35
2. Larva adalah larva nyamuk Aedes spp. fase dalam air setelah menetas dari telur yang telah berumur sekitar 4 – 6 hari instar III – IV.
3. Larva yang mati adalah larva nyamuk Aedes spp. baik yang tenggelam maupun mengapung, tidak bergerak dan tidak merespon rangsangan.
4. Suhu air adalah temperatur air yang digunakan sebagai tempat penelitian yang diukur selama penelitian berlangsung dengan
thermometer dan dinyatakan dalam derajat Celcius.
5. pH air adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan air tempat penelitian yang diukur
selama penelitian berlangsung dengan kertas indikator universal. 6. Lethal concentration LC
50
adalah konsentrasi ekstrak daun jambu biji yang diturunkan secara statistik yang dapat diduga menyebabkan
kematian 50 larva nyamuk Aedes spp. dalam 24 jam.
3.6 Metode Pengukuran
Metode yang digunakan untuk mengetahui persentase kematian larva nyamuk adalah dengan memakai rumus:
= × 100
Keterangan: Po = Persentase kematian larva teramati
R = Jumlah larva yang mati pada perlakuan
n = Jumlah larva yang diuji
Sedangkan untuk menghitung LC
50
digunakan persentase kematian larva nyamuk terkoreksi formula Abbot, dengan rumus:
Universitas Sumatera Utara
36 =
ℎ −
ℎ ℎ
3.7 Metode Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan mengentri data-data hasil percobaan kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Anova Analysis of
Variance dan uji korelasi pada SPSS Statistics 20 serta analisis probit.
Prosedur yang digunakan dalam analisis Anova adalah prosedur Repeated Measures
Anova. Adapun langkah-langkah dalam prosedur Repeated Measures
Anova adalah uji normalitas, uji Anova dan uji lanjutan dari uji Anova uji beda reratapost hoc test.
3.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas Saphiro Wilk digunakan untuk memberi keyakinan bahwa sekumpulan data penelitian berdistribusi normal. Apabila hasil uji menunjukkan
distribusi yang normal, maka dapat langsung dilanjutkan dengan uji Anova. Jika tidak, dilanjutkan dengan uji nonparametrik. Uji Kruskal Wallis jika data
kematian larva nyamuk berdasarkan berbagai jenis konsentrasi berdistribusi tidak normal. Uji Friedman jika data kematian larva nyamuk berdasarkan berbagai jenis
konsentrasi pada semua waktu pengamatan berdistribusi tidak normal. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H :
Data berdistribusi normal.
H
i
: Data berdistribusi tidak normal.
Dasar dari pengambilan keputusan: jika p-value 0,05 maka Ho diterima, dan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
37
3.7.2 Uji Anova
Penelitian ini menggunakan Repeated Measures Anova, yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata kematian larva nyamuk Aedes
spp. pada berbagai konsentrasi ekstrak daun jambu biji dalam 2 jam, 12 jam dan 24 jam waktu pengamatan dengan asumsi data berdistribusi normal.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H :
Tidak ada perbedaan rerata kematian larva nyamuk.
H
i
: Ada perbedaan rerata kematian larva nyamuk.
Dasar dari pengambilan keputusan: jika p-value 0,05 maka Ho diterima, dan sebaliknya.
3.7.3 Uji Lanjutan Post Hoc Test
Analisis dilanjutkan dengan post hoc test jika pada hasil uji Anova H ditolak. Post hoc test digunakan untuk memberikan informasi tentang ada
tidaknya perbedaan antara perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lainnya. Salah satu post hoc test yang dapat digunakan adalah prosedur uji Bonferroni.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H :
Perbandingan rerata kematian larva nyamuk antar pasangan perlakuan dan pasangan waktu tidak berbeda nyata.
H
i
: Perbandingan rerata kematian larva nyamuk antar pasangan perlakuan dan
pasangan waktu berbeda nyata. Dasar dari pengambilan keputusan: jika p-value 0,05 maka Ho diterima dan
sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
38
3.7.4 Uji Korelasi
Uji korelasi digunakan untuk mencari besarnya hubungan dan arah hubungan berbagai jenis konsentrasi ekstrak daun jambu biji dan beberapa waktu
pengamatan terhadap jumlah kematian larva nyamuk Aedes spp. Bila data berdistribusi normal, digunakan uji Pearson, dan jika data tidak berdistribusi
normal digunakan uji Spearman. Besaran angka pada koefisien korelasi menunjukkan tidak ada korelasi jika bernilai 0, korelasi sempurna jika bernilai 1,
jika mendekati 1 atau -1 maka hubungan dua variabel semakin kuat. Tanda negatif - pada output menunjukkan adanya arah berlawanan, dan sebaliknya.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H :
Tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.
