Rancang bangun sistem informasi eksekutif pengonrolan proyek berbasis WEB Pada Pt. Bajragraha sentranusa Jakarta

(1)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF

PENGONTROLAN PROYEK BERBASIS WEB

PADA PT. BAJRAGRAHA SENTRANUSA JAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

Tirta Wirya Putra

NIM : 105093003076

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JAKARTA

2010 M / 1431 H


(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, kebutuhan akan informasi sudah sedimikian pesat. Tak jarang para eksekutif perusahaan membutuhkan informasi yang relevan, akurat dan real-time. Kebutuhan akan informasi tersebut memicu beberapa perusahaan mengembangkan sistem sendiri, belakangan ini dikenal dengan nama Sistem Informasi Eksekutif. Sistem Infomasi Eksekutif ini merupakan pengembangan dari Sistem Informasi Manajemen, yang dimaksud untuk memudahkan dan mendukung kinerja para eksekutif diantaranya menyediakan akses yang mudah dan cepat ke seluruh sumber data / informasi dengan kemampuan untuk melakukan peringkasan, pemilihan, ataupun merinci lebih lanjut, membantu eksekutif mengidentifikasi masalah dan mengenali adanya peluang, memiliki fleksibilitas dalam pembuatan laporan, mudah digunakan sehingga eksekutif tidak memerlukan pelatihan apapun untuk menggunakan sistem tersebut (Watson, Houdeshel dan Rainer, 1997: 3).

PT. BAJRAGRAHA SENTRANUSA (PT. BGS) adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi, pengadaan barang dan jasa, jasa pengelolaan gedung dan jasa outsourcing tenaga kerja. Di bidang jasa konstruksi diantaranya adalah pembangunan kantor Perusahaan Listrik Negara ( PLN). Dalam proses pembangunan kantor PLN tersebut,


(3)

perusahaan ini melakukan pengontrolan antara pihak finance (keuangan) dengan teknis di lapangan. Jadi, agar tidak terjadi kecurangan, penggelapan uang, mark-up dan korupsi lainnya, perusahaan ini meng-crosscheck pengeluaran uang yang di keluarkan pihak finance dengan hasil yang terdapat di lapangan, apakah sesuai dengan uang yang dikeluarkan atau tidak.

Tetapi, kegiatan pengontrolan yang dilakukan perusahaan ini masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan cara menghubungi bagian finance ataupun teknis via telepon. Setelah dihubungi, barulah bagian yang dihubungi melakukan penghitungan dan membutuhkan waktu karena harus mengumpulkan data-data proyek. Sedangkan, informasi tersebut sangatlah dibutuhkan bagi pimpinan di perusahaan tersebut secara cepat dan tepat. Karena dari hasil informasi tersebut, pimpinan bisa mempunyai informasi status proyek berjalan.

Berdasarkan hal tersebut pimpinan perusahaan sulit untuk mengetahui sudah berapa jauhkah progress suatu proyek yang telah berjalan, apakah sesuai dengan rencana, dan berapa lama lagikah suatu proyek itu akan rampung atau selesai. Sedangkan, hal-hal tersebut sangat penting untuk pimpinan sehingga bisa mengestimasi waktu pelaksanaan proyek. Selain itu, pimpinan ingin mengetahui apakah suatu proyek mengalami keuntungan atau kerugian secara cepat, tetapi karena penghitungannya masih secara manual, maka dibutuhkan ketelitian dan waktu untuk mengetahui hasilnya.


(4)

Melihat permasalahan-permasalahan diatas, maka peneliti bermaksud untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cara membuat suatu sistem yang efektif dan efisien. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul Rancang Bangun Sistem Informasi Eksekutif Pengontrolan Proyek Berbasis Web pada PT. Bajragraha Sentranusa Jakarta .

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perusahaan mengetahui hasil perbandingan uang yang keluar dari pihak finance, dengan hasil dari pihak teknis di lapangan, secara efektif dan efisien?

2. Bagaimana perusahaan mengetahui kerja suatu proyek yang sedang berjalan sesuai rencana?

3. Bagaimana perusahaan dapat memperkirakan waktu penyelesaian proyek?

4. Bagaimana perusahaan dapat mengetahui keuntungan atau kerugian dari suatu proyek secara cepat?

1.3 Batasan Masalah

Batasan permasalahan penelitian ini adalah:

1. Aplikasi hasil dapat menampilkan grafik dan tabel prosentase progress suatu proyek yang telah berjalan, dapat menampilkan kondisi suatu


(5)

proyek, apakah mengalami keuntungan atau kerugian, dapat menampilkan perkiraan waktu suatu proyek akan rampung atau selesai. 2. Penelitian ini dilakukan di Perusahaan PT. BGS Jakarta.

3. Menggunakan data proyek periode bulan Januari hingga Maret tahun 2010.

4. Metode Pengembangan Sistem yang dipakai Sistem Informasi Eksekutif ini menggunakan EIS Development Process.

1.4 Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui hasil perbandingan uang yang keluar dari pihak finance, dengan hasil dari pihak teknis di lapangan, secara efektif dan efisien.

2. Untuk mengetahui kerja suatu proyek yang sedang berjalan. 3. Untuk mendapatkan perkiraan waktu penyelesaian proyek.

4. Untuk mengetahui keuntungan atau kerugian dari suatu proyek secara cepat.

1.4.2 Manfaat

1. Bagi Penulis

a. Menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah.

b. Menambah pengetahuan penulis tentang teknologi komputer, khususnya pembuatan sistem pengontrolan proyek berbasis web pada PT. BGS Jakarta.


(6)

2. Bagi Instansi

a. Perusahaan dapat mengetahui apakah hasil perbandingan uang yang keluar dari Pihak finance dengan hasil pihak teknis di lapangan balance atau tidak. Sehingga jika terjadi kecurangan dapat segera diketahui.

b. Perusahaan dapat mengetahui sudah berapa jauh progress suatu proyek yang telah berjalan, apakah sesuai dengan rencana atau tidak.

c. Perusahaan dapat mengetahui apakah perusahaan mengalami keuntungan atau kerugian dari suatu proyek pembuatan kantor PLN.

d. Perusahaan juga dapat mengetahui berapa lama lagi suatu proyek akan rampung atau selesai.

3. Bagi Pembaca

Semoga penulisan ini berguna bagi pihak lain atau pembaca sebagai informasi dan referensi yang dibutuhkan pembaca.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam Penelitian ini menggunakan tiga metode, yaitu:


(7)

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan terlibat langsung di lingkungan PT. BGS.

2. Wawancara

Pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada pimpinan perusahaan tersebut.

3. Studi Pustaka

Menelaah dan mempelajari teori-teori serta materi bacaan lainnya, yang dapat memberi informasi sesuai dengan topik kajian dalam pembuatan skripsi, sehingga kajian tersebut menjadi lengkap sesuai yang diharapkan.

1.5.2 Metode Pengembangan Sistem

Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan untuk penelitian ini berdasarkan pada EIS Development Process yaitu metode Prototyping (Watson, Houdeshel dan Rainer, 1997: 27). Dalam metode prototyping terdapat 8 langkah: 1). Proposal, 2). Determine Information Requirements, 3). Select EIS Software, 4). Prepare Prototype, 5). Prepare Data, 6). Design Screen, 7). Roll Out Initial Version, 8). The EIS Receives Ongoing Support.


(8)

Gambar 1.1 The EIS Development Process (Watson, Houdeshel dan Rainer, 1997)

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penulisan ilmiah ini, penulis membagi menjadi 5 bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi : Latar Belakang, Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi : Teori-teori yang melandasi Rancang Bangun Sistem Informasi Eksekutif Pengontrolan Proyek pada PT. BGS.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi : Uraian yang lebih rinci tentang metodologi penelitian yang meliputi metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem. Determine Information Requirements Proposal Select EIS Software Prepare Prototype Prepare Data Design Screens Roll Out Initial Version The EIS Receives Ongoing Support


(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi : Bab ini akan menguraikan dan membahas hasil perancangan sistem yang dibuat untuk diimplementasikan di PT. BGS.

BAB V PENUTUP


(10)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi

Telah diketahui bahwa informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen di dalam pengambilan keputusan. Pertanyaannya adalah darimana informasi tersebut bisa didapatkan, informasi dapat diperoleh dari sistem informasi (information systems) atau disebut juga dengan processing systems atau information processing systems atau information-generating systems.

Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan (Jogiyanto , 2005: 11).

Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan (building block), yaitu:

1. Blok Masukan (Input Block)

Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input disini termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.

2. Blok Model (Model Block)

Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data


(11)

dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

3. Blok Keluaran (Output Block)

Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.

4. Blok Teknologi (Technology Block)

Teknologi merupakan kotak alat (tool box) dalam sistem informasi. Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi (humanware atau brainware), perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Teknisi dapat berupa orang-orang yang mengetahui teknologi dan membuatnya dapat beroperasi. Misalnya teknisi adalah operator komputer, pemrogram, operator pengolah kata, spesialis telekomunikasi, analis sistem, penyimpan data dan lain sebagainya.

5. Blok Basis Data (Database Block)

Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras computer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian


(12)

rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpannya. Basis data diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak paket yang disebut dengan DBMS (Database Management Systems). 6. Blok Kendali (Controls Block)

Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti misalnya bencana alam, api, temperature, air, debu, kecurangan-kecurangan, kegagalan-kegagalan sistem itu sendiri, kesalahan-kesalahan, ketidak efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi.

pemakai pemakai

pemakai pemakai

pemakai pemakai

Gambar 2.1 Blok Sistem Informasi yang berinteraksi (Jogiyanto, 2005: 12) input

teknologi

model dasar data

output kendali


(13)

Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasarannya.

2.2 Konsep Sistem Informasi Eksekutif

2.2.1 Definisi EIS

Sistem Informasi eksekutif(EIS) didefinisikan sebagai:

Sebuah sistem terkomputerisasi yang menyediakan informasi internal dan eksternal bagi para eksekutif yang relevan terhadap faktor penentu keberhasilannya dengan akses yang sangat mudah (Watson, Houdeshel dan Rainer, 1997: 3).

