PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA KORAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR V DI SEKOLAH LUAR BIASA B KARNNAMANOHARA.

(1)

PENINGKATAN KEM MEDIA KORAN P

SEKOLAH

Diaju un guna M

PROGRA JURU

FA UNIV

i

EMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN M PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR

H LUAR BIASA B KARNNAMANOHARA

SKRIPSI

ajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

Ratna Putri Wijayanti NIM. 11103241008

AM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA RUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN VERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MEI 2015

MELALUI AR V DI


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Jangan pernah berhenti membaca, karena dengan membaca ilmu dan pengalaman baru akan terus didapat untuk referensi menuju sebuah kesuksesan”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

1. Kedua orangtuaku: Bapak Wiji Santoso dan Ibu Binti Saropah. 2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

vii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA KORAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR V DI

SEKOLAH LUAR BIASA B KARNNAMANOHARA Oleh

Ratna Putri Wijayanti NIM. 11103241008

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara dan apakah penggunaan media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada dua siklus. Subjek penelitian yaitu siswa tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara yang berjumlah lima siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan tes kemampuan membaca pemahaman, observasi, dan wawancara sebagai pelengkap data penelitian. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskripsi kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media koran dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara. Kelima subjek cukup bersemangat dan aktif bertanya kepada guru saat pembelajaran membaca pemahaman. Subjek dan guru melakukan diskusi tanya jawab tentang isi dari bacaan koran, guru memancing anak dengan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan, sehingga anak mampu memahami tentang pokok-pokok penting dari isi bacaan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil tes membaca pemahaman yang telah memenuhi KKM yaitu 65. Peningkatan kemampuan membaca pemahaman dapat dilihat dari persentase pencapaian hasil tes kemampuan awal, hasil tes tindakan siklus I dan pasca-tindakan siklus II. Perolehan hasil tes kemampuan membaca pemahaman meningkat dari sebelum tindakan dan pasca-tindakan. Hasil tes kemampuan awal menunjukkan bahwa kelima subjek mendapatkan nilai di bawah 65. Tindakan yang dilakukan dalam siklus I, kelima subjek mengalami peningkatan hasil belajar, namun dua subjek yaitu AL dan IB masih belum memenuhi KKM yaitu 65. Pada siklus II, hasil belajar kelima subjek menunjukkan adanya peningkatan dan telah memenuhi KKM yang ditentukan.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, innayah, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Media Koran Pada Anak Tunarungu Kelas Dasar V Di Sekolah Luar Biasa B Karnnamanohara” tahun ajaran 2014/2015 dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Penulisan tugas akhir skripsi ini dilaksanakan guna melengkapi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan tugas akhir skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin, kesempatan dan fasilitas kepada penulis selama menimba ilmu dari masa awal study sampai dengan terselesaikannya tugas akhir skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian dan dukungan demi terselesaikannya tugas akhir skripsi ini.


(9)

ix

4. Bapak Dr. Ibnu Syamsi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Nurdayati Praptiningrum, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan, arahan serta motivasi selama penyusunan tugas akhir skripsi ini.

5. Ibu Dr. Mumpuniarti, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan study.

6. Bapak dan Ibu dosen PLB FIP UNY yang telah mendidik, memberikan bimbingan, ilmu, , pengalaman serta wawasan terkait anak berkebutuhan khusus.

7. Bapak dan Ibu karyawan-karyawati serta seluruh staf Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu memberikan fasilitas untuk memperlancar study.

8. Kepala Sekolah SLB B Karnnamanohara yang telah memberikan izin dan kemudahan selama penelitian.

9. Ibu Lintang Sekar Sandy, S.Pd selaku guru kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara yang telah memberikan bantuan, kerjasama serta memberikan saran selama proses penelitian.

10. Bapak dan Ibu guru SLB B Karnnamanohara yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir skripsi.


(10)

x

11. Siswa-siswi SLB B Karnnamanohara, terutama kelas dasar V yang menjadi subjek penelitian.

12. Kedua orangtua tercinta, Bapak Wiji Santoso dan Ibu Binti Saropah, kakekku dan nenekku mbahkung Syarif dan mbah putri Maryamah, adikku tersayang Afif Budi Utomo, setra ponakanku tersayang Ahmad Fariz Ali Wafa Romadhoni yang telah memberikan nasehat, kasih sayang, doa, motivasi dan dukungan untuk penyelesaian tugas akhir.

13. Sahabat-sahabatku tersayang dan seperjuangan Melina, Nina, Inike, Eni, Yunita, Okta, Anis yang telah banyak memberi saran, motivasi, semangat, doa, dan saling berdiskusi tentang pelajaran maupun pengalaman masing-masing selama menempuh pendidikan di jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

14. Muh. Rizal Wahyu Widodo, yang selalu memberi nasehat, memberikan semangat, menjagaku, selalu mendo’akanku, dan membantu saat sedang kesulitan. Terimakasih untuk semua kebaikannya.

15. Teman-teman seperjuangan PLB A 2011, terimakasih atas dukungan, kebersamaan dan kenangannya selama ini. Semangat meraih cita-cita selanjutnya teman-teman.

16. Teman-teman KKN-PPL PLB 2011, terimakasih atas kebersamaan dan kenangannya selama ini.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini.


(11)

xi

Saran dan kritik konstruktif sangatlah penulis harapkan. Semoga bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal baik dan mendapatkan imbalan pahala dari Allah SWT serta hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Yogyakarta, April 2015 Penulis,

Ratna Putri Wijayanti


(12)

xii DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

HALAMAN MOTTO ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

DAFTAR TABEL ...xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi masalah ...5

C. Batasan Masalah ...…………6

D. Rumusan Masalah ...………...…6

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...7


(13)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Anak Tunarungu………..………9

1. Pengertian Tunarungu………...………...9

2. Klasifikasi Anak Tunarungu ………..………….10

3. Karakteristik Anak Tunarungu………...12

B. Kajian tentang Media Koran ...15

1. Pengertian Media Pembelajaran ...15

2. Manfaat dan Fungsi Media ...17

3. Pengertian Media Koran (Surat Kabar) …………..………19

4. Pentingnya Media Koran (Surat Kabar) ………..……….………….21

5. Kekurangan Media Koran (Surat Kabar)………..….…………...21

C. Kajian tentang Kemampuan Membaca Pemahaman…………..…………...22

1. Pengertian Membaca Pemahaman………...22

2. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman ...23

3. Aspek Membaca Pemahaman………...24

4. Tujuan Membaca Pemahaman..………..25

5. Manfaat Membaca Pemahaman……….26

6. Kemampuan Membaca Pemahaman………..26

E. Kerangka Berpikir………...28

F. Hipotesis………..29

G. Definisi Operasional………...29

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian ...31


(14)

xiv

B.Desain Penelitian………...32

C.Subyek Penelitian……….………...37

D.Tempat dan Waktu Penelitian ...37

E.Teknik Pengumpulan Data………..………..39

F.Pengembangan Instrumen………...41

G.Validitas Instrumen………...46

H.Analisis Data………...47

I. Kriteria Keberhasilan………48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian………..…….………...49

B. Uji Hipotesis……….…..……..…..…….81

C. Pembahasan Penelitian……….…………..………..85

D. Keterbatasan Penelitian………..……….89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan………..…….………...91

B.Saran……….………...92

DAFTAR PUSTAKA………...……….…….………..93


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Siklus Model Kemmis dan Mc.Taggart………...33 Gambar 2. Diagram Tes Kemampun Awal Membaca Pemahaman Anak

Tunarungu Kelas Dasar V ...50 Gambar 3. Diagram Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman

pada Anak Tunarungu Kelas Dasar V………....64 Gambar 4. Diagram Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman

pada Anak Tunarungu Kelas Dasar V……….66 Gambar 5. Diagram Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman

pada Anak Tunarungu Kelas Dasar V Pasca-tindakan

Siklus II……….…………...77 Gambar 6. Diagram Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman

pada Anak Tunarungu Kelas Dasar V Pasca-tindakan

Siklus II………...……….79 Gambar7. Diagram Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman

pada Anak Tunarungu Kelas Dasar V Tes Kemampuan Awal, Tes Pasca-tindakan Siklus I, dan Tes Pasca-tindakan


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ……….…..96

Lampiran 2. Hasil Observasi Anak ……….…………...97

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Guru………..………..122

Lampiran 4. Hasil Wawancara Guru………..………....123

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……….125

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II…………...137

Lampiran 7. Soal Tes Kemampuan Awal………...145

Lampiran 8. Soal Tes Siklus I (Per-pertemuan)………...…...147

Lampiran 9. Soal Tes Pasca-tindakan Siklus I………153

Lampiran 10. Soal Tes Siklus II (Per-pertemuan)………….. …………155

Lampiran 11. Soal Tes Pasca-tindakan Siklus II………...….159

Lampiran 12. Hasil Tes Kemampuan Awal………..………..161

Lampiran 13. Hasil Tes Siklus I (Per-pertemuan)………… …………..169

Lampiran 14. Hasil Tes Pasca-tindakan Siklus I………187

Lampiran 15. Hasil Tes Siklus II (Per-pertemuan)……….…….190

Lampiran 16. Hasil Tes Pasca-tindakan Siklus II………...196


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Rincian Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ...38 Tabel 2. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ...43 Tabel 3. Kisi-Kisi Panduan Observasi Kinerja Anak dalam Penerapan