H
i
: Terdapat hubungan antara kedua variabel.
Dasar dari pengambilan keputusan: jika p-value 0,05 maka Ho diterima dan sebaliknya.
3.7.5 Analisis Probit
Analisis probit adalah metode perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan nilai toksisitas nilai LC
50
dari senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun jambu biji sehingga dapat membunuh 50 larva uji. Hubungan nilai
logaritma konsentrasi dan nilai Probit dari persentase mortalitas hewan uji merupakan fungsi linear Y = a + bx. Nilai LC
50
diperoleh dari hasil 10
x
, dimana: Y
= Nilai Probit Mortalitas X
= Logaritma konsentrasi bahan uji a
= Konstanta b
= Slopekemiringan
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Biji
Psidium guajava L. sebagai Larvasida Nyamuk
Aedes spp.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya pengaruh larvasida nyamuk Aedes
spp. yang terbuat dari ekstrak daun jambu biji Psidium guajava L.. Konsentrasi ekstrak yang diberikan sebagai perlakuan adalah 0 ppm sebagai
kontrol, 500 ppm, 2.500 ppm, 4.500 ppm, 6.500 ppm dan 8.500 ppm dengan 4 kali pengulangan. Ekstrak diujikan dalam 24 wadah, masing-masing berisi 30
ekor larva nyamuk Aedes spp. yang didapat dari ovitrap. Jumlah larva yang mati dihitung pada 2 jam, 12 jam dan 24 jam pengamatan. Hasil penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut: Tabel 4.1 Kematian Larva Nyamuk Aedes spp. pada Konsentrasi 0 ppm
Kontrol Ekstrak Daun Jambu Biji
Waktu Pengamatan
jam Larva
Uji ekor
Jumlah Kematian Larva Nyamuk
Aedes spp. pada Kontrol ekor
Rata-rata Kematian Pengulangan
Total Jumlah
ekor Persentase
I II
III IV
2 30
0,00 0,00
12 1
1 0,25
0,83 24
1 1
1 3
0,75 2,50
Total 1
1 2
4 1,00
3,33 Tabel 4.1 di atas menunjukkan pada perlakuan kontrol tidak diberikannya
larvasida terdapat larva nyamuk yang mati setelah 12 jam perlakuan pada 1 wadah. Dan terdapat larva nyamuk yang mati pada 3 wadah pada 24 jam
perlakuan. Jumlah larva nyamuk Aedes spp. yang mati pada konsentrasi 0 ppm kontrol ekstrak daun jambu biji adalah 4 ekor 3,33.
Universitas Sumatera Utara
40
Tabel 4.2 Kematian Larva Nyamuk Aedes spp. pada Konsentrasi 500 ppm Ekstrak Daun Jambu Biji
Waktu Pengamatan
jam Larva
Uji ekor
Jumlah Kematian Larva Nyamuk
Aedes spp. pada Konsentrasi 500 ppm ekor
Rata-rata Kematian Pengulangan
Total Jumlah
ekor Persentase
I II
III IV
2 30
2 3
3 8
2,00 6,67
12 3
3 2
4 12
3,00 10,00
24 4
5 3
2 14
3,50 11,67
Total
1 9
8 8
9 34
8,50 Tabel 4.2 di atas menunjukkan kematian larva nyamuk mulai terjadi
setelah 2 jam perlakuan pada 3 wadah dengan total kematian 8 ekor dan kematian larva nyamuk tertinggi terjadi setelah 12 jam perlakuan dengan total kematian 20
ekor. Jumlah larva nyamuk Aedes spp. yang mati pada konsentrasi 500 ppm ekstrak daun jambu biji adalah 34 ekor 28,33.