Kebanyakan sistem informasi eksekutif:

1. Sesuaikan dengan pemakai eksekutif perorangan. 2. Menyediakan akses status secara on-line dan drilldown.

3. Sangat user-friendly dan hanya membutuhkan sedikit pelatihan atau bahkan tidak sama sekali dalam penggunaannya.

4. Digunakan oleh eksekutif (direktur) secara langsung tanpa perantara atau operator.

5. Menampilkan informasi berupa grafik, tabel ataupun tekstual.

Istilah EIS dan ESS secara umum dapat dipertukarkan. Tetapi bagaimana pun, istilah executive support system seringkali menunjuk kepada sebuah sistem yang mempunyai kemampuan yang jauh lebih besar dibanding EIS. Istilah EIS berarti yang menyediakan informasi, sedangkan


(14)

istilah ESS memasukan beberapa kemampuan pendukung lain dalam menampilkan informasi. Konsekuensinya, sebuah ESS kemungkinan mempunyai beberapa atau seluruh kemampuan seperti berikut ini:

a. Dukungan terhadap komunikasi elektronik (contoh: e-mail, conference dan word processing).

b. Kemampuan analisis data (contoh: spreadsheets, bahasa query dan sistem penunjang keputusan).

c. Organizing tools (contoh: kalender elektronik, reminder).

Perbedaan pengembangan EIS terdapat pada lingkup (scope) dan tujuannya (purpose), sebagai contoh, EIS di Lockheed-Georgia menyediakan seluruh eksekutif dengan cakupan informasi yang sangat luas. Sedangkan beberapa EIS lainnya hanya dikembangkan sebagai sebuah bagian dari suatu organisasi, seperti suatu divisi. Beberapa perusahaan seperti Coca-Cola dan Georgia-Pacific mempunyai lebih dari satu EIS, setiap EIS mempunyai user yang berbeda. Hal ini dikarenakan tujuan tiap-tiap sistem yang berbeda. Ada yang bertujuan untuk menampilkan informasi peningkatan kualitas, ada yang tentang kepuasan pelanggan, dan lain-lain.

2.2.2 Kemunculan EIS

EIS merupakan anggota baru dari computer-based information systems. Sistem pertama dikembangkan pada akhir 1970 oleh beberapa perusahaan pionir seperti Northwest Industries dan Lockheed, dimana dalam


(15)

pengembangannya sangat beresiko dikarenakan teknologi yang belum memadai. Barulah masyarakat luas mengenal EIS ketika John Rockart dan Michael Treacy mengeluarkan artikel yang berjudul The CEO Goes On-Line pada Januari-Februari 1982. Di artikel tersebut menceritakan tentang

sejumlah CEO yang menjadi pengguna langsung komputer. Ketika artikel tersebut tersebar luas, menyebabkan timbulnya beberapa reaksi. Ada yang menanggap bahwa ini merupakan sebuah sinyal terhadap kebangkitan pemaikaian computer, yakni user disini adalah para eksekutif. Sedangkan yang lainnya bersikap skeptis, mereka berpikir bahwa EIS tidak akan berkembang dan hanya menjadi tren sesaat. Ternyata pihak skeptis itu salah. Karena EIS berkembang luas dan banyak para eksekutif yang menginginkan perusahaannya dikembangkan EIS.

Selama akhir 1980an, banyak orang yang mempelajari EIS, entah itu lewat artikel-artikel, buku, seminar dan conferences. International Data Corporation (IDC), menyatakan bahwa EIS adalah aplikasi komputer yang pertumbuhannya tercepat di perusahaan-perusahaan Amerika. Kebanyakan perusahaan-perusahaan besar mempunyai EIS, atau sedang merancanakan untuk membangun EIS (Watson, Houdeshel dan Rainer, 1997: 6-7).

2.2.3 Kenapa EIS?

EIS dikembangkan untuk bermacam-macam alasan. Kajian-kajian memperlihatkan bahwa keuntungan-keuntungan yang paling umum dari


(16)

EIS adalah perbaikan dalam kualitas dan kuantitas yang ada bagi para eksekutif, diantaranya:

1. Lebih banyak informasi yang tepat waktu. 2. Akses ke data operasional lebih besar. 3. Akses ke database perusahaan lebih besar. 4. Informasi yang bersangkut-paut lebih ringkas. 5. Terdapat informasi baru atau tambahan.

6. Informasi tentang lingkungan luar lebih banyak. 7. Lebih banyak informasi yang bersaing.

8. Akses ke database luar lebih besar.

9. Akses untuk mendapatkan informasi lebih cepat. 10.Mengurangi biaya kertas.

EIS meningkatkan kemampuan kinerja kerja para eksekutif sebagai berikut:

a. Mempertinggi komunikasi.

b. Kemampuan untuk mengidentifikasi tren-tren histories lebih besar. c. Meningkatkan efektifitas pengguna.

d. Meningkatkan efesiensi pengguna.

e. Lebih sedikit pertemuan, dan mengurangi waktu yang dihabiskan dalam pertemuan.

f. Meningkatkan perencanaan pengguna, pengaturan dan pengontrolan. g. Lebih memfokuskan perhatian pengguna.


(17)

i. Meningkatkan masa pengontrolan.

EIS mendukung sasaran perusahaan seperti:

1. Respon yang lebih baik terhadap kebutuhan pelanggan. 2. Meningkatkan kualitas produk atau jasa.

Sebuah EIS seharusnya merupakan kombinasi dari keuntungan-keuntungan diatas (Watson, Houdeshel dan Rainer, 1997: 8-9).

EIS tidak merubah para eksekutif menjadi ahli komputer. Para eksekutif tidak akan menghabiskan waktunya berjam-jam setiap hari di depan monitor. EIS yang bagus di disain agar penggunanya tidak membutuhkan pelatihan ataupun pengalaman dalam pengoperasian EIS.

2.2.4 The Dialog

Para pengembang sistem harus sangat hati-hati sekali dalam menentukan hardware dan software yang akan digunakan dalam pengembangan EIS, karena para eksekutif hanya memiliki sedikit perhatian. Kebanyakan mereka hanya peduli pada the dialog atau interface dari sistem, seperti pada gambar 2.2, yang mana terdapat istilah sebuah action language, presentation language dan sebuah knowledge base. Bagi user, the dialog adalah sistem itu sendiri, selain daripada itu mereka tidak peduli atau hanya sedikit tertarik.

Sebuah EIS haruslah mempunyai kinerja yang tinggi. Dimana penggunaannya yang mudah, akses data yang cepat dan tampilan hasil informasi tersaji dengan atraktif dan menarik. Jika tiga hal terpenting


(18)

dalam bisnis real estate adalah location, location and location , maka pada EIS adalah performance, performance and performance (Watson, Houdeshel dan Rainer, 1997: 29).

EIS

Presentation Action

Language Language

User Knowledge Base


(19)

1. The Action Language

The Action Language adalah bagaimana pengguna mengarahkan sistem. Berbagai perangkat input dapat digunakan. Perangkat input yang biasa digunakan adalah keyboard, walaupun biasanya para eksekutif memiliki kemampuan mengetik yang kurang baik. Popularitas keyboard tersebut dikarenakan adanya fitur e-mail pada suatu sistem. Tetapi karena tidak terdapatnya fitur e-mail dalam suatu EIS dan hanya terdapat beberapa fitur pendukung lainnya, sebuah EIS tidak memerlukan keyboard. Sebagian besar EIS menggunakan mouse dalam pengoperasiannya, sehingga memungkinkan para eksekutif untuk "klik" pada ikon atau menu yang sesuai pilihan dalam rangka mengarahkan sistem tersebut. Eksekutif cepat belajar bagaimana menggunakan mouse, meskipun beberapa mengeluh tentang meja ruang yang diperlukan. Bila hal tersebut terjadi, sebuah track ball dapat digunakan. Digerakkan oleh telapak tangan, track ball mengarahkan kursor pada layar. Pilihan yang dibuat menggunakan mouse seperti tombol. Beberapa EIS menggunakan touchscreens. Penggunaannya biasanya oleh para eksekutif yang mengikuti tren komputer. Sedangkan beberapa EIS lainnya tidak menyukai touchscreens, hal ini dikarenakan seringnya sentuhan-sentuhan ke layar dalam rangka pengoperasian EIS, menyebabkan minyak kulit menumpuk di layar. Sejumlah kecil EIS menggunakan saluran pelacak, yang berfungsi seperti remote control TV. Hal ini paling berguna


(20)

dalam pengaturan ruang konferensi. Bahkan ada beberapa sistem yang menggunakan voices control, tapi perkembangan teknis diperlukan sebelum penggunaannya menjadi luas.

Kemampuan untuk mencari informasi dengan mudah adalah hal yang penting, dan ada beberapa cara hal ini dapat dilakukan dengan sebuah EIS. Cara yang paling umum adalah menyediakan satu set menu yang memungkinkan pengguna untuk langsung menuju ke informasi yang dibutuhkan. Beberapa sistem memasukkan indeks kata kunci yang berhubungan dengan kata kunci yang berada di layar informasi. Ketika seorang eksekutif ingin melihat informasi secara spesifik, sebuah perintah atau urutan file dapat diciptakan, yang memungkinkan eksekutif ke halaman-halaman lain dalam layar informasi.

2. The Presentation Language

The Presentation Language adalah bagaimana sistem memberikan output kepada pengguna. Output yang umum adalah Tekstual, grafik, dan output tabel. Penting untuk memiliki desain layar standar yang mencakup istilah yang digunakan, kode warna, dan desain grafis untuk menghindari salah tafsir. Beberapa sistem menggunakan suara meliputi penjelasan, yang memungkinkan analis untuk bertanya tentang sebuah layar sebelum mengirimkannya kepada seseorang. Banyak sistem


(21)

termasuk gambar, seperti badai di Sonat peta pelacakan. Pilihan presentasi lain termasuk video dan TV dalam format jendela.

3. The Knowledge Language

The Knowledge Language adalah apa yang eksekutif tahu tentang penggunaan sistem dan dukungan lain untuk menggunakan sistem. Para eksekutif sering kali memiliki keterampilan komputer yang kurang bagus, kurangnya minat pada komputer dan sedikit waktu luang untuk belajar tentang komputer. Akibatnya, EIS haruslah user friendly dan intuitif atau "menggoda pengguna". Prosedur log-on harus disimpan ke minimum yang diperlukan untuk tujuan keamanan. Idealnya, sistem harus tidak memerlukan pelatihan. Pelatihan yang diperlukan harus menjadi salah one-on-one dan tidak memakan waktu lebih dari 15 menit untuk mempelajari dasar-dasarnya. Dokumentasi pengguna seharusnya tidak diperlukan, tetapi jika diminta, haruslah hanya satu halaman. Pengalaman menunjukkan bahwa eksekutif tidak membaca dokumentasi. Sistem harus menyediakan bantuan yang konsisten, tergantung konteks dan on-line.

