karena probabilitas 0,512 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua varian adalah sama sehingga menggunakan asumsi equal variances assumed.
Oleh karena variannya sama, maka analisis uji beda t-testnya harus menggunakan asumsi equal variances assumed sebesar 0,512 dengan
probabailitas signifikasi sebesar 0,733 two tail. Jadi untuk varibel akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemberantasan korupsi dan
penanggulangan tindak penipuan, oleh karena probabilitasnya sebesar 0,733 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik kedua rata-rata mean tidak
terdapat perbedaan signifikan antara responden mahasiwa USU dengan mahasiswa IAIN SU.
Dari hasil pengujian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk variabel akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemberantasan korupsi dan
penanggulangan tindak penipuan ditolak. Alasannya karena, secara statistik apabila dilihat dari nilai t sebesar 0,733 lebih besar dari
α = 0,05, ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara
kelompok responden mahasiswa akuntansi USU dengan mahasiswa akuntansi IAIN tentang akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemberantasan
korupsi dan penanggulangan tindak penipuan.
4.2.4.5 Akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi Strata -1
Universitas Sumatera Utara
Ha5: terdapat perbedaan persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan mahasiswa IAIN Sumatera Utara terhadap variabel akuntansi forensik
dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi. Dari tabel 4.7, terlihat bahwa rata-rata jawaban akuntansi forensik
dimasukkan kedalan kurikulum pendidikan akuntansi strata-1 untuk responden mahasiswa USU 4,0448 sedangkan untuk responden mahasiswa IAIN SU adalah
4,200. Secara absoulut jelas bahwa rata-rata variabel akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi strata-1 berbeda antara
responden mahasiswa akuntansi USU dengan mahasiswa akuntansi IAIN SU. Nilai F hitung pada levene test untuk variabel akuntansi forensik
dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi statara-1 adalah sebesar 0,307 dengan dengan probabilitas sebesar 0,580. Oleh karena probabilitas 0,580
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua varian adalah sama sehingga menggunakan asumsi equal variances assumed.
Oleh karena variannya sama, maka analisis uji beda t-testnya harus menggunakan asumsi equal variances assumed sebesar 0,580 dengan
probabailitas signifikasi sebesar 0,384 two tail. Jadi untuk varibel akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi strata-1, oleh
karena probabilitasnya sebesar 0,384 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik kedua rata-rata mean tidak terdapat perbedaan signifikan antara
responden mahasiwa USU dengan mahasiswa IAIN SU.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengujian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk variabel akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi strata-1
ditolak. Alasannya karena, secara statistik apabila dilihat dari nilai t sebesar 0,384 lebih besar dari
α = 0,05, ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara kelompok responden mahasiswa akuntansi USU
dengan mahasiswa akuntansi IAIN tentang akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi strata-1.
4.2.4.6 Ada hubungan akuntansi forensik dengan perkembangan ilmu akuntansi saat ini