Tabel 4.3 Kematian Larva Nyamuk Aedes spp. pada Konsentrasi 2.500 ppm Ekstrak Daun Jambu Biji
Waktu Pengamatan
jam Larva
Uji ekor
Jumlah Kematian Larva Nyamuk
Aedes spp. pada Konsentrasi 2.500 ppm ekor
Rata-rata Kematian Pengulangan
Total Jumlah
ekor Persentase
I II
III IV
2 30
3 2
2 2
9 2,25
7,50 12
4 4
4 6
18 4,50
15,00 24
5 5
6 6
22 5,50
18,33
Total 1
12 11
12 14
49 12,25
Tabel 4.3 di atas menunjukkan kematian larva nyamuk mulai terjadi setelah 2 jam perlakuan dengan total kematian 9 ekor dan kematian larva nyamuk
tertinggi terjadi setelah 12 jam perlakuan dengan total kematian 27 ekor. Jumlah larva nyamuk Aedes spp. yang mati pada konsentrasi 2.500 ppm ekstrak daun
jambu biji adalah 49 ekor 40,83.
Universitas Sumatera Utara
41
Tabel 4.4 Kematian Larva Nyamuk Aedes spp. pada Konsentrasi 4.500 ppm Ekstrak Daun Jambu Biji
Waktu Pengamatan
jam Larva
Uji ekor
Jumlah Kematian Larva Nyamuk
Aedes spp. pada Konsentrasi 4.500 ppm ekor
Rata-rata Kematian Pengulangan
Total Jumlah
ekor Persentase
I II
III IV
2 30
3 3
4 5
15 3,75
12,50 12
6 7
6 5
24 6,00
20,00 24
8 7
8 7
30 7,50
25,00
Total
1 17
17 18
17 69
17,25 Tabel 4.4 di atas menunjukkan kematian larva nyamuk mulai terjadi
setelah 2 jam perlakuan dengan total kematian 15 ekor dan kematian larva nyamuk tertinggi terjadi setelah 12 jam perlakuan dengan total kematian 39 ekor.
Pada konsentrasi 4.500 ppm ekstrak daun jambu biji lebih dari setengah larva nyamuk Aedes spp. yang diuji telah mengalami kematian, yakni 69 ekor 57,50.
Tabel 4.5 Kematian Larva Nyamuk Aedes spp. pada Konsentrasi 6.500 ppm Ekstrak Daun Jambu Biji
Waktu Pengamatan
jam Larva
Uji ekor
Jumlah Kematian Larva Nyamuk
Aedes spp. pada Konsentrasi 6.500 ppm ekor
Rata-rata Kematian Pengulangan
Total Jumlah
ekor Persentase
I II
III IV
2 30
5 4
6 5
20 5,00
16,67 12
7 9
8 9
33 8,25
27,50 24
9 10
9 10
38 9,50
31,67
Total 1
21 23
23 24
91 22,75
Tabel 4.5 di atas menunjukkan kematian larva nyamuk mulai terjadi setelah 2 jam perlakuan dengan total kematian 20 ekor dan kematian larva
nyamuk tertinggi terjadi setelah 12 jam perlakuan dengan total kematian 53 ekor. Jumlah larva nyamuk Aedes spp. yang mati pada konsentrasi 6.500 ppm ekstrak
daun jambu biji adalah 91 ekor 75,83.
Universitas Sumatera Utara
42
Tabel 4.6 Kematian Larva Nyamuk Aedes spp. pada Konsentrasi 8.500 ppm Ekstrak Daun Jambu Biji
Waktu Pengamatan
jam Larva
Uji ekor
Jumlah Kematian Larva Nyamuk
Aedes spp. pada Konsentrasi 8.500 ppm ekor
Rata-rata Kematian Pengulangan
Total Jumlah
ekor Persentase
I II
III IV
2 30
6 5
7 7
25 6,25
20,83 12
10 9
10 10
39 9,75
32,50 24
12 12
13 11
48 12,00
40,00
Total
1 28
26 30
28 112
28,00 Tabel 4.6 di atas menunjukkan kematian larva nyamuk mulai terjadi
setelah 2 jam perlakuan dengan total kematian 25 ekor dan kematian larva nyamuk tertinggi terjadi setelah 12 jam perlakuan dengan total kematian 64 ekor.