2.2.5 MIS, DSS dan EIS

Para profesional sistem informasi dan para manajer yang telah berpengalaman mungkin akan merasa tidak asing dengan EIS, dikarenakan EIS dinyatakan mirip dengan MIS (Management Information System)


(22)

yang lahir pada tahun 1960an dan DSS (Decision Support Systems) pada tahun 1970an. Sebuah definisi MIS yang popular, dibuat oleh Kennevon:

Sebuah MIS adalah sebuah metode terorganisir yang menyediakan informasi lama, terkini dan informasi yang diproyeksikan yang berhubungan dengan operasi internal dan eksternal intelijen. Mendukung perencanaan, kontrol, dan fungsi operasional dengan pemberian informasi yang seragam dalam kerangka waktu yang tepat untuk membantu pengambil keputusan.

Sprague dan Carlson mendefinisikan DSS sebagai:

Sistem berbasis komputer yang membantu pengambil keputusan menghadapi masalah susunan yang buruk melalui interaksi langsung dengan data dan model-model analisis.

Bagian dari definisi-definisi diatas (Watson, Houdeshel dan Rainer, 1997: 10) mirip dengan EIS, sistem-sistem tersebut di disain untuk memberikan informasi yang relevan kepada para pembuat keputusan. Namun terdapat perbedaan-perbedaan pada EIS, MIS dan DSS. Berikut tabel yang menampilkan perbedaan-perbedaan tersebut:

Tabel 2.1 Perbandingan antara EIS, MIS dan DSS (Watson, Houdeshel dan Rainer, 1997: 11)

EIS CONVENTIONAL

MIS

DSS Fungsi Utama Panduan tindakan Pengontrolan Perencanaan,

pengorganisasian, kepegawaian, dan pengendalian

Aplikasi Pemindaian,

lingkungan,

kontrol produksi, perkiraan

Tampilan yang berbeda-beda


(23)

evaluasi kinerja, mengidentifikasi masalah dan peluang penjualan, analisa keuangan, manajemen sumber daya manusia dimana keputusan manajerial dibuat

Basisdata Perusahaan, Spesial Perusahaan Spesial Kemampuan pendukung keputusan Dukungan secara tidak langsung, terutama tingkat tinggi dan keputusan dan kebijakan tidak terstruktur Dukungan langsung dan tidak langsung; sebagian besar terstruktur, masalah-masalah rutin; menggunakan operasi standar penelitian, dan model lainnya Mendukung pengambilan keputusan semi-terstruktur dan tidak terstruktur; terutama ad hoc, namun beberapa keputusan yang berulang-ulang Penyesuaian terhadap individu pengguna Disesuaikan dengan individu eksekutif

Biasanya tidak ada, standar

Memungkinkan penilaian individual,

Grafik Wajib Diinginkan Pilihan gaya

dialog terintegrasi dalam banyak DSS

User friendly Wajib Diinginkan Suatu keharusan

jika tidak ada perantara yang digunakan Laporan informasi filter dan kompres

informasi, track data dan informasi penting Informasi ini diberikan kepada pengguna dari kelompok yang terdiversifikasi yang kemudian memanipulasinya atau meringkasnya ketika diperlukan Informasi ini disediakan oleh EIS dan / atau MIS digunakan sebagai input ke DSS

Model base dapat ditambahkan, sering tidak

disertakan atau terbatas di alam

model standar yang tersedia, tetapi tidak dikelola

inti dari DSS

Pembuatan Oleh vendor, spesialis sistem informasi atau staff EIS

Oleh spesialis sistem informasi

Oleh user, baik sendiri ataupun bersama dengan spesialis dari divisi SI

Hardware Mainframe, micros

atau sistem terdistribusi

Mainframe, micros atau sistem

terdistribusi

Mainframe, micros / sistem terdistribusi


(24)

2.2.6 Infrastruktur Sistem Informasi Eksekutif

SIE tradisional memiliki dua komponen utama yaitu: (1) basis data terpusat, yang merupakan repositori data yang diekstrak dari berbagai sumber; (2) mesin untuk menganalisa data dan menampilkan hasilnya kepada para eksekutif.

Gambar 2.3 A Traditional EIS Architecture (Cheung dan Babin, 2006: 1590)

Arsitektur ini sederhana dan mudah untuk dikelola. Karena menggunakan basis data terpusat, query dan analisa dapat diproses dengan cepat. Akan tetapi dalam melakukan ekstraksi dan peng-updatean data dari sumber yang berbeda ke dalam basis data terpusat merupakan


(25)

permasalahan yang kompleks. Sebab seringkali data tersebut tidak kompatibel antara satu sumber dengan sumber data yang lain. Arsitektur

SIE tradisional tidak dapat beradaptasi terhadap inkompatibilitas data. Oleh karena itu, setiap kali terdapat perubahan pada local system, basis data terpusat harus disusun kembali, di-compile ulang, atau bahkan didesain ulang. SIE tradisional hanya mendukung analisis data sederhana yang sudah didefinisikan terlebih dahulu.

Adanya permasalahan ini, mendorong para peneliti untuk mempelajari cara untuk: (1) mengintegrasikan dan mengakses data dari sumber data terdistribusi yang heterogen, dan (2) menganalisa data melalui pendekatan multidimensional. Teknologi data warehousing dan teknik On-line Analytical Processing (OLAP) telah memberikan banyak kontribusi dalam meningkatkan EIS tradisional. Peningkatan ini mengarah pada terbentuknya arsitektur EIS yang baru, yaitu EIS kontemporer. Pada arsitektur ini, basis data terpusat digantikan fungsinya oleh data warehouse, sedangkan teknik OLAP digunakan untuk analisis data multidimensional dan penampilan informasi. Teknologi data warehousing mengurangi masalah integrasi data. Data dari local system yang berbeda akan diekstrak, dibersihkan, dan ditransformasikan oleh integrator berdasarkan skema data terintegrasi, kemudian disimpan ke dalam data warehouse,


(26)

Gambar 2.4 A Contemporary EIS Architecture (Cheung dan Babin, 2006: 1591)

Namun Struktur EIS Kontemporer pada dasarnya tidak memiliki fleksibilitas dan adaptabilitas dimana :

1. Fleksibilitas : kemampuan untuk mengakomodir perubahan kebutuhan data oleh eksekutif.


(27)

2. Adaptabilitas : Kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan konten, format data, platform, dan struktur yang mungkin muncul dalam sumber data lokal.

Dari kekurangan fleksibiltas dan adaptabilitas tersebutlah kemudian di coba untuk mengembangkan dengan pendekatan menggunakan Database, adalah Metode sistem integrasi yang dapat mengelolah beberapa sistem dan bisa mendapatkan open system architecture sambil tetap mempertahankan otonomi local system dan memungkinkan untuk sistem tersebut berevolusi. Dibawah ini akan ditampilkan gambaran seperti apa pendekatan metadatabase tersebut.

Gambar 2.5 Concurrent Architecture Using The Metadatabase Approach (Cheung dan Babin, 2006: 1592)


(28)

Sehingga struktur EIS kontemporer yang telah beradaptasi dengan menggunakan pendekatan metadatabase mengalami evolusi dan dapat berubah menjadi:

Gambar 2.6 A New EIS Architecture Using The Metadabase Approach (Cheung dan Babin, 2006: 1593)

Arsitektur yang baru terdiri dari 2 unsur besar, yaitu :

Metadatabase Management System (MDBMS). Adalah sistem berbasis pengetahuan yang mengintegrasikan dan mengatur penggunaan multiple local system melalui data atau metadata. Yang memiliki 2 peranan penting, yaitu (1) Menyediakan akses yang transparan terhadap data dari local


(29)

system dan warehouse (2) Menyediakan metadata yang dibutuhkan untuk analisis multidimensional data.

Multidimensional Data Analysis System (MDAS). yang terdiri dari 2 sub-sistem, yaitu:

1. ROLAP/MDB Interface yang menyediakan penghubung eksekutif untuk memformulasikan permintaan mereka dan untuk menampilkan hasil analisis mereka

2. ROLAP/MDB (Relational On-Line Analytical Processsing/ Multidimentional DataBase) Analyzer yaitu Software yang digunakan untuk mengolah metadatabase yang disediakan oleh MDBMS untuk memungkinkan analisis online multidimentional data. (Cheung dan Babin, 2006: 1589 1598).

2.2.7 Data Warehouse

ketika end users mulai mengembangkan aplikasi mereka sendiri, menjadi jelas bahwa pemrosesan transaksi dan komputasi pengguna akhir harus ditangani berbeda, terutama dalam hal data. End users ingin cepat, akses mudah ke data yang secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, banyak organisasi khusus diciptakan ekstrak file dari database perusahaan dan menempatkan mereka pada komputer khusus.

Baru-baru ini, data-praktek penanganan telah diperpanjang dengan penciptaan gudang data, yang terpisah, database read-only yang berisi data yang diselenggarakan oleh area subyek atau bisnis perlu dan dioptimalkan


(30)

untuk mendukung keputusan. Organisasi dapat memiliki beberapa gudang data, satu untuk setiap tujuan bisnis. Misalnya, mungkin ada satu untuk sebuah EIS, DSS lain untuk pemasaran, dan yang ketiga untuk permintaan ad hoc keuangan.

2.2.7.1 Kebutuhan Gudang Data

Gudang data muncul karena kebutuhan dan kemajuan dalam bisnis perangkat keras dan teknologi perangkat lunak. Di sisi bisnis, lingkungan yang semakin kompetitif telah memberikan keunggulan kompetitif untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki akses yang paling tepat waktu, rinci, dan informasi yang akurat. Para pembuat keputusan ingin jawaban yang cepat atas pertanyaan seperti "Bagaimana promosi pretzel di Pittsburgh minggu lalu?" Pada saat ini analis mungkin tidak ada untuk menjawab pertanyaan, sehingga sistem informasi yang memenuhi kebutuhan tersebut sebagai gantinya.

