STUDI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY USAHA PENGOLAHAN KAYU DI CV. MERTANADI.

(1)

 

KAYU DI CV. MERTANADI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh:

Harli Berto Raharja

0713010213/ FE/ EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

iii  

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dengan judul “

STUDI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY USAHA PENGOLAHAN KAYU DI CV. MERTANADI

Meskipun melalui proses yang cukup panjang dan melelahkan, pada akhirnya penulis dapat memahami betapa penting arti sebuah pengorbanan dan doa demi tercapainya tujuan yang diinginkan.

Skripsi ini dapat diselesaikan tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, nasehat serta bimbingan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. H. R.A Suwaidi, MS selaku wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, M. Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Dr. Indrawati Yuhertiana, MM. AK. selaku Dosen Pembimbing yang

telah sabar memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(3)

iv  

6. Dosen, Staf Pengajar dan Karyawan Fakultas Ekonomi Program Studi

Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Semua pihak Civitas Akademika Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

8. Kepada kedua Orang Tua ku “Ibu dan Ayah” dan kakak-kakakku “mas Prana

dan mas Iwan” yang telah memberi dukungan sampai pada proses tugas akhir.

9. Ucapan terima kasih untuk Keluarga Besar Om Wayan Budiarsa yang telah

memberi bimbingan.

10. Kepada seseorang yang Spesial buatku “Devi“ yang telah membantu dan

memberi dukungan sampai saat ini dan seterusnya.

11. Untuk teman-teman yang telah membantu “Risan, Arda, Ucup, Atta, Daniel,

Ekki, Gendut” dan seluruh teman-teman yang tidak disebutkan satu-persatu. Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu berkenan melimpahkan Rahmat-Nya kepada semua pihak atas bantuan yang telah diberikan. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan skripsi ini.

Surabaya, Desember 2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

v

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

ABSTRACT ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 9

1.3 Permasalahan... 9

1.4 Tujuan Penelitian... 10

1.5 Manfaat Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu... 11

2.2 Landasan Teori ... 16

2.2.1 Corporate Social Responsibility (CSR) ... 16

2.2.2.1 Pengertian CSR ... 16

2.2.2.2 Manfaat CSR... 18

2.2.2.3 Aktivitas CSR ... 18

2.3 Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Corporate Social Responsibility (CSR)... 19

2.3.1 Prinsip-prinsip GCG ... 19

2.3.2 Konsep Triple Bottom Line ... 21

2.3.3 Ruang Lingkup CSR ... 23

2.4 Akuntabilitas... 24

2.4.1 Pengertian Akuntabilitas ... 24

2.5 Pengungkapan CSR ... 25

2.5.1 Alasan Pengukuran dan Pengungkapan Kinerja CSR .... 26

2.5.2 Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) ... 29

2.5.3 Teknik Pelaporan CSR ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Ketertarikan Peneliti... 32

3.3 Informan ... 33

3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.5 Teknik Analisis... 35

3.6 Pengujian Kredibilitas Data... 36

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(5)

vi

4.1.3 Kemampuan dan Kapasitas Produksi ... 44

4.2 Struktur Organisasi... 45

4.2.1 Aktivitas CV. Mertanadi ... 46

4.2.2 Sumber Air dan Listrik ... 46

4.2.3 Tenaga Kerja ... 47

4.2.4 Pengelolaan Limbah Air ... 47

4.2.5 Penanganan Limbah Padat ... 48

4.2.6 Penanganan Kebisingan dan Pencemaran Debu ... 48

4.3 Produk CV. Mertanadi ... 49

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemahaman Corporate Social Responsibility di CV. Mertanadi ... 53

5.2 Implementasi Program Corporate Social Responsibility dalam Sudut Pandang Pengamatan... 56

5.3 Promosi Yang Digunakan Untuk Menarik Pelanggan ... 62

5.4 Pelaporan Keuangan Corporate Social Responsibility Pada CV. Mertanadi ... 63

5.5 Keterbatasan Penelitian ... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 66

6.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

FOTO-FOTO PROFIL

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

vii

Gambar 3.1 Main Research Question ... 38

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(7)

viii

Gambar 2.1 Konsep Triple Bottom Line ... 21 Gambar 4.1 Struktur Organisasi CV. Mertanadi ... 45

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(8)

ix By :

Harli Berto Raharja

ABSTRACT

Corporate Social Responsibility (CSR) is a company commitment or business world to contribute in sustainability economy development by pay attention corporate social responsibility and emphasized in balance between attention toward Economy, Social and Environment Aspects.

The main purpose of this research to know about Corporate Social Responsibility (CSR) implementation in timber processing business in CV. MERTANADI and to know how Corporate Social Responsibility (CSR) system in CV, MERTANADI.

Based on observation that found in basically, financial record understanding view by CV. MERTANADI had comprehending financial report however in its company financial record suitable with its knowledge and self-comprehension. CV. MERTANADI company financial statement simply compatible with need and ability. CV. MERTANADI bookkeeping already use computerization system.

Keywords : Corporate Social Responsibility, Environment Impact,

Accounting, Financial Record

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini perusahaan di berbagai belahan dunia sedang gencar berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungan sekitarnya, hal ini dikarenakan perusahaan menggunakan sumber-sumber daya yang secara keseluruhan berasal dari lingkungan, hal ini menyebabkan perusahaan mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap lingkungan.

Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen

perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap Aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan.

Kompleksitas permasalahan sosial (social problems) yang semakin rumit dalam dekade terakhir dan Implementasi desentralisasi telah menempatkan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai suatu konsep yang diharapkan mampu memberikan alternatif terobosan baru dalam memperdayakan masyarakat miskin sekitar.

Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia perusahaan multinational. Wacana ini digunakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(10)

oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju pasar bebas. Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk ikatan-ikatan ekonomi dunia dengan terbentuknya AFTA, APEC dan sebagainya, telah mendorong perusahaan dari berbagai penjuru dunia untuk secara bersama melaksanakan aktivitasnya dalam rangka mensejahterakan masyarakat di sekitarnya.

Corporate sosial Responsibility (CSR) sebagai sebuah gagasan menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada Single Bottom Line, yaitu nilai perusahaan (Corporate Value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Daniri, 2008). Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).

Saat ini konsep Corporate Social Responsibility (CSR) di gadang-gadang sebagai jurus jitu perusahaan dalam mewujudkan penerapan Good Corporate Gorvernance (GCG). Fakta telah menunjukkan bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul ke permukaan perusahaan yang tidak dianggap tidak memperhatikan faktor sosial dan lingkungan. Adanya keyakinan bahwa keberlangsungan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi sosial dan lingkungan. Dalam era globalisasi kesadaran akan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi penting seiring dengan perubahan paradigma yang mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(11)

(Cost Centre) melainkan sebagai sentra laba (Profit Centre) di masa mendatang (Wibisono, 2007).

Dalam dunia industri saat ini ada beberapa hal yang menjadi pertanggung jawaban yaitu mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) dan akuntansi, akuntansi dalam dunia bisnis memegang peranan penting sebagai alat pertanggungjawaban mempunyai fungsi sebagai alat pengendali terhadap aktivitas setiap unit usaha. Selama ini produk akuntansi di maksudkan sebagai pertanggungjawaban manajemen pada pemilik saham, kini paradigma tersebut di perluas menjadi pertanggungjawaban kepada seluruh stakeholders. Dalam hal ini perusahaan di tuntut untuk memberikan bahan informasi mengenai aktivitas sosialnya, seperti pendapat Belkaoui (2009) “Atas dasar pedoman yang tersedia tersebut, akuntansi adalah sebuah sains sosial“. Sejauh ini perkembangan akuntansi konfensial (Mainstream Accounting) telah banyak dikritik karena bukan hanya merangkum informasi tentang hubungan perusahaan dengan pihak ke dua (partner bisnisnya), tetapi juga dengan pihak ke tiga ( Harahap, 2007).

Sebagai perusahaan yang berkomitmen dalam mewujudkan Good Corporate Governance (GCG), transparansi merupakan salah satu aspek penting yang tidak boleh di pindahkan. Wujud transparansi dalam pengimplementasian Corporate Social Responsibility (CSR) tersebut dituangkan dalam laporan yang disebut sebagai laporan keberlanjutan. Perusahaan merupakan institusi yang didirikan oleh mandat dan masyarakat, maka laporan keberlanjutan dibuat untuk menunjukan pencapaian, proses dan evaluasi serta agenda perusahaan dalam memaksimumkan dampak positif untuk mencapai tujuan pembangunan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(12)

berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan. Melalui laporan keberlanjutan ini dapat diketahui apakah perusahaan sudah menjalankan akuntabilitas sosial dan lingkungan secara optimal, perusahaan bukan hanya diminta patuh pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku tetapi juga konsensus, dan inisiatif-inisiatif ini yang diprakarsai oleh berbagai institusi atau asosiasi industri terutama yang berkaitan dengan isu Corporate Social Responsibility (CSR) (Darwin,2007).

