2.3.8 Kebutuhan dan Pola Tidur Normal pada Anak Usia Sekolah
Durasi dan kualitas tidur itu berbeda-beda dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang
lain membutuhkan 10 jam. Dan pada anak usia sekolah waktu yang di butuhkan adalah tidur 10 jam pada malam hari, dan tahap REM 18,5 Tarwoto
Wartonah, 2010.
2.3.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur
Kualitas dan kuatitas tidur di pengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya Hidayat, 2006. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya adalah:
1. Penyakit
Seseoarang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien
kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskular, dan penyakit
persyarafan Tarwoto Wartonah, 2010. Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik
mis, kesulitan bernafas, atau masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan
seperti itu mempunyai masalah kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Dan ada
beberapa penyakit yang dapat menggangu tidur di antaranya, penyakit
Universitas Sumatera Utara
penapasan, penyakit jantung koroner, hipertensi, nokturia, dan lain-lain Potter Perry, 2006.
2. Obat-obatan
Obat dapat mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi proses tidur Tarwoto Wartonah, 2010, adalah :
a. Diuretik: menyebabkan insomnia.
b. Anti depresan dan stimulan: meningkatkan saraf simpatis, menekan tidur
REM, dan menurunkan total waktu tidur. c.
Kafein: mencegah seseorang tidur, meningkatkan saraf simpatis, dapat menyebabkan seseorang bangun malam hari.
d. Beta-bloker: menimbulkan insomnia, menyebabkan mimpi buruk,
menyebabkan terbangun dari tidur. e.
Narkotika: menekan REM, meningkatkan prasaan kantuk pada siang hari.
3. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya pross tidur. Pasien yang biasa tidur pada lingkungan
yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya Tarwoto Wartonah, 2010.
Lingkungan kamar dan pencayaan juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk tidur. Beberapa orang menyukai ruangan yang
gelap, sementara yang lain seperti anak-anak atau lansia, menyukai cahaya remang yang tetap menyala selama tidur. Seseorang juga bermasalah terhadap
Universitas Sumatera Utara
tidur akibat suhu ruangan, ruangan yang terlalu hangat atau teralalu dingin sering kali menyebabkan seseorang susah tidur Potter Perry, 2006.
4. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur,
karena adanya tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang di cerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan kebutuhan gizi yang kurang dapat
dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur Hidayat, 2006.
Makan besar, berat, danatau berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak dapat di cerna yang menggangu tidur. Kafein dan alkohol
yang di konsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi-insomnia sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastis adalah
strategi penting yang di gunakan untuk meningkatkan tidur. Kehilangan dan peningkatan berat badan juga mempengaruhi pola tidur. Ketika seseorang
bertambah berat badannya, maka priode tidur akan menjadi lebih panjang dengan lebih sedikit interupsi. Kehilangan berat badan menyebabkan tiur
pendek dan terputus-putus. Gangguan tidur tertentu dapat dapat di hasilkan dari diet semipuasa semitarvasion yang popular di dalam masyarakat yang
sadar berat badan Potter Perry, 2006. 5.
Gaya hidup Rutinitas seseorang mempengaruhi pola tidur orang tersebut. Individu
yang bekerja lembur seing kali mempunyai kesulitan menyesuaikan jadwal
Universitas Sumatera Utara
tidur. Perubahan lain dalam rutinitas yang menggangu pola tidur meliputi kerja berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktifitas sosial pada larut
malam, dan perubahan waktu makan malam Potter Perry, 2006. 6.
Stress psikologis Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan
jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur Hidayat, 2006.
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat menggangu tidur. Stress emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering
kali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stress juga menyebabkan sesorang mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur,
atau terlalu banyak tidur. Stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk Potter Perry, 2006
2.3.10 Gangguan Tidur