Aspek-aspek Kesiapan Belajar Kesiapan Belajar

kegiatan belajar di sekolah kurang hal ini dibuktikan dengan masih ramainya siawa saat menerima pelajaran, siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, dan siswa masih suka bermain sendiri ketika pelajaran berlangsung.

2.2.2 Aspek-aspek Kesiapan Belajar

Slameto 2010: 114 menyebutkan bahwa kondisi kesiapan belajar mencakup tiga aspek, yaitu : a Kondisi fisik, mental dan emosional b Kebutuhan, motif, dan tujuan c Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. Sedangkan menurut Darsono 2000: 27 tingkat kesiapan meliputi hal-hal berikut: a Kondisi fisik tidak kondusif misalnya sakit kesehatan, penglihatan, pendengaran dan lain-lain. b Kondisi psikologis yang kurang baik semisal gelisah, tertekan dan sebagainya. c Kondisi emosional. Senada dengan pendapat Darsono, menurut Djamarah 2008: 35 faktor- faktor kesiapan meliputi : a Kondisi fisik, semisal tubuh tidak sakit jauh dari gangguan lesu, mengantuk, dan sebagainya . b Kesiapan psikis, misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, dan ada motivasi intrinsik. c Kesiapan materiil, semisal ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan. Sedangkan menurut Nasution 2011: 179-183 pra-kondisi belajar terdiri dari: a Perhatian Untuk mengamati sesuatu diperlukan perhatian. Anak harus melihat gambar atau buku dan bukan melihat keluar jika ingin belajar. Kita tentu dapat memikirkan berbagai cara untuk menarik perhatian anak dengan memberikan stimulus yang baru, beraneka ragam, atau berintensitas tinggi. Namun lebih penting ialah memupuk “attentional set” sikap memperhatikan pada anak, sehingga perhatian juga diatur secara intern oleh anak itu, maka anak itu dapat memberi perhatiannya, walaupun ada hal-hal lain yang menarik perhatiannya. b Motivasi belajar Motivasi perilaku manusia merupakan topik yang sangat luas. Banyak macam motivasi dan para ahli meneliti tentang bagaimana asal dan perkembangannya dan menjadi suatu daya dalam mengarahkan perilaku seseorang. Motivasi diakui sebagai hal yang sangat penting bagi pelajaran di sekolah. Setidaknya anak harus memiliki motivasi untuk belajar di sekolah. Menurut Skinner dalam Nasution 2011: 182 maslaah motivasi bukan soal memberikan motivasi, akan tetapi mengatur kondisi belajar sehingga memberikan reinforcement. Motivasi dianggap lebih tinggi tarafnya daripada penguasaan tugas ialah “achievement motivation” yakni motivasi untuk mencapai atau menghasilkan sesuatu. Motivasi ini lebih mantap dan memberikan dorongan kepada sejumlah besar kegiatan, termasuk yang berkaitan dengan pelajaran disekolah. Sedangkan McClelland dalam Nasution 2011: 182 menyelidiki berbagai hal yang dapat mempertinggi motivasi ini, misalnya dengan merumuskan tujuan dengan jelas, mengetahui kemajuan yang dicapai, merasa turut bertanggungjawab, dan lingkungan sosial yang menyokong. c Perkembangan Kesiapan Slameto 2010: 113 perkembangan kesiapan adalah suatu proses yang dapat menimbulkan perubahan pada diri seseorang, perubahan itu terjadi karena adanya pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan bertambahnya usia dari seseorang itu. Kesiapan juga dapat diartikan sebagai kematangan membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu. Perkembangan kesiapan siswa yang harus dicapai adalah bagaimana siswa harus siap dalam proses belajar yang dilakukan yang dapat menunjang siswa tersebut ketika menghadapi ujian yang diadakan. Dengan adanya kesiapan tersebut siswa pasti akan merasa yakin dengan semua jawaban yang dikerjakan dan dapat meningkatkan rasa optimisme yang dimiliki oleh seorang siswa. Dalam penelitian ini yang akan digunakan sebagai indikator dalam kesiapan belajar yaitu kondisi fisik siswa, kondisi mental, kondisi psikologis, kondisi emosional, kebutuhan, dan pengetahuan.

2.2.3 Pengembangan Kesiapan Belajar