Media Koran...45 Tabel 4. Kisi-Kisi Panduan Wawancara Guru………...46 Tabel 5. Nilai Tes Kemampuan Awal Membaca Pemahaman

Anak Tunarungu Kelas DasarV ... .49 Tabel 6. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas

Dasar V pada Pasca-tindakan Siklus I...63 Tabel 7. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas

Dasar V pada Tes Kemampuan Awal dan Pasca-tindakan

Siklus I………...65 Tabel 8. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas

Dasar V Pasca-tindakan Siklus II……….………...76 Tabel 9. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas

Dasar V Pasca-tindakan Siklus I dan Pasca-tindakan

Siklus II………...……..78 Tabel 10. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas

Dasar V Tes Kemampuan Awal, Tes Pasca-tindakan Siklus I


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan saat ini sangat penting dan dibutuhkan oleh semua

masyarakat, terutama pada anak berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan pendengaran juga sangat membutuhkan pendidikan khusus untuk menunjang prestasinya serta menjadi bekal untuk bekerja ketika sudah terjun ke masyarakat. Dengan demikian anak-anak berkebutuhan khusus dengan hambatan pendengaran dapat memperoleh pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB).

Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami gangguan pada indera pendengarannya, sehingga anak mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi lisan serta mempengaruhi kemampuan anak dalam berbahasa lisan. T. Sutjihati Somantri (2005: 93) menyatakan bahwa tunarungu merupakan “suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya”. Dengan demikian maka di dalam pembelajaran anak tunarungu dalam menangkap informasi atau materi pembelajaran melalui indra visualnya. Jika dilihat secara fisik, anak tunarungu memiliki fisik yang sama dengan anak normal lainnya, hanya saja saat kita berkomunikasi dengan anak tunarungu maka akan terlihat bahwa anak tersebut adalah anak tunarungu. Akibat dari gangguan pendengaran yang dialami, anak tunarungu mengalami keterbatasan dalam mengolah informasi. Anak sering salah dalam memaknai suatu konsep


(19)

2

yang disampaikan kepadanya, informasi yang disampaikan dan yang diterima oleh anak tidak sama. Hal tersebut dapat menghambat anak dalam memahami materi pembelajaran di dalam kelas. Anak tunarungu dapat menyerap suatu informasi dari indra visualnya, misalnya melihat gambar atau membaca. Namun, tidak semua informasi dapat diterima dengan baik. Permasalahan yang di temui di lapangan, terlihat bahwa pada saat anak tunarungu kelas dasar V melakukan aktivitas membaca hasil percakapan dan guru memberikan pertanyaan kepada anak, terkadang anak belum memahami isi bacaan. Hal ini tentu akan berdampak pada proses pembelajaran di kelas, anak akan mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami materi pembelajaran, materi yang disampaikan oleh guru dengan materi yang diterima anak akan berbeda pemahamannya. Oleh karena itu, pembelajaran tentang membaca pemahaman untuk anak tunarungu perlu ditingkatkan dan dilatihkan secara dini agar ketika pembelajaran anak mampu menyerap semua materi pembelajaran dengan baik. Anak masih memerlukan latihan dalam memahami isi bacaan secara terus-menerus, agar kosa-kata baru yang diperoleh anak juga dapat bertambah dan memudahkan anak dalam memahami bacaan.

Farida Rahim (2008: 3) menyatakan bahwa “membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna”. Membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu informasi sehingga pembaca dapat mengetahui makna


(20)

3

dari suatu teks bacaan. Membaca yaitu salah satu aspek yang harus dikuasai anak dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Menurut Mumpuniarti (2007: 83) “kemampuan membaca adalah sebagian kebutuhan dasar didalam masyarakat modern dan program pembelajaran membaca diusahakan menjadi program akademik untuk kehidupan sehari-hari dilingkungan masyarakat”. Kemampuan membaca sangat penting bagi anak dan masyarakat luas, sebab kemampuan membaca dapat menjadikan bekal untuk kehidupan sehari-hari dilingkungan sekitar maupun lingkungan masyarakat.

Anak yang mengalami hambatan tunarungu kelas V sekolah dasar harus sejak dini dilatihkan untuk dapat memahami bacaan secara benar dan cermat, karena pada kelas V ini anak sudah harus dipersiapkan untuk nantinya di kelas VI dan menghadapi ujian nasional. Jika dikelas V ini anak sudah mampu memahami bacaan dengan benar, maka pada ujian nasional kelas VI nanti akan membantu anak dalam memahami soal-soal cerita atau soal-soal yang berhubungan dengan bacaan. Diperlukan latihan dan media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran membaca pemahaman untuk anak tunarungu. Media yang sudah digunakan oleh guru didalam pembelajaran yaitu media buku cerita. Permasalahan tentang kemampuan membaca pemahaman harus mendapatkan suatu tindakan untuk mengatasi kurangnya pemahaman membaca pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara. Tindakan yang dilakukan, dapat didukung oleh media pembelajaran yang


(21)

4

menarik serta belum digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Pengertian media pembelajaran sendiri menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2005: 6) “media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”. Media berarti suatu alat yang digunakan untuk mentransfer pesan atau informasi dari pengirim ke penerima informasi.

Pembelajaran dengan menggunakan media akan lebih menarik anak untuk semangat belajar. Jenis-jenis media yang digunakan dapat bervariasi, misalnya dapat berupa media gambar, media buku cerita, dan media cetakan. Media cetak terdapat bermacam-macam jenisnya yaitu dapat berupa majalah, Koran, tabloid, buku, dan atlas. Azhar Arsyad (2002: 85) menyatakan bahwa “materi pengajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran kertas”. Maka media pembelajaran dapat berupa media cetakan yang dapat menunjang dan menjadi alat pada proses pembelajaran. Peneliti memilih media Koran untuk digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman anak tunarungu kelas dasar V. Media Koran merupakan media dalam bentuk cetakan yang di dalamnya berisikan infomasi dan berita terbaru yang tidak ketinggalan zaman. Di dalam media Koran terdapat banyak bacaan-bacaan yang menarik dan bervariasi sehingga tidak akan membosankan untuk dibaca serta isi dari bacaannya sendiri mengandung banyak pengetahuan yang baru.

Alasan memilih media Koran ini sebab media Koran ini dianggap efisien untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak


(22)

5

kelas dasar V dan dapat memberikan pengetahuan dan informasi baru untuk anak. Selain itu, media Koran belum belum digunakan oleh guru untuk pembelajaran di dalam kelas. Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “peningkatan kemampuan membaca pemahaman melalui media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara”.

Peningkatan kemampuan membaca pemahaman melalui media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara perlu diteliti, karena media koran belum pernah digunakan di SLB B Karnnamanohara. Media koran merupakan bacaan yang menarik sehingga anak akan tertarik ingin mengetahui isi bacaan dan anak akan berusaha memahami isi bacaan yang dibaca.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan untuk memudahkan memahami masalah-masalah yang ada diatas, antara lain:

1. Anak masih kesulitan membaca secara cermat dan teliti.

2. Anak belum mampu menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi bacaan dengan benar.

3. Kemampuan anak tunarungu dalam memahami bacaan masih rendah.

4. Media yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman pada anak tunarungu belum bervariasi


(23)

6

C. Batasan Masalah

Berdasarkan dari identifikasi masalah yang telah diuraikan, terdapat permasalahan yang ada, maka peneliti melakukan pembatasan masalah yang akan diteliti agar lebih terfokus. Batasan masalah pada penelitian ini yaitu dibatasi pada poin nomor 2 dan nomor 3 yaitu anak belum mampu menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi bacaan dengan benar dan kemampuan anak tunarungu dalam memahami bacaan masih rendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran kemampuan membaca pemahaman melalui media Koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara?

2. Apakah penggunaan media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran kemampuan membaca pemahaman melalui media Koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara?


(24)

7

2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman?

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan tentang pengembangan ilmu pengetahuan pada bidang Pendidikan Luar Biasa yang berkaitan dengan pembelajaran membaca pemahaman pada anak tunarungu.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terutama dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara.

b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui media koran.

c. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang penggunaan media koran sebagai alat pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman membaca pada anak tunarungu.

d. Bagi sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan pelaksanaan kurikulum sekolah dengan menggunakan media Koran dalam pembelajaran membaca pemahaman.