Konsentrasi 8.500 ppm ekstrak daun jambu biji yang merupakan konsentrasi tertinggi yang dipakai penelitian ini belum mampu membunuh 100 larva uji,
larva nyamuk Aedes spp. yang mati berjumlah 112 ekor 93,33. Tabel 4.7 Rata-Rata Kematian Larva Nyamuk Aedes spp. pada 6 Jenis Perlakuan
Dilihat dari 3 Waktu Pengamatan
Konsentrasi ppm
Larva Uji
ekor Jumlah Kematian
ekor pada Waktu ke Total
ekor Rata-rata Kematian
2 jam
12 jam
24 jam
Jumlah ekor
Persentase
A 0 30
1 3
4 1,00
3,33 B 500
30 8
12 14
34 8,50
28,33 C 2.500
30 9
18 22
49 12,25
40,83 D 4.500
30 15
24 30
69 17,25
57,50 E 6.500
30 20
33 38
91 22,75
75,83 F 8.500
30 25
39 48
112 28,00
93,33 Tabel 4.7 di atas menunjukkan rata-rata kematian larva nyamuk Aedes spp.
pada 6 jenis perlakuanpemberian 6 jenis konsentrasi larvasida berbeda dari 3 waktu pengamatan. Kematian larva nyamuk tertinggi terjadi setelah 24 jam
pengamatan jumlah kematian menurun setelah 12 jam perlakuan dan kematian terendah terjadi pada waktu 2 jam pengamatan.
Universitas Sumatera Utara
43
Gambar 7. Grafik Persentase Kematian Larva Nyamuk Aedes spp. dalam 3 Waktu Pengamatan
Gambar 7. di atas menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun jambu biji yang diberikan, maka semakin banyak pula jumlah kematian larva
nyamuk Aedes spp. yang ditunjukkan dalam bentuk persentase. Total kematian
larva nyamuk Aedes spp. juga meningkat seiring lamanya waktu perlakuan. 4.2
Analisis Statistik
Hasil penelitian ini dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Friedman
, uji Kruskal Wallis, uji korelasi dan analisis probit.
4.2.1 Uji Friedman
Uji nonparametrik Friedman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata kematian larva nyamuk Aedes spp. pada berbagai konsentrasi
ekstrak daun jambu biji dalam beberapa waktu pengamatan. Uji statistik nonparametrik digunakan karena data kematian larva nyamuk Aedes spp. pada
berbagai konsentrasi ekstrak daun jambu biji dalam beberapa waktu pengamatan tidak berdistribusi normal p-value hasil uji Saphiro Wilk 0,05, H
ditolak.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
12 24
J u
m la
h K
e m
a ti
a n
L a
r v
a N
y a
m u
k
Waktu Pengamatan jam
0 ppm 500 ppm
2.500 ppm 4.500 ppm
6.500 ppm 8.500 ppm
Universitas Sumatera Utara
44
Hasil analisis statistik uji Friedman pada taraf nyata 5 ditemui p-value 0,05, maka H
ditolak. Artinya ada perbedaan rata-rata kematian larva nyamuk Aedes
spp. dengan pemberian berbagai jenis konsentrasi ekstrak daun jambu biji dalam seluruh waktu pengamatan.
Setelah mengetahui bahwa ada perbedaan rata-rata kematian larva nyamuk pada berbagai konsentrasi larvasida dalam seluruh waktu pengamatan, analisis
statistik dilanjutkan dengan uji Bonferroni untuk mengetahui pasangan masing- masing kelompok data waktu pengamatan yang memiliki perbedaan rata-rata
secara nyata signifikan. Hasil uji Bonferroni dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8
Hasil Uji Bonferroni Kematian Larva Nyamuk Aedes spp. dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Jambu Biji Psidium gujava L.
dalam 3 Waktu Pengamatan pada Ovitrap
Waktu Pengamatan Beda Rerata I –J
Probabilitas Waktu I
Waktu J
2 jam 12 jam
-2,083 0,000
24 jam -3,250
0,000 12 jam
24 jam -1,167
0,000 Keterangan: Tanda = berbeda nyata p-value 0,05
Tabel 4.8 menunjukkan p-value 0,05 pada semua pasangan waktu pengamatan, maka H
ditolak yang berarti ada perbedaan nyata jumlah kematian larva nyamuk Aedes spp. dalam 2 jam, 12 jam dan 24 jam waktu pengamatan.