CV. MERTANADI adalah salah satu dari sekian banyak perusahaan konstuksi di Indonesia, berlokasi di Banjar Perang Lukluk, Sempidi, Badung-Bali. Resmi berdiri sejak 15 November 1985 dan sampai saat ini bergerak di bidang kontraktor dan produksi olahan kayu yang meliputi : pintu dan kusen, furniture, kitchen sets, decking, flooring (parquet) dan komponen rumah atau bangunan. Orientasi pasar CV. MERTANADI mulai dari perorangan, developer (pengembangan), perusahaan-perusahaan, hotel, sampai butik hotel. Dan pemasarannya pun tidak hanya mencakup pasaran domestik atau lokal, tetapi juga telah menjangkau ke berbagai negara di dunia.

Visi dan misi dari CV. MERTANADI adalah menerapkan sistem pengolahan yang hemat dan efisien melalui pemanfaatan teknologi yang inovatif dan modern tanpa mengurangi mutu, fungsi disamping juga dapat menekan harga. Hal ini disebabkan saat ini jumlah hutan di Indonesia terus mengalami penurunan baik karena itu proses alami seperti bencana alam atau kebakaran, dan atau karena ulah manusia berupa pembabatan hutan untuk keperluan lahan pertanian, pemukiman atau untuk memenuhi konsumsi masyarakat dan industri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(13)

CV. MERTANADI bertujuan untuk menjadi salah satu aset nasional di bidang industri khususnya pengolahan kayu yang ramah lingkungan, juga untuk tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan sejenis dengan mengutamakan kualitas pemikiran, ide-ide yang inovatif dan kerjasama yang baik dengan semua pihak. CV. MERTANADI membangun kepercayaan melalui kepuasan konsumen dengan cara mengembangkan sistem manajemen kualitas yang meliputi : (1) produk dan aplikasi yang sesuai, (2) harga yang kompetitif, (3) pengawasan penuh terhadap kualitas, (4) tepat waktu, (5) kepercayaan jangka panjang.

Dalam mempelajari dan memahami dengan tepat apa yang dibutuhkan

oleh konsumen, CV. MERTANADI selalu berusaha memberikan kepuasan dan keuntungan kepada konsumen. Dalam proses pengolahan kayu, kayu dan material yang dipergunakan dipilih dari kayu-kayu dan material dengan kualitas terbaik di kelasnya dan di tunjang dengan proses pengolahan yang baik dengan mesin-mesin yang telah disediakan di pabrik CV. MERTANADI. Selama proses pengolahan kayu berlangsung, mulai dari proses awal yaitu pembentukan kayu yang masih berupa bahan baku atau bahan mentah sampai menjadi barang jadi terdapat pelanggaran kinerja dari industri pengolahan kayu tersebut. Pelanggaran tersebut timbul ketika proses pengolahan kayu yang kurang optimal dalam mengatasinya. Hal utama yang membuat penanggulangan kurang optimal adalah kurangnya alat seperti mesin yang diperlukan dalam mengantisipasi timbulnya banyak serbuk yang dihasilkan dari proses pengolahan kayu. Serbuk yang terlalu banyak mengakibatkan mesin yang telah disediakan sebelumnya seperti mesin penyedot

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(14)

serbuk kurang optimal dalam mengatasinya. Hal-hal lain yang bisa timbul akibat serbuk yang kurang biasa di atasi secara optimal tersebut dapat menyebabkan polusi udara yang kurang baik terutama bagi para pekerja yang berada di pabrik. Untuk mengatasi hal yang terjadi, CV. MERTANADI segera mengambil tindakan agar masalah tersebut tidak berlangsung lama, yaitu dengan menambah beberapa mesin yang mempunyai fungsi dan kualitas lebih efektif dari mesin-mesin sebelumnya agar dalam proses pengolahan kayu dapat di atasi secara optimal. Tindakan tersebut tidak hanya dapat membuat serbuk-serbuk saja yang dapat di atasi secara optimal tetapi para pekerja pun juga dapat bekerja secara optimal karena pernafasan mereka tidak terganggu oleh serbuk-serbuk dari proses pengolahan kayu, selain itu para penduduk pun yang berada di sekitar pabrik tidak akan merasa terganggu seperti sebelumnya.

Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada Single Bottom Line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada Triple Bottom Lines. Di sini Bottom Lines lainnya selain finansial juga ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(15)

ekonomi, sosial dan lingkungan hidupnya.

Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) secara

konseptual baru di kemas sejak tahun 1980-an yang dipicu sedikitnya oleh 5 hal berikut: (1). Maraknya fenomena “Take Over” antar korporasi yang kerap dipicu oleh keterampilan rekayasa finansial. (2) Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan semakin kokohnya imperium kapitalisme secara global. (3) Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negara-negara berkembang, sehingga di tuntut supaya memperhatikan: HAM, kondisi sosial dan perlakukan yang adil terhadap buruh. (4) Globalisasi dan menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia telah menyebabkan tumbuhnya LSM (termasuk asosiasi profesi) yang memusatkan perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekuatiran akan punahnya berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem semakin labil. (5) Adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merek dan reputasi perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.

Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial dan ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat kepada investor dan stakeholders lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan Corporate Social Responsibilty (CSR) : lingkungan dan sosial dalam setiap aspek kegiatan operasinya (Darwin, 2007).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(16)

Kesadaran tentang pentingnya mempraktikkan Corporate Social Responsibility (CSR) ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM). Indonesia tidak ketinggalan untuk menekankan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi perusahaan. Pada tanggal 20 Juli 2007, disahkan UU penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan melalui peraturan pemerintah (PP). Ketentuan itu sudah ditetapkan dalam UU Perseroan Terbatas (PT) dan UU Investasi.

Peraturan baru ini ditanggapi dengan berbagai respon oleh dunia usaha Indonesia Suara kontra beralasan jika perusahaan dituntut melakukan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR), maka hal tersebut akan menambah biaya operasional, sementara jika tidak dilakukan, akan mendapat sanksi. Suara yang pro menyatakan memang sudah seharusnya perusahaan melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai kewajiban tanpa harus dibuatkan peraturan, seperti halnya di luar negeri. Hal ini memperlihatkan bahwa komunitas bisnis Indonesia masih belum yakin bahwa aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) akan memberikan dampak positif bagi tujuan utama mereka, yaitu penciptaan kesejahteraan pemegang saham.

Di Indonesia wacana mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) mulai mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum wacana ini mengemuka telah banyak perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) dan sangat sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(17)

mungkin karena kita belum mempunyai sarana pendukung seperti: standar pelaporan, tenaga terampil (baik penyusun laporan maupun auditornya). Di samping itu sektor pasar modal Indonesia juga kurang mendukung dengan belum adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan Corporate Social Responsibility (CSR).

Berkaitan dengan fenomena pada latar belakang diatas, maka penulis mencoba menelaah dalam suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap dampak lingkungan pada usaha pengolahan kayu. (Studi Kasus pada usaha pengolahan kayu CV. MERTANADI).

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

fokus penelitian sebagai berikut :

1. Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada usaha CV.

MERTANADI (sistem Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan saat ini).

2. Jenis kegiatan operasional pada usaha pengolahan kayu CV. MERTANADI,

(tentang operasional pabrik, tidak hanya pengolahan, bisa juga dengan kegiatan lain misalnya kerajinan).

1.3. Permasalahan

Berdasarkan Fokus Penelitian yang telah ditetapkan tersebut, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) mengenai dampak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(18)

lingkungan pada usaha pengolahan CV. MERTANADI?

1.4. Tujuan penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada usaha pengolahan kayu di CV. MERTANADI dan untuk mengetahui bagaimana sistem Corporate Social Responsibility (CSR) pada usaha CV. MERTANADI.

1.5. Manfaat Penelitian

Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis.

1. Manfaat Praktis

Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) telah dilakukan dengan baik, maka akan bermanfaat bagi perusahaan dan masyarakat sekitar dan berharap dapat mengelola unit usaha menjadi lebih baik sehingga usaha yang dikelola akan mengalami kemajuan yang signifikan. Dengan kata lain peneliti berharap pengelola dapat mengelola unit usaha menjadi lebih profesional.

2. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu akuntansi terutama pada Corporate Social Responsibility (CSR) terutama pada tanggung jawab perusahaan sebagai akibat dari aktivitas perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(19)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan Corporate Social Responsibility (CSR) sudah pernah dikaji dalam beberapa skripsi. Pada bagian ini dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Juni Wati (2009) dengan judul “Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Citra dan Kredibilitas (Studi Kasus pada PT. Unilever Indonesia, Tbk)”. Dalam penelitian ini digunakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui apakah Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk berpengaruh terhadap citra dan kredibilitas perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Penelitian ini hanya meneliti Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Unilever Indonesia, Tbk pelatihan petani kedelai hitam saja dimana hasil yang diperoleh sebatas jawaban pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) pelatihan petani kedelai hitam terhadap citra dan kredibilitas perusahaan, yang tidak mencakup aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) lainnya yang telah di lakukan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Setelah dilakukaan analisa data dan pembahasan dengan pengujian hipotesis diperolah kesimpulan sebagai berikut :


(20)

yang dilakukan PT. Unilever Indonesia, Tbk berpengaruh signifikan terhadap citra perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk.

b. Corporate Social Responsibility (CSR) pelatihan petani kedelai hitam

yang dilakukan PT. Unilever Indonesia, Tbk berpengaruh signifikan terhadap kredibilitas perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Namun, secara parsial tidak semua item dalam variabel bebas Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap kredibilitas PT. Unilever Indonesia, Tbk.