(25)

8

G. Definisi Istilah

1. Media Koran

Media Koran atau dapat disebut surat kabar adalah media pembelajaran berupa kertas cetak yang berisi berita atau fenomena alam yang terjadi di Indonesia atau di lingkungan sekitar. Media Koran ini dapat membantu anak tunarungu dalam memahami isi dari bacaan dengan baik dan benar. Kelebihan dan manfaat media Koran yaitu membantu anak yang masih kesulitan untuk memahami isi suatu bacaan, selain itu isi bacaan dari Koran yang bervariasi akan menumbuhkan rasa ingin tahu anak, sehingga anak akan semangat membaca dan berusaha memahami isi dari bacaan yang di baca.

2. Kemampuan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan salah satu dari aspek belajar bahasa bagi anak tunarungu. Membaca pemahaman adalah membaca dengan teliti dan cermat serta memerlukan konsentrasi yang baik agar dapat memahami isi dari bacaan yang telah dibaca.

3. Anak Tunarungu

Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami hambatan pada indera pendengarannya, sehingga anak mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi serta mempengaruhi kemampuan anak dalam berbahasa lisan. Anak tunarungu di dalam penelitian ini adalah anak tunarungu kotegori ringan dan kategori sedang.


(26)

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Anak Tunarungu

1. Pengertian Tunarungu

Seseorang yang mengalami ketunarunguan akan mengalami

ketidakmampuan dalam penyampaian maupun penerimaan informasi melalui indera pendengarannya, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memperoleh bahasa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman (2006: 322) bahwa anak tunarungu adalah: “a deaf person it one whose hearing disability

precludes successful processing of linguistic information through

audition, with or without a hearing aid.”

Berdasarkan kutipan diatas dapat diartikan bahwa seseorang dinyatakan tuli apabila seseorang tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mendengar sehingga mengalami hambatan dalam proses penyampaian informasi secara linguistik melalui indera pendengaran baik menggunakan alat bantu dengar atau tidak.

Andreas Dwidjosumarto (1995: 27) menyatakan bahwa “anak tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap

berbagai perangsang terutama melalui indera pendengaran.”

Sedangkan menurut Tin Suharmini (2009: 35) “tunarungu dapat diartikan sebagai keadaan dari seorang individu yang mengalami


(27)

10

kerusakan pada indera pendengaran sehingga menyebabkan tidak bisa menangkap sebagai rangsang suara.”

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu merupakan anak yang mengalami hambatan atau kerusakan pada indera pendengarannya, sehingga anak mengalami kesulitan dalam memperoleh maupun penyampaian informasi melalui indera pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan anak dalam kemampuan berbahasa lisan.

2. Klasifikasi Anak Tunarungu

Klasifikasi anak tunarungu dapat dilihat dari berbagai aspek. Menurut Mohammad Efendi (2006: 63-64), mengemukakan bahwa

klasifikasi anak tunarungu berdasarkan lokasi terjadinya

ketunarunguan ada tiga hal yaitu:

a. Tunarungu konduktif adalah ketunarunguan disebabkan karena beberapa organ telinga yang berfungsi sebagai penghantar suara di telinga luar, yang terdapat di telinga bagian dalam dan dinding-dinding labirin mengalami gangguan.

b. Tunarungu perseptif adalah ketunarunguan disebabkan karena terganggunya organ-organ pendengaran di belahan telinga bagian dalam.

c. Tunarungu campuran adalah ketunarunguan disebabkan karena rangkaian organ-organ telinga yang berfungsi sebagai penghantar


(28)

11

Ketunarunguan campuran terjadi oleh gabungan antara

ketunarunguan konduktif dan ketunarunguan perspektif.

Wardani, dkk. (2008: 56-57) menyatakan mengenai klasifikasi anak tunarungu berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, yaitu sebagai berikut:

1) Tunarungu kategori ringan yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara 27-40 dB. Anak sulit mendengar suara yang jauh sehingga membutuhkan tempat duduk yang berada di depan atau yang strategis.

2) Tunarungu kategori sedang yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara 41-55 dB. Anak dapat mengerti percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan.

3) Tunarungu kategori agak berat yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara 56-70 dB. Anak hanya dapat mendengar suara dari jarak dekat.

4) Tunarungu kategori berat yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara 71-90 dB. Anak masih mungkin bisa mendengarkan suara keras dari jarak dekat.

5) Tunarungu kategori berat sekali yaitu anak tunarungu mengalami kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas mengenai klasifikasi anak tunarungu, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak tunarungu ada bermacam-macam jenis, dari yang kategori ringan hingga kategori


(29)

12

berat. Pemberian layanan pendidikan untuk setiap anak tunarungu berbeda-beda, tergantung bagaimana kondisi kelainan pendengaran pada anak tunarungu. Layanan pendidikan yang akan diberikan untuk anak tunarungu harus memperhatikan kebutuhan anak. Anak tunarungu sering mengalami kesalahan persepsi atau salah pemahaman ketika membaca maupun berkomunikasi dengan orang lain, sehingga pesan yang disampaikan oleh orang lain tidak dapat terserap dengan baik. Dengan hal ini maka anak tunarungu perlu dilatih untuk memahami apa yang di sampaikan orang lain maupun memahami bacaan yang dia baca agar tidak terjadi kesalahan penerimaan pesan oleh anak tunarungu.

3. Karakteristik Anak Tunarungu

Menurut Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1995: 35-39)

ada tiga macam karakteristik anak tunarungu, antara lain: a. Karakteristik dalam segi inteligensi

Kemampuan intelektual anak tunarungu pada dasarnya sama seperti anak normal pada umumnya. Anak tunarungu yang memiliki inteligensi normal, namun karena perkembangan inteligensi sangat dipengaruhi perkembangan bahasa, sehingga anak tunarungu menampakkan inteligensi rendah karena kesulitan memahami bahasa.


(30)

13

b. Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara

Kemampuan berbicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan anak normal. Perkembangan bahasa sangat berkaitan dengan kemampuan mendengar. Perkembangan bahasa dan bicara pada anak tunarungu sampai masa meraban tidak mengalami hambatan, namun setelah meraban perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu terhenti.

c. Karakteristik dalam segi emosi dan sosial

Akibat ketunarunguan yang dialami oleh anak, dapat menimbulkan sikap dan sifat negatif, yaitu egoisentrisme yang melebihi anak normal, mempunyai perasaan takut terhadap lingkungan yang lebih luas, ketergantungan dengan orang lain, perhatian anak sulit dialihkan, memiliki sifat polos, sederhana dan tanpa banyak masalah, serta lebih mudah marah dan cepat tersinggung.

Selain dari perkembangan intelektual, bahasa dan bicara, dan emosi sosial, jika dilihat dari segi motorik anak tunarungu memiliki motorik yang baik. Fisik anak tunarungu sama seperti anak normal pada umumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Edja Sadjaah (2005: 111-112) bahwa “perkembangan motorik pada anak gangguan pendengaran umumnya berkembang baik, apalagi perkembangan motorik kasar secara fisik berkembang lancar. Pertumbuhan fisik yang kuat dengan otot-otot kekar


(31)

14

dan kematangan biologisnya berkembang sejalan dengan perkembangan motoriknya”.

Edja Sadjaah (2005: 109-113) menyatakan bahwa karakteristik anak tunarungu meliputi empat macam yaitu:

a. Karakteristik dalam aspek bahasa

Anak tunarungu mengalami hambatan pendengaran serta aspek bahasa, sehingga anak miskin dalam perbendaharan kosa kata, kesulitan memahami kata-kata yang bersifat abstrak, kesulitan memahami kata-kata yang mengandung arti kiasan, serta irama dan gaya bahasanya cenderung monoton.

b. Karakteristik dalam aspek Emosi-Sosial

Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan orang lain karena keterbatasan dalam berbahasa/berbicara sebagai alat untuk bersosialisasi. Keterbatasan dalam mendengar/menggunakan bahasa-bicara dalam bersosialisasi berdampak pada dirinya untuk menarik diri dari lingkungannya.

c. Karakteristik dalam aspek Motorik

Perekembangan motorik anak tunarungu umumnya berkembang baik, perkembangan motorik kasar secara fisik berkembang lancar. Pertumbuhan yang kuat dengan otot-otot kekar dan kematangan biologisnya berkembang sejalan dengan perkembangan motoriknya.


(32)

15

d. Karakteristik dalam aspek Kepribadian

Anak tunarungu mengalami keterbatasan dalam mempersepsi rangsang emosi seperti rasa sedih, keadaan marah atau gembira. Anak tunarungu sering memperlihatkan sikap-sikap curiga terhadap orang didekatnya. Anak memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, agresif, mementingkan diri sendiri dan kurang mampu dalam mengontrol diri sendiri, kurang kreatif, kurang mempunyai empati, emosinya kurang stabil bahkan memiliki kecemasan yang tinggi.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa karakteristik anak tunarungu yaitu karakteristik dari segi inteligensi, segi bahasa dan bicara, segi emosi dan sosial, segi motorik, dan aspek kepribadian. Beberapa karakteristik tersebut dapat dijadikan acuan pada anak tunarungu untuk mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak atau sesuai dengan kebutuhan anak dengan melihat karakteristik dari segi yang berbeda-beda.

