33
Keteladanan sangat penting dalam mendidik anak. Sebab anak- anak itu suka meniru terhadap siapapun yang mereka lihat baik dari segi
tindakan maupun budi pekertinya.
48
b. Metode latihan dan pembiasaan.
Islam memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode pembinaan akhlak yang baik, maka semua yang baik itu diubah menjadi
kebiasaan. Metode pembiasaan yaitu mengulangi kegiatan tertentu berkali-kali agar menjadi bagian hidup manusia.
49
Mendidik dengan latihan dan pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan
latihan-latihan terhadap suatu norma kemudian membiasakan anak untuk melakukannya.
c. Mendidik melalui
ibrah
mengambil pelajaran
Secara sederhana,
ibrah
berarti merenungkan dan memikirkan, dan dalam arti umum biasanya dimaknakan dengan mengambil pelajaran
dari setiap peristiwa. Tujuan pedagogis dari
al-ibrah
adalah mengantarkan manusia pada kepuasan pikir tentang perkara agama yang
bisa menggerakan, mendidik atau pengambilan
ibrah
bisa dilakukan melalui kisah-kisah teladan, fenomena alam atau peristiwaperistiwa yang
terjadi, baik di masa lalu maupun masa sekarang.
50
d. Mendidik melalui maudzah nasehat
48
Imam Abdul Mukmin Saadudin, Meneladani Akhlak Nabi Bandung: PT Reamaja Rosda Karya,2006, Hal. 61
49
Ibid.,
hal. 68
50
Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren..., hal. 56-57
34
Maudzoh nasehat merupakan metode yang cukup dikenal dalam pembinaan Islam yang menyentuh diri bagian dalam dan mendorong
semangat penasehat untuk mengadakan perbaikan, sehingga pesan- pesannya dapat diterima. Metode ini akan lebih berguna jika yang diberi
nasihat percaya kepada yang memberi nasihat, sementara nasihatnya datang dari hati.
51
e. Mendidik melalui kedisiplinan
Dalam ilmu pendidikan, kedisiplinan dikenal sebagai cara menjaga kelangsungan kegiatan pendidikan. Metode ini identik dengan
pemberian hukuman atau sanksi. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran bahwa apa yang dilakukan tersebut tidak benar, sehingga ia
tidak mengulangi lagi. Pendidikan lewat kedisiplinan ini memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan. Ketegasan mengharuskan seorang pendidik
memberikan sanksi pada setiap pelanggar, sementara kebijaksanaan mengharuskan sang pendidik berbuat adil dan arif dalam memberikan
sanksi, tidak terbawa emosi atau dorongan-dorongan lain.
f. Mendidik melalui
targhib wa tahdzib.
Metode ini terdiri atas dua metode sekaligus yang berkaitan satu sama lain;
al-targhib
dan
al-tahdzib
.
Targhib
adalah janji-janji disertai bujukan agar seseorang senang melakukan kebajikan dan menjauhi
kejahatan.
Tahdzib
adalah ancaman untuk menimbulkan rasa takut berbuat tidak benar. Tekanan metode
targhib
terletak pada harapan untuk
51
Imam Abdul Mukmin Sa‟aduddin, Menaladani Akhlak Nabi..., hal. 61
35
melakukan kebajikan, sementara tekanan metode
tahdzib
terletak pada upaya menjauhi kejahatan atau dosa.
52
B. Tinjauan Tentang Akhlakul Karimah
1. Pengertian Akhlakul Karimah
Pembahasan Akhlakul Karimah ini agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam penafsiran, maka penulis akan menguraikan pengertian
Akhlakul Karimah. Pada pembahasan mengenai akhlak, penulis akan mekaji dari dua tinjauan yaitu dari segi etimologi dan terminologi, dengan tujuan
agar dapat dipahami dengan jelas. Dari segi etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab al- Akhlak
قاخاأ
bentuk jamak dari Khuluq
قلخ
yang artinya perangai.
53
Sedangkan akhlak dalam arti keseharian artinya tingkah laku, budi pekerti, kesopanan.
54
Pengertian lain, akhlak karimah ialah segala tingkahlaku yang terpuji mahmudah juga bisa dinamakan fadilah.
55
Jadi akhlak karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman
seseorang kepada Allah.
56
Akhlak karimah di lahirkan berdasarkan sifat- sifat dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan ajaran-ajaran
yang terkandung dalam Al- Qur‟an dan AL-Hadis. Sebagai contoh malu
52
Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren..., hal. 58-60
53
Depag RI, Aqidah Akhlak, Jakarta:Direktorat Jendral Kelembagaan Islam, 2002, hal: 59.
54
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: Apollo, 1997, Hal: 26
55
Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: Rosda Karya, 2007, hal. 200
56
A. Sainuddin dan Muhammad Jamhari, Al Islam 2: Muamalah dan Akhlak, Bandung: Pustaka Setia, 1999, hal. 78