Pada sisi teknologi, aplikasi bergerak dari mainframe ke client / lingkungan server, dimana gudang merupakan suatu bagian. Software klien berada pada PC setiap user yang menjalankan aplikasi. Server dapat berupa mainframe atau komputer mini, tetapi yang paling sering adalah PC yang menjadi host server Software tersebut. Klien / server perangkat lunak bekerja sama, dengan masing-masing bagian bertanggung jawab untuk melakukan yang


(31)

terbaik, misalnya, server menangani data sementara PC menyediakan grafis. Selain itu, telah ada kemajuan yang signifikan dalam perangkat lunak yang ekstrak data dari database operasional dan lainnya untuk mengisi data warehouse, dalam perangkat lunak database yang berfungsi sebagai gudang data dan menyimpan data, dan perangkat lunak pengguna akhir untuk mengakses, menganalisis, dan data ini yang diambil dari gudang data. Lebih lanjut dikatakan perangkat lunak ini nanti.

2.2.7.2 Manfaat Gudang Data

Mengapa data pergudangan menjadi begitu populer? Kebanyakan organisasi database yang dirancang dengan proses transaksi bukan dengan dukungan keputusan dalam pikiran. Misalnya, dalam banyak organisasi ada satu sistem untuk pesanan penjualan, dan satu lagi untuk persediaan, dan masing-masing memiliki database sendiri, kadang-kadang dengan format file yang berbeda dan sistem database manajemen, dan kadang-kadang bahkan berjalan pada platform yang berbeda.

Sistem ini dirancang untuk memaksimalkan efisiensi proses transaksi dan throughput. Database ini sangat dinormalisasi, mereka berisi data yang tidak diperlukan untuk dukungan keputusan, namun gagal berisi data yang dibutuhkan, dan mereka menyimpan data yang selalu berubah. Ini, tua mandiri, berorientasi


(32)

sistem transaksi sering disebut sebagai sistem warisan. Mereka biasanya dilihat sebagai masalah karena mereka tidak efisien dan efektif dibandingkan dengan apa yang dapat dikembangkan menggunakan teknologi saat ini, mereka sulit untuk mempertahankan, tidak mudah dihubungkan dengan aplikasi lain, dan tidak mampu memberikan banyak informasi yang dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan. Mereka tetap ada, tetapi, karena biaya dan waktu yang akan diperlukan untuk mengembangkan kembali mereka.

Gudang data yang lebih baik mendukung kebutuhan informasi dari pengguna akhir karena data yang disesuaikan untuk mendukung keputusan. Data dari berbagai sumber-sumber internal dan eksternal dapat ditempatkan dalam repositori tunggal, dan hanya data yang dibutuhkan yang dipertahankan. Data diolah (misalnya, diringkas), di mana diperlukan, sebelum ditempatkan di gudang. Tidak konsisten atau data kualitas yang buruk dapat "dibersihkan" sebelum dibuat tersedia.

Sebuah sistem manajemen database yang diinginkan (DBMS) dapat digunakan untuk menyimpan data. Pada umumnya, ini adalah DBMS relasional. Namun, jika data memiliki banyak dimensi (misalnya, produk, harga, tempat, promosi), database multidimensi yang dapat digunakan. Ini memiliki arsitektur yang logilally mengatur data hierarkis dalam beberapa dimensi,


(33)

memungkinkan pengguna untuk membuat, menghitung, dan menganalisa hubungan yang kompleks data dengan cepat.

Akhirnya, berdasarkan berada di jaringan area lokal, dengan perangkat lunak khusus dan data disesuaikan, pengguna mendapatkan waktu respon cepat yang mereka butuhkan. Sambil membangun data warehouse awalnya membutuhkan upaya besar oleh IS personil, mereka memiliki banyak manfaat. Mereka dianggap sebagai lebih responsif terhadap kebutuhan informasi manajemen. Mereka menghabiskan waktu kurang pada permintaan ad hoc untuk data karena banyak yang sudah tersedia. Pengguna dapat mencari data yang tersedia tanpa mempengaruhi operasi sehari-hari sistem pengolahan transaksi perusahaan, karena database operasional tidak terpengaruh oleh tindakan mereka (Watson, Houdeshel dan Rainer, 1997: 208-210).

2.2.8 Faktor Keberhasilan SIE yang Penting

Robert dan David DeLong dari MIT mengemukakan delapan faktor keberhasilan yang penting untuk mencapai keberhasilan SIE. Kita menggunakan daftar ini sebagai kerangka untuk menyisipkan saran dari ahli lain juga (Margianti dan Suryadi, 2009: 578-580).

1. Eksekutif sponsor yang mempunyai keterlibatan dan yang mengetahui. Eksekutif tingkat puncak, lebih disukai yang berperan sebagai CEO,


(34)

akan berfungsi sebagai executive sponsor (eksekutif sponsor) SIE dengan mendorong untuk usaha pengimplementasian.

2. Sponsor pengoperasian. Eksekutif sponsor mungkin akan terlalu sibuk untuk meluangkan waktunya dalam urusan implementasi ini. Tugas ini harus diberikan eksekutif puncak yang lain, seperti eksekutif wakil direktur. Operating Sponsor (sponsor pengoperasian) bekerja sama dengan eksekutif yang akan menggunakan sistem tersebut dan coach SIE agar pekerjaannya dapat diselesaikan.

3. Hubungan yang jelas dengan tujuan bisnis. Sebagian besar deskripsi SIE berkenaan dengan pencapaian tujuan tertentu dan penelusuran faktor keberhasilan yang penting. Banyak perusahaan yang mengalami kendala dalam menjalankan langkah implementasi SIE, karena mereka tidak menetapkan aturan mengenai kemana tujuan sistem tersebut dan bagaimana ia dapat sampai ke tempat tujuan itu.

4. Menggunakan sumber yang tepat dari kelompok pelayanan informasi. Jika perusahaan telah menetapkan IRM dan telah menetapkan seorang CEO untuk memimpin usaha pelayanan informasi, maka staf tersebut akan dapat mengembangkan sistem tingkat eksekutif. Dengan menjadi eksekutif, seorang CEO akan mengetahui tanggung jawab eksekutif pertama kalinya dan mempunyai hubungan kerja dengan eksekutif lain di perusahaan tersebut.

Namun, ada situasi pada bagian pelayanan informasi yang tidak melakukan pengembangan sistem. Bila demikian, maka sponsor


(35)

operasi bisa dilakukan oleh manajer lain yang ada di unit eksekutif atau oleh konsultan.

5. Menggunakan teknologi yang tepat. Pengimplementasi SIE tidak boleh dipengaruhi oleh tugas dari posisinya dan ia menggabungkan hardware dan software yang diperlukan. Sistem harus dibuat sesederhana mungkin dan ia harus dapat memenuhi apa yang diinginkan eksekutif secara tepat, tak boleh lebih dan tak boleh kurang. 6. Mengetahui keberadaan masalah data dan melakukan pemecahan atas masalah tersebut. Beberapa organisasi telah mengangkat manajer data, yang bertanggung jawab atas pengurusan data tertentu dalam database SIE. Manajer data harus menandai data ketika data tersebut dimasukkan. Kemudian, jika eksekutif memanggil tampilan, maka tampilan tersebut berisi nama dan nomor telepon manajer data. Jika eksekutif ingin menanyakan persoalan mengenai data, maka penjelasannya hanya melalui telepon. Kemampuan penerimaan penjelasan dengan cara tersebut sangat penting. Saking pentingnya, Lockheed-Georgia mengangkat manajer data cadangan untuk digunakan apabila manajer data sedang sakit atau berlibur. Selain mengidentifikasi manajer data, tampilan layar seringkali mengidentifkasi tanggal dan waktu terakhir kalinya data diperbaharui. 7. Menangani perlawanan yang bersifat organisasi. Hanya ada sedikit

kemungkinan perlawanan jika yang menjadi sponsor adalah CEO. Pengalaman menunjukkan bahwa bila SIE telah dipasang, para


(36)

manajer tingkat bawah akan meminta data dan informasi yang sama seperti yang diterima bos mereka, sehingga tak ada pertanyaan mengenai apa yang penting. Dengan cara ini, penggunaan SIE akan berkembang ke seluruh tingkatan manajemen.

Jika yang menjadi sponsor bukan CEO, maka usaha yang perlu dilakukan perlu mendapatkan dukungan. Strategi yang baik adalah dengan menghadapkan satu masalah kepada CEO, kemudian cepat-cepat mengimplementasikan SIE (dengan menggunakan prototip) untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam menentukan masalah kita harus hati-hati, agar masalah tersebut bisa diselesaikan dengan SIE dengan baik. Kemudian, disertakan pula aplikasi tambahan.

8. Menangani penyebaran dan evolusi sistem. Perjalanan SIE akan sampai ke bawah, sehingga dapat digunakan oleh semua manajer tingkat menengah. Oleh karena itu harus dipastikan bahwa perusahaan mempunyai sumber, yaitu personel hardware, dan software, untuk keperluan perluasan ini. Banyak fungsi pelayanan informasi yang sangat terbebani dengan hal ini, dan permintaan dukungan dari manajer tingkat puncak tak dapat dipenuhi. Lebih dari itu, dengan menerapkan dan menjalankan aplikasi bukan menjadi akhir dari tugas. Pengalaman menunjukkan bahwa sistem tidak pernah diimplementasikan secara sempurna. Hal ini karena tugas eksekutif selalu berubah dan terus membutuhkan sistem yang baru.


(37)

2.2.9 Studi Literatur Sejenis

Judul Skripsi : Sistem Informasi Eksekutif (EIS)

(Studi Kasus Pada STMIK Bina Darma Palembang) Peneliti : Suzuki Syofian

NIM : 8597030372 Tahun : 1999

Prodi : Ilmu Komputer Program Sarjana Universitas Indonesia Kelebihan : Kelebihan dari sistem yang dirancang dibandingkan

sistem informasi lainnya yaitu dengan adanya informasi eksternal yang memberikan value added informasi eksekutif

Kekurangan : Kekurangannya adalah sistem ini hanya pada tahap

analisa dan perancangan, tidak sampai tahap pembangunan.

2.3 Konsep Sistem Informasi Berbasis Web

2.3.1 Pengertian Internet dan Website

Internet (Interconnected Network) merupakan jaringan (network) komputeryang terdiri dari ribuan jaringan komputer yang dihubungkan satu dengan yang lainnya (Jogiyanto, 1999: 341).

