding pilihan berdasarkan distribusi jumlah dan panjang hasil tangkapan utama

Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 30° memberikan hasil tangkapan keong macan yang paling banyak, kemudian diikuti oleh perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40° (Gambar 20). Sudut kemiringan dinding 50° adalah sudut kemiringan dinding yang paling sedikit menangkap keong macan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sudut kemiringan dinding 30° adalah sudut kemiringan dinding yang paling mudah dirayapi oleh keong macan. Sudut kemiringan ini paling landai dibandingkan dengan sudut kemiringan lainnya, sehingga mudah dirayapi oleh keong macan. Untuk kepentingan penangkapan keong macan yang hanya mementingkan kuantitas, sudut kemiringan dinding 30° dapat direkomendasikan. Kemiringan dinding perangkap 40° juga masih dapat direkomendasikan karena memberikan hasil tangkapan keong macan yang tidak terlalu berbeda dengan kemiringan dinding 30°.

Uji coba sudut kemiringan dinding perangkap dilakukan dengan tujuan selektivitas. Oleh karena itu, sudut kemiringan dinding yang terbaik diharapkan dapat menyeleksi ukuran keong macan yang tertangkap. Ukuran panjang cangkang layak tangkap keong macan yang dijadikan sebagai acuan adalah 4,27 cm (Firdaus 2002). Gambar 20 memperlihatkan jumlah keong macan ukuran layak tangkap yang tertangkap pada berbagai sudut kemiringan dinding perangkap yang diuji.

Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 50° paling banyak menangkap keong macan layak tangkap dibandingkan dengan sudut kemiringan dinding lainnya. Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 50° menangkap keong macan layak tangkap sebanyak 70 ekor, sedangkan untuk sudut kemiringan dinding 30° dan 40° menangkap keong macan layak tangkap masing-masing sebanyak 20 ekor dan 53 ekor.


(56)

0 100 200 300 400 500

30° 40° 50°

Keong macan total Keong macan layak tangkap

4.2.3 Distribusi jumlah dan panjang untuk hasil tangkapan sampingan Distribusi jumlah dan panjang hasil tangkapan sampingan untuk setiap sudut kemiringan dinding diuraikan sebagai berikut:.

1 Sudut kemiringan dinding 30°

Hasil tangkapan sampingan perangkap jodang adalah dari spesies keong dan kepiting. Dengan mempergunakan perangkap dengan kemiringan dinding 30º, keong yang ditangkap berjumlah 365 ekor (35,68%) dan kepiting 658 ekor (64,32%) (Gambar 21a).

Keong terbanyak adalah dari spesies Collumella testudine sebanyak 294 ekor atau sebesar 80,55% dari total tangkapan keong. Kisaran panjang cangkang terbanyak untuk spesies ini berada pada kisaran 1,50-2,24 cm sejumlah 182 ekor (Gambar 22d). Spesies lain yaitu Buccinum spp. (7,95%) dengan kisaran panjang cangkang terbanyak pada 1,50-2,24 cm sebanyak 18 ekor (Gambar 22a). Olivia

spp. tertangkap sebanyak 27 ekor (7,40%) dengan kisaran panjang cangkang terbanyak pada 2,25-2,99 (14 ekor). Murex califera tertangkap sebanyak 12 ekor (3,29%) dari total tangkapan keong dengan kisaran panjang cangkang terbanyak pada 2,80-3,20 (9 ekor). Rapana spp. tertangkap sebanyak 3 (0,82%) dari total tangkapan keong dan menyebar merata pada kisaran panjang cangkang 3,00-5,24 cm (1 ekor).

Jumlah (eko

r

)

Sudut kemiringan dinding

Gambar 20 Jumlah keong macan total dan keong macan layak tangkap hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30°, 40° dan 50°.