Penelitian yang dilakukan ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan masukan atas penelitian selanjutnya, yaitu :

a. Masyarakat yang menjadi obyek penelitian hanya berdasar dari petani

kedelai yang ada dibawah pelatihan PT. Unilever yang ada di kota Nganjuk sehingga hasil yang diperoleh hanya terbatas pada jawaban masyarakat petani kedelai hitam yang ada dibawah pelatihan PT.Unilever yang ada di kota Nganjuk.

b. Item pertanyaan dalam kuisoner yang telah disebarkan sebelumnya ini

belum mengungkapkan apakah responden benar-benar membutuhkan program Corporate Social Responsibility (CSR) pelatihan petani kedelai hitam, sehingga tidak ada informasi mengenai apakah perbedaan pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) pelatihan petani kedelai hitam terhadap citra dan kredibilitas perusahaan dengan ada atau tidaknya pelatihan Corporate Social Responsibility (CSR) kedelai hitam.


(21)

judul “Eksplorasi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Dalam penelitian ini digunakan penelitian kualitatif yang digunakan untuk menguji eksplorasi pengungkapan tanggung jawab sosial oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan atas hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsep stakeholder theory telah mengubah dunia bisnis dengan memunculkan

Corporate Social Responsibility (CSR).

2. Terjadi pro kontra didalam pelaksanaan Corporate Social Responsibility

(CSR).

3. Pengungkapan atas aktifitas Corporate Social Responsibility (CSR) dikenal dengan istilah Corporate Social Disclosure.

4. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Corporate Social

Disclosure di Indonesia baru berkembang akhir-akhir ini.

5. Perusahaan yang dijadikan sample dalam penelitian ini dimungkinkan untuk

melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Corporate Social Disclosure karena informasi sosial tersebut dapat dijadikan Good News bagi perusahaan dalam perdagangan pasar modalnya.

6. Sampel perusaahan yang digunakan masih sedikit dan tahun penelitiah juga

masih pendek.

7. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada tahun penelitian

belum secara maksimal di ungkapkan. Item-item yang kurang untuk diungkapkan adalah item lingkungan, item kesehatan dan keselamatan tenaga


(22)

kerja, dan item lain-lain tentang tenaga kerja. Item tersebut penting untuk diungkapkan karena mencerminkan kepedulian perusahaan tersebut terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mendukung jalannya operasioanal perusahaan.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yang apabila dapat diatasi pada penelitian selanjutnya akan dapat memperbaiki hasil penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang mampu memberikan pemahaman yang mendalam mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini lebih fokus meneliti ke tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan program Corporate Social Responsibility (CSR) CV.MERTANADI.

Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Candra Kurniawan (2009) dengan judul “Studi Tentang Penerapan dan Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk”. Dalam penelitian ini digunakan penelitian kualitatif yang digunakan digunakan sebagai penerapan serta pelaporan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Semen Gresik. Dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan atas hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. PT. Semen Gresik dalam melakukan aktifitas CSR mengacu pada regulasi yang

lebih tinggi sesuai konteks kedudukan PT. Semen Gresik sebagai BUMN, regulasi tersebut adalah : PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dan SE-04/MBU.S/2007 tentang pedoman


(23)

Akuntansi PKBL.

2. Aktifitas sosial yang dilakukan PT. Semen Gresik kepada masyarakat kendati terdapat unsur kemanusian yang dilakukan perusahaan dengan berupaya memberikan imbal balik perusahaan kepada masyarakat, karena masyarakat sudah banyak berkorban untuk perusahaan. Namun, kepentingan akan terbangunnya citra perusahaan yang akan berpengaruh terhadap kelancaran bisnis perusahaan dalam rangka jangka panjang tidak dapat dipungkiri.

3. Penyisihan laba perusahaan (droping) dibahas dan ditetapkan dalam Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS). Salah satu yang menjadi pertimbangan jumlah droping yang diperoleh adalah saldo dana yang tersisa pada akhir periode. Sehingga ada kecenderungan bahwa semakin banyak dana yang tersisa semakin kecil jumlah droping yang diperoleh. Hal tersebut menggambarkan bahwa penganggaran dalam aktifitas sosial PT. Semen Gresik yang berpola Top Down

4. Evaluasi yang seharusnya menjadi sarana tolak ukur keberhasilan mitra binaan yang dibina ternyata belum bisa mengakomodir secara data perkembangan mitra binaan yang menyangkut efektifitas bantuan yang disalurkan. Permasalahan tersebut terjadi karena keterbatasan SDM yang dimiliki.

5. PKBL mempunyai posisi sebagai unit kerja yang mandiri dan mempunyai

kewenangan atas pengelolaan dana, sumber daya dan pelaporan aktifitas Corporate Social Responsibility (CSR) secara terpisah dengan perusahaan induk.


(24)

dan penyusun laporan PKBL belum ada pemisahan fungsi jelas dikarenakan keterbatasan SDM.

7. Bentuk pelaporan pada umumnya mengacu pada standart yang ditetapkan

menteri, tapi PKBL juga melakukan modifikasi detail pelaporan atas program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan.

8. Kegiatan evaluasi yang belum bisa mengakomodir data keefektifan program

Corporate Social Responsibility (CSR) yang dirasakan masyarakat, berdampak pada pelaporan perkembangan mitra binaan.

9. Pada umumnya informasi yang diungkap dalam laporan PKBL adalah

mengenai isu ekonomi, sosial dan lingkungan. Isu ekonomi melalui laporan aktifitas program kemitraan sementara sosial lingkungan melalui laporan aktifitas bina lingkungan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Corporate Social Responsibility (CSR)

2.2.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Meskipun belum ada definisi Corporate Social Responsibility (CSR) yang dapat diterima secara universal, pada umumnya definisi yang beraneka ragam tersebut memiliki ciri-ciri yang sama mengenai cara pandang terhadap inti dari defenisi Corporate Social Responsibility (CSR) itu sendiri.

Adapun definisi-definisi Corporate Social Responsibility (CSR) menurut pandangan para ahli antara lain :

1. Yusuf Wibisono, 2007:10. Corporate Social Responsibility (CSR) dianggap sebagai media investasi bagi perusahaan untuk menumbuhkan dan menjaga


(25)

keberlanjutan perusahaan. Dunia usaha meyakini bahwa program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan sustainability perusahaan.

2. John Elkington dalam bukunya Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business 1997. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah aktivitas yang mengejar Tripel Bottom Line, yang terdiri dari 3P. Mengejar profit untuk kepentingan shareholders (profit), pemenuhan kesejaterahaan masyarakat (people), berpartisipasi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).

3. Guthrie dan Mathews, 1985. Tanggung jawab sosial perusahaan dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya yang dapat dibuat dalam laporan keungan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah

4. Hendrik Budi Untung, 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi sosial dan lingkungan.

5. Howard R. Bowen. Kewajiban perusahaan menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi.


(26)

adalah tanggung jawab perusahaan yang menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pemegang saham.

2.2.1.2 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

Fungsi Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Hendrik Budi Untung (2008:6-7) adalah :

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.

2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.

3. Membuka peluang pasar yang lebih luas.

4. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah.

5. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.

6. Memperbaiki hubungan dengan regulator.

7. Meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan.

8. Peluang mendapatkan penghargaan.

2.2.1.3 Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)

Prince of Wales International Business Forum mengungkapkan bahwa ada lima pilar aktivitas dari Corporate Social Responsibility (CSR) (Ancok, 2005:19-20) 1. Building Human Capital

Secara internal, perusahaan dituntut untuk menciptakan SDM yang handal, secara eksetrnal perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat, biasanya melalui Community Development.

2. Strengthening Economies


(27)

dilingkungan miskin, mereka harus memperdayakan ekonomi sekitar. 3. Assesing Social Cohesion

Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat sekitar agar tidak menimbulkan konflik

4. Encouraging Good Gorvernence

Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis dengan baik.

5. Protecting the Environment

Perusahaan harus berupaya keras untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Sebagaimana devinisi Corporate Social Responsibility (CSR) yang

tidak tunggal, beragam pendapat terkait dengan lingkup penerapannya juga beragam. Diantaranya adalah menganut konsep Triple Bottom Line dari Elkington, konsep dari Prince of Wales International Business Forum yang menganut lima pilar yaitu upaya perusahaan untuk menggalang dukungan SDM (Building Human Capital), memperdayakan ekonomi komunitas (Strengthening Ekonomies), menjaga harmonisasi dengan masyarakat sekitar agar tidak terjadi konflik (Assessing Social Cohession), mengimplementasikan tata kelola yang baik (Encouraging Good Governence) serta memperhatikan kelestarian lingkungan (Protecting the Inviroment), dan beberapa konsep lain (Yusuf Wibisono, 2007 : 125).