B. Kajian tentang Media Koran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Ahmad Rohani (1997: 3) “media merupakan segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara atau alat untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar).” Menurut Azhar Arsyad (2002: 2-3) “media adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya.”


(33)

16

Sedangkan menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2005: 6) “media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”.

Ashar Arsyad (2011: 6-7) mengemukakan bahwa ciri-ciri umum yang terkandung dalam media pendidikan yaitu ciri umum media meliputi (a) media memiliki arti fisik dewasa yang diketahui sebagai perangkat keras yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera, (b) media memiliki pengertian non fisik diketahui sebagai perangkat lunak, yaitu pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada anak, (c) media menekankan pada indera visual dan audio, (d) media juga memiliki arti alat bantu pada proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas, (e) media dapat digunakan untuk berinteraksi antara guru dengan anak pada proses pembelajaran di kelas, (f) media dapat digunakan secara kelompok besar maupun kelompok kecil, (g) dengan adanya media dapat memiliki sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

Menurut Sudarwan Danim (2010: 7) “media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik”. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sebuah alat pembelajaran yang berfungsi sebagai perantara dalam proses belajar mengajar disekolah.


(34)

17

Pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik anak. Media pembelajaran yang digunakan haruslah mengandung unsur yang terkait dengan materi pembelajaran yang diajarkan kepada anak, begitu juga untuk anak tunarungu.

2. Manfaat dan Fungsi Media

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2010: 2) manfaat media pembelajaran antara lain:

a. Dengan adanya media dapat membantu pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa.

b. Alat atau bahan pembelajaran akan lebih jelas artinya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, guru tidak hanya selalu berbicara atau berceramah di depan kelas, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga dalam menjelaskan materi kepada anak.

d. Dengan adanya media siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, melainkan siswa dapat mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan kegiatan pembelajaran.

Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 9) menyatakan bahwa secara umum kegunaan media pembelajaran antara lain:


(35)

18

a. Media dapat memperjelas pesan atau materi sehingga tidak terlalu verbalistis.

b. Media dapat mengatasi keterbatasan atau kekurangan pada ruang kelas, waktu, tenaga, dan daya indera.

c. Media dapat menimbulkan semangat belajar, interaksi dan komunikasi secara langsung antara murid dan guru dengan sumber belajar.

d. Anak akan dapat belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.

e. Dapat memberi rangsangan yang positif yaitu mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Menurut Daryanto (2010: 8-9) “fungsi media pembelajaran adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran”. Sedangkan menurut Ahmad Rohani (1997: 9) “media pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak diberikan guru, serta membuka cakrawala yang lebih luas, sehingga pendidikan bersifat produktif, dan mendorong terjadinya interaksi langsung antara peserta didik, pendidik, maupun dengan lingkungan”.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa manfaat dan fungsi media sangat banyak, yakni dengan adanya media


(36)

19

proses pembelajaran dapat lebih menarik, siswa juga akan termotivasi untuk belajar dan dengan adanya media proses pembelajaran dapat bersifat variasi serta tidak membosankan anak. Adanya media pembelajaran dapat memberi pengaruh positif terhadap proses pembelajaran, sebab media merupakan alat yang membantu proses pembelajaran. Selain itu dengan adanya media pembelajaran, informasi atau materi yang disampaikan oleh guru akan lebih mudah diterima oleh anak sebab anak lebih sering melakukan kegiatan dan aktif dengan media pembelajaran yang digunakan, dan tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru saja.

3. Pengertian Media Koran (Surat Kabar)

Menurut Sudarwan Danim (2010: 28) “bahan bacaan (buku, jurnal, majalah, koran, manual instruction, brosur, dan lain-lain) lebih

menguntungkan, karena dapat dibaca ulang dan dijadikan bahan acuan ilmiah”. Pernyataan di atas merupakan kelebihan dari bahan bacaan yang bersifat cetakan, seperti bahan bacaan koran dapat dibaca berulang-ulang, sehingga tidak hanya dibaca dalam satu kali saja.

Menurut Pramila Ahuja dan G.C. Ahuja (2010: 181):

“surat kabar atau Koran sering disebut “buku teks yang hidup”, karena surat kabar bisa memberikan informasi up to date (tidak ketinggalan zaman, selalu baru) bagi para siswa yang berkaitan dengan setiap mata ajar yang mereka pelajari disekolah. Apabila kita membaca surat kabar dengan cermat, kita bisa mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi hari ini di kota, provinsi, Negara kita atau di dunia internasional.” Surat kabar atau koran selalu menyajikan informasi terbaru, untuk siswa yang membaca koran tentu akan disesuaikan isi bacaannya


(37)

20

dengan mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Pembelajaran membaca koran akan mengembangkan daya tangkap siswa agar mengetahui informasi atau peristiwa yang terjadi pada hari ini.

Farida Rahim (2008: 96) menyatakan bahwa “surat kabar merupakan bahan bacaan yang efektif dalam pembelajaran membaca”. Media koran merupakan media yang sesuai untuk pembelajaran membaca pemahaman, selain informasi yang disajikan terbaru media koran juga memiliki bacaan yang menarik dan bervariasi sehingga pembaca akan berusaha membaca dan memahami isi dari bacaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Daryanto (2010: 24-25) surat kabar atau koran adalah media komunikasi masa dalam bentuk cetak yang mengandung cerita menarik perhatian, sebagai sarana belajar dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis dan keterampilan berdiskusi. Kossach dan Sulivan (Farida Rahim, 2008: 96) menyatakan bahwa surat kabar merupakan sumber bahan bacaan tambahan yang memungkinkan guru membawa komunitas bahasa ke dalam kelas. Surat kabar dapat menjadi bahan bacaan yang hidup untuk pengetahuan sosial sebab melalui surat kabar anak dapat belajar tentang peristiwa yang terjadi hari ini.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media koran adalah media komunikasi masa yang berupa kertas cetak yang berisi berita atau fenomena alam dan mengandung cerita menarik yang terjadi di Indonesia atau di lingkungan sekitar. Media koran


(38)

21

merupakan media yang efektif untuk pembelajaran membaca, sebab media koran berisi cerita yang bervariasi sehingga para pembaca tidak mudah bosan dan mereka akan berusaha membaca dengan pemahaman yang baik agar dapat mengetahui isi dari bacaan.

4. Pentingnya Media Koran (Surat Kabar)

Departemen Pendidikan USA (Pramila Ahuja dan G.C Ahuja, 2010: 184) menyatakan bahwa “para siswa yang memanfaatkan surat kabar di dalam kelas menjadi pembaca yang lebih analitis dan paham dibanding yang tidak”. Pramila Ajuha dan G.C Ahuja (2010: 190) menyatakan bahwa “koran membawa informasi dari berbagai bidang ilmu yang luas. Seperti sejarah, geografi, ekonomi, sastra, sains, dan lain-lain. Surat kabar menjadi bacaan menarik, bagian fitur dan suplemen berisi bahan-bahan penting baik informasi maupun pengetahuan”.

Penggunaan surat kabar dalam pembelajaran membaca tentunya sangat menarik bagi anak, hal ini ditunjukkan dari pendapat ahli di atas bahwa surat kabar memiliki manfaat dalam pengajaran membaca di dalam kelas, surat kabar juga berisi informasi dari berbagai bidang ilmu pengetahuan, yaitu: sejarah, geografi, ekonomi, sastra, sains, dan lain-lain.

5. Kekurangan Media Koran (Surat Kabar)

Media koran mempunyai beberapa kekurangan untuk digunakan dalam pembelajaran, kekurangan tersebut antara lain, dikarenakan


(39)

22

koran menggunakan tulisan yang cenderung kecil, maka akan menyulitkan anak yang indera penglihatannya mengalami minus,

media koran bersifat media cetakan sehingga akan sulit untuk menampilkan gerakan pada media cetak. Hal ini juga diungkapkan oleh Sukiman (2012: 38-39) adapun keterbatasan media Koran antara lain:

a. Sulit menampilkan gerak dalam halaman media cetakan dan tulisan pada surat kabar cenderung kecil, sehingga akan mempersulit siswa yang mempunyai gangguan pada mata.

b. Biaya percetakan akan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi, gambar, atau foto yang berwarna-warni.

c. Proses percetakan media seringkali memakan waktu lama.

C. Kajian tentang Kemampuan Membaca Pemahaman

1. Pengertian Membaca Pemahaman

Pembelajaran membaca pemahaman merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh anak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Anak harus dapat menguasai pembelajaran membaca pemahaman untuk memenuhi kompetensi yang sudah ditetapkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran membaca pemahaman menuntut anak untuk mengetahui isi dari bacaan, mengetahui permasalahan yang terkandung dalam bacaan, serta mengetahui alur cerita pada bacaan.