(57)

Untuk kelompok kepiting, jumlah tangkapan terbanyak adalah dari spesies

Beuroisia manquenei sebanyak 297 ekor atau sebesar 45,14% dari total tangkapan kepiting dengan kisaran panjang l karapas terbanyak pada 3,00-3,74 cm sejumlah 164 ekor (Gambar 23a). Spesies lain Myra grandis tertangkap 177 ekor (26,90%) dengan l terbanyak pada 2,25-2,99 cm (123 ekor). Tanaoa distinctus tertangkap sebanyak 160 ekor (24,32%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 1,50-2,24 cm (34 ekor). Laterallidae tertangkap 24 ekor (3,65%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 3,00-3,74 cm (11 ekor).

2 Sudut kemiringan dinding 40°

Pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40º, kelompok keong tertangkap sebanyak 495 ekor (60,89 %) dan kelompok kepiting sebanyak 318 ekor (39,11%) (Gambar 21b). Kelompok keong didominasi oleh Collumella testudine yang berjumlah 457 ekor atau sebesar 92,32% dari total tangkapan keong dengan kisaran panjang cangkang terbanyak pada 2,25-2,99 (336 ekor) (Gambar 22e). Keong lain, Olivia spp. tertangkap sebanyak 22 ekor (4,44%) dengan kisaran panjang cangkang terbanyak pada 2,25-2,99 cm (15 ekor).

Buccinum spp. tertangkap sebanyak 15 ekor (3,03%) dengan kisaran panjang cangkang terbanyak pada 2,25-2,99 cm (11 ekor). Murex califera tertangkap sebanyak 1 ekor (0,20%) pada kisaran panjang cangkang 3,00-3,74 cm (Gambar 22b).

Kelompok kepiting didominasi oleh Beuroisia manquenei sebanyak 206 ekor atau sebesar 64,78% dari total tangkapang kepiting dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 2,25-2,99 cm berjumlah 103 ekor. Tanaoa distinctus

tertangkap sebanyak 64 ekor (20,13%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 1,50-2,24 cm (34 ekor). Myra grandis tertangkap sebanyak 28 ekor (8,81%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 0,75-1,49 cm (16 ekor). Laterallidae tertangkap sebanyak 22 ekor (6,92%) dari total tangkapan keong dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 3,00-3,74 cm (10 ekor) (Gambar 23b).


(58)

3 Sudut kemiringan dinding 50°

Keong dan kepiting yang tertangkap oleh perangkap dengan sudut kemiringan 50º masing-masing berjumlah 308 ekor (57,14%) ekor dan 231 ekor (42,86%) (Gambar 21c). Kelompok keong didominasi oleh Collumella testudine

sebanyak 287 ekor atau sebesar 93,18% dari total tangkapan keong dengan kisaran panjang terbanyak pada 3,00-3,74 cm berjumlah 160 ekor (Gambar 22f). Keong lain, Buccinum spp., tertangkap sebanyak 11 ekor (3,57%) dengan kisaran panjang terbanyak pada 2,25-2,99 (6 ekor). Olivia spp. tertangkap sebanyak 9 ekor (2,92%) dengan kisaran panjang terbanyak pada 3,00-3,74 cm (5 ekor).

Murex califera tertangkap sebanyak 1 ekor (0,32%) dari total tangkapan keong, yaitu pada kisaran panjang 3,00-3,74 cm (Gambar 22c).

Beuroisia manquenei mendominasi kelompok kepiting dengan jumlah 149 ekor yaitu sebesar 64,0,50, dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 2,25-2,99 cm berjumlah 76 ekor. Tanaoa distinctus tertangkap sebanyak 50 ekor (21,65%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 1,50-2,24 cm (32 ekor).

Myra grandis tertangkap sebanyak 25 ekor (10,82%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 1,50-2,24 cm (13 ekor). Laterallidae tertangkap sebanyak 7 ekor (3,03%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 3,75-4,49 cm (7 ekor) (Gambar 23c).


