15
mengetahui sisa pendengaran yang masih dimiliki dan menggunakan sisa pendengaran tersebut untuk kegiatan bersifat pendidikan.
Penggolongan atau klasifikasi ketunarunguan dapat mempermudah pendidik dalam menentukan media belajar yang tepat sesuai dengan
daya tangkap suara percakapan atau sisa pendengaran yang masih dimiliki. Bagi Siswa yang masih memiliki sisa pendengaran, maka
memfungsikannya sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan bicara.
3. Karakteristik Anak Tunarungu
Menurut A van Uden, Siswa tunarungu memiliki ciri atau sifat yang sering dilakukan, yaitu
a. Sifat ego - sentris yang lebih besar daripada anak yang mampu mendengar. Mereka mengalami kesulitan untuk menempatkan diri
pada cara berfikir dan perasaan orang lain. Keterbatasan bahasa mempengaruhi kemampuan untuk mengintegrasikan pengalaman
serta interaksi dengan orang lain. b. Memiliki sifat impulsif, yaitu tindakan tanpa perencanaan dan hati-
hati serta tanpa mengantisipasi akibat yang mungkin ditimbulkan oleh perbuatannya.
c. Sifat kaku, yaitu kurangnya kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat disebabkan karena sempitnya
pengalaman yang diperoleh serta kemiskinan perbendaharaan kata yang dimiliki.
16
Anak Tunarungu memiliki karakteristik yang hampir sama. Melengkapi pendapat A van Uden, berikut ini karakteristik anak tunarungu
Andreas, 1995: 34 dalam segi inteligensi, segi bahasa dan bicara, emosi serta sosial diantaranya:
a. Karakteristik dalam segi inteligensi Kemampuan inteligensi anak tunarungu sama seperti anak normal
pendengaran, ada yang tinggi, rata-rata dan rendah. Biasanya, anak tunarungu memiliki inteligensi normal atau rata-rata. Secara umum, bagi
mereka yang memiliki keterbatasan pendengaran mempunyai prestasi lebih rendah disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa sehingga
prestasinya juga
rendah untuk
meteri pembelajaran
yang diverbalisasikan. Namun, untuk materi yang tidak diverbalisasikan,
prestasinya akan seimbang dengan Siswa normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa, rendahnya prestasi anak tunarungu tidak semuanya berasal dari
intelektual tetapi pada umumnya disebabkan karena tidak mendapatkan kesempatan. Bahkan, dalam kenyataannya anak tunarungu mampu
melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi dan bekerja di berbagai tempat sesuai dengan kemampuan.
b. Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara Bahasa adalah alat berfikir dan sarana utama seseorang untuk
berkomunikasi untuk
saling menyampaikan
ide, konsep,
dan perasaannya. Kemampuan membaca, menulis dan berbicara serta
mendengar merupakan alat komunikasi bahasa. Anak tunarungu tidak
17
mampu mendengar bahasa, kemampuan berbahasanya tidak akan berkembang bila ia tidak dididik atau dilatih secara khusus. Oleh karena
itu, anak tunarungu memiliki bahasa yang jauh tertinggal. Bagi anak tunarungu kemampuan bicara berkembang dengan sendirinya, tetapi
memerlukan upaya terus menerus serta latihan dan bimbingan secara profesional. Oleh karena itu, dalam pendidikan formal yang diberikan
bagi anak tunarungu berupa pelatihan bina bicara, persepsi bunyi dan irama yang akan membantu dalam berkomunikasi.
c. Karakteristik dalam segi emosi dan sosial Karena keterbatasan yang dimilki akibat ketunarunguan berakibat
dalam pergaulan dan sosialisasi di masyarakat, sehingga menimbulkan, yaitu
1 Egosentris yang melebihi normal, karena anak tunarungu mempelajari apa yang terjadi dilingkungan melalui mata. Anak
tunarungu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dalam mencari tahu maka penglihatanlah yang menjadi kunci utama.
2 Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas. Tidak
dapat dipungkiri
seorang siswa
yang mengalami
tunarungu merasa takut dengan orang lain terutama lingkungan masyarakat sekitar.
3 Ketergantungan terhadap orang lain. Sikap ketergantungan terhadap orang lain atau apa yang sudah dikenalnya dengan
18
baik, merupakan gambaran bahwa mereka sudah putus asa dan selalu mencari bantuan serta bersandar pada orang lain.
4 Perhatian mereka lebih sukar dialihkan. Alam fikir anak tunarungu hanya pada hal-hal yang kongkrit sehingga sukar
diajak untuk berfikir tentang hal-hal yang belum terjadi atau berfantasi. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran seorang
pendidik perlu menggunakan media untuk menjelaskan apa yang sedang dipelajarai atau menggunakan media lain yang
dapat mendukungf proses pembelajaran. 5 Mereka umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan
tanpa banyak masalah. Mereka tidak mampu menggunakan bahasa atau sikap yang tepat dalam mengungkapkan perasaanya,
sehingga ia menyampaikan apa yang sedang dialamiingin ia sampaikan tanpa basa-basi.
6 Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung. Anak tunarungu mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan
orang lain, sehingga terkadang menimbulkan salah paham.
Berdasarkan karakteristik anak yang mengalami tunarungu, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa keterbatasan dan hambatan yang
dialami dalam mendengar berpengaruh komplek dalam berbagai hal. Siswa tunarungu mengalami keterlambatan perkembangan, termasuk
perkembangan kognitif yang disebabkan oleh kemiskinan bahasa dan pemerolehan pengalaman. Kemampuan bahasa yang terbatas akan
19
membatasi kemampuan
dalam menggunakan
pengalaman yang
diperoleh, bahkan cenderung egosentris. Hambatan pendengaran yang dialami oleh mereka, terkadang membuat anak memiliki sifat mudah
tersinggung, takut dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitar karena salah persepsi dalam menerima informasi
B. Kajian tentang Keterampilan Menulis Kalimat 1. Menulis