2.3 Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Corporate Social

Responsibility (CSR)


(28)

GCG merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan korporasi. Dalam arti luas mengatur hubungan seluruh stakeholders dapat dipenuhi secara proporsional. Good Corporate Governance (GCG) dimaksud untuk mengatur hubungan-hubungan tersebut dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi koorporasi. Good Corporate Governance (GCG) juga untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera. Terdapat lima prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang dijadikan pedoman bagi pelaku bisnis, yaitu:

a. Transparancy (Keterbukaan Informasi)

Secara sederhana, bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada stakeholdesr-nya.

b. Accountability (Akuntabilitas)

Yang dimaksud akuntabilitas adalah adanya kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung jawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.

c. Responsibility (Pertanggung jawaban)


(29)

yang berlaku, diantaranya masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini, di harapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab selain kepada shareholder juga kepada stakeholder-nya.

d. Independency (Kemandirian)

Intinya prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara professional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa adanya tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)

Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam pemenuhan hak stakeholder sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan perlakuan adil diantara beragam kepentingan dalam perusahaan.

2.3.2 Konsep Triple Bottom Line

Gambar 2.1 Konsep Triple Bottom Line

People ( Sosial )


(30)

Berdasarkan konsep Triple Bottom Line di atas dapat dideskripsikan menjadi :

1. Profit (keuntungan)

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Tidak heran bila fokus utama dari setiap kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab sosial ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham.

2. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)

Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan mereka, terutama masyarakat sekitar, sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada mereka. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat. Karenanya pula perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat, intinya, jika ingin eksis dan akseptabel, perusahaan harus menyertakan pula taanggung jawab sosial.

3. Planet (Lingkungan)

Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet atau lingkungan. Jika perusahaan igin eksis dan akseptabel maka harus disertakan pula tanggung


(31)

jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan kita. Semua kegiatan yang kita lakukan mulai kita bangun tidur di pagi hari hingga kita terlelap di malam hari berhubungan dengan lingkungan. Air yang kita minum, udara yang kita hirup, seluruh peralatan yang kita gunakan semuanya berasal dari lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung bagaimana melakukan.

2.3.3 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)

Meskipun isu utamanya akan berbeda baik antara sektor industri maupun antar perusahaan, namun secara umum isu Corporate Social Responsibility (CSR) mencakup 5 (lima) komponen pokok. (Darwin, 2007):

1. Hak Asasi Manusia (HAM)

Bagaimana perusahaan menyingkapi masalah HAM dan strategi serta kebijakan apa yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM di perusahaan yang bersangkutan.

2. Tenaga Kerja (Buruh)

Bagaimana kondisi tenaga kerja di pabrik milik sendiri mulai dari soal system penggajian, kesejahteraan hari tua, dan keselamatan kerja, peningkatan keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada soal penggunaan tenaga kerja dibawah umur.

3. Lingkungan hidup

Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup. Bagaimana perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas produk atau jasa mulai dari pengadaan bahan baku sampai pada masalah


(32)

buangan limbah, serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi produk.

4. Sosial masyarakat

Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan masyarakat setempat (Community Development), serta dampak operasi perusahaan terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.

5. Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan

Apa saja yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan jasa bebas dari dampak negatif seperti : mengganggu kesehatan, mengancam keamanan dan produk terlarang.

Mencermati prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan

prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) diatas, rasanya tidak sulit mencari benang merah hubungan antara Good Corporate Governance (GCG) dengan Corporate Social Responsibility (CSR), yang mana dalam konteks ini adanya penekanan yang signifikan diberikan kepada stakeholder perusahaan. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep Good Corporate Governance (GCG). Sebagai entitas bisnis yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, perusahaan memang mesti bertindak sebagai Good Citizen yang merupakan tuntutan dari Good Business Ethics.

2.4 Akuntabilitas

2.4.1 Pengertian Akuntabilitas


(33)

antara manajemen dan pemilik (Principal). Principal dalam hal ini memberikan kewenangan penuh pada manajemen untuk melakukan aktivitas operasional. Sebagai konsekuensi atas wewenang ini maka agen harus mempertanggung jawabkan aktivitasnya terhadap Principal. Namun saat ini akuntabilitas tidak hanya mengatur hubungan antara manajemen dengan pemilik saja, melainkan penekanan hubungan mengharuskan perusahaan untuk menjalin kondisi yang akuntabel kepada stakeholder.

2.5 Pengungkapan (Disclusure) Corporate Social Responsibility (CSR)

Sebagai tahap akhir dari penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah berupa pengungkapan yana akan mengungkap sejauh mana pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dan merupakan pertanggung jawaban terhadap stakeholders secara luas. Pada dasarnya perusahaan yang sukses dalam menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki tiga nilai dasar (Core Values) yang ditanam secara mengakar dalam perusahaan, yaitu (Darwin,2007):

1. Ketangguhan ekonomi

2. Tanggung jawab lingkungan

3. Akuntabilitas sosial

Jika kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangan, maka kinerja CSR akan dapat disimak melalui sebuah laporan yang disebut “Laporan Keberlanjutan” (Sustainability Report). Laporan Corporate Social Responsibility (CSR) atau laporan keberlanjutan pada hakekatnya memuat tiga aspek pokok yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.


(34)

Secara umum pengungkapan kinerja Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan produk dari Social Responsibility Accounting sehingga Belkaoui (2009 : 229) akuntansi sosial dapat didefinisikan dengan tepat sebagai “Proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran yang yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermaanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan”.

Menurut Belkaoui (2009 : 230) tentang siapa yang menekankan untuk membuat laporan sosial perusahaan adalah :

1. Mengasumsikan bahwa tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah

untuk meningkatkan citra perusahaan dan memegang asumsi, biasanya secara implisit, bahwa perilaku perusahaan baik secara asasi.

2. Mengasumsikan bahwa tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah

untuk menghentikan pertanggung jawaban organisasi dengan asumsi bahwa kontrak sosial terjadi antara organisasi dengan masyarakat. Keberasaan kontrak sosial ini membutuhkan berhentinya pertanggung jawaban sosial.

3. Tampaknya mengasumsikan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)

secara efektif memperluas pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya adalah untuk memberi informasi bagi investor.

2.5.1 Alasan Pengukuran dan Pengungkapan Kinerja Corporate Social

Responsibility (CSR)


(35)

Corporate Social Responsibility (CSR) melahirkan berbagai argument sebagai berikut (Belkaoui, 2009):

1. Argument pertama adalah yang terkait dengan kontrak sosial secara implicit diasumsikan bahwa organisasi seharusnya bertindak untuk memaksimalkan kesejateraan sosial, jika terjadi kontrak antara organisasi dengan masyarakat. Dengan demikian, organisasi memperoleh sejenis legitimasi dari masyarakat berbagai hukum kemasyarakatan memberikan persetujuan agar kontrak menjadi lebih eksplisit. Sementara kontrak sosial diasumsikan implisit. Hukum ini berisi aturan main yang harus dipilih organisasi yang akan menjadi kontrak sosial.

2. Teori keadilan Rawis, yang disajikan dalam bukunya “A Theory of Justice”

berisi prinsip-prinsip untuk mengevaluasi hukum dan kebiasaan dari sudut pandang moral, dan menjelaskan konsep kejujuran yang bermanfaat bagi akuntansi sosial.

3. Argumen ketiga adalah kebutuhan pengguna. Pada dasarnya, pengguna laporan

keuangan membutuhkan informasi sosialuntuk membuat keputusan alokasi dananya. Argumen yang dibuat oleh beberapa orang menyatakan bahwa pemegang saham itu konservatif dan hanya peduli terhadap deviden. Kenyataannya, sesuai dengan survey dilakukan pada pemegang saham, mereka menginginkan perusahaan menggunakan sumber dayanya agar lingkungan bersih, menghentikan polusi lingkungan,dan membuat produk yang aman. Berikut ini agar mengelola pengeluaran dengan memperhatikan keadaan sosial: a. Mengintegrasikan masalah kesadaran sosial perusahaan, etika dan


(36)

lingkungan pada pembuat keputusan perusahaan, dan meyakinkan bahwa kesadaran tersebut telah dimiliki oleh dewan direksi.

b. Mengembangkan metode untuk mengevaluasi dan melaporkan dampak

sosial dan lingkungan akibat aktivitas perusahaan.

c. Memodifikasi struktur perusahaan untuk membuat mekanisme yang sesuai

untuk menghadapi krisis sosial, lingkungan dan etika. Sehingga perusahaan menjadi organisasi yang siap krisis, bukan organisasi yang Crisis-prone. Perusahaan yang tidak menyiapkan diri untuk keadaan, krisis tidak mudah untuk bertahan.

d. Membuat insentif bagi perilaku yang sesuai dengan etika. Lingkungan,

sosial, dan mengintegrasikan insentif tersebut menjadi bagian dari sistem penilaian kinerja dan budaya organisasi dan tidak mempunyai pengaruh, maka perubahan permanen tidak pernah terjadi.

e. Mengakui jika lingkungan bersih, maka perusahaan tersebut dapat menjadi

pemimpin dalam mengurangi polusi dan bijaksana dalam menggunakan sumber daya alam.