(1)

Lampiran 14 Data panjang cangkang keong macan rata-rata yang tertahan pada setiap konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang

Konstruksi mata jaring Ulangan

5,6 cm (E1 = 70%) 2,4x2,8 (cm) 5,6 cm (E1 = 50%)

1 4,78 4,36 4,26

2 4,83 4,58 4,33

3 4,81 4,42 4,28

4 4,78 4,40 4,27

5 4,82 4,51 4,25

6 4,82 4,54 4,37

7 4,93 4,47 4,26

8 4,81 4,62 4,40

9 4,99 4,62 4,59

10 4,72 4,52 4,50

Lampiran 15 Hasil pengujian asumsi ukuran panjang cangkang keong macan yang tertahan pada setiap konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang

1. Pengujian kehomogenan ragam

Asumsi kehomogenan ragam yang dipakai adalah:

H0 = 21 = 22 = …. = 2k

H1 = Paling sedikit satu dari ragam tidak sama

Kehomogenan ragam diperoleh setelah melakukan pengujian dengan menggunakan Uji Bartlett pada software MINITAB dan hasilnya adalah:

Test statistic : 1,45; dan

P-value : 0, 484.

Jika selang kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95%, maka besarnya

α adalah 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai P-value a >

α, yang berarti ragam galat adalah homogen. 2. Pengujian asumsi galat percobaan saling bebas

Hasil plot residual versus the order of the data penelitian ini menggambarkan bahwa galat menyebar tanpa pola tertentu. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada korelasi antar galat. Hasil plotnya adalah sebagai berikut:


(2)

Observation order Re s id u a l 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 -0.2 -0.3 -0.4

Residuals versus the order of the data (response is Panjang cangkang)

4. Uji kenormalan galat percobaan

Kenormalan galat percobaan diuji dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Grafiknya adalah sebagai berikut:

Panjang cangkang (cm)

P ro b a b ili ty 5.2 5.0 4.8 4.6 4.4 4.2 4.0 0.99 0.95 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.05 0.01 Mean >0.150 4.561 StDev 0.2229 N 30 KS 0.120 P-Value Probability plot of panjang cangkang

Normal

Grafik di atas menunjukkan P-value > 0,150. Hal ini menunjukkan bahwa nilai P-value >α. Nilai αadalah 0,05. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa galat menyebar normal.


(3)

Lampiran 16 Daftar analisis ragam (ANOVA) untuk perlakuan konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap ukuran panjang cangkang keong macan yang tertahan

Daftar analisis ragam (ANOVA) dari perlakuan konstruksi dinding dasar yang berbeda adalah sebagai berikut:

Sumber Keragaman db JK KT Fhit Ftabel (5%)

Perlakuan 2 1,196845185 0,60 64,68 3,35

Galat 27 0,249814444 0,01

Total 29 1,44665963

Dari tabel di atas dapat disimpulkan Fhitung (sudut)>Ftabel; maka tolak H0. Hal ini

menandakan bahwa perlakuan konstruksi dinding dasar berpengaruh nyata terhadap ukuran panjang cangkang keong macan yang tertahan.

Lampiran 17 Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk perlakuan konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap ukuran panjang cangkang keong macan yang tertahan

Berikut ini adalah uji BNT untuk rerata panjang setiap sudut kemiringan dinding.

Mata jaring 5,6 cm (E1 = 70%) (2,4x2,8) cm 5,6 cm (E1 = 50%)

Y1 Y2 Y3 Rata-rata

4,83 4,50 4,35

BNTα= tα(2(s^2)/r)^(1/2)

BNT(0.05) = t(0.05) (2(s^2)/r)^(1/2) = 0.07 Y1-Y2 0,33 >BNT

Y2-Y3 0,15 >BNT Y1-Y3 0,48 >BNT

Seluruh jenis konstruksi dinding dasar memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap ukuran keong macan yang tertahan.