World Wide Web yang lebih dikenal dengan web, merupakan salah satu layanan yang didapat oleh pemakai komputer yang terhubung ke internet. Web pada awalnya adalah ruang informasi dalam internet,


(38)

dengan menggunakan teknologi hypertext, pemakai dituntun untuk menemukan informasi dengan mengikuti link yang disediakan dalam dokumen web yang ditampilkan dalam web browser. Internet identik dengan web, karena popularitasnya sebagai penyedia informasi dan interface (tampilan antarmuka) yang dibutuhkan oleh pengguna internet dari masalah informasi sampai dengan komunikasi. Web memudahkan pengguna komputer untuk berinteraksi dengan pelaku internet lainnya dan menelusuri informasi. Selain itu web telah diadopsi oleh perusahaan sebagai bagian dari strategi teknologi informasinya, karena beberapa alasan yaitu akses informasi mudah, set-up server lebih mudah, informasi mudah didistribusikan, dan bebas platform, yaitu informasi dapat disajikan oleh web browser pada sistem operasi mana saja karena adanya standar dokumen berbagai tipe data dapat disajikan (Sidik dan Pohan, 2005: 1-2).


(39)

2.3.2 Pengertian Aplikasi Berbasis Web

Web application adalah satuan aplikasi yang cukup luas Pressman, 2002: 41). Pada bentuk yang paling sederhana, web application dapat berupa serangkaian hypertext files yang terhubung yang memberikan informasi berupa text dengan sedikit gambar/ grafik. Seiring dengan perkembangannya, ia berkembang sehingga memiliki banyak fungsi, fitur, dan content, juga terhubung dengan database korporasi dan aplikasi bisnis yang rumit.

2.3.3 Keuntungan Sistem Berbasis Web

Keuntungan menyusun aplikasi di web, diantaranya yaitu:

1. Meningkatkan kesadaran akan tersedianya suatu layanan, produk, industri, orang atau kelompok.

2. Bisa diakses selama 24 jam oleh pengguna. 3. Menstandarkan desain antarmuka.

Menciptakan suatu sistem yang dapat diperluas secara global bukan hanya lokal, sehingga mampu menjangkau orang-orang di tempat-tempat yang berjauhan tanpa menghawatirkan zona waktu lokasi mereka (Kendall, 2000: 5).

2.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam Penelitian ini menggunakan tiga metode, yaitu observasi, wawancara dan studi pustaka (Nazir, 2003:174).


(40)

2.4.1 Observasi

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 2003: 175).

Pengamatan baru tergolong sebagai teknik pengumpulan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitan yang telah direncanakan.

c. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.

d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitas.

2.4.2 Wawancara

Selain dari pengumpulan data dengan cara pengamatan, maka data dapat juga diperoleh dengan mengadakan interview atau wawancara. Dalam hal ini informasi atau keterangan diperoleh langsung dari responden atau informan dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap (Nazir, 2003: 193).


(41)

Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

2.4.3 Studi Pustaka

Mengadakan survei terhadap data yang ada merupakan langkah yang penting sekali dalam metode ilmiah. Memperoleh informasi dari menelusur literatur yang ada serta menelaahnya secara tekun merupakan kerja kepustakaan yang sangat diperlukan dalam mengerjakan penelitian. Survei terhadap data yang telah tersedia dapat dikerjakan setelah masalah penelitian dipilih atau dilakukan sebelum masalah dipilih. Jika studi kepustakaan dilakukan sebelum pemilihan masalah, penelaahan kepustakaan termasuk memperoleh ide tentang masalah apa yang paling up to date untuk dirumuskan dalam penelitian (Nazir, 2003: 93).

2.5 Metode Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau perbaikan pada sistem yang telah ada, dengan harapan bahwa sistem yang baru tersebut dapat


(42)

mengatasi permasalahan yang timbul pada sistem yang lama (Jogiyanto, 2005: 35).

2.5.1Prototyping

Beberapa analis berpendapat bahwa beberapa prototyping harus dipertimbangkan sebagai alternatif untuk siklus hidup pengembangan sistem (SDLC). Hal itu merupakan suatu pendekatan logis sistematis untuk mengikuti pengembangan sistem informasi.

Keluhan mengenai penggunaan SDLC terpusat pada dua masalah utama yang saling terkait. Dalam hal ini yang menjadi perhatian pertama adalah mengenai perpanjangan waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan siklus hidup pengembangan. Sepanjang investasi dari analis mengalami peningkatan, maka biaya dari sistem yang telah dihasilkan pun juga meningkat secara proporsional.

Perhatian kedua tentang menggunakan SDLC adalah bahwa kebutuhan pengguna dapat berubah dari waktu ke waktu. Diantara interval waktu yang panjang itu maka kebutuhan pengguna dapat dianalisis dan sistem yang telah rampung dihasilkan, dan kebutuhan pengguna pun berkembang. Sehingga, karena perpanjangan siklus pengembangan tersebut maka sistem yang dihasilkan boleh jadi mendapat kecaman karena tidak mencukupi dalam mengatasi kebutuhan pengguna informasi saat ini.

Hal ini jelas bahwa permasalahan tersebut saling terkait karena kedua hal itu merupakan poros waktu yang dibutuhkan untuk


(43)

menyelesaikan SDLC dan permasalahan yang berhubungan dengan kebutuhan pengguna selama fase pengembangan selanjutnya. Jika sistem yang dikembangkan tersebut dipisahkan dari pengguna (setelah kebutuhan analisis awal telah terselesaikan). Maka hal itu tidak akan memenuhi harapan mereka.

Kesimpulan dari menjaga persoalan dengan kebutuhan informasi pengguna adalah saran bahwa para pengguna tidak diperbolehkan benar-benar mengetahui apa yang mereka lakukan atau tidak ingin sampai mereka melihat sesuatu yang nyata. Dan dalam SDLC tradisional, sering terlambat untuk mengubah sistem yang tidak diinginkan seperti itu sewaktu disampaikan.

Untuk mengatasi masalah ini, beberapa analis mengusulkan bahwa prototyping digunakan sebagai alternatif dengan siklus hidup pengembangan sistem. Ketika prototyping digunakan dengan cara ini, analis secara efektif memperpendek waktu antara pemastian pemberian kebutuhan informasi dan sistem yang bisa diterapkan. Selain itu, dengan menggunakan prototyping dan bukan siklus hidup pengembangan sistem tradisional dapat mengatasi beberapa masalah secara akurat kemungkinan mengidentifikasi perundingan lebih dini pun dapat dilakukan.

Kelemahan dalam menggantikan siklus hidup pengembangan sistem dengan prototyping adalah termasuk secara prematur membentuk suatu sistem sebelum masalah atau kesempatan yang sedang dihadapi


(44)

dapat dipahami sepenuhnya. Juga, dengan menggunakan prototyping sebagai alternatif dapat memberi hasil dalam penggunaan sistem yang diterima oleh kelompok-kelompok tertentu dari para pengguna namun hanya yang tidak memadai untuk kebutuhan sistem secara keseluruhan. Pendekatan yang kami anjurkan di sini adalah dengan menggunakan prototyping sebagai bagian dari siklus pengembangan sistem kehidupan tradisional. Dalam pandangan ini, prototyping dianggap sebagai metode, tambahan khusus untuk memastikan kebutuhan informasi pengguna (Kendall dan Kendall, 2008: 174-175).

2.5.1.1Kekurangan Prototyping

Seperti halnya teknik pengumpulan informasi, ada beberapa kelemahan dalam prototyping. Yang pertama adalah bahwa bisa sangat sulit untuk mengelola prototyping sebagai proyek dalam upaya sistem yang lebih besar. Kekurangan kedua adalah bahwa pengguna dan analis dapat mengadopsi prototipe sebagai sistem selesai ketika pada saat itu sebenarnya tidak memadai dan tidak pernah dimaksudkan untuk melayani sebagai sistem selesai. Analis perlu bekerja untuk memastikan bahwa komunikasi dengan pengguna adalah jelas berkenaan dengan jadwal untuk berinteraksi dengan dan meningkatkan prototipe.

Para analis perlu mempertimbangkan kekurangan-kekurangan tersebut terhadap kelebihan-kelebihan yang telah


(45)

diketahuinya mengenai prototyping ketika memutuskan apakah akan menggunakan prototipe, kapan menggunakan prototipe, dan berapa banyaknya sistem untuk prototipe (Kendall dan Kendall, 2008: 177).

2.5.1.2Kelebihan Prototyping

Prototyping tidak diperlukan atau tidaklah tepat untuk setiap proyek sistem, seperti yang telah kita lihat. Namun bagaimanapun juga, kelebihan-kelebihan tersebut seharusnya dapat memberi bahan pertimbangan untuk kita ketika memutuskan apakah akan menggunakan prototipe. Tiga kelebihan utama prototyping sangat potensial untuk mengubah sistem di awal perkembangannya, kesempatan untuk menghentikan pembangunan pada sistem yang tidak bekerja, dan kemungkinan mengembangkan sistem yang lebih erat dengan kebutuhan dan harapan pengguna.

Prototyping yang sukses tergantung pada masukan dini dan sering dari pengguna, yang mana analis dapat menggunakannya untuk memodifikasi sistem dan membuatnya lebih responsif terhadap kebutuhan aktual. Seperti halnya sistem usaha lainnya, perubahan awal lebih murah daripada perubahan yang dibuat lebih akhir dalam pengembangan proyek (Kendall dan Kendall, 2008: 178).


(46)

2.6 Data Flow Diagram

Data Flow Diagram (DFD) adalah alat yang menggambarkan aliran data melalui sistem dan pekerjaan atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem tersebut (Whitten dan Dittman, 2004: 344).

Simbol-simbol dalam DFD, yaitu: 1. Proses

Aktivitas atau fungsi yang dilakukan untuk alasan bisnis yang spesifik, biasanya berupa manual maupun terkomputerisasi.

2. Arus Data

Satu data tunggal atau kumpulan logis suatu data, selalu diawali atau berakhir pada proses.

3. Simpanan Data

Kumpulan data yang disimpan dengan cara tertentu. Data yang mengalir disimpan dalam data store dan aliran data di-update atau ditambahkan ke data store.

4. Kesatuan Eksternal (External Entity)

Orang, organisasi, atau sistem yang berada di luar perangkat lunak tetapi berinteraksi dengan perangkat lunak.

