13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. KAJIAN TEORI
2.1.1. Hakekat Belajar dan Pembelajaran
Aktivitas belajar memang tidak akan pernah lepas dari kebutuhan kita sehari-hari. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru ke arah positif secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Namun perubahan yang terjadi dalam aspek- aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangbiakan tidak termasuk
perubahan dari pengertian belajar Daryanto, 2010:2. Pendapat lain mengatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang
dapat dilakukan secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologis, yaitu aktivitas yang merupakan proses mental misalnya
berpikir, menyimpulkan, atau menyimak. Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan proses penerapan misalnya kegiatan
praktik, apresiasi, dan latihan Rusman dkk, 2011:7. Sedangkan Baharuddin 2007:11, menyatakan bahwa belajar merupakan
proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Dengan demikian,
belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pelajar saja. Namun aktivitas yang dialami seluruh manusia di dunia ini.
Jadi, dari pendapat para ahli di atas dapat dikatakan, bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang
didapatkan dari pengalaman, perubahan ini bersifat terus menerus. Selain itu belajar juga merupakan proses seseorang untuk memahami sesuatu dari tidak bisa,
menjadi bisa karena adanya suatu stimulus dan akhirnya menghasilkan suatu respons. Dalam penelitian ini, belajar yang dimaksudkan adalah proses perubahan
tingkah laku siswa dimana sebelumnya siswa tidak mengetahui materi peristiwa proklamasi pada pembelajaran IPS, kemudian melalui proses belajar-mengajar
menyebabkan siswa akhirnya mampu memahami materi proklamasi tersebut. Berbeda dengan konsep belajar, pembelajaran merupakan suatu kegiatan
yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar.
Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran, yang terpenting adalah terjadinya
proses belajar Susilana, 2009:1. Selanjutnya Isjoni 2009 : 14, menyatakan bahwa pembelajaran adalah
sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Hal tersebut diartikan bahwasanya aktivitas apapun yang dilakukan siswa baik itu berupa fisik
ataupun mental merupakan inti utama dari pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan
kegiatan belajar. Kegiatan belajar tersebut merupakan transfer ilmu dari guru yang
memberikan stimulus berupa materi proklamasi kemerdekaan dalam mata pelajaran IPS sehingga nantinya siswa akan memberikan respon berupa
pengetahuan mengenai materi yang sudah diajarkan. Pembelajaran merupakan suatu wadah bagi peserta didik dan pendidik untuk menuangkan segala kegiatan
belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Anitah 2009: 1.18 pembelajaran adalah usaha guru
membentuk tingkah laku berupa peningkatan intelektual, kematangan mental dan perubahan sikap ke arah positif dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi
hubungan stimulus lingkungan dengan tingkah laku si belajar. Jadi, diharapkan dengan stimulus yang diberikan oleh guru, siswa akan merespon dengan baik
stimulus tersebut sehingga tujuan dari kegiatan belajar akan tercapai maksimal. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik
dengan peserta didik, atau antar peserta didik. Dalam proses komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal, dan dapat pula secara nonverbal, seperti penggunaan
media komputer dalam pembelajaran. Esensi pembelajaran adalah ditandai oleh serangkaian kegiatan komunikasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
sehingga dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa.
Tidak hanya itu, adanya proses pembelajaran ditandai juga dengan perubahan tingkah laku yang dialami siswa akibat interaksi dan komunikasi siswa dengan
komponen di lingkungan sekitarnya. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem
yang terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan
semuanya berfungsi dengan berorientasi pada tujuan. Dalam penelitian ini, proses pembelajaran ditandai dengan interaksi guru
ketika memberikan stimulus berupa materi peristiwa proklamasi yang sudah dirancang dengan komponen lingkungan belajar sehingga akan timbul respon dari
siswa berupa kegiatan belajar memahami konsep berupa stimulus-stimulus yang diberikan oleh guru.
2.1.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil
belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh. Kondisi psikis, seperti
kemampuan intelektual, emosional, dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Oleh karena itu, kesempurnaan dan kualitas
kondisi internal yang dimiliki oleh peserta didikakan berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar. Peserta didik yang mengalami kelemahan
dibidang fisik akan mengalami kesulitan dan hambatan ketika proses pembelajaran. Peserta didik yang bermotivasi rendah juga kan mengalami
kesulitan dalam mempersiapkan diri dalam memulai belajar. Faktor-faktor internal ini dapat terbentuk sebagai akibat dari pertumbuhan, pengalaman belajar
sebelumnya, dan perkembangan. Sama kompleksnya pada kondisi internal adalah kondisi eksternal yang
ada di lingkungan peserta didik. Beberapa faktor eksternal seperti variasi dan
tingkat kesulitan materi belajar yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses,
dan hasil belajar Anitah, 2009:1.9. 2.1.1.2. Teori Belajar yang Mendasari Penelitian
2.1.1.2.1.Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik mengatakan bahwa yang terpenting dalam
proses belajar adalah stimulus dan respon. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting untuk diperhatikan,
karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru stimulus dan
apa yang dihasilkan siswa respon, semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal
yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan reinforcement. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan positive reinforcement maka
respon akan semakin kuat, begitu juga bila penguatan dikurangi negative reinforcement responpun akan tetap dikuatkan Slavin, 2010:143. Apabila kita
tinjau model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini, sangat bertalian erat dengan teori belajar behavioristik. Dalam Quantum Teaching, yang terpenting
adalah bagaimana guru mampu menciptakan “AMBAK” untuk siswa stimulus, dan dengan stimulus yang diberikan guru tersebut, siswa akhirnya memberikan
respon dengan menunjukkan aktivitasnya dalam kegiatan pembelajaran. Selain
itu, dalam Quantum Teaching terdapat sintaks “Rayakan” yang termasuk dalam
penguatan di mana hal tersebut turut menguatkan timbulnya respons. 2.1.1.2.1.Teori Belajar Humanistik
Menurut Abraham hal yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Teori Belajar Humanistik merupakan suatu teori dalam
pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Salah satu ide yang
penting dalam pendidikan humanistik adalah siswa harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar. Aliran humanistik
memandang bahwa belajar bukan sekadar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan
seluruh bagian atau domain yang ada. Domain-domain tersebut meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik
dalam pembelajaran menekankan pentingnya perasaan, komunikasi yang terbuka dan nilai-nilai yang dimiliki siswa Baharuddin, 2010:142.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan
siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan
sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri
secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku Hamalik, 2010:37.
Dari uraian mengenai teori humanistik di atas, bila kita hubungkan dengan penelitian ini maka model pembelajaran Quantum Teaching yang
digunakan sangat sesuai dengan teori humanistik ini. Dalam pembelajaran guru memfokuskan pada karakterisitik peserta didik. Pembelajaran dititikberatkan pada
aktivitas diri siswa sehingga setiap individu peserta didik diberi kebebasan berinteraksi dengan siswa lain, guru maupun dengan sumber belajar yang
digunakan.
2.1.2. Kualitas Pembelajaran