Pola Pengumpulan Sampah Teknik Operasional

64 Sumber: Hasil Observasi Lapangan, 2008. GAMBAR 3.7 PENGUMPULAN SAMPAH POLA INDIVIDUAL LANGSUNG 2. Pola individual tidak langsung Proses pengumpulan sampah dan diangkut ke TPA melalui proses pemindahan. Sumber: Hasil Analisis, 2008. GAMBAR 3.8 ALUR PENGUMPULAN SAMPAH POLA INDIVIDUAL TIDAK LANGSUNG Pola pengumpulan ini dilakukan dengan menggunakan gerobak sampah biasa dan gerobak sampah bermotor, dari setiap sumbernya sampah dikumpulkan dan diangkut yang kemudian dipindahkandikumpulkan di TPS berupa kontainer, dan setelah terisi penuh selanjutnya diangkut ke TPA dengan menggunakan arm-roll truck dengan sistem kontainer yang diangkat. Pola pengumpulan ini tidak bisa diterapkan pada keseluruhan daerah pelayanan, penyebabnya antara lain adalah karena terbatasnya armada pengumpul berupa Pengumpulan dan Pemindahan Pembuangan Akhir Pengangkutan Sumber Sampah: - Perumahan - Perkantoran - PasarPertokoan - Jalan 65 gerobak sampah bermotor disamping kondisi jalangang yang sempit yang berada pada permukiman tidak teratur, sehingga sulit untuk mengoperasikan gerobak sampah sebagai alat pengumpul. Sumber: Hasil Observasi Lapangan, 2008. GAMBAR 3.9 PENGUMPULAN SAMPAH POLA INDIVIDUAL TIDAK LANGSUNG Adapun ruas jalan yang dilayani pengumpulan sampah dengan pola individual langsung dan pola individual tidak langsung yang masing-masing pengumpulan menggunakan alat pengumpul berupa dump truck dan gerobak bermotor yang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.11. 3. Pola komunal langsung Proses pengumpulan sampah dengan cara masyarakat membuang sampah langsung ke TPS–TPS berupa kontainer terdekat, kemudian dari setiap titik pewadahan langsung diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan. Sumber: Hasil Analisis, 2008. GAMBAR 3.10 ALUR PENGUMPULAN SAMPAH POLA KOMUNAL LANGSUNG Pembuangan Akhir Pengangkutan Wadah Komunal Sumber Sampah: - PasarPertokoan - Jalan 66 Waktu yang diperlukan untuk menunggu penuhnya kontainer yang digunakan sebagai wadah komunal tidak menentu, karena rendahnya partisipasi masyarakat pada daerah pelayanan dari pewadahan tersebut. Pewadahan komunal berupa kontainer tersebut lebih berfungsi sebagai TPS yang mendukung pengumpulan sampah dengan pola individual tidak langsung. Sumber: BPN dan DPU Kabupaten Barito Utara, 2008. GAMBAR 3.11 RUAS JALAN YANG DILAYANI PENGUMPULAN SAMPAH DENGAN POLA INDIVIDUAL LANGSUNG DAN POLA INDIVIDUAL TIDAK LANGSUNG 67 4. Pola penyapuan Proses pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan dibuang ke bak sampah terdekat atau dengan menggunakan gerobak dan dibuang ke pewadahan terdekat pada ruas jalan tersebut. Kemudian dari setiap titik pewadahan langsung diangkut ke TPA dengan atau tanpa proses pemindahan. Sumber: Hasil Analisis, 2008. GAMBAR 3.12 ALUR PENGUMPULAN SAMPAH POLA PENYAPUAN Pola penyapuan yang dilakukan hanya pada ruas jalan tertentu yang timbulan sampahnya relatif tinggi, terutama pada jalan-jalan utama dan hanya sebagian kecil jalan lingkungan serta pertokoan dan pasar yang dilayani pola pengumpulan sampah dengan pola penyapuan. Personil dalam pola penyapuan disesuaikan dengan kemampuan berdasarkan pengalaman yang sudah ada. Sumber: Hasil Observasi Lapangan, 2008. GAMBAR 3.13 PENGUMPULAN SAMPAH DENGAN POLA PENYAPUAN Pengumpulan dan Pemindahan Pembuangan Akhir Pengangkutan Sumber Sampah: - Badandan bahu jalan - Trotoar - Taman - PasarPertokoan 68 Lokasi ruas jalan yang dilayani pengumpulan sampah dengan pola penyapuan jalan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.14 berikut: Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barito Utara, 2008. GAMBAR 3.14 RUAS JALAN YANG DILAYANI PENGUMPULAN SAMPAH DENGAN POLA PENYAPUAN Adapun pola operasional pengelolaan persampahan Kota Muara Teweh secara keseluruhan dari pengumpulan hingga pembuangan dapat dilihat pada gambar berikut: 69 Sumber: Hasil Analisis, 2008. GAMBAR 3.15 POLA OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA MUARA TEWEH Sedangkan jumlah eksisting peralatan pengumpul yang digunakan untuk menunjang pola pengumpulan berupa gerobak sampah yang khusus digunakan untuk daerah pertokoan dan pada dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL III.4 JUMLAH EKSISTING PERALATAN PENGUMPUL NO. JENIS PERALATAN JUMLAH ALAT UNIT TAHUN PENGADAAN BARANG 1. Gerobak Sampah Kayu 2 2001 2. Gerobak Sampah Besi 5 2005 3. Gerobak Sampah Bermotor 3 2007 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barito Utara, 2008.

3. Pola Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah di Kota Muara Teweh dilakukan dengan dua cara berdasarkan pola pengumpulan yang telah diuraikan diatas, yakni pengangkutan Sumber Sampah Pewadahan Pemindahan dan Pengangkutan Kantong Plastik BakTong Sampah TPS Perkantoran 1.620 kghari Kantong Plastik BakTong Sampah PasarPertokoan 4.8353.215 kghari Kantong Plastik BakTong Sampah TPS Penyapuan Gerobak Dump Truck Arm-roll Truck Gerobak Bermotor TPA Jalan 3.852 kghari Penyapuan Gerobak Permukiman 10.853 m3hari Pengumpulan Pembuangan Akhir 70 sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara pola pengangkutan dengan sistem kontainer yang diangkat, dan pola pengangkutan langsung dari tempat sumber sampah ke lokasi tempat pembuangan akhir TPA sampah. Pola pengangkutan dengan sistem kontainer yang diangkat selama ini dianggap kurang efektif dari sisi waktu karena alat angkut berupa arm-roll truck harus dua kali menuju dan kembali ke TPS kontainer sebagai titik lokasi pemindahan sampah untuk mengambil kontainer isi dan mengembalikannya lagi setelah kosong dari TPA ke titik lokasi pemindahan yang sama. Sedangkan pola pengangkutan yang dilakukan langsung dari setiap sumber sampah dipandang cukup efektif, meskipun memakan waktu yang lumayan lama karena harus mengitari setiap ruas jalan untuk mengumpulkan sampah dari tempat sumbernya pada daerah pelayanan. Adapun jumlah peralatan pengangkutan dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL III.5 JUMLAH EKSISTING PERALATAN PENGANGKUTAN NO. JENIS PERALATAN JUMLAH ALAT UNIT TAHUN PENGADAAN BARANG 1. Dump Truck 2 19872006 2. Arm-roll Truck 2 2002 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barito Utara, 2007. Sedangkan ruas jalan yang dilayani pola pengangkutan langsung dengan menggunakan dump truck yang selama ini diterapkan, dapat dilihat pada Gambar 3.16 berikut.