Teori Tujuan Pemidanaan yang Integratif Kemanusiaan

2.4 Teori Tujuan Pemidanaan yang Integratif Kemanusiaan

dalam Sistem Pancasila Menurut Muladi 2008: 53 dalam bukunya “Lembaga Pidana Bersyarat” menyatakan bahwa dewasa ini masalah pemidanaan menjadi sangat kompleks sebagai akibat dari usaha untuk memperhatikan faktor – faktor yang menyangkut hak – hak asasi manusia, serta menjadikan pidana bersifat operasional dan fungsional. Untuk itu diperlukan pendekatan multi-dimensional yang bersifat mendasar terhadap dampak pemidanaan, baik yang menyangkut dampak yang bersifat individual maupun dampak yang bersifat sosial. Pendekatan semacam ini mengakibatkan adanya keharusan untuk memilih teori integratif tentang tujuan pemidanaan, yang dapat memenuhi fungsinya dalam rangka mengatasi kerusakan – kerusakan yang diakibatkan oleh tindak pidana individual and social damages. Pemilihan teori integratif dalam tujuan pemidanaan mempunyai beberapa alasan diantaranya sebagai berikut : a. Alasan sosiologis, Dalam aliran sosiologis menurut Stanley E. Grupp dalam Setiady, 2009: 65 menerangkan bahwa kelayakan suatu teori pemidanaan tergantung pada anggapan – anggapan seseorang terhadap hakikat manusia, informasi yang diterima seseorang sebagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat, macam dan luas pengetahuan yang mungkin dicapai dan penilaian terhadap persyaratan – persyaratan untuk menerapkan teori tertentu serta kemungkinan – kemungkinan yang dapat dilakukan untuk menemukan persyaratan – persyaratan tersebut. Sedangkan menurut Hoefnagels 1969: 47 dalam hal ini juga menyatakan bahwa persoalan utama kejahatan dan pidana bersifat ekstra yudisial dan dapat ditemukan di dalam realitas manusia dan masyarakat. Satjipto Rahardjo 1979:120-121 dalam bukunya Hukum dan Perubahan Sosial menyatakan bahwa dengan timbulnya tata hukum Indonesia, hukum adat harus diperhitungkan sebagai kenyataan yang hidup di dalam masyarakat. Dengan demikian maka hukum adat merupakan faktor yang turut menentukan baik dalam hal pembentukan, maupun penerapan hukum di Indonesia. Dalam hal ini Pancasila di samping merupakan ide yang harus diwujudkan dalam kenyataan, juga berperan sebagai “Realien” yaitu norma dasar yang menjadi alat pengukur atau menyaring mengenai apa yang bisa diterima oleh tata hukum Indonesia. b. Alasan Ideologis Dalam alasan idelogis pada tujuan pemidanaan ini sebenarnya erat sekali hubungannya dengan alasan yang bersifat sosiologis tersebut ditonjolkan filsafat keseimbangan evenwicht, harmonie di dalam kehidupan masyarakat tradisional Indonesia dengan konsekuensi bahwa tujuan pemidanaan adalah mengembalikan keseimbangan di masyarakat, maka di dalam alasan ideologis akan dibahas sampai berapa jauh filsafat keseimbangan tersebut dijadikan pedoman di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia Muladi, 2008: 58. Pancasila yang bulat dan utuh itu memberi keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai apabila didasarkan atas keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan manusia dengan bangsa dan bangsa lain, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya maupun dalam mengejar kajian lahiriah dan kebahagiaan rohani Tolib Setiady, 2009:69. c. Alasan Yuridis – Filosofis Alasan yuridis filosofis dalam tujuan pemidanaan dengan teori integratif menurut Packer 1968: 62 menyatakan bahwa hanya ada dua tujuan utama dari pemidanaan, yakni pengenaan penderitaan yang setimpal terhadap penjahat dan pencegahan kejahatan. Teori pemidanaan yang integratif mensyaratkan pendekatan yang integral terhadap tujuan – tujuan pemidanaan, berdasarkan pengakuan bahwa ketegangan – ketegangan yang terjadi di antara tujuan – tujuan pemidanaan tidak dapat dipecahkan secara menyeluruh Muladi, 2008: 61. Perangkat tujuan pemidanaan dalam teori integratif adalah a pencegahan umum dan khusus; b perlindungan masyarakat; c memelihara solidaritas masyarakat; d pengimbalan atau pengimbangan Sudarto, 1977: 57.

2.5 Pidana Bersyarat Voorwaardelijke Veroordeling dalam

Dokumen yang terkait

Analisis Penilaian Hakim Atas Peranan Petugas Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Dalam Pelaksanaan Pengawasan Dan Pembinaan Pidana Bersyarat (Studi Kasus Di BAPAS Klas I Medan)

0 20 115

Peranan Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi Kasus Balai Pemasyarakatan Klas I Medan)

0 22 135

Pelaksanaan Pengawasan Dan Pembinaan Pidana Bersyarat (Studi Kasus Di Kejaksaan Negeri Medan Dan...

0 27 5

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM PENGAWASAN TERHADAP ANAK YANG DIJATUHI PIDANA BERSYARAT (Studi di Wilayah Hukum Bandar Lampung)

0 3 67

PENDAHULUAN KENDALA BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I YOGYAKARTA DALAM MENJALANKAN PEMBIMBINGAN TERHADAP KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MEMPEROLEH PEMBEBASAN BERSYARAT.

0 3 10

PENUTUP KENDALA BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I YOGYAKARTA DALAM MENJALANKAN PEMBIMBINGAN TERHADAP KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MEMPEROLEH PEMBEBASAN BERSYARAT.

0 2 5

PENDAHULUAN PEMBIMBINGAN ANAK PELAKU TINDAK PIDANA DI BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I YOGYAKARTA.

0 4 16

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. (Studi Kasus di Balai Pemasyarakatan Klas I Padang).

0 4 6

Efektivitas Pembebasan Bersyarat Dalam Pembimbingan Klien Pemasyarakatan (Studi di Balai Pemasyarakatan Klas 1 Semarang).

0 0 2

BAB II PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT DALAM PEMBIMBINGAN BAPAS (Balai Pemasyarakatan) KELAS I MEDAN. A. Pembebasan Bersyarat - Pembebasan Bersyarat dan Tingkat Pelanggaran yang Dilakukan Klien Pemasyarakatan (Riset di Balai Pemasyarakatan Kelas I Medan)

0 0 46