Kondisi Awal Sebelum Tindakan Pra Siklus
102
guru dalam menguasai manajemen pembelajaran dan mengintegrasikan komponen-komponen pembelajaran kurang dikembangkan. Guru hanya
sebatas membagi jobsheet, menerangkan dan bertanya apakah siswa sudah jelas dengan pelajaran yang diberikan. Metode tersebut dapat dikatakan
ekonomis namun belum dapat digunakan untuk menjelaskan materi secara nyata, misalnya menunjukkan proses pembuatan sesuatu. Siswa akan
merasa bosan dan mengantuk jika terlalu lama mendengarkan ceramah, bahkan materi kurang dapat dipahami oleh siswa yang mempunyai tipe
belajar auditor rendah. Selama proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang
belum lancar menjalankan mesin jahitnya sehingga jalannya mesin masih maju mundur, banyak siswa yang belum paham bagaimana langkah kerja
menyiapkan mesin jahit mulai dari membersihkan mesin, mengisi kumparan, mengatur tegangan benang, memasang jarum, memasang
benang, dan sebagainya. Hal ini ditunjukkan pada saat proses praktik menjahit berlangsung masih banyak siswa yang bertanya pada teman yang
lain sehingga membuat keadaan kelas kurang kondusif. Sebagian siswa hanya ikut bergabung dan tidak berusaha sendiri menyiapkan mesin jahit
yang akan dipakai sehingga target waktu tidak dapat tercapai. Selain itu, motivasi dan keaktifan belajar siswa masih tergolong rendah, hal ini
ditunjukkan pada saat praktik menjahit usaha belajar siswa masih kurang. Antusiasme, perhatian, ketekunan minat maupun keuletan siswa dalam
belajar juga masih kurang, siswa lebih sering cepat putus asa saat mesin
103
jahit yang digunakannya mengalami sedikit kerusakan dan cenderung menyalahkan mesin jahitnya.
Hasil penilaian atau kompetensi siswa dalam mengoperasikan mesin jahit manual pada pra siklus dilakukan oleh guru, peneliti hanya
mengambil nilai dari data hasil kompetensi yang dilakukan oleh guru. Hasil kompetensi siswa pada pra siklus dalam mengoperasikan mesin jahit
manual dapat dilihat pada lampiran 3.10. Berdasarkan data hasil kompetensi siswa pada pra siklus, dari 36
siswa menunjukkan nilai rata-rata Mean yang dicapai adalah 71,8 , dengan nilai tengah Median yaitu 73, dan nilai yang sering muncul
Mode adalah 75 dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan nilai yang disajikan, hasil kompetensi siswa pada pra siklus dari 36 siswa dapat
dikategorikan pada tabel hasil kompetensi siswa sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal berikut ini:
Tabel 10. Data Kompetensi Siswa Pra Siklus Berdasarkan KKM
No Kategori
Frekuensi Persentase
1 Tuntas
15 42
2 Belum Tuntas
21 58
Jumlah 36
100
Berdasarkan data tabel distribusi frekuensi kompetensi siswa pada pra siklus, dari 36 siswa yang mengikuti pembelajaran mengoperasikan
mesin jahit menggunakan model pembelajaran yang digunakan oleh guru menunjukkan bahwa siswa yang tuntas baru mencapai 42 atau 15
siswa dan siswa yang belum tuntas 58 atau 21
siswa. Hal ini menunjukkan
104
bahwa kompetensi siswa masih cukup rendah terlihat pada banyaknya siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal dan dilihat dari
nilai rata-rata kelas baru mencapai 71,8 yang masih dibawah standar kriteria ketuntasan minimal yakni 75,0.
Kesimpulan sementara tersebut diperkuat dengan melakukan observasi lanjutan menggunakan lembar observasi pada aspek afektif
mengenai motivasi dan keaktifan belajar. Adapun hasil observasi mengenai
motivasi dan
keaktifan belajar
siswa pada
materi mengoperasikan mesin jahit manual pada pra siklus diperoleh data sebagai
berikut : Tabel 11. Data Hasil Observasi Siswa pada Pra Siklus
Kriteria Pengamatan YA
TIDAK Jumlah Siswa
Motivasi Belajar 52
48 100
19 17
36 Keaktifan belajar
53 47
100 19
17 36
Berdasarkan data tersebut, dari 36 siswa yang mengikuti pembelajaran mengoperasikan mesin jahit manual menggunakan model
pembelajaran yang diterapkan guru, terdapat 52 atau 19 siswa tergolong mempunyai motivasi belajar, sedangkan 48 atau sekitar 17 siswa
tergolong tidak mempunyai motivasi belajar dan 53 atau sekitar 19 siswa tergolong aktif dalam pembelajaran sedangkan 47 siswa atau sekitar 17
siswa termasuk siswa tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Apabila dicermati lebih mendalam masih terdapat siswa yang
mempunyai kompetensi dibawah rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa
105
motivasi maupun keaktifan belajar siswa masih rendah. Rendahnya motivasi dan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran mengoperasikan
mesin jahit manual ini pada akhirnya berakibat pada rendahnya kompetensi siswa. Berdasarkan studi dokumentasi dan diskusi yang
dilakukan, pencapaian kompetensi siswa masih sangat beragam. Ada siswa yang mampu meraih nilai tinggi tetapi banyak siswa yang memperoleh
nilai rendah. Dimana baru 42 siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Oleh karena itu peneliti berkolaborasi dengan guru
sepakat untuk melakukan tindakan melalui model pembelajaran Student Team Achievement Division pada proses belajar mengajar untuk
meningkatkan kompetensi pengoperasian mesin jahit dan pengujian kinerjanya pada materi mengoperasikan mesin jahit manual.