(40)

23

Soedarso (2005: 58) menyatakan bahwa “membaca pemahaman adalah kemampuan membaca untuk mengerti: ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian.” Sedangkan Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 212) Membaca pemahaman merupakan membaca yang dikenal dengan membaca dalam hati. Membaca dalam hati pada hakikatnya sama dengan membaca pemahaman. Menurut Murni Winarsih (2007: 172) membaca reseptif mempunyai tujuan yang sama dengan pemahaman, yaitu merayap atau memahami isi bacaan. Isi bacaan menceritakan tentang pengalaman orang lain yang mungkin belum pernah dialami anak, sehingga dapat menambah pengalaman baru bagi anak tunarungu.

“Pemahaman adalah salah satu unsur penting membaca. Pemahaman membaca bukanlah satu-satunya unsur, tetapi merupakan serangkaian proses yang berkaitan” (Pramila Ahuja dan G.C Ahuja, 2010: 156). Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah membaca dalam hati yang mempunyai tujuan anak dapat memahami isi bacaan yang ditunjukkan kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan yang sesuai dengan isi dalam bacaan.

2. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman

McLaughlin dan Allen (Farida Rahim, 2008:3-4) menyatakan bahwa prinsip-prinsip membaca pemahaman antara lain:


(41)

24

b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.

c. Guru membaca suatu materi pelajaran secara professional dan tepat akan mempengaruhi belajar siswa menjadi lebih baik.

d. Bagi pembaca yang berperan aktif dalam proses membaca akan memiliki pemahaman yang baik.

e. Dalam membaca sebaiknya terjadi dalam suatu konteks yang bermakna.

f. Siswa banyak menemukan manfaat kegiatan membaca dari

berbagai teks bacaan pada berbagai tingkat kelas.

g. Perkembangan penguasaan kosakata siswa dalam suatu

pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.

h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor penting pada proses pemahaman.

i. Strategi dan keterampilan membaca harus diajarkan secara baik dan benar.

j. Asesmen yang dinamis dapat memberi informasi pembelajaran membaca pemahaman.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip membaca pemahaman meliputi: pemahaman harus dibangun sejak dini agar membantu proses sosial, ketika guru menyampaikan materi dengan cara membaca yang baik akan dapat mempengaruhi belajar anak, banyak manfaat yang didapat oleh anak pada saat membaca dan anak akan menemukan kosakata baru yang sebelumnya belum diketahui oleh anak, serta strategi dan keterampilan membaca harus diajarkan agar membantu anak lebih cepat paham pada saat membaca.

3. Aspek Membaca Pemahaman

Henry Guntur Tarigan (2008: 12) mengemukakan bahwa aspek membaca pemahaman meliputi:

a. Memahami pengertian sederhana.

b. Memahami makna (maksud dan tujuan pengarang,

relevansi/keadaan budaya, dan reaksi pembaca). c. Evaluasi atau penilaian (isi dan bentuk).


(42)

25

d. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Adapun aspek membaca pemahaman yang telah dikemukakan oleh ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aspek membaca pemahaman yaitu anak memahami pengertian bacaan sederhana, anak memahami makna yang tersirat pada bacaan, evaluasi membaca pemahaman, dan kecepatan membaca pemahaman secara fleksibel.

4. Tujuan Membaca Pemahaman

Burhan Nurgiyantoro (2010: 278) mengemukakan bahwa “tujuan membaca pemahaman adalah siswa dapat mengemukakan tema, gagasan pokok, gagasan penjelas, makna tersurat dan tersirat, serta makna istilah dan ungkapan”. Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 212) tujuan membaca pemahaman yaitu: mengenal ide pokok suatu bacaan, mengenal secara rinci dan detail isi bacaan yang penting, mengembangkan imajinasi visual, meramalkan hasil, mengikuti petunjuk, mengenal organisasi karangan, dan membaca kritis. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka tujuan yang dapat dicapai dalam membaca pemahaman yaitu seseorang akan mendapatkan informasi, mengenal ide pokok bacaan, mengetahui latar belakang permasalahan dalam suatu bacaan, serta mengetahui makna yang terkandung pada suatu bacaan.


(43)

26

5. Manfaat Membaca Pemahaman

Adapun manfaat membaca pemahaman menurut Farida Rahim (2008: 39) yaitu:

a. Siswa dapat meningkatkan dan termotivasi dalam membaca teks bacaan.

b. Mendorong siswa membaca bacaan tambahan.

c. Akan memperkuat keterampilan dalam membaca, menulis, dan berpikir kritis.

d. Akan mendorong minat siswa dalam membaca sehingga siswa akan merasa senang pada saat membaca dan tidak merasa terpaksa Manfaat dari membaca pemahaman yaitu dapat menumbuhkan minat, motivasi, memperkuat keterampilan membaca serta anak juga dapat berpikir kritis. Pembaca tidak hanya melakukan kegiatan hanya sekedar membaca saja melainkan membaca dengan mengetahui dan memahami isi dari bacaan, sehingga bacaan tersebut dapat memberi kesan dan tanggapan kepada pembaca.

6. Kemampuan Membaca Pemahaman

Samsu Somadayo (2011: 2) menyatakan bahwa “kemampuan membaca yang memadai dapat dicapai dengan cara mengimbangi dengan pemahaman sehingga menunjukkan bahwa mereka pembaca telah memperoleh kemampuan membaca”. Sedangkan menurut Burhan Nurgiyanto (2010: 263) mengemukakan bahwa “kemampuan


(44)

27

membaca dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan pihak lain melalui sarana tulisan”.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan membaca yang dapat mengimbangi pemahaman informasi yang telah didapat dari tulisan, sehingga pembaca akan menunjukkan bahwa anak telah memperoleh kemampuan membaca.

D. Langkah-Langkah Membaca Pemahaman Menggunakan Media

Koran

Terdapat beberapa langkah dalam pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman melalui media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara. Berikut ini langkah-langkah penerapan media koran untuk pembelajaran kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu:

1. Guru memberi bacaan koran kepada anak tunarungu.

2. Guru bersama anak bersama-sama membaca isi bacaan yang terdapat dalam koran.

3. Guru bersama anak melakukan diskusi tanya jawab mengenai isi bacaan.

4. Guru memancing pertanyaan-pertanyaan agar anak aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, sehingga anak juga terlibat langsung dalam proses pembelajaran.


(45)

28

5. Diakhir kegiatan pembelajaran guru memberi soal tes kepada anak untuk mengetahui hasil belajar anak setelah diberikannya tindakan.

E. Kerangka Berpikir

Anak tunarungu memiliki hambatan dalam kemampuan dengar, sehingga mengalami kesulitan memperoleh informasi melalui indera pendengaran. Anak tunarungu dapat memperoleh informasi melalui indera visualnya melalui membaca, dengan membaca pemahaman anak akan memperoleh ilmu pengetahuan dan menambah pengalaman membaca. Namun, tidak semua anak tunarungu memiliki pemahaman yang sama pada saat membaca buku, anak tunarungu sering mengalami kesulitan atau salah pemahaman pada saat membaca. Kegiatan membaca pemahaman dilakukan agar ketika membaca, anak juga dapat mengerti serta memahami isi cerita yang dia baca, namun pada kenyataannya anak masih belum memahami isi bacaan. Hal ini mengakibatkan kegiatan membaca akan sia-sia karena anak tidak mengetahui isi bacaan yang dia baca. Maka diperlukan usaha untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman untuk anak tunarungu sebagai rasa kepedulian, agar permasalahan yang terjadi tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, peneliti memilih media koran (surat kabar) untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak tunarungu.

Melalui pembelajaran media koran yang akan diberikan pada anak tunarungu untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, media koran tentu memiliki isi bacaan yang bervariasi dan menarik untuk


(46)

29

dibaca, serta informasi dari koran selalu terbaru dan tidak membosankan, sehingga anak tunarungu akan senang membacanya, hal ini akan menumbuhkan rasa keingintahuan anak untuk membaca serta memahami isi dari bacaan koran tersebut. Penelitian tentang kemampuan membaca pemahaman melalui media koran untuk anak tunarungu perlu dilakukan sebab anak tunarungu cenderung masih rendah untuk pemahaman

membaca, sehingga dengan dilakukannya penelitian ini dapat

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu agar menjadi lebih baik dan anak tunarungu lebih mampu memahami bacaan yang telah dibaca.

F. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Media Koran dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara”.

G. Definisi Operasional

1. Kemampuan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan salah satu dari aspek belajar bahasa bagi anak tunarungu. Membaca pemahaman adalah membaca dengan teliti dan cermat serta memerlukan konsentrasi yang baik agar dapat memahami isi dari bacaan yang telah dibaca.

2. Media Koran

Media Koran atau dapat disebut surat kabar adalah media pembelajaran berupa kertas cetak yang berisi berita atau fenomena


(47)

30

alam yang terjadi di Indonesia atau di lingkungan sekitar. Media Koran ini dapat membantu anak tunarungu dalam memahami isi dari bacaan dengan baik dan benar. Kelebihan dan manfaat media Koran yaitu membantu anak yang masih kesulitan untuk memahami isi suatu bacaan, selain itu isi bacaan dari Koran yang bervariasi akan menumbuhkan rasa ingin tahu anak, sehingga anak akan semangat membaca dan berusaha memahami isi dari bacaan yang di baca.


