Persepsi Mahasiswa Pendidikan Sejarah terhadap Festival Malang Tempo Doeloe

clxii Persepsi informan F pada masa kuno Malang sangat berpotensi dilihat dari segi geografis, sehingga dijadikan pusat kekuasaan politik masa kuno. Di bagian Barat ada gunung Kawi, Arjuno, di Timur gunung Semeru, dan Bromo, sehingga . Malang adalah bengkel pertahanan yang sangat bagus. Selain memiliki tinggalan Hindu Budha, juga memiliki tinggalan kolonial. Khususnya lembaga pendidikan, sehingga Malang menjadi kota pendidikan. Sengitnya pertempuran di Malang masa kemerdekaan merupakan perwujudan semangat kepahlawanan rakyat Indonesia di Malang wawancara tanggal 22 Januari 2010. Informan G memperpsepsikan sejarah Malang berdasarkan pemahaman mengenai Singosari, menunjukkan Malang sudah menjadi kota penting sebagai pusat politik dan banyak dikunjungi sejak masa Kuno wawancara tanggal 6 Pebruari 2009. Hal yang sama juga dipersepsikan informan H mengenai sejarah Malang berdasarkan kerajaan Singosari, bahwa Malang merupakan salah satu pusat politik yang pernah jaya di Nusantara wawancara tanggal 6 Pebruari 2009.

