antar variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan
dan melakukan eksperimen langkah-langkahnya terdiri dari pertanyaan, hipotesis, variabel bebas, variabel tergantung, prosedur, alat-alat dan bahan,
pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan penyimpulan. Pembelajaran IPA juga harus mencakup hakikat IPA yang terdiri atas
empat dasar, yaitu: produk, proses, sikap, serta teknologi. Keempat dasar tersebut saling berkaitan. Teori-teori IPA melalui proses IPA dan sikap ilmiah akan
menghasilkan teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPA di SD disesuaikan dengan karakteristik anak SD, harus
menerapkan keterampilan proses IPA, dan mencakup semua komponen hakikat IPA yaitu proses, produk, sikap, dan teknologi. Melalui hal tersebut tujuan
pembelajaran IPA di SD sesuai kurikulum dapat tercapai.
2.1.5 Model pembelajaran Numbered HeadTogether NHT
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta
tingkat kemampuan siswa Trianto, 2014:51.
Sedangkan menurut Wisudawati dan Sulistyowati 2014:48 model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah pembungkus proses pembelajaran yang
di dalamnya terdapat pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya Rusman, 2014:133.
Menurut Huda 2014:203 Numbered Head Together NHT merupakan varian dari diskusi kelompok. Tujuan dari Numbered Head Together NHT
adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan kerja
sama siswa, Numbered Head Together NHT juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Sintak atau tahap-tahap pelaksanaan
Numbered Head Together NHT pada hakikatnya hampir sama dengan diskusi kelompok, yang prosedur pembelajarannya adalah sebagai berikut: pembelajaran
dengan menggunakan model Numbered Head Together NHT diawali dengan siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok, masing-masing siswa dalam
kelompok diberi nomor. Kemudian guru memberi tugaspertanyaan pada masing- masing kelompok untuk mengerjakannya. Setiap kelompok mulai berdiskusi
untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. Guru memanggil salah satu
nomor secara acak. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan
jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.
Hamdani 2011:89 menyatakan bahwa Numbered Heads Together NHT adalah metode belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu
kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa. Kelebihan model Numbered Heads Together NHT adalah setiap siswa menjadi siap semua,
siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Berikut adalah langkah-langkah Numbered Heads Together NHT menurut Hamdani 2011:89: 1 siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa
dalam setiap kelompok mendapat nomor, 2 guru memberikan tugas dan tiap-tiap kelompok disuruh untuk mengerjakannya, 3 kelompok mendiskusikan jawaban
yang benar dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya, 4 guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang
nomornya dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka, 5 siswa lain diminta untuk memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain, dan 6
kesimpulan.
Menurut Trianto 2011:62 Numbered Head Together NHT atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together NHT pertama kali
dikembangkan oleh Spenser Kagen 1993 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai
sintaks Numbered Head Together NHT : 1
Penomoran Siswa dibagi ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota
kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. 2
Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Petanyaan dapat
bervariasi. 3
Berpikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. 4
Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan jarinya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Menurut Suprijono 2011:92 pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Head Together NHT diawali dengan Numbering. Guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik
dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri 8 orang.
Tiap-tiap orang dalam tiap kelompok diberi nomor 1-8. Setelah kelompok
terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawaban.
Pada kesempatan ini tiap- tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together”
berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil siswa yang memiliki nomor
yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga
semua siswa dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban
itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga siswa dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif