Deskripsi kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas Xi SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

(1)

Viii

ABSTRAK

DESKRIPSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO CILACAP TAHUN AJARAN 2015/2016 DAN IMPLIKASI TERHADAP

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Lidia Lina Susanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang komunikasi interpersonal siswa SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap. Subjek penelitian berjumlah 60 orang.

Intrumen penelitian ini berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 52 item yang disusun berdasarkan aspek komunikasi interpersonal yang ditemukan oleh Maulana & Gumelar (2013) yaitu: (1) Keterbukaan, (2) empati, (3) sikap mendukung, (4) sikap positif, (5) kesetaraan. Teknis analisis data dalam penelitian ini berpedoman kategorisasi Azwar (2009). Komunikasi interpersonal siswa kelas XI di golongkan dalam 5 kategori, yaitu: “sangat baik”, “cukup baik”, “baik”, “kurang baik”, dan “tidak baik”.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 41 siswa (63,34%) yang memiliki komunikasi interpersonal “sangat baik”, 16 siswa (26,67%) memiliki komunikasi interpersonal “baik”, 3 siswa (5%) memiliki komunikasi interpersonal “cukup Baik”, dan tidak ada siswa yang memiliki komunikasi interpersonal “kurang baik” dan “tidak baik”. Berdasarkan item-item kuesioner yang menunjukan rendahnya atau kurang tingginya kemampuan komunikasi interpersonal, peneliti memberikan usulan topik-topik bimbingan klasikal, yaitu: “Aku dan Perasaanku”, “Aku dan Pengalamanku”, “Aku menghargaimu”, dan “Aku menerima orang lain apa adanya”.


(2)

ix

ABSTRACT

The Description Students’ Inteperasonal Communication of Grade XI Yos Sudarso Senior High School Cilacap 2015/2016 and its’ Implication Toward

Proposed Classical Guidance Topics.

Lidia Lina Susanti Sanata Dharma University

2015

This study aims to quantitavely students’ imterpersonal communication of Yos Sudarso Senior High School Cilacap 2015/2016 and its’ implication toward proposed classical guidance topics. The data are collected from grade XI students of Yos Sudarso Senior High School Cilacap. There are 60 participants.

The research instrument is questionnaire which contists of 52 items based on Maulana &Gumelar (2013) aspects: (1) openness, (2) empathy, (3) supporting act, (4) positive attitude, (5) equality. The data are analysed base on Azwar’s categorization (2009). There are “excellent”, “every good”, “good”, “fair”, and “poor”.

The result of analysis are as follows (1) 41 student (63,34%) have excellent interpersonal communication, (2)16 students (26,67%) have good interpersonal communation, (3) 3 students (5%) have very good interpersonal communication. Base on questionmaire items that show poor ability of interpersonal communication, writer propose classical guidance topics: “My feelling & I”, “My experience & I”, “I appreciate you”, and “I accept you for who you are”.


(3)

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPESONAL SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO CILACAP TAHUN AJARAN 2015/2016

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Lidia Lina Susanti

NIM: 101114009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

i

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPESONAL SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO CILACAP TAHUN AJARAN 2015/2016

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Lidia Lina Susanti

NIM: 101114009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Viii

ABSTRAK

DESKRIPSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO CILACAP TAHUN AJARAN 2015/2016 DAN IMPLIKASI TERHADAP

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Lidia Lina Susanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang komunikasi interpersonal siswa SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap. Subjek penelitian berjumlah 60 orang.

Intrumen penelitian ini berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 52 item yang disusun berdasarkan aspek komunikasi interpersonal yang ditemukan oleh Maulana & Gumelar (2013) yaitu: (1) Keterbukaan, (2) empati, (3) sikap mendukung, (4) sikap positif, (5) kesetaraan. Teknis analisis data dalam penelitian ini berpedoman kategorisasi Azwar (2009). Komunikasi interpersonal siswa kelas XI di golongkan dalam 5 kategori, yaitu: “sangat baik”, “cukup baik”, “baik”, “kurang baik”, dan “tidak baik”.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 41 siswa (63,34%) yang memiliki komunikasi interpersonal “sangat baik”, 16 siswa (26,67%) memiliki komunikasi interpersonal “baik”, 3 siswa (5%) memiliki komunikasi interpersonal “cukup Baik”, dan tidak ada siswa yang memiliki komunikasi interpersonal “kurang baik” dan “tidak baik”. Berdasarkan item-item kuesioner yang menunjukan rendahnya atau kurang tingginya kemampuan komunikasi interpersonal, peneliti memberikan usulan topik-topik bimbingan klasikal, yaitu: “Aku dan Perasaanku”, “Aku dan Pengalamanku”, “Aku menghargaimu”, dan “Aku menerima orang lain apa adanya”.