4. Argumen keempat adalah Investasi Sosial. Pada dasarnya, diasumsikan bahwa

saat ini kelompok investor yang etis tergantung pada informasi yang disediakan laporan tahunan untuk membuat keputusan investasi. Sehingga pengungkapan informasi sosial menjadi penting jika investor mempertimbangkan dampak negatif dengan tepat pengeluaran kesadaran sosial pada per lembar saham, sepanjang kompensasi dampak positifnya dapat mengurangi resiko atau timbulnya ketertarikan yang lebih dari kelompok investor.


(37)

2.5.2 Laporan keberlanjutan (Sustainability Report)

Pengembangan berkelanjutan (Sustainable Development), secara sederhana bisa didefinisikan sebagai pengembangan atau perkembangan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Maka dari itu, untuk mengetahui kinerja perusahaan yang berkelanjutan dibutuhkan adanya suatu laporan keberlanjutan yang mana laporan tersebut mampu memonitor kondisi perusahaan secara periodik. Dalam hal ini ada berbagai hal yang dapat mendefinisikan arti dari laporan keberlanjutan, antara lain :

1. Dokumen yang dibuat oleh perusahaan berkaitan dengan kinerja aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan sabagai alat kontrol manajemen kepada pemangku kepentingan internal maupun alat akuntabilitas (terutama) kepada pemangku kepentingan eksternal.

2. Laporan kinerja ketiga aspek hanya bisa disebut laporan keberlanjutan

manakala kinerja yang dilaporkannya dalam kurun waktu tertentu sudah berkelanjutan atau menunjukan kecenderungan membaik menuju dampak bersih positif.

3. Konsekuensi : laporan keberlanjutan memuat berbagai indikator ketiga aspek yang terus dipantau secara periodik.

4. Dibuat untuk meningkatkan reputasi terkait dengan transparansi dan


(38)

5. Ditujukan kepada berbagai pemangku kepentingan, agar mereka bisa mendapatkan informasi yang benar, jadi harus disebarluaskan lewat berbagai cara (internet, tercetak, stakeholder convening, dsb).

6. Membantu perusahaan untuk mengambil keputusan manajemen : memperbaiki

kinerja pada indikator yang masih lemah.

7. Membantu investor untuk mengetahui kinerja perusahaan secara lebih

menyeluruh.

2.5.3 Teknik Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR)

Melaporkan aspek kinerja Corporate Social Responsibility (CSR) yang diakibatkan perusahaan ada beberapa teknik pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu sebagai (Diller,1970) dalam (Harahap,2007):

1. Pengungkapan dalam surat kepada pemegang saham baik dalam laporan

tahunan atau bentuk laporan lainnya.

2. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keungan.

3. Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui perkiraan (akun)


(39)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Secara alamiah manusia mempunyai hasrat ingin tahu, dan bertolak dengan hasrat ingin tahu ini manusia berusaha mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai berbagai hal yang dihadapinya. Maka dari itu hasrat ingin tahu mendorong manusia untuk selalu akan mengidentifikasi akan sebuah kebenaran, sehingga dalam konteks ini diperlukan adanya sebuah alat pembenaran yang berupa hasil penelitian. Tanpa hasil penelitian, peryataan dan ungkapan hanya akan dijadikan sebagai bahan yang tanpa mempunyai signifikan nilai.

Untuk mengetahui bagaimana mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dampak lingkungan pada industri pengolahan kayu (dengan studi kasus pengusaha pengolahan kayu CV. MERTANADI) dan juga apakah pengusaha pengolahan kayu tersebut memahami tentang Corporate Social Responsibility (CSR) dampak lingkungan sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Sugiyono,2008 : 180). Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2002 : 3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang


(40)

diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

3.2 Ketertarikan Peneliti

Alasan peneliti untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah pengalaman yang dialami sendiri oleh peneliti sehari-hari, yaitu melihat banyaknya perusahaan pengolahan dan kerajinan kayu di daerah Bali. Berbicara mengenai menjalankan suatu usaha tentu banyak aspek yang terlibat didalamnya, misalnya aspek pemasaran, sumber daya manusia, keuangan, dampak lingkungan dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan membahas aspek dampak lingkungan tersebut, karena disadari atau tidak aspek dampak lingkungan sering tidak mendapat perhatian yang serius, para pelaku usaha hanya memperhatikan bagaimana cara mendapatkan untung dari kegiatan operasionalnya tanpa memperhatikan cara mengelola uang hasil laba tersebut.

Masalah pegelolaan limbah dari kegiatan operasional perusahaan pelaku usaha terganjal pada sumber daya manusia dan biaya untuk mengolahnya. Kondisi terakhir ini menimbulkan pertanyaan di dalam peneliti, yaitu bagaimana perusahaan tersebut menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dampak lingkungan?, kegiatan operasional apa saja yang dilakukan oleh perusahaan pengolah kayu dan kerajinan?. Dengan penelitian ini peneliti berharap dapat mengetahui bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dampak lingkungan pada perusahaan pengolahan kayu pada CV. MERTANADI.


(41)

3.3 Informan

Informan yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi adalah pemilik, karyawan, masyarakat sekitar perusahaan serta orang yang berada di perusahaan pengolahan kayu. Peneliti memilih orang-orang tersebut untuk dijadikan sebagai informan dalam penelitian di karenakan mereka berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan pengolahan kayu CV. MERTANADI.

3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah : 1. Sumber data utama (primer)

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam perusahaan, seperti bukti pembukuan transaksi dan struktur kepemilikan usaha. 2. Sumber data kedua (sekunder)

Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian

secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data penelitian di survey pendahuluan ini ada dua proses yang kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu :


(42)

a. Proses memasuki lokasi (Getting In)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek peneitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan dengan informan.

b. Ketika berada dilokasi penelitian (Getting Along)

Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian (informan). Hal ini dilakukan karena kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan komprehensivitas data penelitian.

2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung yang

akurat dan relevan, dilakukan dengan :

a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak yang terkait

dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti sebagai instrumen dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data. Untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap permasalahn penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai timbulnyapermasalahan agar muncul wacana detail. Wawancara diharapkan diharapkan berjalan tidak teratur (terbuka,


(43)

bicara apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah menjawab permasalahan penelitian).

b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang

terkait dengan penelitian.

c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori.

d. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan untuk mengamati kegiatan pencatatan dan pengelolaan dari bisnis warung internet.

3.5 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles, Huberman dan Spradley.

Miles dan Huberman (1992 :16-21), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data ini berasal dari data mentah (hasil rekaman, catatan lapangan) sampai reduksi data yang telah dipilah-pilah oleh penulis untuk melihat gambaran pola masalah.

2. Data Display (Penyajian Data)


(44)

dalam hal ini miles and huberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalang dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing / Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut (Miles and Huberman,1992) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Rencananya, kesimpulan dibuat dengan melalui tahap-tahap analisis data sehingga mencapai saran dari peneliti yang berasal dari fakta dilapangan.

3.6 Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara :

1. Perpanjangan Pengamatan

Penelitian ini diperpanjang sampai dua kali, karena pada periode I data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus terjawab melalui data, belum kredibel karena sumber data masih ragu-ragu dalam memberikan data, sehingga data yang diperoleh pada tahap I ternyata masih belum konsisten, masih berubah-rubah. Perpanjangan pengamatan sampai dua kali maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh.

2. Meningkatkan Ketekunan

Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang


(45)

akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar dipercaya atau tidak.

3. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber, dilakukan dengan menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah pemilik dan pegawai penjualan dan bagian keuangan. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau tidak. Jika narasumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum kredibel.


(46)

38 Tabel 3.1

Pertanyaan Pendukung Permasalahan

Bagan Pengertian Manajemen CV.MERTANADI tentang Corporate Social Responsibility (CSR)

Main Research Question

Mini Research

Question Sumber Data Justifikasi Temuan

1. Seberapa penting

pemahaman CSR

pada CV. MERTANADI?

1. Observasi dan

wawancara

informan yaitu pemilik dan karyawan

2.Analisis dokumen

Diharapkan peneliti mendapat gambaran tentang pemahaman CSR dampak lingkungan di perusahaan pengolahan kayu

Karena dari sampel usaha industri pengoalahan kayu (studi kasus pengoalahan kayu CV. MERTANADI) belum menerapkan sistem CSR dampak

lingkungan 2. Bagaimana implementasi program CSR dalam sudut pandang pengamatan

1.Observasi dan

wawancara

informan yaitu pemilik dan karyawan

2.Analisis dokumen

Diharapkan perusahaan dapat menerapkan program CSR dampak lingkungan dengan baik sesuai dengan prosedur yang berlaku

Peneliti menemukan bahwa CV. MERTANADI telah menerapkan CSR dengan baik, namun belum maksimal. Sehingga masih terdapat dampak lingkungan yang ditimbulkan sebagai akibat operasional perusahaan Bagaimanakah penerapan CSR di CV. MERTANADI? 3. Bagaimana pencatatan

keuangan di CV. MERTANADI, dan hubungan CSR dengan CV. MERTANADI?