4.2.2 Uji Kruskal Wallis
Uji nonparametrik Kruskal Wallis digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata kematian larva nyamuk Aedes spp. pada berbagai
konsentrasi ekstrak daun jambu biji. Uji statistik nonparametrik digunakan karena data kematian larva nyamuk Aedes spp. pada berbagai konsentrasi ekstrak daun
jambu biji tidak berdistribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
45
Hasil analisis statistik uji Kruskal Wallis pada taraf nyata 5 ditemui p- value
0,05, maka H ditolak. Artinya ada perbedaan rata-rata kematian larva
nyamuk Aedes spp. dengan pemberian berbagai jenis konsentrasi ekstrak daun jambu biji. Setelah mengetahui bahwa ada perbedaan rerata kematian larva
nyamuk pada berbagai konsentrasi larvasida, analisis statistik dilanjutkan dengan uji Bonferroni untuk mengetahui pasangan masing-masing kelompok data
konsentrasi ekstrak daun jambu biji yang memiliki perbedaan rata-rata secara nyata signifikan. Hasil uji Bonferroni dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji Bonferroni Kematian Larva Nyamuk Aedes spp. dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Jambu Biji Psidium gujava L.
pada Ovitrap
Konsentrasi Larvasida Beda Rerata I –J
Probabilitas Konsentrasi I
Konsentrasi J
0 ppm kontrol 500 ppm
-2,50 0,000
2.500 ppm -3,75
0,000 4.500 ppm
-5,42 0,000
6.500 ppm -7,25
0,000 8.500 ppm
-9,00 0,000
500 ppm 2.500 ppm
-1,25 0,002
4.500 ppm -2,92
0,000 6.500 ppm
-4,75 0,000
8.500 ppm -6,50
0,000 2.500 ppm
4.500 ppm -1,67
0,000 6.500 ppm
-3,50 0,000
8.500 ppm -5,25
0,000 4.500 ppm
6.500 ppm -1,83
0,000 8.500 ppm
-3,58 0,000
6.500 ppm 8.500 ppm
-1,75 0,000
Keterangan: Tanda = berbeda nyata p-value 0,05 Tabel 4.9 menunjukkan p-value 0,05 pada semua pasangan konsentrasi
larvasida, maka H ditolak yang berarti ada perbedaan nyata daya bunuh masing-
masing konsentrasi ekstrak daun jambu biji sebagai larvasida terhadap kematian larva nyamuk Aedes spp. Beda rata-rata paling besar pada konsentrasi 8.500 ppm
Universitas Sumatera Utara
46
dan pasangan konsentrasinya mengindikasikan kematian larva nyamuk Aedes spp. paling banyak terjadi dengan pemberian ekstrak daun jambu biji 8.500 ppm.
4.2.3 Uji Korelasi
Uji korelasi digunakan untuk mencari besarnya hubungan dan arah hubungan berbagai jenis konsentrasi ekstrak daun jambu biji dan beberapa waktu
pengamatan terhadap jumlah kematian larva nyamuk Aedes spp. Uji Spearman digunakan karena data kematian larva nyamuk Aedes spp.
akibat berbagai jenis konsentrasi ekstrak daun jambu biji berdistribusi tidak normal. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan nilai sig. 0,0001 α 0,05
sehingga H ditolak. Artinya ada hubungan antara konsentrasi ekstrak daun jambu
biji dan jumlah kematian larva nyamuk Aedes spp. Nilai korelasi yang ditunjukkan adalah 0,989 yang artinya kedua variabel tersebut memiliki hubungan
yang kuat, dan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun jambu biji, semakin banyak larva nyamuk Aedes spp. yang mengalami kematian.
Uji Pearson digunakan untuk melihat hubungan beberapa waktu pengamatan terhadap jumlah kematian larva nyamuk Aedes spp. dengan data hasil
penelitian berdistribusi normal. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan nilai sig. 0,100 α 0,05 sehingga H
diterima. Artinya tidak ada hubungan antara waktu pengamatan dan jumlah kematian larva nyamuk Aedes spp. Nilai korelasi yang
ditunjukkan adalah 0,400 yang artinya waktu pengamatan dan jumlah kematian larva nyamuk memiliki hubungan yang lemah.