(10)

ix

ABSTRACT

The Description Students’ Inteperasonal Communication of Grade XI Yos Sudarso Senior High School Cilacap 2015/2016 and its’ Implication Toward

Proposed Classical Guidance Topics.

Lidia Lina Susanti Sanata Dharma University

2015

This study aims to quantitavely students’ imterpersonal communication of Yos Sudarso Senior High School Cilacap 2015/2016 and its’ implication toward proposed classical guidance topics. The data are collected from grade XI students of Yos Sudarso Senior High School Cilacap. There are 60 participants.

The research instrument is questionnaire which contists of 52 items based on Maulana &Gumelar (2013) aspects: (1) openness, (2) empathy, (3) supporting act, (4) positive attitude, (5) equality. The data are analysed base on Azwar’s categorization (2009). There are “excellent”, “every good”, “good”, “fair”, and “poor”.

The result of analysis are as follows (1) 41 student (63,34%) have excellent interpersonal communication, (2)16 students (26,67%) have good interpersonal communation, (3) 3 students (5%) have very good interpersonal communication. Base on questionmaire items that show poor ability of interpersonal communication, writer propose classical guidance topics: “My feelling & I”, “My experience & I”, “I appreciate you”, and “I accept you for who you are”.


(11)

(12)

(13)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO ... iv

PEMBAHASAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

• Latar belakang Masalah ... 1

• Rumusan Masalah ... 8

• Tujuan Penelitian ... 8

• Manfaat Penelitian ... 9

• Definisi Operasional Variabel ... 9

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 11


(14)

xiii

• Faktor-faktor Komunikasi Interpersonal... 17

• Aspek-aspek Komonikasi Interpersonal... 20

• Elemen-elemen Komunikasi Interpersonal... 23

• Komunikasi Interpersonal Remaja... 26

• Pengertian Remaja ... 26

• Tugas Perkembangan Remaja ... 28

• Bimbingan Pribadi-Sosial ... 32

BAB III: METODE PENELITIAN ... 35

• Jenis Penelitian ... 35

• Variabel Penelitian ... 35

• Subjek Penelitian ... 36

• Alat Pengumpulan Data ... 36

• Validitas dan Realibitas ... 40

• Validitas ... 40

• Realibitas ... 44

• Pengumpulan Data ... 45

• Teknik Analisis Data Penelitian ... 45

• Penentuan Skor pada Item Kuesioner ... 46

• Ktegorisasi ... 46

BAB IV: HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN USULAN TOPIK-TOPIK KOMUNIKASI INTERPERSONAL ... 50

• Hasil Penelitian ... 50


(15)

xiv

• Kesimpulan ... 61

• Saran-saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN


(16)

xiv

Tabel 2: Skoring Kuesioner Komunikasi Interpesonal... 38

Tabel 3: Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Komunikasi Interpersonal... 39

Tabel 4: Validitas Kuesioner Komunikasi Interpersonal... 42

Tabel 5: Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa (Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas)... 43

Tabel 6: Kriteria Guilford... 45

Tabel 7: Norma Kategorisasi... 47

Tabel 8: Hasil Analisis Data Skor Subjek... 48

Tabel 9: Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen Komunikasi Interpersonal... 49

Tabel 10: Kategorisasi Tingkat Komunikasi interpersonal antar siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016... 50

Tabel 11: Hasil Analisis Skor Item Pengukuran Komunikasi Interpersonal... 54

Tabel 12: Butir Item Kuesioner Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap... 57


(17)

xv

kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap

tahun ajaran 2015/2016... 53 Grafik 2: Tingkat Komunikiasi Interpersonal

Siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap Tahun Ajaran 2015/2016 berdasarkan


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan definisi operasional dari istilah-istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Latar Belakang Masalah