Selain itu, DFD juga terdiri dari beberapa hirarki, yaitu: 1. Diagram Konteks

Diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Dalam diagram konteks hanya ada satu proses dan tidak ada data store.


(47)

2. Diagram Nol

Diagram yang menggambarkan proses dari DFD. Diagram Nol memberikan pandangan secara menyeluruh mengenai sistem, menunjukkan tentang fungsi-fungsi utama atau proses yang ada, aliran data dan entitas eksternal.

3. Diagram Rinci

Diagram yang menguraikan proses apa yang ada dalam diagram nol. Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD dapat dilihat pada daftar simbol.

2.7 Entity Relationship Diagram

Untuk membuat suatu database kita membutuhkan sebuah data modelling yang digunakan sebagai sebuah teknik untuk mendefinisikan kebutuhan bisnis. Data Modelling yang digunakan disini adalah ERD (Entity Relationship Diagram).

ERD terdiri dari beberapa elemen (Kendall dan Kendall, 2008: 481-485), yaitu :

1. Entitas.

Objek atau kejadian apa pun mengenai seseorang yang memilih untuk mengumpulkan data adalah sebuah entitas. Entitas dapat berupa orang, tempat, atau sesuatu (sebagai contoh, seorang sales, sebuah kota, atau suatu produk).


(48)

2. Hubungan.

Hubungan diasosiasikan antara entitas (kadang-kadang mengacu untuk hubungan data). Jenis hubungan yang pertama adalah hubungan satu-ke-satu (ditandakan sebagai 1:1), sebagai contoh bahwa setiap pekerja memiliki kantor yang khas. Jenis hubungan yang lain adalah satu-ke-banyak (1:M) atau hubungan satu-ke-banyak-ke-satu. Sebagai contoh bahwa seorang dokter dalam organisasi pemeliharaan kesehatan ditentukan banyak pasien, tetapi seorang pasien ditentukan hanya oleh satu dokter. Yang terakhir adalah hubungan banyak-ke-banyak (ditandakan sebagai M:N) mendekripsikan kemungkinan bahwa entitas memiliki banyak hubungan dalam salah satu dari dua arah. Sebagai contoh, murid dapat memiliki banyak kursus, sedangkan pada waktu yang sama sebuah kursus dapat memiliki banyak murid yang menjadi pesertanya.

3. Atribut

Atribut merupakan beberapa karakteristik dari satu entitas. Terdapat beberapa atribut untuk masing-masing entitas. Sebagai contoh, seorang pasien (entitas) dapat memiliki beberapa atribut, seperti nama akhir, nama depan, alamat jalan, kota, negara dan sebagainya.

4. Rekord

Sebuah rekord adalah kumpulan item data yang memiliki sesuatu secara umum dengan entitas yang dideskripsikan.

Simbol-simbol yang digunakan dalam ERD dapat dilihat pada daftar simbol.


(49)

2.8 Normalisasi

Normalisasi adalah transformasi tinjauan pemakai yang kompleks dan data tersimpan ke sekumpulan bagian-bagian struktur data yang kecil dan stabil. Di samping menjadi lebih sederhana dan lebih stabil, struktur data yang dinormalisasikan lebih mudah diatur daripada struktur data lainnya (Kendall dan Kendall, 2008: 492).

2.8.1Tiga Tahap Normalisasi

Penganalisis menormalisasikan struktur data dalam tiga tahap, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.8. Setiap tahap meliputi prosedur yang sangat penting, yang menyederhanakan struktur data.

1. Bentuk Tidak Normal

Hubungan diperoleh dari tinjauan pemakai atau data tersimpan sebagian besar akan menjadi tidak normal.

2. Bentuk Normal Pertama (1NF)

Tahap pertama dari proses meliputi menghilangkan semua kelompok terulang dan mengidentifikasi kunci utama. Untuk mengerjakannya, hubungan perlu dipecah ke dalam dua atau lebih hubungan. Pada titik ini, hubungan mungkin sudah menjadi bentuk normalisasi ketiga, bahkan lebih banyak tahap yang akan diperlukan untuk mentrasformasi hubungan ke bentuk normalisasi ketiga.


(50)

3. Bentuk Normal Kedua (2NF)

Tahap kedua menjamin bahwa semua atribut bukan kunci sepenuhnya tergantung pada kunci utama. Semua ketergantungan parsial diubah dan diletakkan dalam hubungan lain.

4. Bentuk Normal Ketiga (3NF)

Tahap ketiga mengubah ketergantungan transitif manapun. Suatu ketergantungan transitif adalah sesuatu di mana atribut bukan kunci tergantung pada atribut bukan kunci lainnya.


(51)

2.9 PHP

2.9.1Apa itu PHP?

Menurut dokumen resmi PHP, PHP merupakan singkatan dari PHP Hypertext Preprocessor. Ia merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Hasilnyalah yang dikirimkan ke klien, tempat pemakai menggunakan browser.

Secara khusus, PHP dirancang untuk membentuk aplikasi web dinamis. Artinya, ia dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. Misalnya, Anda bisa menampilkan isi database ke halaman web. Pada prinsipinya PHP mempunyai fungsi yang sama dengan skrip-skrip seperti ASP (Active Server Page), Cold Fusion, ataupun Perl. Namun, perlu diketahui bahwa PHP sebenarnya bisa dipakai secara command line. Artinya skrip PHP dapat dijalankan tanpa melibatkan web server maupun browser.

Kelahiran PHP bermula saat Rasmus Lerdorf membuat sejumlah skrip Perl yang dapat mengamati siapa saja yang melihat-lihat daftar riwayat hidupnya, yakni pada tahun 1994. skrip-skrip ini selanjutnya dikemas menjadi tool yang disebut Personal Home Page . Paket inilah yang menjadi cikal-bakal PHP. Pada tahun 1995, Rasmus menciptakan PHP/FI Versi 2. pada versi inilah pemrogram dapat menempelkan kode terstruktur di dalam tag HTML. Yang menarik, kode PHP juga bisa berkomunikasi dengan database dan melakukan perhitungan-perhitungan yang kompleks sambil jalan.


(52)

Pada saat ini PHP cukup popular sebagai piranti pemrograman Web, terutama di lingkungan Linux. Walaupun demikian, PHP sebenarnya juga dapat berfungsi pada server-server yang berbasis UNIX, Windows dan Macintosh.

Pada awalnya, PHP dirancang untuk diintegrasikan dengan web server Apache. Namun, belakangan PHP juga dapat berkerja dengan web server seperti PWS (Personal Web Server). IIS (Internet Information Server), dan Xitami.

Untuk mencoba PHP, Anda tidak perlu menggunakan komputer berkelas server. Hanya dengan sebuah komputer biasa, Anda bisa mempelajari dan mempraktikan PHP.

PHP bersifat bebas dipakai. Anda tidak perlu membayar apa pun untuk menggunakan perangkat lunak ini alias free. Anda dapat men-downloadnya melalui situs http://www.php.net. PHP tersedia dalam kode biner maupun kode sumber yang lengkap (Kadir, 2008: 2).

2.9.2Skrip PHP

Skripsi PHP berkedudukan sebagai tag dalam bahasa HTML. Sebagaimana diketahui, HTML (Hypertext Markup Language) adalah bahasa standar untuk membuat halaman-halaman web. Sebagai contoh, berikut adalah kode HTML (disimpan dengan ekstensi .htm atau .html): <HTML>


(53)

<TITLE>Latihan Pertama</TITLE> </HEAD>

<BODY>

Selamat Belajar PHP.<BR> </BODY>

</HTML>

Adapun kode berikut adalah contoh kode PHP yang berada di dalam kode HTML:

<HTML> <HEAD>

<TITLE>Latihan Pertama</TITLE> </HEAD>

<BODY>

Selamat Belajar PHP.<BR> <?php

printf( Tgl. Sekarang: %s , Date( d F Y ) ); ?>

</BODY> </HTML>

Kode diatas disimpan dengan ekstensi .php, perhatikan baris berikut: <?php

printf( Tgl. Sekarang: %s , Date ( d F Y ) ); ?>


(54)

Kode inilah yang merupakan kode PHP. Kode PHP diawali dengan

<?PHP dan diakhiri dengan ?>. Pasangan kedua kode inilah yang berfungsi sebagai tag kode PHP,. Berdasarkan tag inilah, pihak server dapat memahami kode PHP dan kemudian memprosesnya. Hasilnya dikirim ke browser (Kadir, 2008: 3-4).

2.9.3Konsep Kerja PHP

Model kerja HTML diawali dengan permintaan suatu halaman web oleh browser. Berdasarkan URL (Uniform Resource Locator) atau dikenal dengan sebutan alamat Internet, browser mendapatkan alamat dari web server, mengidentifikasi halaman yang dikehendaki, dan menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh web server.

Selanjutnya web server akan mencarikan file yang diminta dan memberikan isinya ke web browser (atau yang biasa disebut browser saja). Browser yang mendapatkan isinya segera melakukan proses penerjemahan kode HTML dan menampilkannya ke layer pemakai.

Bagaimana halnya kalau yang diminta adalah sebuah halaman PHP? Prinsipnya serupa dengan kode HTML. Hanya saja, ketika berkas PHP yang diminta didapatkan oleh web server, isinya segera dikirimkan ke mesin PHP dan mesin inilah yang memproses dan memberikan hasilnya (berupa kode HTML) ke web server menyampaikan ke klien (Kadir, 2008: 6).


(55)

2.9.4PHP dan Database

Salah satu kelebihan PHP adalah mampu berkomunikasi dengan berbagai database yang terkenal. Dengan demikian, menampilkan data yang bersifat dinamis, yang diambil dari database, merupakan hal yang mudah untuk diimplementasikan. Itulah sebabnya sering dikatakan bahwa PHP sangat cocok untuk membangun halaman-halaman web

dinamis.

Pada saat ini PHP sudah dapat berkomunikasi dengan berbagai database meskipun dengan kelengkapan yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya (Kadir, 2008: 6-7):

1. BASE 2. DBM

3. FilePro (Personix, Inc) 4. Informix

5. Ingres 6. InterBase

7. Microsoft Access 8. MSQL

9. MySQL 10.Oracle 11.PostgreSQL 12.Sybase


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1 Observasi

Adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.

Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan subjek pemimpin perusahaan beserta karyawan yang nantinya akan terlibat dalam pengoperasian Sistem Informasi Eksekutif ini.