c. Persepsi Mahasiswa Pendidikan Sejarah terhadap Festival Malang Tempo Doeloe

Festival Malang tempo Doeloe dipersepsikan berbeda oleh mahasiswa Pendidikan Sejarah. Ada yang mempersepsikan dalam konteks pendidikan, pendidikan dan ekonomi, pembangkitan memori kolektif, dan event khas tahunan Kota Malang. Akan tetapi secara umum muatan persepsinya cukup komprehensif. Artinya, persepsi seorang individu terhadap sejarah lokal Malang dalam festival, dan clxiii persepsi terhadap festival mengandung konteks pendidikan, sejarah, seni, budaya, memori kolektif, dan ekonomi. Komprehensivitas persepsi dapat diketahui dari persepsi delapan orang mahasiswa Pendidikan Sejarah yang berasal dari Malang, dan pernah mengunjungi Festival Malang tempo Doeloe. Festival Malang Tempo Doeloe dipersepsikan informan A sebagai media pembelajaran untuk sejarah, seni dan budaya, karena memvisualisasikan dan menampilkan atraksi yang dapat langsung diamati secara santai bagi segenap lapisan masyarakat. Tapi festival ini juga merupakan media bisnis karena tersedia banyak peluang berjualan dan berbelanja. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor pengetahuannya terhadap festival yakni wahana mengangkat kebudayaan masa lalu, yang sekarang sudah menjadi langka dan unik. Di festival bisa melihat bagaimana peninggalan masa lalu termasuk masa kolonial, khususnya perkembangan tekhnologi zaman dulu wawancara tanggal 04 Nopember 2009. Persepsi informan B terhadap festival tahunan ini adalah sebagai visualisasi menggambarkan kehidupan Malang tempo dulu. Namun di balik layar banyak aktivitas bisnis. Kebanyakan nilai bisnis tinggi. Akibatnya, penyajian Malang dari jaman kuno hingga kemerdekaan, pesannya kurang bisa ditangkap oleh wisatawan. Apalagi yang berasal dari luar Malang. Pelbagai visualisasi yang ada digunakan sebagai faktor ketertarikan agar masyarakat ke festival. Apalagi waktu penyelenggaraannya kurang efektif untuk menyebarluaskan pesan-pesan sejarah, seni dan budaya, karena waktunya cuma empat hari. Meskipun demikian ada kesan positif terhadap festival ini. Ada perbedaan ketika berkunjung. Kunjungan pertama clxiv kali penataan masih belum kompleks, sekadar meramaikan saja. Kunjungan yang kedua penataannya lebih kompleks karena fokus pada tema-tema tertentu, sehingga merupakan gambaran perjuangan Kota Malang, sejak pembentukan kota Malang pada masa kolonial wawancara tanggal 14 Nopember 2009 Festival ini cenderung semi komersial, karena adanya stand yang menjual makanan dan pakaian jaman dahulu. Namun festival dapat untuk menumbuhkan lagi semangat nasionalisme warga kota Malang, meski hanya menampilkan lima puluh persen sejarah kota Malang. Dimensi ekonomi bisnis yang paling menonjol, demikian persepsi informan C terhadap Festival Malang Tempo Doeloe. Meskipun demikian, festival ini menggambarkan tentang zaman lampau seperti masa kolonial, masa perjuangan, dan tentang kebudayaan.. Panitia festival selalu memakai pakaian pejuang. Adanya penyegaran untuk warga Malang tentang sejarah kota Malang. Jarang melihat benda sejarah, yang ada visualisasi tentang suasana kota Malang. Antusias masyarakat pada sejarah sangat tinggi. Contoh, ada beberapa orang yang memakai pakaian generasi 45. ada yang bergaya menir, membawa sepeda ontel. Settingnya menyerupai Malang Tempo Dulu, namun tempat dibagi menjadi dua, khusus kawasan kesenian dan industri Lama-lama kawasan industri terus bertambah menggeser kawasan lainnya wawancara tanggal 19 Nopember 2009. Informan D mempersepsikan Festival Malang Tempo Doeloe suatu festival untuk menggali juga mengingatkan orang-orang tentang sejarah Malang masa dulu pada masa penjajahan, sebelum penjajahan. Festival sangat mendukung, karena kita menjadi lebih mengetahui tentang kondisi Malang pada zaman dahulu. Dengan acara clxv ini sekaligus Malang menjadi lebih dikenal di luar kota Malang wawancara tanggal 11 Desember 2009. Persepsi informan E terhadap Festival Malang Tempo Doeloe adalah festival merupakan arena penyajian barang-barang kuno, yang menjadi daya tarik utama tingginya animo pengunjung. Sepengetahuan saya festival ini menampilkan secara visual semua potensi sejarah, seni dan budaya Malang masa lampau. Tentu dimaksudkan untuk dapat diketahui dan diambil maknanya oleh masyarakat. Pengetahuan tentang sejarah Malang pada Malang masa kuno, adanya penjara wanita di alun-alun yang menjadi Ramayana. Penjara yang milik pemerintah mengapa bisa menjadi mall Ramayana? Oleh karena itu persepsi saya tentang Malang masa kuno, masih kabur, karena kurangnya sumber, masyarakat kurang mengetahui tentang Malang masa kuno wawancara tanggal 17 Januari 2010. Informan F mempersepsikan fstival setahun sekali itu, menguak tentang sejarah kota Malang khususnya masa Hindu Budha, Kolonial, Islam sampai Modern. Yang menarik karena dipadukan dengan budaya. Selain itu masih ada unsur perekonomian yaitu asset kota Malang. Festival ini benar-benar menggali potensi sejarah, seni dan budaya, yang kemudian bergeser atau disalahgunakan untuk kepentingan komersial. Apalagi adanya kebudayaan yang tidak ada di Malang menjadi diada-adakan. Telah terjadi tindakan menyalahgunakan nila-nilai pendidikan sejarah yang berdasarkan jatidiri Malang wawancara tanggal 22 Januari 2010. Persepsi informan G mengenai festival tersebut adalah festival mempunyai nilai pendidikan bagi kota Malang. Di sana ada atraksi seni, visualisasi sejarah, jual clxvi kuliner tradisional. Festival ini dapat membuat masyarakat lebih antusias untuk menggali nilai-nilai sejarah. Namun, lama kelamaan, tahun ke tahun kurang menyajikan tentang sejarah kota Malang. Malah yang meningkat dari faktor ekonominya. Contohnya, banyaknya pedagang kuliner yang berjejer di arena festival wawancara tanggal 6 Pebruari 2010. Informan H memiliki persepsi terhadap festival bahwa festival tersebut adalah sarana pendidikan nilai bagi generasi muda, yang diperoleh melalui sejarahnya sendiri, karena banyak orang Malang asli belum tentu tahu tentang sejarah Malang. Di festival itu ada jajanan tempo dulu, selain itu memuat pula visual peninggalan sejarah, seni dan budaya Malang wawancara tanggal 6 Pebruari 2010.

5. Klarifikasi Nilai Pendidikan Sejarah pada Mahasiswa Pendidikan Sejarah