(48)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research),

dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh data dengan melihat peningkatan kemampuan membaca pemahaman dari suatu tindakan melalui media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara. Menurut E. Mulyasa (2011: 10) “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan

tujuan untuk memperbaiki kualitas proses hasil belajar sekelompok peserta didik”.

“Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama” (Suharsimi Arikunto, dkk, 2008: 3). Wina Sanjaya (2011: 26) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu tindakan yang dilakukan secara terencana untuk memperbaiki proses maupun peningkatan hasil kegiatan


(49)

32

belajar. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memecahkan permasalahan mengenai rendahnya kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan media koran pada anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara. Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan bersifat kolaboratif dan partisipatif dengan melibatkan mahasiswa sebagai peneliti dan guru kelas dasar V SLB sebagai kolaborator sekaligus pengajar. Dalam menyusun perencanaan dan persiapan tindakan yang akan diberikan, pelaksanaan tindakan serta melakukan refleksi, guru kelas berpartisipasi dan bekerja sama dengan peneliti.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini menggunakan model spiral (action research spiral) yaitu model tindakan yang

dikembangkan Kemmis dan Mc Taggart (H.M.Ansori,dkk, 2009:81). Model penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus, dengan setiap siklusnya yaitu tahapan planning (perencanaan), action (tindakan),

observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Pertama-tama peneliti

melakukan observasi sebelum dilakukan penelitian untuk mengetahui kondisi dan karakteristik anak. Berdasarkan hasil observasi, kemudian diterapkan tindakan pembelajaran menggunakan media koran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Bentuk model penelitian tindakan kelas oleh Kemmis dan Mc Taggart yang menggambarkan empat tahapan (dan pengulangannya), yang disajikan dalam gambar berikut:


(50)

33 Gambar 1.

Siklus model Kemmis dan Mc Taggart dalam Pardjono, dkk (2007: 22) Keterangan:

Siklus I Siklus II

1. Perencanaan 1. Perencanaan

2. Perlakuan dan pengamatan 2. Perlakuan dan pengamatan


(51)

34

Berikut ini adalah tahapan pelaksanaan siklus dalam penelitian tindakan kelas antara lain:

1. Siklus I

a) Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan, peneliti mulai menentukan fokus

permasalahan untuk diamati, kemudian menentukan instrumen observasi untuk mempermudah peneliti mengamati fakta yang terjadi pada saat proses tindakan berlangsung. Peneliti dan kolaborator bekerjasama dalam merencanakan apa saja yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada dikelas sesuai dengan hasil pengamatan awal. Tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan antara lain:

1) Menyusun soal tes kemampuan awal.

2) Mengkomunikasikan soal tes kemampuan awal dengan guru kelas. Soal tes kemampuan awal dijadikan sebagai alat untuk mengetahui prestasi hasil belajar kemampuan membaca pemahaman sebelum dilakukan tindakan.

3) Melakukan diskusi dengan guru kelas tentang penggunaan media koran sebagai media pembelajaran membaca pemahaman.

4) Melakukan tes kemampuan awal tentang kemampuan membaca pemahaman pada anak tunarungu kelas dasar V. Tes ini dilakukan agar peneliti mengetahui kemampuan awal anak sebelum diberikan tindakan.


(52)

35

5) Menyusun RPP Bahasa Indonesia tentang pembelajaran

kemampuan membaca pemahaman dengan guru kelas.

6) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran.

7) Menentukan tema bacaan dan mengkonsultasikan dengan guru kelas.

b) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan penerapan rancangan pembelajaran yang telah disusun untuk memperbaiki atau menyelesaikan permasalahan. Pelaksanaan tindakan kepada anak tunarungu dengan menggunakan media koran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan materi bacaan yang terdapat pada koran. Berikut ini adalah langkah-langkah kegiatan yang dilakukan, antara lain:

1) Kegiatan awal

Guru mengkondisikan anak untuk siap dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas.

2) Kegiatan inti

(a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada anak.

(b) Guru memberikan tugas kepada anak untuk membaca bacaan koran dengan tema yang telah dipilih.


(53)

36

(c) Guru bertanya kepada anak tentang isi dari bacaan yang telah dibaca.

(d) Guru bersama anak membahas isi dari bacaan yang telah di baca.

(e) Guru dan anak merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

3) Kegiatan penutup

Guru mengulang materi yang telah dipelajari bersama anak.

Kegiatan pertemuan selanjutnya dilakukan sama seperti pertemuan pertama, namun perbedaannya terletak pada materi, hasil evaluasi, dan refleksi. Hasil evaluasi yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu adanya peningkatan prestasi dalam kemampuan membaca pemahaman setelah diberikannya tindakan dengan menggunakan media koran.

c) Pengamatan (Observing)

Pengamatan dilakukan oleh peneliti di dalam kelas V dengan menggunakan pedoman observasi yang sudah dipersiapkan. Pengamatan yang dilakukan mencakup semua proses pembelajaran dengan menggunakan media koran, konsentrasi dan ketertarikan anak pada saat pembelajaran, serta bagaimana keaktifan anak pada saat mengikuti pembelajaran. Peneliti dengan guru kelas mengamati kegiatan proses pembelajaran menggunakan media koran dengan memfokuskan pada peningkatan kemampuan membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.


(54)

37

d) Refleksi (Reflecting)

Kegiatan refleksi dilakukan setelah seluruh tindakan diberikan kepada anak dengan menggunakan media koran. Kegiatan refleksi dilakukan dengan evaluasi refleksi untuk mempertimbangkan pedoman mengajar yang dilakukan adalah:

1) Pengaruh pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media koran untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara.

2) Hambatan yang ditemui guru dalam proses pembelajaran

membaca pemahaman dengan menggunakan media koran.

3) Merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada siklus II apabila tindakan pada siklus I belum terlaksana dengan baik.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian di kelas V SLB B Karnnamanohara terdapat satu perempuan dan lima laki-laki. Subyek dalam penelitian ini ditentukan dengan melihat beberapa kriteria sebagai berikut: (1) anak tunarungu kelas dasar V di SLB B Karnnamanohara Sleman Yogyakarta, (2) kemampuan membaca pemahaman kelas dasar V pada mata pelajaran Bahasa Indonesia belum optimal, (3) anak tunarungu kelas dasar V sudah dapat membaca.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Karnnamanohara yang terletak di Jalan Pandean 2, Gang Wulung, Condongcatur,


(55)

38

Depok, Sleman, Yogyakarta. Peneliti memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian sebab di kelas dasar V terdapat permasalahan yaitu kemampuan anak tunarungu dalam memahami bacaan masih rendah. Permasalahan tersebut diketahui pada saat melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) sehingga dapat memberikan gambaran tentang karakteristik sekolah, subyek penelitian, media pembelajaran yang telah digunakan, serta guru yang mengajar di sekolah tersebut. 2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama lima minggu, pertama yang dilakukan yaitu mengurus perizinan, pelaksanaan tindakan, kegiatan setelah tindakan, serta pengolahan data. Adapun rencana kegiatan penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

Tabel 1. Rincian Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

Waktu Kegiatan penelitian

Minggu 1 Mengurus perizinan penelitian, melakukan observasi, melakukan konsultasi dengan guru kelas mengenai pelaksanaan tes kemampuan awal dan tindakan yang akan dilakukan, dan pelaksanaan tes kemampuan awal Minggu 2 Pelaksanaan tindakan pada siklus I, pelaksanaan tes

setelah tindakan siklus I dan refleksi.

Minggu 3 Melaksanakan siklus II, kemudian tes dilakukan setelah tindakan pada siklus II.

Minggu 4 Melakukan refleksi setelah dilaksanakan siklus II dan pengolahan data setelah tindakan.


(56)

39

E. Teknik Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (2006: 222) mengungkapkan bahwa metode pengumpulan data adalah “suatu cara yang digunakan seseorang untuk mengumpulkan data yang digunakan sebagai sumber, dari apa yang akan ditulisnya”. Pengumpulan data adalah bagian penting dari suatu penelitian, dalam pelaksanaan pengumpulan data menggunakan alat atau metode untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian.

Hamzah B. Uno, dkk (2011: 89) menyatakan bahwa ada beberapa alat yang dapat dipakai untuk membantu indera manusia dalam penelitian yaitu observasi, interview, dan tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu tes, observasi, dan wawancara. Tujuannya agar data yang diperoleh oleh peneliti lebih akurat dan terpercaya. Berikut ini adalah penjabaran dari metode penelitian yang digunakan oleh peneliti, antara lain:

1. Tes

Menurut Sugihartono, dkk (2007: 163) menyatakan bahwa “tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang didasarkan atas jawaban dan penyelidik mengambil kesimpulan dengan standar yang lain”. Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan awal dan tes setelah diberikannya tindakan. Tes kemampuan awal dan tes setelah diberikan tindakan dibuat oleh peneliti. Tes ini berupa tes kemampuan anak dalam memahami isi bacaan pada mata pelajaran Bahasa


(57)

40

Indonesia untuk mengetahui pencapaian anak sebelum diterapkannya media koran dan sesudah diterapkannya media koran. Hasil tes kemampuan awal dan tes setelah diberikannya tindakan kemudian dianalisis dengan nilai presentasi sebagai hasil kemampuan setiap anak.