1.Observasi dan

wawancara

informan yaitu pemilik

2.Analisis dokumen

Diharapkan peneliti dapat mengetahui anggaran biaya yang dialokasikan oleh perusahaan CV. MERTANADI untuk penanganan CSR dampak lingkungan

Dalam menggunakan anggaran

untuk menanganidampak lingkungan perusahaan, CV. MERTANADI mengelompokkan seluruh alat-alat yang ada di perusahaan di catat sebagai aset perusahaan

Sumber: Penelitian Pendahuluan oleh Peneliti


(47)

(48)

39

DESKRIPSI OBYEK

4.1 Sejarah Perusahaan

CV. MERTANADI adalah salah satu dari sekian banyak perusahaan Konstuksi di Indonesia, berlokasi di Banjar Perang Lukluk, Sempidi, Badung – Bali. Resmi berdiri sejak 15 November 1985 dan sampai saat ini bergerak di bidang Kontraktor dan produksi olahan kayu yang meliputi : pintu dan kusen, furniture, kitchen sets, decking, flooring (parquet), komponen rumah atau bangunan.

Operasional CV. MERTANADI yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan dan gudang hasil industri kayu (bahan bangunan) dan hasil kerajinan Mebel. Usaha ini didirikan diatas 7 bidang tanah dengan 7 sertifikat hak milik dengan

luas keseluruhan 8.426 m2, yaitu sertifikat nomor : 272 tahun 2003 tanggal 3

September 2003 dengan luas 426 m2; sertifikat nomor : 299 tahun 2003 tanggal 23 Desember 2003 dengan luas 620 m2; sertifikat nomor : 2861 tahun 1996 tanggal 16 September 1996 dengan luas 1.100 m2; sertifikat nomor : 2862 tahun 1996 tanggal 16 September 1996 dengan luas 2.200 m2; sertifikat nomor : 2863 tahun 1996 tanggal 16 September 1996 dengan luas 2.000 m2; sertifikat nomor : 2864 tahun 1996 tanggal 16

September 1996 dengan luas 1.100 m2; 2865 tahun 1996 tanggal 16 September 1996

dengan luas 980 m2 yang masing-masing atas nama Ida Bagus Putra Gegel (pemilik


(49)

Dalam melakukan usahanya CV. MERTANADI telah memiliki beberapa perijijnan seperti Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Kantor Penata Sempadan Kabupaten Badung Nomor : 298 tahun 1990 tertanggal 22 Nopember 1990; Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) besar dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Badung Nomor : 443/22-08/PB/VI/2005; ijin usaha industri dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung Nomor : 530/347/Disperindag tanggal 2 juni 2005 dan beberapa perijinan yang lainnya, yaitu berupa surat permohonan dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Pemerintah Kabupaten Badung dengan surat tertulis Rekomendasi DPL Nomor : 660.1/178/Bapedal tanggal 1 Mei 2007 dengan jenis kegiatan yang tertulis sebagai berikut Perdagangan, Industri Moulding, Pengolahan Kayu dan Gudang dengan nama pemrakarsa Ida Bagus Adi Nata Wibawa.

Pada awalnya CV. MERTANADI dipimpin oleh Ida Bagus Putra Gelgel sebagai direktur perusahaan dan kemudian karena ada perubahan anggaran dasar perusahaan maka untuk selanjutnya yang bertanggung jawab dan menjabat direktur perusahaan adalah Ida Bagus Adi Nata Wibawa, sehingga dalam beberapa perijinan masih tetap atas nama direktur perusahaan yang lama yaitu Ida Bagus Putra Gelgel.

Jenis bangunan di CV. MERTANADI ada tujuh unit bangunan, dan bangunan tersebut telah memiliki ijin mendirikan bangunan (IMB) Nomor 298 tahun 1990, tertanggal 22 Nopember 1990 dari Kantor Penata Sempadan Kabupaten

Badung yang didirikan diatas lahan dengan luas 8.426 m2 dengan luas bangunan


(50)

gudang dengan luas 1.800 m2 dan sisanya diperuntukkan untuk administrasi dan ruang kerja karyawan atau buruh (seluas 832 m2). Sedangkan untuk tempat parkir, taman dan jalan dengan luas 468 m2, dengan konstruksi bangunan sebagai berikut : dasar bangunan batu padas, dinding batako, pilar kayu, lantai P.C, kap kayu dan untuk atap digunakan seng dan asbes.

Dari tujuh unit bangunan yang ada, tiga unit diperuntukkan untuk gudang penyimpanan kayu, satu unit untuk tempat proses pengolahan kayu, satu unit untuk proses finishing mebel, satu unit untuk ruang pengiriman dan pos keamanan, satu unit untuk ruang pengiriman dan pos keamanan, satu unit pengeringan dan satu unit bangunan bertingkat untuk ruang administrasi dan ruang kerja karyawan. Dari bangunan yang dibangun didapatkan tinggi bangunan 3,80 m, sempadan jalan 12,75 m, kiri kanan 0 m, belakang 0 m dan pagar 1,5 m. Sedangkan fasilitas lainnya yang

disediakan berupa parkir dengan luas 124 m2 dan fasilitas MCK berupa 5 kamar

mandi lengkap dengan toilet dengan luas masing-masing 6 m2, dan satu unit

bangunan untuk asrama karyawan.

CV. MERTANADI memiliki kapasitas sebanyak 12.025 unit per tahun yang terbagi dalam beberapa jenis barang yang dihasilkan seperti : kusen 552 unit, jendela 90.914 unit, daun pintu 4.275 unit, profil 3.864 unit dan meubelair sebanyak 420 unit sesuai dengan lampiran keputusan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Badung Nomor : 530/347/Disperindag tanggal 2 Juni 2005 (lampiran keputusan terlampir).


(51)

(pengembang), perusahaan-perusahaan, hotel, sampai butik hotel. Kualitas adalah jaminan kami disamping juga kemudahan dan keuntungan yang kami berikan berupa konsultasi desain hingga model rancangan berupa visualisasi tiga dimensi tanpa dikenakan biaya tambahan. Kayu dan material yang kami pergunakan dipilih dari kayu-kayu dan material dengan kualitas terbaik di kelasnya dan ditunjang dengan proses pengolahan yang baik dengan mesin-mesin di pabrik kami.

Saat ini jumlah (luas) hutan di Indonesia terus mengalami penurunan, baik karena itu proses alami seperti bencana alam atau kebakaran atau karena ulah manusia berupa pembabatan hutan untuk keperluan lahan pertanian, pemukiman atau untuk memenuhi konsumsi masyarakat dan industri.

Visi Perusahaan

1. Memberikan kepuasan kepada konsumen

2. Memberikan kepercyaan jangka panjang

3. Memberikan kualitas mutu yang terjamin

Misi Perusahaan

Menerapkan sistem pengolahan yang hemat dan efisien melalui pemanfaatan teknologi yang inovatif dan modern tanpa mengurangi mutu, fungsi, disamping juga dapat menekan harga jual serta menghasilkan produk yang berkualitas dan memuaskan para konsumen.


(52)

CV. MERTANADI bertujuan untuk menjadi salah satu asse nasional dibidang industri khususnya pengolahan kayu yang ramah lingkungan selain juga untuk tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan sejenis dengan mengutamakan kualitas pemikiran, ide-ide yang inovatif dan kerja sama yang baik dengan semua pihak.

4.1.2 Strategi Perusahaan

Kami membangun kepercayaan melalui kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal tersebut maka CV. MERTANADI mengembangkan sistem manajemen kualitas yang meliputi:

1. Produk dan Aplikasi yang Sesuai

Dengan mempelajari dan memahami dengan tepat apa yang dibutuhkan oleh konsumen, sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi yang sesuai dengan apa yang menjadi keinginan konsumen bersangkutan baik dari segi desain, pemilihan material, finishing dan sebagainya.

2. Harga yang Kompetitif

CV. MERTANADI selalu menawarkan harga yang kompetitif guna kepuasan dan keuntungan konsumen. Hal tersebut mampu terwujud karena CV. MERTANADI setiap saat melakukan revisi dan ricek terhadap ongkos produksi dan material disesuaikan dengan kondisi saat itu.


(53)

Semua produk yang kami hasilkan berada di bawah pengawasan penuh mulai dari pemilihan bahan atau material sampai proses perakitan atau instalasi dan diolah dengan mesin-mesin modern serta teknologi yang inovatif. 4. Tepat Waktu

Prinsip tepat waktu dalam pengerjaan sampai ke tangan konsumen untuk membangun kepercayaan dan kepuasan serta memberikan keuntungan bagi konsumen itu sendiri.

5. Kepercayaan Jangka Panjang

CV. MERTANADI membangun hubungan yang baik dengan karyawan, konsumen atau kalangan bisnis yang lain melalui proses kerja sama yang baik berdasarkan kepercayaan dan prinsip saling menguntungkan.

