166 Seni Rupa untuk SMPMTs
Kelas IX
b. Perkembangan Seni Lukis Indonesia Baru
Segala sesuatu yang berhubungan dengan modern selalu diasosiasikan dengan Barat Eropa atau Amerika. Oleh karena itu, sebutan seni rupa Indonesia modern
tidak bisa dilepaskan dari tradisi berkesenian di Eropa. Persentuhan seni Indonesia dengan seni modern telah berjalan lama dan mendalam sehingga secara langsung
atau tidak langsung telah menimbulkan hubungan atau kontak budaya. Salah satu bentuk hubungan atau kontak budaya ini berlangsung melalui kolonialisasi
penjajahan.
Seni rupa modern di Eropa diproklamirkan sejak munculnya aliran post impresionisme
awal abad ke-18. Saat itu ruang kebebasan untuk mencipta karya seni terbuka lebar yang diawali dengan tumbuhnya sikap individualistis
dalam berkarya. Sikap individualistis semakin kokoh dengan makin maraknya eksperimen-eksperimen kaum seniman, baik dari masalah bahan, teknik, maupun
pengungkapan ekspresi berkesenian mereka.
Persentuhan seni kolektif Indonesia dan seni modern Eropa berjalan melalui pelukis-pelukis Eropa yang datang ke Indonesia. Persentuhan itu secara perlahan
namun pasti telah menggugah individu-individu tertentu untuk membuka lembaran baru dalam berkesenian, yakni seni rupa baru. Pada zaman seni rupa
Indonesia baru ini, terjadi beberapa perkembangan seperti berikut.
1 Masa Raden Saleh Perintisan
Pada pertengahan abad ke-19, dunia seni lukis atau seni gambar seniman- seniman Indonesia masih mengacu pada gaya tradisional yang berkembang di
daerah-daerah. Sebagian besar karya seni tersebut menyimpan potensi dekoratif. Misalnya, lukisan di Bali dan Jawa serta ornamen di Toraja dan Kalimantan.
Sebagian
ahli memandang
Raden Saleh Syarif Bustaman 1807–1880 sebagai
perintis seni lukis modern Indonesia. Ungkapan ini tidak berlebihan mengingat
Raden Saleh merupakan orang Indonesia pertama yang mendapat bimbingan melukis
secara khusus dari pelukis-pelukis bergaya naturalis dan realis keturunan Belgia
yang pernah tinggal di Indonesia, yakni A.A.J. Payen. Atas rekomendasi Payen dan
didukung oleh C. Reinwart, Raden Saleh berkesempatan belajar ke Eropa. Pada
masa itu, belajar ke Eropa masih tergolong langka bagi kebanyakan penduduk Indonesia. Namun, karena Raden Saleh dipandang mempunyai bakat besar dan
masih keturunan bangsawan maka keberangkatannya ke Eropa tak ada yang bisa menghalangi. Ia menjadi orang Indonesia pertama yang belajar seni rupa ke luar
Gambar 11.4
Raden Saleh Sumber: wb4.indo-work.com
G b
11 4
Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia 167
negeri. Di Eropa, Raden Saleh mendapat bimbingan dari pelukis potret terkemuka, Cornellius Krusemen dan pelukis pemandangan alam, Andreas Sche out.
Raden Saleh sempat belajar di beberapa negara lainnya seperti Jerman. Di sana, ia bertemu dengan pelukis-pelukis potret lainnya. Ia juga sempat berkunjung
ke Aljazair untuk mengadakan studi banding dan bertemu serta menjalin persahabatan dengan pelukis setempat, Horace Vernet. Setelah itu, ia berkunjung
ke Prancis. Saat itu, di Prancis sedang berkembang aliran Romantisme.
Lebih dari dua puluh tahun lamanya Raden Saleh berada di Eropa. Pada 1851 ia menyempatkan pulang ke Indonesia karena ia merasa rindu pada kampung
halamannya. Tak berapa lama kemudian ia kembali lagi ke Eropa, dan pada 1879 ia menetapkan untuk pulang ke Indonesia dan selanjutnya bermukim di Bogor.
Setahun kemudian, tepatnya 23 April 1880, beliau wafat di Bondongan, Bogor.
Mencermati perjalanan hidupnya, dapat dikatakan bahwa Raden Saleh lebih lama
tinggal di Eropa daripada di Indonesia. Karena itu wajar jika karya lukisnya
hingga kini lebih banyak tersimpan di Eropa. Sekalipun demikian, emosinya yang
romantis tentang Indonesia tidak pupus oleh kehidupan Eropa. Ia tetap menghasilkan
karya-karya yang menunjukkan sikap nasionalisme karena saat itu Indonesia
dalam masa penjajahan. Para ahli seni rupa memandang karya Raden Saleh secara
tersirat memuat pesan kebangsaan yang tersembunyi seperti tampak dalam karyanya yang bertajuk Antara Hidup dan Mati. Karya ini memperlihatkan
pertarungan antara seekor Banteng simbol keperkasaan dan kekuatan bangsa Indonesia dan dua ekor Singa simbol kerakusan dan ketamakan penjajah.
Demikian pula lukisan Penangkapan Diponegoro.
Karya monumental Raden Saleh yang tercatat antara lain Perkelahian dengan Binatang Buas, Hutan Terbakar, Banjir, Harimau dan Mangsanya, dan Merapi
yang Meletus. Adapun lukisan potret yang pernah dibuatnya antara lain potret Sultan Hamengkubuwono VIII, potret seorang tua menghadap buku dan globe,
potret putri-putri de Jonge, potret Hentzepeter, potret R. P. Bonington, dan potret Keluarga Raden Saleh. Hal tersebut merupakan sebuah contoh dari usaha
pemerintah kolonial Belanda untuk mengasimilasikan masyarakat Jawa dengan budaya Eropa.
2 Masa Indonesia Jelita Mooi Indie
Seni rupa Indonesia sejak meninggalnya Raden Saleh sempat mengalami masa kekosongan. Kehidupan penjajahan dan feodalisme yang sudah mengakar tidak
memungkinkan Raden Saleh melakukan pengkaderan seni lukis. Pada awal abad
Gambar 11.5
Penangkapan Diponegoro karya Raden Saleh Sumber: akaldankehendak.com