Kegiatan ini dilakukan pada Bulan Januari hingga Maret 2010, di PT. BAJRAGRAHA SENTRANUSA Jakarta dan dalam rangka untuk pengumpulan data yang akan digunakan pada pengembangan Sistem Informasi Eksekutif.

Kegiatan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.

c. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.


(57)

d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya.

3.1.2 Wawancara

Wawancara antara dilakukan di:

1. PT. BGS dengan Direktur, Ir. Tjokorda G.Yudha, pada 11 Januari 2010. Isi wawancara antara lain mengenai seputar PT. BGS dan rencana pembangunan Sistem Informasi Eksekutif.

2. PT. BGS dengan Direktur, Ir. Tjokorda G.Yudha, pada 15 Februari 2010. Isi wawancara antara lain mengenai mengenai prototype Sistem Informasi Eksekutif yang telah dibuat dan rencana perbaikan dan penyempurnaan Sistem Informasi Eksekutif tersebut.

3.1.3 Studi Pustaka

Studi pustaka dilaksanakan dengan melihat dan membaca beberapa literatur bacaan yang telah ada sebagai referensi penelitian. Serta dengan menggali informasi dari berbagai situs internet dan bahan bacaan online berupa e-book dan artikel-artikel, mengenai pembangunan sistem informasi eksekutif. Yaitu berupa 11 Buku dan 6 bacaan online dan 2 e-book.


(58)

3.2 Metode Pengembangan Sistem

Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan untuk penelitian ini berdasarkan pada EIS Development Process yaitu metode Prototyping (Watson, Houdeshel dan Rainer, 1997: 27) dengan pendekatan terstruktur.

Dasar utama penulis memilih metode prototyping dikarenakan metode inilah yang kerap kali digunakan untuk pembuatan dan pengembangan EIS. Selain dari pada itu, ada beberapa hal yang membuat penulis lebih memilih metode prototyping dibanding SDLC. SDLC mempunyai dua masalah utama yang saling berhubungan, yang pertama adalah perpanjangan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan SDLC. Hal ini menyebabkan bertambahnya waktu yang dibutuhkan untuk menyewa sistem analis, maka otomatis akan menambah biaya yang diperlukan dalam pengembangan suatu sistem. Masalah kedua adalah kebutuhan user yang berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Dalam interval yang panjang dari tahap desain sistem ke tahap implementasi, kebutuhan user pun berkembang. Untuk memenuhi kebutuhan user tersebut maka haruslah kembali ke tahap analisis sistem. Hal ini sangat krusial dikarenakan ketika telah sampai tahap implementasi, kebutuhan user bisa berubah lagi. Dan kembali ke tahap analisis sistem lagi, maka hal ini tidak akan ada habisnya. Tetapi jika tidak mengikuti keinginan user, maka sistem yang dikembangkan akan tidak memenuhi kebutuhan user, sehingga pengembangannya pun menjadi sia-sia. Dalam metode prototyping terdapat 8 langkah, yang diuraikan dalam Gambar 1.1.


(59)

3.2.1 Proposal

Penulis membuat sebuah proposal untuk diberikan kepada dosen pembimbing serta untuk diberikan kepada pimpinan PT. BGS. Dan ketika proposal tersebut telah disetujui oleh kedua belah pihak, baik dari dosen pembimbing maupun pimpinan PT. BGS, barulah kemudian pembuatan Sistem Informasi Eksekutif ini dapat berjalan dan melangkah ke tahap selanjutnya yaitu tahap determine information requirements.

3.2.2 Determine Information Requirements

Tahap ini disebut juga tahap analisis, tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya.

Di dalam tahap analisis terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh seorang analis, sebagai berikut ini.

1. Identify, yaitu mengidentifikasi masalah.

2. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada.

Untuk memahami kerja dari sistem yang ada, maka peneliti membuat suatu bagan alir sistem yang sedang berjalan pada PT.BGS.

3. Analysis, yaitu menganalisa sistem baru yang akan menggantikan sistem yang ada.


(60)

3.2.3 Select EIS Software

Pemilihan software dalam pembuatan aplikasi EIS kebanyakan sama seperti proses pemilihan software-software lainnya. Terutama seperti dalam pemilihan software untuk pembuatan aplikasi DSS. Berikut adalah beberapa pertimbangan yang harus dilakukan dalam pemilihan software dalam pembuatan aplikasi EIS:

1. Jumlah dan lokasi user.

Kemampuan dalam menangani jumlah dan lokasi user sekarang dan yang akan datang dalam aplikasi EIS adalah dasar dari pemilihan software yang akan dipakai. Beberapa produk dapat dengan mudah menangani sejumlah kecil user dalam satu lokasi, tetapi tidak mampu menangani banyak user di banyak tempat. Maka dari itu dalam memilih software yang akan dipakai dalam pembuatan EIS haruslah yang sanggup menangani banyak user dan mencakup banyak tempat tanpa masalah.

2. Kualitas hasil laporan.

Kualitas laporan yang dihasilkan juga mempengaruhi dalam pemilihan software dalam pengembangan aplikasi EIS, karena para eksekutif menginginkan tampilan laporan yang berkualitas tinggi yaitu berupa grafik atau tabel yang user-friendly.


(61)

3. Anggaran biaya EIS.

Karena tidak semua perusahaan mempunyai anggaran yang tidak terbatas dalam pengembangan infrastruktur teknologi, maka kita harus memilih dengan benar software yang akan dipakai dalam pengembangan, apakah sesuai dengan budget yang telah ditentukan perusahaan.

4. Kemampuan sistem sekarang dan yang akan datang.

Software yang akan dipilih dalam pengembangan aplikasi EIS haruslah yang powerful sehingga dalam pengerjaan pada tahap prototype, maupun initial version tidak terjadi masalah dan ketika dalam perkembangan sistem selanjutnya jika para eksekutif ingin memodikasi, entah itu menambahkan atau mengurangi suatu tampilan laporan, software yang digunakan dapat menanganinya dengan mudah.

5. Keamanan sistem.

Bagi beberapa perusahaan, keamanan sistem adalah sangat penting sekali. Dan juga beberapa aplikasinya sangat sensitif, dikarenakan data-data yang dimiliki perusahaan merupakan data yang penting dan perusahaan tidak ingin data tersebut jatuh kepada perusahaan saingannya. Oleh karena itu dalam pemilihan software haruslah dipilih software yang telah teruji keamanannya.


(62)

3.2.4 Prepare Prototype

Setelah informasi yang dibutuhkan telah didapat, sistem dan data penunjang lainnya telah dianalisis, serta software yang akan dipakai dalam pembuatan aplikasi EIS telah terpilih, maka dibuatlah suatu prototype. Dalam tahap ini sebisa mungkin pengembang menciptakan prototype yang sedekat mungkin dengan yang diinginkan oleh eksekutif.

Tahap ini juga disebut dengan tahap desain sistem, karena setelah analis sistem telah mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan, maka langkah selanjutnya adalah memikirkan bagaimana membentuk sistem tersebut. Dan karena pada tahap desain ini menggunakan pendekatan prototype, maka tahap ini sering disebut juga dengan design by prototyping.

Desain sistem dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu desain proses bisnis dan desain pemrograman. Pada desain proses bisnis, peneliti menggunakan tool pengembangan sistem yaitu Data Flow Diagram (DFD) untuk menggambarkan sistem yang akan dikembangkan secara logika. Dan pada desain pemrograman, peniliti menggunakan tool pengembangan sistem yaitu Entity Relationship Diagram (ERD) untuk menggambarkan database yang akan dibangun, kemudian menormalisasi dan menjabarkan struktur database tersebut. Dan yang terakhir, peneliti juga membuat rancangan tampilan layar website untuk menggambarkan kerangka pembuatan website tersebut.


(63)

3.2.5 Prepare Data

Prototype yang telah dibuat kemudian diperiksa oleh user, untuk menentukan apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan atau belum. Dan biasanya prototype yang dibuat selalu belum sesuai dengan yang diinginkan oleh user. Dan jika belum sesuai dengan yang diinginkan, maka prototype direvisi sampai sesuai dengan yang diinginkan oleh user. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, karena untuk merevisinya tidak membutuhkan waktu yang lama.

Prototype yang telah direview user itu kemudian dicatat perubahan-perubahannya. Apakah ada yang harus diganti, ditambahkan, atau bahkan dihilangkan dari prototype tersebut. Setelah data-data perubahan itu lengkap, maka data tersebut dipakai dalam tahap selanjutnya untuk penyempurnaan sistem yang dibangun.

3.2.6 Design Screens

Pada tahap ini sebenarnya hampir sama dengan tahap prepare prototype. Pada tahap ini sama-sama melakukan desain dengan 2 cara yaitu desain proses bisnis dan desain pemrograman. Yang membedakan adalah dimana desain proses bisnis dan desain pemrograman disini, adalah penyempurnaan dari desain proses bisnis dan desain pemrograman pada tahap prototype.

Pada desain proses bisnis, peneliti menggunakan tool pengembangan sistem yaitu Data Flow Diagram (DFD) untuk


(64)

menggambarkan sistem yang akan dikembangkan secara logika. Dan pada desain pemrograman, peniliti menggunakan tool pengembangan sistem yaitu Entity Relationship Diagram (ERD) untuk menggambarkan database yang akan dibangun, kemudian menormalisasi dan menjabarkan struktur database tersebut. Dan yang terakhir, peneliti juga membuat rancangan tampilan layar website untuk menggambarkan kerangka pembuatan website tersebut.

Ditahap ini data-data perubahan yang lengkap dan telah dicatat yang telah dikumpulkan pada tahap prepare data, disini digunakan untuk merevisi prototype sebelumnya untuk membuat sistem yang sempurna, yang sesuai dengan yang diinginkan oleh user.

3.2.7 Roll Out Initial Version

Pada tahap ini dimana prototype telah disempurnakan dan disesuaikan dengan keinginan user. Dan tahap ini disebut juga tahap implementasi. Jadi, sistem yang telah dianalisis dan didesain dan telah direview oleh user kemudian dilakukan revisi hingga sesuai dengan keinginan user sehingga sistem ini akhirnya sempurna, dan tiba saatnya sekarang sistem ini untuk diimplementasikan (diterapkan). Tahap implementasi sistem merupakan tahap meletakan sistem supaya siap untuk dioperasikan.