2. Observasi

Menurut Sugiyono (2010: 310), bahwa “peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang diamati atau sumber penelitian, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Panduan observasi digunakan ketika penelitian sedang berlangsung untuk memperoleh data dengan checklist”. Observasi merupakan cara

untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran di kelas. Teknik observasi penelitian ini menggunakan observasi partisipan, yaitu peneliti terlibat langsung dengan aktivitas yang sedang diamati (saat proses pembelajaran berlangsung). Observasi partisipan digunakan untuk mengambil data tentang kegiatan belajar mengajar di kelas.

Peneliti melakukan observasi dengan pedoman observasi yang telah dirancang sebelumnya, peneliti mengamati dan mencatat kegiatan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan media koran. Lembar observasi menggunakan jenis checklist, peneliti mengisi

lembar observasi dengan tanda checklist. Selain itu, peneliti


(58)

41

mengenai hal-hal yang penting dan terjadi saat proses pengamatan berlangsung.

3. Wawancara

Menurut Hamid Darmadi (2011: 264) wawancara merupakan teknik pengambilan data dengan berhadapan muka langsung kepada responden atau subjek yang ditelitui dan hasilnya dicatat sebagai informasi penting dalam penelitian. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas mengenai hasil belajar kemampuan membaca pemahaman anak sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan menggunakan media koran yang menggunakan instrumen wawancara, manfaat dari media koran dan hambatan yang ditemui pada saat pembelajaran, serta peningkatan yang telah dicapai oleh anak. Hasil wawancara dapat memperkuat informasi juga sebagai pelengkap data yang didapat dari penelitian.

F. Pengembangan Instrumen

Suharsimi Arikunto (2006:160) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah “alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah dalam mengolahnya”. Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data.

Instrumen pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui peningkatan membaca pemahaman pada anak tunarungu kelas dasar V dengan menggunakan media koran, serta untuk melihat aktifitas yang


(59)

42

dilakukan oleh guru dan anak pada saat proses pembelajaran menggunakan media koran. Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu berupa tes, observasi, dan wawancara.

2. Tes kemampuan membaca pemahaman

Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes tertulis dan tes lisan. Soal dalam tes ini berupa tugas membaca, essay, dan uraian. Tes yang diberikan kepada anak adalah tes kemampuan awal yaitu anak membaca bacaan dari koran, mengungkapkan isi bacaan, dan menuliskan kembali isi dalam bacaan koran. Tes setelah diberikannya tindakan sama seperti tes kemampuan awal, hanya materinya berbeda dan dilaksanakan pada siklus I, kemudian diberikan tes lagi pada tindakan siklus II. Adapun kisi-kisi tes kemampuan membaca pemahaman sebagai berikut:


(60)

43

Tabel 2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman.

No. Variabel Aspek Indikator pemahaman Alat

pengambil data

1. Kemampuan

membaca pemahaman

1.1 Kemampuan membaca dan pengetahuan

Anak membaca bacaan dari koran

a. Anak membaca koran

pada setiap paragraf

Tes lisan b.Anak mengemukakan ide

pokok paragraf

Tes lisan

c. Anak mengemukakan

masalah yang terjadi pada bacaan

Tes lisan

d.Anak menceritakan kembali isi bacaan dengan bahasa sendiri

Tes lisan

e. Anak menemukan

kata-kata baru

Tes lisan

1.2 Pemahaman Mengungkapkan isi bacaan

a. Anak dapat menjawab pertanyaan apa

Tes tertulis

b.Anak dapat menjawab

pertanyaan berapa

Tes tertulis c. Anak dapat menjawab

pertanyaan dimana

Tes tertulis

d.Anak dapat menjawab

pertanyaan kapan

Tes tertulis e. Anak dapat menjawab

pertanyaan bagaimana, siapa

Tes tertulis

1.3 Pemahaman Menuliskan kembali isi

dalam bacaan koran

Anak dapat menuliskan

kembali isi bacaan menurut kalimatnya sendiri

Tes tertulis

Adapun skor maksimal yang ditetapkan dalam tes kemampuan membaca pemahaman dapat dirincikan sebagai berikut: skor kemampuan membaca yaitu 50 skor yang mencakup 5 soal, satu soal jika benar mendapatkan 10 skor dan jika salah mendapat skor 0, untuk soal nomor 4


(61)

44

jika anak mampu menceritakan sesuai isi bacaan mendapat skor 10, namun jika tidak dapat menceritakan sesuai dengan isi bacaan mendapat skor 0 dan untuk soal nomor 5 jika anak mampu menyebutkan kata baru lebih dari 9 kata anak mendapat skor 10, jika anak mampu menyebutkan kata baru lebih dari 5 mendapat skor 5, namun jika anak hanya mampu menyebutkan kata baru kurang dari 5 mendapat skor 0, skor kemampuan menjawab soal-soal essay yang mencakup ide pokok bacaan, peristiwa

yang terjadi, penyebab terjadinya peristiwa, tema pada bacaan yaitu 100 skor dan soal yang dikerjakan sebanyak 10 soal, satu soal jika benar akan mendapatkan 10 skor dan jika salah mendapat skor 0, menuliskan kembali isi cerita atau soal uraian yaitu 45 yang mencakup (15 skor langkah-langkah cerita pada bacaan, 15 skor peristiwa didalam bacaan, 15 skor isi cerita pada bacaan) salah mendapat skor 0, sehingga total skor maksimal yang dapat diperoleh yaitu 195.

3.Panduan Observasi

Panduan observasi dibuat untuk memperoleh data yang digunakan untuk melihat respon anak tunarungu pada saat proses pembelajaran dengan media koran yang berisi berisi pernyataan tentang perilaku anak dan guru selama pelaksanaan tindakan. Data observasi ini dibuat untuk melengkapi data yang kemudian dijadikan sebagai penguat dalam membuat kesimpulan. Adapun kisi-kisi yang digunakan dalam panduan observasi dapat dijabarkan sebagai berikut:


(62)

45

Tabel 3. Kisi-kisi Panduan Observasi Kinerja Anak dalam Penerapan Media Koran

No. Komponen Indikator Jumlah

Item 1. Ketertarikan subyek

terhadap media koran

a. Anak membaca bacaan koran 2

b. Memahami isi bacaan yang

dibaca

1 c. Tertarik dalam melakukan

pembelajaran dengan menggunakan media koran

2

2. Respon subyek saat

melaksanakan proses

pembelajaran dengan

menggunakan media koran.

a. Keaktifan anak selama

pembelajaran

3

b. Melaksanakan pembelajaran

dengan baik

1

c. Tanggapan terhadap

pertanyaan dari guru

1

4.Wawancara

Wawancara dilakukan dengan guru kelas. Wawancara yang dilakukan menggunakan pedoman wawancara. Isi dari pedoman wawancara tentang kondisi kelas, anak, dan guru selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan media koran. Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman wawancara:


(63)

46

Tabel 4. Kisi-kisi Panduan Wawancara Guru

G. Validitas Instrumen

Instrumen pada penelitian ini yaitu tes kemampuan membaca pemahaman, panduan observasi, dan panduan wawancara. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan validitas isi dan validitas logis. Validitas isi digunakan untuk validasi tes kemampuan membaca pemahaman yang dilakukan oleh ahli yaitu guru, sedangkan validitas logis digunakan untuk validasi pedoman observasi dan pedoman wawancara.

Validitas isi untuk validasi tes kemampuan membaca pemahaman dilakukan oleh guru kelas V SLB B Karnnamanohara. Validasi tes kemampuan membaca pemahaman dengan materi bacaan pada koran dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Validasi logis untuk validasi pedoman observasi dan pedoman wawancara dilakukan oleh ahli yaitu dosen pembimbing.

No. Poin-poin Wawancara Jumlah

Item 1. Hasil belajar kemampuan membaca pemahaman anak

sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan media koran.

1

2. Hasil belajar kemampuan membaca pemahaman anak setelah tindakan dengan penggunaan media koran.

1

3. Ketercapaian tujuan pembelajaran. 2

4. Kebermanfaatan media koran dalam meningkatkan

kemampuan membaca pemahaman anak.

3

5. Keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran

kemampuan membaca pemahaman.

1

6. Peningkatan hasil belajar anak. 1


(64)

47

H. Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa analisis data deskripsi kuantitatif. Teknik analisis data deskripsi kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil tes yang diperoleh anak. Suharsimi Arikunto (2006: 267) mengatakan bahwa “keuntungan menggunakan persentase sebagai alat untuk menyajikan informasi adalah dengan persentase tersebut pembaca laporan penelitian akan mengetahui seberapa jauh sumbangan tiap-tiap aspek di dalam keseluruhan konteks permasalahan yang sedang dibicarakan”.

