23
2.2.6 Infrastruktur Sistem Informasi Eksekutif
SIE tradisional memiliki dua komponen utama yaitu: 1 basis data
terpusat, yang merupakan repositori data yang diekstrak dari berbagai
sumber; 2 mesin untuk menganalisa data dan menampilkan hasilnya
kepada para eksekutif.
Gambar 2.3 A Traditional EIS Architecture Cheung dan Babin, 2006: 1590
Arsitektur ini sederhana dan mudah untuk dikelola. Karena menggunakan basis data terpusat, query dan analisa dapat diproses dengan
cepat. Akan tetapi dalam melakukan ekstraksi dan peng-updatean data dari sumber yang berbeda ke dalam basis data terpusat merupakan
24 permasalahan yang kompleks. Sebab seringkali data tersebut tidak
kompatibel antara satu sumber dengan sumber data yang lain. Arsitektur
SIE tradisional tidak dapat beradaptasi terhadap inkompatibilitas data.
Oleh karena itu, setiap kali terdapat perubahan pada local system, basis data terpusat harus disusun kembali, di-compile ulang, atau bahkan
didesain ulang. SIE tradisional hanya mendukung analisis data sederhana
yang sudah didefinisikan terlebih dahulu. Adanya permasalahan ini, mendorong para peneliti untuk
mempelajari cara untuk: 1 mengintegrasikan dan mengakses data dari sumber data terdistribusi yang heterogen, dan 2 menganalisa data
melalui pendekatan multidimensional. Teknologi data warehousing dan
teknik On-line Analytical Processing OLAP telah memberikan banyak kontribusi dalam meningkatkan EIS tradisional. Peningkatan ini mengarah
pada terbentuknya arsitektur EIS yang baru, yaitu EIS kontemporer.
Pada arsitektur ini, basis data terpusat digantikan fungsinya oleh data
warehouse, sedangkan teknik OLAP digunakan untuk analisis data
multidimensional dan penampilan informasi. Teknologi data warehousing mengurangi masalah integrasi data. Data dari local system yang berbeda
akan diekstrak, dibersihkan, dan ditransformasikan oleh integrator berdasarkan skema data terintegrasi, kemudian disimpan ke dalam data
warehouse,
25 Gambar 2.4 A Contemporary EIS Architecture Cheung dan Babin, 2006: 1591
Namun Struktur EIS Kontemporer pada dasarnya tidak memiliki
fleksibilitas dan adaptabilitas dimana :
1.
Fleksibilitas : kemampuan untuk mengakomodir perubahan kebutuhan
data oleh eksekutif.
26 2.
Adaptabilitas : Kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan
konten, format data, platform, dan struktur yang mungkin muncul dalam sumber data lokal.
Dari kekurangan fleksibiltas dan adaptabilitas tersebutlah kemudian di
coba untuk mengembangkan dengan pendekatan menggunakan Database, adalah Metode sistem integrasi yang dapat
mengelolah beberapa sistem dan bisa mendapatkan open system architecture sambil tetap mempertahankan otonomi local system dan
memungkinkan untuk sistem tersebut berevolusi. Dibawah ini akan ditampilkan gambaran seperti apa pendekatan metadatabase tersebut.
Gambar 2.5 Concurrent Architecture Using The Metadatabase Approach Cheung dan Babin, 2006: 1592
27
Sehingga struktur EIS kontemporer yang telah beradaptasi
dengan menggunakan pendekatan metadatabase mengalami evolusi dan dapat berubah menjadi:
Gambar 2.6 A New EIS Architecture Using The Metadabase Approach Cheung dan Babin, 2006: 1593
Arsitektur yang baru terdiri dari 2 unsur besar, yaitu :
Metadatabase Management System MDBMS. Adalah sistem berbasis
pengetahuan yang mengintegrasikan dan mengatur penggunaan multiple local system melalui data atau metadata. Yang memiliki 2 peranan penting,
yaitu 1 Menyediakan akses yang transparan terhadap data dari local
28
system dan warehouse 2 Menyediakan metadata yang dibutuhkan untuk
analisis multidimensional data.
Multidimensional Data Analysis System MDAS. yang terdiri
dari 2 sub-sistem, yaitu:
1.
ROLAPMDB Interface yang menyediakan penghubung eksekutif
untuk memformulasikan permintaan mereka dan untuk menampilkan hasil analisis mereka
2.
ROLAPMDB Relational On-Line Analytical Processsing Multidimentional DataBase Analyzer yaitu Software yang digunakan
untuk mengolah metadatabase yang disediakan oleh MDBMS untuk
memungkinkan analisis online multidimentional data. Cheung dan Babin, 2006: 1589 1598.
2.2.7 Data Warehouse