4.1.3 Kemampuan dan Kapasitas Produksi

Kemampuan produksi CV. MERTANADI berskala besar karena didukung oleh berbagai factor, antara lain:

1. Luas area pabrik yang mencapai 2,8 ha

2. Jumlah tenaga kerja mencapai 300 orang dan memiliki kemampuan yang handal di

bidangnya masing-masing.

3. Mesin-mesin produksi yang modern dan berkapasitas tinggi.


(54)

4.2 Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi dari CV. MERTANADI sebagai berikut : STRUKTUR ORGANISASI

CV. MERTANADI – DENPASAR Direktur Riset dan Perkembangan Internal Audit dan Controller Kepala Divisi Perdagangan Pemasaran Administrasi Dan Akuntansi Kepala Divisi Pertukangan Kepala Divisi Logistic Kepala Divisi Transport Kepala Biro Keuangan Kepala Biro Akuntansi Kepala Biro Personalia Penagihan Pasir Gudang Analys Drafter Penerimaan Order Kepala Proyek Bagian Stock Kepala Produksi Persiapan Bahan Bagian Pemasaran Bagian Saw Mill Bagian Perancang Bagian Stock Bagian Perdagangan Bagian Penjualan Bagian Killn Dray Bagian Pembelian Bagian Penagihan Bagian Armada Bagian Perdagangan Bagian Teknik dan Pemeliharaan Bagian Penagihan Bagian Administrasi Bagian Keuangan Bagian Rumah Tangga Bagian Administrasi Personalia Administrasi Dan Akuntansi Administrasi Dan Akuntansi Administrasi Dan Akuntansi Administrasi Dan Akuntansi


(55)

Gambar 4.1 : Sturktur Organisasi CV. Mertanadi

4.2.1 Aktivitas CV. MERTANADI

Kegiatan operasional usaha ini telah dimulai sejak bulan Nopember tahun 1989. Operasional kegiatan usaha tersebut adalah mulai dari pemesanan bahan atau barang berupa kayu dari berbagai jenis kayu yang digunakan untuk bahan banguna dan furniture ke beberapa perusahaan besar yang ada di Surabaya dan Kalimantan.

Beberapa jenis kayu yang diperdagangkan sepeti kayu kamfer, kruing, meranti, bingkarai, jati dan sebagainya. Setelah bahan atau barang yang dipesan datang sesuai dengan pesanan kemudian untuk sementara barang tersebut disimpan dalam gudang. Kemudian barang kayu tersebut ada yang dipasarkan secara langsung kepada konsumen terutama toko-toko bangunan dan ada beberapa kayu yang diproses kembali di lokasi CV. MERTANADI untuk menjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi seperti kusen, daun pintu, daun jendela dan beberapa barang furniture seperti mebel dan sebagainya kemudian dipasarkan umumnya kepada pedagang besar seperti toko bangunan dan dalam jumlah yang sedikit dijual langsung kepada para konsumen, dismaping itu ada juga yang di ekspor ke luar negeri. Beberap jenis kayu yang masih basah atau belum kering sebelum diolah menjadi barang jadi atau dijual kepada konsimen kayu-kayu tersebut biasanya dikeringkan terlebih dahulu.

4.2.2 Sumber Air dan Listrik

Bagian Kasir

Bagian Kasir


(56)

Untuk menunjang operasional usaha gudang dibutuhkan sumber daya lain seperti air bersih untuk keperluan minum dan MCK karyawan dan listrik untuk aktivitas usaha seperti kegiatan produksi dan administrasi yang menggunakan komputer dan sumber penerangan serta penggerak mesin. Sumber air bersih berasal dari sumur bor dengan memanfaatkan Air Bawah Tanah (ABT) dengan kedalaman sumur sekitar tiga puluh meter. Air bersih hanya diperlukan untuk MCK karyawan, pendingin mesin dan penyiram halaman, sedangkan untuk keperluan minum karyawan disediakan minuman air mineral. Sedangkan untuk sumber listrik berasal dari PLN dengan daya listrik yang terpasang sebesar 344.000 watt dan untuk mengantisipasi pemadaman listrik dari PLN telah disediakan genset dengan daya 344 KVA dan ditempatkan pada ruangan khusus yang kedap suara.

4.2.3 Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yang terserap sampai saat ini adalah sebanyak 240 oarang yang terdiri atas satu orang pimpinan, 40 orang karyawan administrasi dan 199 orang karyawan yang tersebar sebagai buruh gudang, sopir, tukang kayu dan waker. Dari 240 orang tenaga kerja tersebut hampir 40 persen merupakan penduduk lokal dan sisanya kebanyakan penduduk pendatang yang berasal dari kelurahan atau kebupaten lain di Bali, dan kebanyakan diantaranya merupakan tenaga kerja penglaju.

4.2.4 Pengelolaan Limbah Air

Penanganan limbah cair yang berasal dari MCK dibedakan penanganannya menjadi dua, yaitu penanganan limbah WC dan penanganan limbah kamar mandi. Limbah cair


(57)

yang berasal dari WC dikelola dengan system septic tank, sedangkan limbah kamar mandi dan dapur disalurkan ke saluran air menuju ke nak peresap. Banyaknya volume air yang digunakan per hari sebanyak 0,5 x 240 x 150 = 18.000 atau 18 m2 dan yang berpotensi sebagai limbah sebanyak 80 % x 18 x 150 = 14,4 m2.

4.2.5 Penanganan Limbah Padat

Limbah padat dominan berupa sisa-sisa potongan kayu, kaleng minyak pelumas dan serbuk gergaji. Untuk limbah padat berupa kayu biasanya dijual kepada masyarakatuntuk digunakan kayu bakar atau jenis usaha yang lain (bukti pembelian sisa potongan kayu oleh masyarakat berupa notapembelian terlampir), sedangkan kaleng dan kardus dijual kepada pemulungdan serbuk gergaji dimanfaatkan untuk kerajinan lain seperti barang-barang furniture. Disamping itu juga dihasilkan sampah dari kegiatan administrasi seperti kertas atau sampah organik lainnya dari sisa makanan dan pembungkus makanan. Sampah-sampah tersebut dikumpulkan dan di tampung dalam tas plastik besar dan apabil penuh akan di buang ke TPA oleh masyarakat dari lingkungan Kelurahan Sading atau kadang-kadang oleh para karyawan sambil mengantar barang saat bekerja, sampai tersebut dibuang pada TPS atau langsung ke TPA.

4.2.6 Penanganan Kebisingan dan Pencemaran Debu

Unutk mengantisipasi dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat banyaknya debu yang bersumber dari aktivitas usaha. CV. MERTANADI telah melakukan pengelolaan terhadap dampak terebut seperti untuk mengantisispasi dampak


(58)

kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas usaha dengan menggunakan berbagai jenis mesin yang telah dilakukan upaya dengan menempatkan mesin pada ruangan yang dirancang secara khusus agar ruangan mesin tersebut kedap suara sehingga dampak kebisingan dapat dihindarkan, selain itu proses produksi dilakukan secara bertahap sehingga pada saat yang sama tidak semua mesin hidup atau mesin bekerja secara bergantian sehingga kebisingan dapat dihindarkan. Sedangkan untuk mengantisipasi pencemaran udara akibat banyaknya debu yang beterbangan, baik debu yang dari tanah maupun dan debu yang berasal dari proses produksi ditangani dengan menggunakan blower sehingga semua debu yang dihasilkan dari proses produksi termasuk serbuk oleh blower dan di tampung pada tempat khusus sehingga debu dari proses produksi tidak mencemari udara sekitarnya.

4.3 Produk CV. MERTANADI

Dengan kemampuan yang dimiliki oleh CV. MERTANADI, maka CV. MERTANADI dapat menghasilkan beberapa kapasitas produksi yang cukup tinggi, antara lain:

1. Produksi pintu dan sejenisnya mencapai 1.000 unit per bulan.

2. Produksi kusen dapat mencapai 5.000 linear meter per bulan.

3. “Milled Lumber” mencapai 480 m3 per bulan atau setara dengan 16 kontainer

berukuran 20 ft.


(59)

5. Produksi kitchen set dapat mencapai 20 set per bulan.

6. Furniture mencapai 1.000 item per bulan.

7. “Prefab house” dapat mencapai 300 m2 per bulan.

8. Dan produk-produk lainnya dengan kapasitas produksi setara.

Dalam pemasaran produk, CV. MERTANADI tidak hanya mencakup pasaran domestik atau lokal saja, tetapi juga telah menjangkau ke berbagai negara di dunia. Berikut ini beberapa proyek yang pernah di tangani oleh CV. MERTANADI di Indonesia dan di berbagai dunia, antara lain :

1. Amerika (Proyek Hotel dan Villa di Baham)

Pada proyek ini CV. MERTANADI menyuplai seluruh material kayu yang dipergunakan pada bangunan tersebut mulai dari struktur atap, kusen, pintu, jendela, decking sampai beberapa furniture pelengkapnya.