Universitas Sumatera Utara
47
4.2.4 Analisis Probit
Nilai LC
50
ekstrak daun jambu biji selama 24 jam diketahui dari hasil analisis probit yang menggunakan fungsi linier y = a + bx. Grafik hubungan nilai
probit kematian larva nyamuk Aedes spp. dengan nilai log konsentrasi ekstrak daun jambu biji digambarkan sebagai berikut:
Gambar 8. Grafik Analisis Probit Kematian Larva Nyamuk Aedes spp. Akibat Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Jambu Biji
Konstanta grafik di atas adalah 0,317 dan nilai kemiringannya adalah 1,378. Sehingga dari grafik di atas, persamaan analisis probit yang diperoleh
adalah y = 0,317 + 1,378x. Nilai LC
50
dihitung dengan mengganti y dengan 5, yakni nilai probit 50 kematian larva nyamuk, sehingga diperoleh perhitungan:
5 = 0,317 + 1,378x 5 – 0,317 = 1,378x
4,683 = 1,378x x = 3,398
Nilai LC
50
24 jam ekstrak daun jambu biji sebagai larvasida nyamuk Aedes spp. = 10
x
= 2.502,67 ppm.
y = 1,378x + 0,317
4,00 4,50
5,00 5,50
6,00 6,50
2,50 2,70
2,90 3,10
3,30 3,50
3,70 3,90
N il
a i
P r
o b
it
Nilai Log Konsentrasi Larvasida
Universitas Sumatera Utara
48
4.3 Pengukuran Suhu Air dan Derajat Keasaman pH Air
Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Suhu Air Saat Pemberian Ekstrak Daun Jambu Biji dalam Setiap Pengulangan
Konsentrasi Ekstrak Daun Jambu Biji ppm
Hasil Pengukuran ºC Pengulangan
Rata-rata I
II III
IV
0 kontrol 29,5
29,5 29,5
29,5 29,5
500 29,5
29,5 29,5
29,5 29,5
2.500 29,5
29,5 29,5
29,5 29,5
4.500 29,5
29,5 29,5
29,5 29,5
6.500 29,5
29,5 29,5
29,5 29,5
8.500 29,5
29,5 29,5
29,5 29,5
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa rata-rata suhu air pada seluruh perlakuan dan pada setiap pengulangan selama penelitian berlangsung adalah 29,5ºC.
Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Derajat Keasaman pH Air Saat Pemberian Ekstrak Daun Jambu Biji dalam Setiap Pengulangan
Konsentrasi Ekstrak Daun Jambu Biji ppm
Hasil Pengukuran Pengulangan
Rata-rata I
II III
IV
0 kontrol 7,5
7,5 7,5
7,5 7,5
500 7,5
7,5 7,5
7,5 7,5
2.500 7,0
7,0 7,0
7,0 7,0
4.500 6,5
6,5 6,5
6,5 6,5
6.500 6,0
6,0 6,0
6,0 6,0
8.500 5,5
5,5 5,5
5,5 5,5
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa rata-rata derajat keasaman pH air tertinggi pada seluruh perlakuan dan pada setiap pengulangan selama penelitian
berlangsung adalah 7,5 yang terdapat pada perlakuan kontrol 0 ppm dan pemberian ekstrak dengan konsentrasi 500 ppm. Sedangkan pH terendah adalah
5,5 dan terdapat pada pemberian ekstrak dengan konsentrasi 8.500 ppm.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Biji
Psidium guajava L. sebagai Larvasida Nyamuk
Aedes spp. pada Ovitrap
Hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh ekstrak daun jambu biji Psidium guajava L. sebagai larvasida terhadap nyamuk Aedes spp.
