melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepala sekolah sebagai supervisior pengawas harus melakukan
pengawasan kepada bawahannya untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan tugas, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak agar
kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
5. Hambatan Dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah yang berhasil terlihat dari keberhasilan sekolah yang dipimpinnya. Paradigma baru manajemen pendidikan memberikan
kewenangan luas kepada kepala sekolah dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian pendidikan
di sekolah. Kepala sekolah harus siap menerima kewenangan tersebut dengan berbagai konsekuensinya. Menurut Mulyasa 2004: 72 faktor
penghambat kelemahan dan tantangan kepala sekolah profesional untuk meningkatkan kualitas pendidikan mencakup: “sistem poloitk yang kurang
stabil, rendahnya sikap mental, wawasan kepala sekolah yang masih sempit, pengangkatan yang belum transparan, kurangnya sarana prasarana,
lulusan kurang mampu bersaing, birokrasi, rendahnya produktivitas kerja”. Jika sekolah dilihat dalam lingkup organisasi yang ingin mencapai
suatu tujuan maka kemungkinan muncul hambatan yang akan dijumpai
kepala sekolah sebagai pemimpin. Winardi 2000: 87 menyatakan bahwa “ proses kepemimpinan memerlukan komunikasi efektif antara anggota-
anggota kelompok. Komunikasi merupakan alat satu-satunya untuk mentransfer ide tentang tujuan kelompok, sumbangsih dari anggota, dan
motivasi para anggotanya”. Kepala sekolah dalam memberikan tugas dan arahan kepada para
guru dan bawahannya harus memperhatikan dan menggunakan komunikasi yang baik sehingga informasi yang diberikan dapat diterima
dan dikerjakan dengan baik. Kelebihan informasi
overload
dapat menyebabkan gangguan pada jalannya komunikasi, menurut Miller dalam
Mada Sutapa 2002: 95-96 menjelaskan kelebihan informasi dalam komunikasi akan menimbulkan berbagai macam reaksi antara lain:
a. Gagal memperhitungkan informasi
b. Banyak membuat kesalahan
c. Menunda atau menumpuk pekerjaan
d. Penyaringan filter informasi
e. Cenderung menangkap informasi pada garis besarnya
f. Menugaskan atau melemparkan tugas kepada orang lain untuk
menghadapi kelebihan beban informasi g.
Kesengajaan untuk menghindari informasi yang datang Hambatan dalam kepemimpinan kepala sekolah dalam memajukan
sekolahnya juga bisa muncul dari diri kepala sekolah, berdasarkan kutipan dari http:sekolah-dasar.blogspot.com, diakses pada 15 April 2010
bahwa maju mundurnya sekolah tergantung dari bagaimana kepala sekolah mengorganisir sekolah. Sedangkan, cara kepala sekolah mengorganisir
sekolahnya tergantung dari pendidikan dan pengalaman kepala sekolah. Di
lapangan sering ditemui kepala sekolah yang tidak sungguh-sungguh dalam mengorganisir sekolah. Hal itu mungkin disebabkan kepala sekolah
tidak mampu atau mungkin kepala sekolah mampu tetapi enggan melakukan pengaturan sekolah dengan baik. Akibatnya, peningkatan mutu
sekolah tidak terealisasikan, Dari beberapa hambatan yang dijumpai kepala sekolah dalam
memimpin sekolahnya khususnya yang berhubungan dengan pengarahan, penggerakan, dan pemberian motivasi dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi merupakan kunci utama dalam mengarahkan, menggerakkan, dan memberikan motifasi kepada guru dan bawahan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
B. Konsep Tenaga Bantuan Naban
1. Pengertian Tenaga Bantuan
Naban merupakan kependekan dari kata Tenaga bantuan, pengertian Tenaga bantuan jika dilihat dari asal katanya yaitu “Tenaga”
dan “bantuan” kata tenaga mempunyai makna atau pengertian kekuatan, daya yang bisa menggerakkan sesuatu, kegiatan bekerja atau berusaha
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 1175 sedangkan kata bantuan mempunyai arti sesuatu yang dipakai untuk membantu, sumbangan,
sokongan, pertolongan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 109, jadi jika Tenaga bantuan diartikan berdasarkan makna perkata maka dapat
diartikan orang yang bekerja atau berusaha untuk membantu.