(4)

Lampiran 18 Tabel selektivitas konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E1 = 70%)

Jumlah keong yang tertahan Jumlah keong yang masuk PC (cm) X (cm)

pada mata jaring uji ke dalam cover net Total Proporsi Logistik Likelihood Log Likelihood

0,00-0,60 0,30 0 0 0 #DIV/0! 2,64E-08 1,00 0

0,61-1,21 0,91 0 0 0 #DIV/0! 3,14E-07 1,00 0

1,22-1,82 1,52 0 5 5 0,00 3,73E-06 0,9999814 -1,863E-05

1,83-2,43 2,13 0 20 20 0,00 4,43E-05 0,9991151 -0,0008852

2,44-3,04 2,74 0 110 110 0,00 5,26E-04 0,9438014 -0,0578395

3,05-3,65 3,35 0 99 99 0,00 6,21E-03 0,5396794 -0,61678

3,66-4,26 3,96 3 51 54 0,06 6,90E-02 0,2122665 -1,5499128

4,27-4,87 4,57 41 41 82 0,50 0,47 0,0748251 -2,5926022

4,88-5,48 5,18 19 2 21 0,91 0,91 0,282014 -1,2657986

5,49-6,09 5,79 1 1 2 0,50 0,99 0,0157989 -4,1478146

Total 64 329 393 Sum Log Likelihood -10,231652

a = -18,6678 b = 4,0574666


(5)

Lampiran 19 Tabel selektivitas konstruksi mata jaring dinding dasar berbentuk persegi panjang dengan ukuran l × w = 2,4×2,8 (cm) Jumlah keong yang tertahan Jumlah keong yang masuk

PC (cm) X

(cm) pada mata jaring uji ke dalam cover net Total Proporsi Logistik Likelihood Log Likelihood

0,00-0,60 0,30 0 0 0 #DIV/0! 7,327E-16 1,00 0

0,61-1,21 0,91 0 1 1 0,00 1,434E-13 1,00 -1,433E-13

1,22-1,82 1,52 0 12 12 0,00 2,805E-11 1,00 -3,366E-10

1,83-2,43 2,13 0 28 28 0,00 5,489E-09 0,9999998 -1,537E-07

2,44-3,04 2,74 0 102 102 0,00 1,074E-06 0,9998905 -0,0001095

3,05-3,65 3,35 0 112 112 0,00 0,0002101 0,9767416 -0,0235331

3,66-4,26 3,96 2 98 100 0,02 0,0394934 0,1488291 -1,9049564

4,27-4,87 4,57 52 2 54 0,96 0,8894454 0,0395363 -3,2305359

4,88-5,48 5,18 3 2 5 0,60 0,9993652 4,023E-06 -12,423596

5,49-6,09 5,79 0 0 0 #DIV/0! 0,9999968 1,00 0

Total 57 357 414 Sum Log Likelihood -17,582731

a = -37,4448 b = 8,64986


(6)

Lampiran 20 Tabel selektivitas konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E1 = 50%)

Jumlah keong yang tertahan Jumlah keong yang masuk PC (cm) X

(cm) pada mata jaring uji ke dalam cover net Total Proporsi Logistik Likelihood Log Likelihood

0,00-0,60 0,30 0 0 0 #DIV/0! 1,025E-05 1,00 0

0,61-1,21 0,91 0 0 0 #DIV/0! 6,346E-05 1,00 0

1,22-1,82 1,52 0 16 16 0,00 0,0003926 0,9937363 -0,0062834

1,83-2,43 2,13 0 29 29 0,00 0,0024252 0,932006 -0,070416

2,44-3,04 2,74 0 69 69 0,00 0,0148238 0,3568291 -1,0304983

3,05-3,65 3,35 11 96 107 0,10 0,0851957 0,1030979 -2,2720762

3,66-4,26 3,96 47 87 134 0,35 0,3656485 0,0675636 -2,6946864

4,27-4,87 4,57 45 9 54 0,83 0,7810674 0,0911004 -2,3957933

4,88-5,48 5,18 7 2 9 0,78 0,9566747 0,0495606 -3,00456

5,49-6,09 5,79 0 0 0 #DIV/0! 0,9927361 1,00 0

Total 110 308 418 Sum Log Likelihood -11,474314

a = -12,38 b = 2,99

L50 = 4,14