2. Amerika (Proyek Sauna dan Library Mrs. Carolla)

Pada proyek sauna ini CV. MERTANADI menyuplai semua kebutuhan furniture antara lain : kabinet, almari, meja wastafel serta keseluruhan decking dan flooringnya. Sedangkan untuk proyek library, CV. MERTANADI menangani keseluruhan pembutan kabinet dan rak buku serta panel-panel.


(60)

CV. MERTANADI memberikan jaminan kepuasan konsumen dari segi mutu dan kemudahan-kemudahan antara lain berupa desain, panduan dalam proses pembuatan perakitan berupa detail gambar tiga dimensi dan pada proses produksi semua komponene diproses dengan sangat akurat, sehingga pada proses instalasi dapat diperoleh hasil dengan presisi yang sempurna.

4. Perancis

Salah satu proyek besar di luar negeri yang pernah ditangani oleh CV. MERTANADI adalah di negara Perancis. Proyek ini mencakup keseluruhan aspek dari bangunan. Pemilik datang hanya berbekal konsep yang mereka inginkan, dan CV. MERTANADI lah yang mewujudkannya dari awal sampai akhir.

5. Tahiti (French Polynesia)

Proyek ini mencakup keseluruhan aspek dari yang meliputi stuktur atap, kusen, pintu, jendela dan decking.

6. Namaskar Hotel di Maroko

Pada proyek ini CV. MERTANADI menyuplai semua produk furniture yang ada, diantaranya : kursi pantai, payung, meja, meja kerja dan furniture lainnya.

7. Lokal (Tirta Bali)

Disini CV. MERTANADI hanya menangani untuk pembuatan furniture berbahan dasar kayu seperti : meja rias, almari, coffee table dan dining room.


(61)

Pada proyek ini CV. MERTANADI menyuplai keseluruhan kusen, pintu, skirting, pelmet dan pemasangnya. Serat menangani pemasangan perlengkapan bedroom, bathroom dan marmer.

9. David’s House (Jimbaran-Bali)

Pada proyek ini CV. MERTANADI menangani untuk furnishing berupa sofa set, shower dan wastafel cabinet, serta seluruh pintu dan jendela pada bangunan tersebut.

10. Kevin’s House (Uma Alas-Bali)

Pada proyek ini CV. MERTANADI menangani untuk pembuatan kitchen set, dining set, sofa, kusen dan pintu serta lumber ceiling.

11. Baskara’s House (Denpasar-Bali)

Pada proyek ini CV. MERTANADI menangani untuk pembuatan kitchen set, TV cabinet, railing dan tangga, pintu dan jendela, bed set, shower cabinet, meja rias dan dressing cabinet.

12. Amandari-Ubud

Pada proyek ini CV. MERTANADI menangani untuk renovasi ruangan dan pekerjaan tambahan lainnya, seperti furniture, pekerjaan finishing serta electrical.

13. Villa Belalang

Pada proyek ini CV. MERTANADI menangani pekerjaan kap pintu dan pekerjaan tambahan lainnya.


(62)

Pada proyek ini CV. MERTANADI menangani pekerjaan furniture diantaranya wardrobe, kitchen cabinet, shelving dan mini bar cabinet, serta pekerjaan tambahan lainnya.


(63)

53

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Pemahaman Corporate Social Responsibility (CSR) di CV. MERTANADI

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan, khususnya tentang dampak lingkungan. Untuk mengoptimalkan pengelolaan lingkungan dari dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan dan operasional usaha CV. MERTANADI, maka diperlukan Upaya Pemantauan Lingkungan secara efektif dan intensif pada dampak-dampak yang diperkirakan timbul dari usaha atau kegiatan tersebut.

Sub bab ini merupakan jawaban dari mini research pertama mengenai pemahaman tentang Corporate Social Responsibility (CSR) pada CV. MERTANADI. Dalam penelitian ini pemahaman tentang Corporate Social Responsibility (CSR) atau pemahaman tentang pengelolaan dampak lingkungan sangatlah penting karena untuk mengetahui bagaimana cara untuk mengoptimalkan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan dan operasional dari CV. MERTANADI.

Berikut pemaparan yang dikemukakan oleh pemilik:


(1)

(2)

66

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berakhirnya penelitian ini, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan dan suatu gambaran yang sangat jelas mengenai implementasi terhadap dampak lingkungan dan peranan Corporate Social Responsibility (CSR) pada CV. MERTANADI. Disimpulkan bahwa pemilik CV. MERTANADI tersebut sebenarnya telah menjalankan peranan Corporate Social Responsibility (CSR) dan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan CV. MERTANADI. Pada saat ini apa yang dilakukan oleh pemilik dan pengelola obyek penelitian tersebut sudah cukup optimal, yaitu perusahaan telah melakukan peminimalisiran terhadap dampak lingkungan yang terjadi pada pengolahan kayu di CV. MERTANADI.

Pada dasarnya, pandangan pemahaman terhadap dampak lingkungan dan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) oleh perusahaan CV. MERTANADI telah memahami adanya penanggulangan terhadap dampak lingkungan dan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang telah berusaha menerapkannya sesuai dengan pengetahuan, kemampuan dan pemahaman perusahaan itu sendiri, tujuan dibuatnya pencegahan terhadap dampak lingkungan dan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu untuk meminimalisir dampak negatif yang akan terjadi selama pengolahan kayu berlangsung mulai dari


(3)

tahap pengolahan bahan mentah sampai menjadi barang jadi atau barang siap pakai.

Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum sepenuhnya mengantisipasi dampak lingkungan yang terjadi selam proses pengolahan. Hal tersebut juga diperkuat dengan adanya keterangan informan yang mengakui bahwa masih ada dampak lingkungan yang terjadi pada saat proses pengolahan yang sampai pada lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya pemantauan perusahaan tentang dampak lingkungan yang terjadi pada saat proses pengolahan yang dapat menyebabkan dampak negatif pada lingkungan sekitar atau perkampungan yang ada di sekitar CV. MERTANADI. Penanggulangan atau pencegahan terhadap terjadinya dampak lingkungan penting untuk diterapkan karena jika hal ini tidak di tangani dengan optimal akan menyebabkan dampak buruk yaitu dampak buruk bagi perusahaan tersebut yaitu CV. MERTANADI, pemilik perusahaan, para karyawan dan penduduk sekitar.

6.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan :

1. Bagi Perusahaan CV. MERTANADI

Bagi perusahaan diharapkan dapat melakukan pencegahan terhadap pengelolaan dampak lingkungan lebih baik lagi dari sebelumnya dan penerapan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) tetap dipertahankan dan lebih di


(4)

68

tingkatkan lagi. CV. MERTANADI juga harus memperhatikan pentingnya penanggulangan terhadap dampak lingkungan yang bertujuan untuk mencapai tujuan perusahaan. Pemahaman terhadap dampak lingkungan dan pemahaman terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) akan mendorong terciptanya respon yang baik dari segala pihak, sehingga pengelolaan dampak lingkungan dan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pun dapat terkontrol dengan baik.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, akan banyak peneliti-peneliti lain yang tertarik untuk menggunakan metode peneltian kualitatif dalam melakukan penelitian, untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik lagi bila penelitian tidak hanya dilakukan pada perusahaan CV. MERTANADI, tetapi juga pada usaha-usaha menengah yang lainnya juga.


(5)

   

Ancok, Djamaludin. 2005. Investasi Social. Jakarta: La Tofi Enterprise

Belkaoui, Ahmed. 2009. Teori Akuntansi. Edisi pertama. Jakarta. Penerbit Salemba Empat

Candra Kurniawan. 2009. “ Studi Tentang Penerapan dan Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk”. Call of Paper Hasil-hasil Penelitian Dosen dan Seminar Nasional. Surabaya

CV. MERTANADI . 1985. Diakses 15 November 1985. Bali

Darwin, Ali. 2007. Akuntabilitas, Kebutuhan, Pelaporan dan Pengungkapan CSRbagi perusahaan di Indonesia, EBAR (Economic Business Accounting Review). Corporate Social Responsibility. Edisi III/September-Desember 2006.

Harahap, Syafri Sofyan. 2007. Teori Akuntansi. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Hendrik Budi Untung. 2008. “Corporate Social Responsibility”. Jakarta. Sinar Grafika

John Ekington. 1997. “Cannibals With Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness”. Jakarta

Juni Wati. 2009. Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Terhadap Citra dan Kredibilitas (Studi Kasus pada PT. Unilever Indonesia, Tbk). Skripsi Sarjana. STIE Perbanas Surabaya.

Linda Sarwanti. 2009. Eksplorasi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Sarjana. STIE Perbanas Surabaya.

Sularto, St. Kompas, 4 Agustus 2007. “CSR dalam Pandangan Friedman”. Jakarta Sugiyono. 2005. Penelitian Kualitatif Deskriptif. Jakarta. Citra Aditya Bakti

Undang-undang Perseroan Terbatas pasal 74 2007 tentang pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. 2007. Jakarta. Asa Mandiri.


(6)

   

Undang-undang Republik IndonesiaNo 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal bab IX pasal 15 yang berisi tentang pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik Fascho Publishing.