menghasilkan data kematian larva nyamuk yang berbeda-beda dari setiap konsentrasi dan pengulangan. Penelitian menggunakan daun jambu biji dengan
berat basah 800 gr yang selanjutnya dibuat menjadi simplisia berat kering 400 gr dan hasil ekstraksi menghasilkan 20 gr ekstrak pekat daun jambu biji. Larva
nyamuk yang digunakan berjumlah 720 ekor yang diambil dari 6 ovitrap dan diletakkan pada 24 wadah. Data hasil penelitian menunjukkan daun jambu biji
memiliki daya bunuh terhadap larva nyamuk. Sesaat setelah pemberian ekstrak daun jambu biji ke dalam wadah, terlihat
terjadi perubahan aktivitas pada larva nyamuk. Larva nyamuk yang semula bergerak bebas pada air dalam wadah menjadi bergerak gelisah ke atas permukaan
air. Sebelum mencapai 2 jam perlakuan, beberapa larva nyamuk menunjukkan perubahan morfologi. Dari bagian ekor larva nyamuk keluar rambut semacam
caudal hair yang memanjang dan akhirnya menyulitkan larva nyamuk berenang.
Kematian larva nyamuk telah terjadi dalam 2 jam setelah perlakuan. Pada perlakuan kontrol tidak diberikannya ekstrak daun jambu biji juga terdapat
kematian larva nyamuk. Kematian pada perlakuan kontrol tersebut kemungkinan diakibatkan tidak terdapatnya bahan makanan bagi larva nyamuk pada wadah
Universitas Sumatera Utara
50
baru. Seperti yang dijelaskan dalam Soegijanto 2006 bahwa tersedianya bahan makanan dapat berupa tepung sari mempengaruhi kehidupan larva nyamuk.
Sebelumnya pada ovitrap, larva nyamuk dapat tumbuh dan berkembang karena ada tepung sari dari kayu yang digunakan sebagai paddle.
Jumlah kematian larva nyamuk terbanyak bila dilihat dari waktu pengamatan terjadi pada 12 jam pertama setelah pemberian ekstrak daun jambu
biji jumlah kematian 2 jam ditambah dengan jumlah kematian 12 jam. Meskipun jumlah kematian dalam 24 jam lebih tinggi dibandingkan jumlah kematian dalam
2 jam dan 12 jam. Namun, waktu 24 jam tetap menjadi waktu paling efektif untuk menyebabkan kematian larva nyamuk bila ditambahkan dengan ekstrak daun
jambu biji dengan konsentrasi paling tinggi 8.500 ppm. Kematian larva nyamuk Aedes spp. akibat ekstrak daun jambu biji
diakibatkan senyawa kimia yang dikandung dapat berguna sebagai larvasida. Hasil skrining fitokimia ekstrak daun jambu biji terdapat pada lampiran
menunjukkan ekstrak daun jambu biji mengandung alkaloid, flavonoid, tanin ditemukan bersamaan dengan flavonoid, saponin dan sedikit minyak atsiri
ditandai dengan tidak terdapatnya trepenoidsteroid. Seperti yang dipaparkan Cania 2013, daun jambu biji mengandung
saponin dan alkaloid yang memiliki cara kerja sebagai racun perut dan menghambat kerja enzim kolinesterase pada larva nyamuk, sedangkan flavonoid
dan minyak atsiri berperan sebagai racun pernapasan sehingga menyebabkan kematian larva nyamuk.
Universitas Sumatera Utara
51
Penelitian ini membuktikan daun jambu biji terbukti efektif sebagai larvasida nyamuk Aedes spp. Komisi Pestisida dalam Cania 2013 menyebutkan
penggunaan larvasida dikatakan efektif apabila dapat mematikan 90 – 100 larva uji. Selain itu menurut WHO 2005 konsentrasi larvasida dianggap efektif apabila
dapat menyebabkan kematian larva uji antara 10 – 95 yang nantinya digunakan untuk mencari nilai lethal concentration.
Penggunaan daun jambu biji sebagai larvasida nyamuk Aedes spp. dapat diaplikasikan di tingkat rumah tangga. Aplikasi di tingkat rumah tangga dapat
dilakukan dengan membuat serbuk simplisia daun jambu biji. Berat basah daun jambu biji atau berat kering simplisia daun jambu biji dikonversikan agar setara
dengan berat ekstrak daun jambu biji dari konsentrasi yang paling efektif 8.500 ppm yang menggunakan 850 mg atau 0,85 gr ekstrak pekat daun jambu biji pada
100 ml air. Serbuk simplisia daun jambu biji selanjutnya ditaburkan ke dalam ovitrap
atau wadahkontainer yang berisikan air perhitungan pada lampiran.
5.2 Nilai LC