Gambaran Tingkat Sibling Rivalry Pada 6 Siswa Setelah Diberikan

4.1.1.2 Gambaran Tingkat Sibling Rivalry Pada 6 Siswa Setelah Diberikan

Konseling Rational Emotif Behaviour dengan teknik reframing Post-test diberikan setelah selesainya kegiatan Konseling sehingga akan diketahui bagaimana perubahan masalah sibling rivalry dalam keluarga siswa sebelum dan sesudah konseling. Di bawah ini akan dijabarkan hasil post-test sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Post-test Tingkat Sibling rivalry dalam keluarga Siswa Setelah Diberi Perlakuan No. Kode Responden Post-test Skor Kategori 1. S-1 123 44 Rendah 2. S-2 123 41 Rendah 3. S-3 130 46 Rendah 4. S-4 107 40 Rendah 5. S-5 121 45 Rendah 6. S-6 112 41 Rendah Jumlah 716 43 Rendah Sumber: Data yang diolah Keterangan : S-1 dst : Kode Klien, Kategori : Rendah 36,1 sampai 52 Nilai persentase sebesar 75 tersebut dapat diartikan bahwa keenam klien mengalami masalah sibling rivalry. Sibling rivalry ini dapat dilihat dari adanya indikator-indikator sibling rivalry yaitu mengangap orang tua pilih kasih, cemburu yang berlebihan pada saudara kandungnya, menjadi pengadu pada orang tua atas segala yang berhubungan dengan saudaranya, tidak berteguran atau mendiamkan saudara atau orang tua karena terjadi konflik, memiliki sikap-sikap yang bersifat anarkis seperti memaki, mengejek dengan kata kasar, bertengkar, memukul, mencubit, melukai, mencakar, masih dilakukan oleh keenam responden, sering menyatakan ketidaksetujuan secara verbal dengan nada keras, membantahmenolak aturan, dan melakukan kebalikan dari yang diperintahkan oleh orang tua, kehilangan minat terhadap pengerjaan sesuatu, serta rendah reaktifitasnya terhadap rangsangan yang munculMenjadi pendiam diakibatkan oleh konflik-konflik yang terjadi pada kasus sibling rivalry. Setelah dilakukan treatment berupa Konseling Rational Emotif Behaviour dengan teknik reframing, diketahui bahwa nilai persentase mengalami penurunan menjadi 43 yang termasuk dalam kategori rendah. Penurunan nilai persentase sibling rivalry pada keenam siswa dapat dimaknai bahwa gejala-gejala atau indikator-indikator sibling rivalry juga sudah menurun. Hasil post test tingkat Sibling rivalry pada tiap indikator dapat dilihat melalui tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4 Hasil Post-test Tingkat sibling rivalry Setelah Diberi Perlakuan Pada Tiap Indikator No. Indikator Kode Responden Rata- rata Kategori S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 1. Kritis 49 54 56 39 46 40 47 Rendah 2. Tidak berteguran 36 56 40 52 52 40 43 Rendah 3. Menjadi Pengadu 40 43 46 40 46 31 41 Rendah 4. Suka memakiKontak fisik 29 24 27 29 29 47 31 Sangat Rendah 5. Suka membantah orang tua 56 36 49 42 44 38 44 Rendah 6. Pemurung 52 52 56 36 52 52 50 Rendah Rata-Rata 44 41 46 40 45 41 43 Rendah kategori Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sumber: Data yang diolah Keterangan : S-1 dst : Kode Klien, Kategori: Sangat Tinggi 84,1 sampai 100 Tinggi 68,1 sampai 84,0 Sedang 52,1 sampai 68 Rendah 36,1 sampai 52 Sangat Rendah 20,0 sampai 36 Berdasarkan hasil post test tingkat sibling rivalry siswa setelah diberi perlakuan Konseling Rational Emotif Behaviour dengan teknik reframing pada tiap indikator pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa pada indikator kritis termasuk dalam kategori rendah, hal ini berarti klien sudah mulai menyadari bahwa anggapan pilih kasih orang tuanya tidaklah benar, dan kecemburuan klien terhadap saudara kandungnya berkurang. Pada indikator menjadi pengadu termasuk dalam kategori rendah, hal ini berarti setelah klien diberikan Konseling Rational Emotif Behavior dengan teknik Reframing, tindakan klien mencurimerebut perhatian orang tua dengan mengadukan setiap tindakan saudaranya yang dianggap tidak benar atau melangar aturan keluarga kepada orang tua mulai berkurang. Pada indikator tidak berteguran dengan saudara termasuk dalam kategori rendah, hal ini berarti setelah klien diberikan Konseling Rational Emotif Behavior dengan teknik Reframing klien mulai sering berteguran dengan saudara kandungnya, dan kebiasaan klien mendiamkan saudara dan orang tuanya selama berhari-hari ketika terjadi konflik mulai berkurang. Pada indikator suka memakimengejekkontak fisik termasuk dalam kategori sangat rendah, hal ini berarti setelah klien diberikan Konseling Rational Emotif Behavior dengan teknik Reframing, sikap anarki klien seperti sering memaki, mengejek dengan kata kasar, bertengkar, memukul, mencubit, melukai, mencakar mulai berkurang. Pada indikator suka membantah orang tua termasuk dalam kategori rendah, hal ini berarti setelah klien diberikan Rational Emotif Behavior dengan teknik Reframing sikap sering menyatakan ketidaksetujuannya secara verbal dengan nada keras, membantahmenolak aturan, dan melakukan kebalikan dari yang diperintahkan oleh orang tua yang dilakukan klien mulai berkurang. Sedangkan pada indikator pemurung termasuk dalam kategori rendah, hal ini berarti klien mulai dapat membuka diri untuk dapat memotivasi dirinya dalam mengembangkan minatnya terhadap pengerjaan sesuatu bahkan saat terjadi konflik, klien tidak mudah putus asa.

4.1.1.3 Perbedaan Tingkat Sibling rivalry 6 Siswa Sebelum dan Setelah