Tahap implementasi sistem dapat terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut ini:


(65)

1. Menerapkan rencana implementasi. 2. Melakukan kegiatan implementasi. 3. Tindak lanjut implementasi.

3.2.8 The EIS Receives Ongoing Support

Waktu terus berjalan, dan perusahaan pun berkembang semakin besar. Dan dikarenakan perkembangan perusahaan, maka kemungkinan besar sistem yang dibutuhkan juga harus ikut berkembang. Dan ditahap inilah dimana terjadi perubahan-perubahan dalam sistem dikarenakan kebutuhan-kebutuhan user yang semakin berkembang.

Perubahan-perubahannya meliputi:

1. Revisi (Contoh: adanya tampilan yang dihapus, ditambah atau dimodifikasi).

2. Pertambahan User (Contoh: manajer operasional). 3. Pertambahan Modul (Contoh: HRD).

4. Pertambahan Kemampuan Sistem (Contoh: DSS).

3.3 Alur Penelitian

Penelitian akan dilakukan sesuai dengan alur seperti pada Gambar 3.1 dibawah ini.


(66)

FINISH

Roll Out Initial Version

- Mengupload semua file SIE ke penyedia webhosting.

The EIS Receives Ongoing Support Determine Information Requirements

1. Identify - Observasi.

- Wawancara dengan Direktur.

2. Understand - Bagan Alir Sistem yang sedang berjalan. 3. Analyze - Bagan Alir Sistem Usulan.

Select EIS Software

- PHP - MYSQL

Prepare Prototype

1. Desain Proses Bisnis DFD

2. Desain Pemrograman Desain Basis Data ERD Normalisasi Sturktur Database

Desain Layar Tampilan Desain Layar Tampilan Halaman Utama Desain Layar Tampilan Sistem

Prepare Data

- Wawancara kedua dengan Direktur.

Design Screens

1. Desain Proses Bisnis DFD

2. Desain Pemrograman Desain Basis Data ERD Normalisasi Sturktur Database

Desain Layar Tampilan Desain Layar Tampilan Halaman Utama Desain Layar Tampilan Sistem

START


(67)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proposal

Pada tahap ini penulis membuat sebuah proposal untuk diberikan kepada dosen pembimbing serta untuk diberikan kepada pimpinan PT. BGS. Dan ketika proposal tersebut telah disetujui oleh kedua belah pihak, baik dari dosen pembimbing maupun pimpinan PT. BGS, barulah kemudian pembuatan Sistem Informasi Eksekutif ini dapat berjalan dan melangkah ke tahap selanjutnya yaitu tahap determine information requirements.

4.2 Determine Information Requirements

4.2.1 Identify

Setelah penulis melakukan observasi dan wawancara (hasil wawancara terlampir pada lampiran 1.1) maka dapat disimpulkan kegiatan pengontrolan yang dilakukan perusahaan ini masih menggunakan cara tradisional, yaitu dengan cara menghubungi bagian finance ataupun teknis via telepon. Setelah dihubungi, barulah bagian yang dihubungi (entah itu bagian finance ataupun teknis) melakukan penghitungan, dan penghitungannya memakan waktu yang lama karena harus mengumpulkan data-data progress. Sedangkan, informasi tersebut sangatlah dibutuhkan bagi pimpinan di perusahaan tersebut secara cepat dan tepat. Karena dari hasil


(68)

informasi tersebut pimpinan bisa mengetahui, apakah proyek tersebut berjalan lancar, atau terjadi kecurangan, entah itu dari pihak finance ataupun teknis di lapangan, atau bahkan keduanya yang merugikan perusahaan.

Muncul permasalahan lain, yaitu pimpinan perusahaan sulit untuk mengetahui sudah berapa jauhkah progress suatu proyek yang telah berjalan, apakah sesuai dengan rencana, dan berapa lama lagikah suatu proyek itu akan rampung atau selesai. Sedangkan hal-hal tersebut sangat penting untuk diketahui, sehingga pimpinan bisa mengestimasi waktu untuk memulai suatu proyek baru. Yang terakhir adalah, pimpinan ingin mengetahui apakah suatu proyek mengalami keuntungan atau kerugian secara cepat. Tetapi karena penghitungannya masih secara tradisional, maka dibutuhkan ketelitian dan waktu yang lama untuk mengetahui hasilnya.

Dengan demikian penyebab terjadinya masalah-masalah yang mampu penulis identifikasi adalah sebagai berikut ini:

1. Lambatnya penghitungan perbandingan uang yang keluar dengan hasil dilapangan pada suatu proyek.

2. Lambatnya penghitungan progress suatu proyek.

3. Lambatnya penghitungan keuntungan atau kerugian suatu proyek. 4. Lambatnya penghitungan estimasi waktu suatu proyek akan


(1)

2. Input Username Diisi dengan username yang tidak mempunyai otorisasi tidak berhasil masuk ke dalam sistem

Sesuai

3. Input Password Diisi dengan password yang mempunyai otorisasi untuk masuk ke dalam sistem berhasil masuk ke dalam sistem

Sesuai

4. Input Password Diisi dengan password yang tidak mempunyai otorisasi tidak berhasil masuk ke dalam sistem

Sesuai

5. Input Progress Teknis

Diisi dengan bulan dan jumlah yang sesuai berhasil tersimpan di database

Sesuai

6. Input Progress Teknis

Bulan dan jumlah tidak diisi (dikosongkan) javascript pemberitahuan akan muncul

Sesuai

7. Input Proyek Baru

Diisi dengan data yang sesuai data proyek berhasil tersimpan di database

Sesuai

8. Input Proyek Baru

Ada data yang tidak terisi atau dikosongkan javascript pemberitahuan akan muncul

Sesuai

9. Input Progress Finance

Diisi dengan bulan dan jumlah yang sesuai berhasil tersimpan di database

Sesuai

10. Input Progress Finance

Bulan dan jumlah tidak diisi (dikosongkan) javascript pemberitahuan akan muncul

Sesuai


(2)

12. Input Pengadaan Minyak Pelumas

Bulan dan jumlah tidak diisi (dikosongkan) javascript pemberitahuan akan muncul

Sesuai

13. Input Client Baru

Diisi dengan data yang sesuai data proyek berhasil tersimpan di database

Sesuai

14. Input Client Baru

Ada data yang tidak terisi atau dikosongkan javascript pemberitahuan akan muncul

Sesuai

4.8 The EIS Receives Ongoing Support

Pada tahap ini, sistem menerima dukungan dari pengembang sistem secara terus-menerus. Biasanya sistem akan mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas user, yang dalam hal ini adalah direksi. Dan perubahan-perubahannya meliputi:

1. Revisi (Contoh: adanya tampilan yang dihapus, ditambah atau dimodifikasi).

2. Pertambahan User (Contoh: manajer operasional). 3. Pertambahan Modul (Contoh: HRD).

4. Pertambahan Kemampuan Sistem (Contoh: DSS).

Dan sampai peneliti menulis tugas akhir ini, sistem yang dikembangkan belum membutuhkan perubahan-perubahan. Ketika tiba saatnya sistem membutuhkan perubahan-perubahan yang dikarenakan kebutuhan-kebutuhan user yang semakin berkembang, maka dengan segera peneliti melakukan tahap ini.


(3)

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dijabarkan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dengan diterapkannya Sistem Informasi Eksekutif ini, PT. BGS dapat mengetahui hasil perbandingan uang yang keluar dari pihak finance, dengan hasil dari pihak teknis di lapangan, secara efektif dan efisien dalam bentuk grafik.

2. Dengan diterapkannya Sistem Informasi Eksekutif ini, PT. BGS dapat mengetahui sudah berapa jauh progress suatu proyek yang telah berjalan, apakah sesuai rencana atau tidak dalam bentuk prosentase.

3. Dengan diterapkannya Sistem Informasi Eksekutif ini, PT. BGS mengetahui berapa lama lagi suatu proyek akan rampung atau selesai. 4. Dengan diterapkannya Sistem Informasi Eksekutif ini, PT. BGS dapat

mengetahui, apakah perusahaan mengalami keuntungan atau kerugian dari suatu proyek pembuatan kantor PLN dalam bentuk prosentase.

5.2 Saran

Beberapa saran yang diusulkan untuk perbaikan dan penelitian selanjutnya antara lain:


(4)

1. Sistem Informasi Eksekutif ini dapat dikembangkan agar dapat diakses melalui handphone dengan fasilitas teknologi WAP.

2. Sistem Informasi Eksekutif ini dapat dikembangkan dengan pertambahan kemampuan sistem yaitu DSS (Decision Support System) agar Sistem Informasi Eksekutif ini menjadi lebih powerful dan lengkap.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bride, M. 2003. Teach Yourself: Javascript. Chicago: Mcgraw Hill.

Cheung, W and G. Babin. 2006. A metadatabase-enabled executive information system (Part A): A flexible and adaptable architecture, Decision Support Systems, 42, 1589 1598.

Jogiyanto, H.M. 2005. Analisis dan Desain. Yogyakarta: ANDI. Jogiyanto, H.M. 1999. Pengenalan Komputer. Yogyakarta: ANDI.

Kadir, A. 2008. Dasar Pemrograman Web Dinamis dengan Menggunakan PHP. Yogyakarta: ANDI.

Kendall and Kendall. 2008. System Analysis and Design. Seventh ed.; New Jersey: Prentice Hall.

Kendall, Kenneth E. 2000. Analisis dan Perancangan Sistem Edisi kelima Jilid 1. Jakarta: Indeks

Margianti, E.S dan D. Suryadi H.S. 2009 Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : Gunadarma.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pressman, Roger S. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan praktisi (buku I). Yogyakarta: Andi.

Purnomo, V.P. 2005. Cara Mudah Membuat Website dengan Dreamweaver MX. Cetakan Pertama, Jakarta : Dian Rakyat.


(6)

Schach, S.R. 2005. Object Oriented & Classical Software Engineering. Sixth ed.; New York: McGraw Hill.

Sidik, Betha dan HI. Pohan. 2005. Pemprograman Web dengan HTML. Bandung : Informatika.

Watson, H. J., G. Houdeshel and R.K. Rainer. 1997. Building Executive Information Systems and other Decision Support Applications. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Whitten, J.L, L.D. Bentley and K.C. Dittman. 2004. System Analysis and Design Methods. Sixth ed.; New York: McGraw Hill.