Rumus yang digunakan menurut Ngalim Purwanto (2006: 102), sebagai berikut:

NP = R/SM x 100 % Keterangan:

NP :nilai persen yang dicari/diharapkan R :skor mentah yang diperoleh siswa

SM :skor maksimum dari tes yang bersangkutan 100% : bilangan tetap

Nilai yang diperoleh dari rumus tersebut dikategorikan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Menurut Ngalim Purwanto (2006: 103), patokan kriteria yang digunakan adalah:

1. Nilai 86 – 100% termasuk kategori sangat baik 2. Nilai 76 – 85% termasuk kategori baik


(65)

48

4. Nilai 55 – 59% termasuk kategori kurang 5. Nilai ≤54% termasuk kategori kurang sekali

Hasil penelitian akan disajikan dengan deskriptif naratif, tabel dan grafik sebagai pelengkap, sedangkan data hasil observasi kegiatan pembelajaran menggunakan analisis data deskriptif kualitatif sebagai pendukung terhadap analisis data kuantitatif.

I. Kriteria Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu. Kriteria keberhasilan juga melalui diskusi dengan guru kelas. Peningkatan dilihat dari nilai anak sebelum diberikan tindakan menggunakan media koran. Anak tunarungu dikatakan tuntas/berhasil mencapai KKM apabila anak memperoleh persentase minimal 65% dari penguasaan materi yang telah disampaikan melalui media koran.


(66)

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas

Dasar V Sebelum Pelaksanaan Tindakan

Jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 5 orang siswa yang merupakan siswa kelas dasar V yang beranggotakan 4 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan. Sebelum peneliti melakukan tindakan terhadap subjek penelitian, peneliti melakukan kegiatan pra tindakan yaitu berupa tes kemampuan awal atau pre test. Tahap pra tindakan

dilakukan untuk memperoleh data awal tentang kemampuan awal siswa tunarungu kelas dasar V dalam kemampuan membaca pemahaman sebelum dilakukan tindakan. Tes kemampuan awal dilakukan dengan memberikan tes membaca pemahaman pada pelajaran Bahasa Indonesia yang terdiri dari 16 soal berupa tugas membaca, essay, dan uraian. Gambaran awal kemampuan membaca

pemahaman kelas dasar V dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5. Nilai Tes Kemampuan Awal atau Pre test Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas Dasar V

No. Nama Skor Nilai Persentase

1 AL 70 3,58 36%

2 YH 75 3,84 38%

3 HS 90 4,61 46%

4 IB 85 4,35 43%

5 ST 110 5,64 56%

Tabel 5 menunjukkan bahwa skor terendah diperoleh AL mendapat skor 70 dengan nilai 3,58 atau persentase sebesar 36%, skor terendah


(67)

50

kedua diperoleh YH dengan skor 75 dengan nilai 3,84 atau persentase sebesar 38%, kemudian HS mendapat skor 90 dengan nilai 4,61 atau persentase sebesar 46%, IB mendapat skor 85 dengan nilai 4.35 atau persentase 43% dan skor tertinggi diperoleh ST mendapat skor 110 dengan nilai 5,64 atau persentase 56%. Berdasarkan pengamatan guru dan peneliti kemampuan membaca pemahaman anak masih kurang. Mengingat hasil skor kelima anak masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu nilai 6,50 dengan persentase 65% maka kelima anak perlu ditingkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan media koran. Untuk lebih jelasnya pencapaian nilai kemampuan awal dapat dilihat dalam gambar diagram berikut ini:

Gambar 2. Diagram Tes Kemampuan Awal Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Kelas Dasar V

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

AL YH HS IB ST

P

e

rs

e

n

ta

se

Subjek

Persentase Pencapaian

Persentase Pencapaian


(68)

51

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Kegiatan pada siklus I meliputi kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun rincian kegiatan yang dilakukan yaitu:

a. Perencanaan

1) Rencana pelaksanaan pembelajaran

Membuat rancangan pembelajaran yang telah dituliskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang materi yang diajarkan. Materi yang diajarkan pada pertemuan 1,2 dan 3 pada siklus I yaitu tema bacaan mengenai peristiwa rumah rusak tertimpa pohon, tabrakan, dan kebakaran. Pada pertemuan 1 anak akan diajarkan tentang bacaan rumah rusak tertimpa pohon, pada pertemuan 2 akan diajarkan bacaan tentang peristiwa tabrakan, dan pertemuan 3 akan diajarkan bacaan tentang peristiwa kebakaran.

2) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai proses pembelajaran

Lembar observasi terdiri dari pengamatan terhadap anak. Lembar observasi disusun berdasarkan RPP yang telah dibuat dan digunakan untuk mencatat hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan akan digunakan sebagai penguat data serta untuk menggambarkan jika ada hambatan dalam proses pembelajaran dan solusi untuk hambatan tersebut.


(69)

52 3) Mempersiapkan soal tes

Soal tes untuk anak akan diberikan pada akhir siklus. Soal tes pada akhir siklus I berjumlah 16 soal yang terdiri dari 5 tugas membaca, 10 soal essay, dan 1 soal uraian. Tes siklus I

diberikan pada akhir siklus I untuk mengetahui sejauh mana anak memahami isi bacaan. Hasil yang harus dicapai oleh anak yaitu anak mampu memahami 65% isi bacaan dari 16 soal. Anak harus mencapai nilai KKM yaitu 65%.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tahap kedua dari penelitian ini yaitu pelaksanaan tindakan yang merupakan penerapan dari isi rancangan yang telah dibuat. Berikut ini uraian pelaksanaan tindakan dalam siklus I.

1) Pertemuan pertama siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama terdiri dari 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 1 jam pelajaran. Pelaksanaan tindakan menggunakan media koran diikuti oleh siswa kelas dasar V. Pertemuan pertama ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 04 maret 2015. Pertama dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

(1)Guru mengkondisikan anak agar siap dan konsentrasi untuk mengikuti proses pembelajaran.


(70)

53

(2)Anak dikondisikan duduk dengan rapi membentuk setengah lingkaran.

(3)Cek ABM untuk memastikan anak sudah memakainya dan terpasang dengan benar.

(4)Memberi salam kepada guru.

(5)Guru memotivasi anak dengan menanyakan sesuatu kepada anak.

b) Kegiatan inti

(1)Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada anak. (2)Guru meminta anak membaca teks bacaan koran yang

berjudul “Rumah Rusak Tertimpa Pohon”. Bacaan koran ini di ambil dari koran “Kedaulatan Rakyat” pada tanggal 15 Januari 2015 tentang peristiwa hujan yang deras disertai angin kencang yang menyebabkan rumah seorang warga rusak akibat tertimpa pohon.

(3)Guru dan anak melakukan percakapan tentang isi bacaan.

(4)Guru memancing anak dengan pertanyaan pada bacaan. (5)Guru memberi penjelasan kepada anak apabila anak

belum memahami isi bacaan koran.

(6)Guru memberi pertanyaan sesuai isi bacaan koran secara lisan.


(71)

54

(7)Anak menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan koran secara lisan.

(8)Guru memberi pertanyaan sesuai isi bacaan koran secara tertulis.

(9)Anak menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan koran secara tertulis.

c) Kegiatan penutup

Guru mengevaluasi hasil pembelajaran. 2) Pertemuan kedua siklus I

Pelaksanaan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis 05 maret 2015, pembelajaran dilakukan di dalam kelas. Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua:

a) Kegiatan awal

(1)Guru mengkondisikan anak agar siap dan konsentrasi untuk mengikuti proses pembelajaran.

(2)Anak dikondisikan duduk dengan rapi membentuk setengah lingkaran.

(3)Cek ABM untuk memastikan anak sudah memakainya dan terpasang dengan benar.

(4)Memberi salam kepada guru.

(5)Guru memotivasi anak dengan menanyakan sesuatu kepada anak.


(72)

55 b) Kegiatan inti

(1)Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada anak. (2)Guru meminta anak membaca teks bacaan koran yang

berjudul “Menabrak, Bus Agung Dirusak”. Bacaan koran ini di ambil dari koran “Kedaulatan Rakyat” pada tanggal 21 Februari 2015 tentang peristiwa sebuah bus yang dirusak massa dikarenakan menabrak sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh dua orang.

(3)Guru dan anak melakukan percakapan tentang isi bacaan.

(4)Guru memancing anak dengan pertanyaan pada bacaan. (5)Guru memberi penjelasan kepada anak apabila anak

belum memahami isi bacaan koran.

(6)Guru memberi pertanyaan sesuai isi bacaan koran secara lisan.

(7)Anak menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan koran secara lisan.

(8)Guru memberi pertanyaan sesuai isi bacaan koran secara tertulis.

(9)Anak menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan koran secara tertulis.

c) Kegiatan penutup


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)