Siahaan (2000) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan hidup secara berkelompok. Pada setiap diri manusia mempunyai keinginan untuk menjalin suatu hubungan dengan orang lain, hal ini membuktikan adanya keinginan berkelompok dan sudah menjadi kebutuhan, sifat, serta identitas manusia. Proses interaksi sosial manusia membutuhkan adanya komunikasi dan relasi dengan orang lain agar manusia saling mengerti, saling menolong, dan saling menghargai. Komunikasi adalah sarana untuk mengerti diri sendiri, untuk mengerti orang lain, memahami apa yang dibutuhkannya dan apa yang dibutuhkan orang lain. Komunikasi dapat diterima jika kita mengerti satu sama lain (Siahaan, 2000). Melalui komunikasi ini individu menemukan dirinya, mengembangkan konsep diri menetapkan hubungan dengan dunia sekitar. Hubungan individu dengan orang lain menentukan kualitas hidup. Komunikasi juga ditunjukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik dengan orang lain. Menurut Davis yang di kutip oleh Jalaluddin Rakhmat (2008) ahli-ahli sosial telah berkali-kali mengungkapkan bahwa kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian. Apa


(19)

jadinya jika seorang siswa tidak memiliki komunikasi yang baik terhadap siswa lainya, hal ini pastilah akan berdampak pada kepribadian siswa. Pola komunikasi antar siswa adalah komunikasi antar pribadi atau Interpersonal Communication, hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh R. Wayne Pace yang dikutip oleh Hafied Cangara (2005) bahwa

interpersonal communication is communication involving two or more

people in a face to face setting”. Berawal dari sini komunikasi sangat

penting untuk dipahami dan dikuasai oleh siswa. Apa jadinya jika, seorang siswa tidak memiliki komunikasi interpersonal yang baik. Pasti jalinan komunikasi interpersonal antar siswa menjadi tidak baik sehingga berdampak menghambat pengiriman pesan atau informasi yang di sampaikan orang lain.

Siswa SMA mengalami kesulitan dalam menjalin komunikasi yang baik antar siswa disekolah khususnya dalam komunikasi interpersonal. Siswa cenderung mengikuti pola komunikasi yang kurang tepat, Contohnya, siswa yang sering menonton film remaja di televisi. Film remaja kususnya di Indonesia hampir sebagian tidak mendidik dalam verbal maupun nonverbal. Ketika siswa yang satu dengan yang lain berkomunikasi, mereka memakai pola komunikasi interpersonal yang salah, menggunakan bahasa tidak baku, menggunakan bahasa yang kurang pantas. Hal ini membuat lawan bicaranya menjadi tidak suka atau tidak sepaham, jika lawan bicaranya tidak bisa menerima hal tersebut mereka


(20)

akan bertindak kasar terhadap lawan bicaranya seperti memukul, menendang, menampar, dan mumusuhinya.

Siswa yang menggunakan pola komunikasi interpersonal kurang baik dari film tersebut, misalnya artis A mengatakan “Eh, loe tuh bego banget udah tahu makan loe diambil masih aja loe diam?” artis B “sial, bukan gitu, gue kasihan aja liat tuh anak.” artis A “kalau begitu sekalian aja loe kasih semua tuh makanan ke orang-orang!!” artis B “Anjrit!!! Ngajak ribut loe!!!”. Siswa ini mengalami pola komunikasi interpersonal yang salah, sehingga mereka menjadi salah paham satu sama lain. Mereka yang tidak bisa menerima itu akan melawan dan membuat gaduh bahkan membuat perselisihan diantara mereka. Apabila hal ini di lihat dan didengar oleh Siswa SMA, mereka akan mengikuti pola komunikasi interpersonal yang salah. Pada masanya siswa SMA masih mencari jadi diri mereka, sehingga mereka cenderung mengikuti pola komunikasi yang diikuti idolanya dan teman-temannya. Menurut Ali & Asrori (2011) menyatakan bahwa karakter remaja secara umum meliputi kegelisahan, pertentangan, menghayal, aktivitas berkelompok, dan keinginan mencoba segala sesuatu.

Pola komunikasi interpersonal yang kurang baik, tidak hanya melihat dari gaya bahasa yang salah tetapi juga melihat dari kurangnya keterbukaan dengan siswa lainnya. Kurangnya keterbukaan memicu perselisihan terhadap siswa yang satu dengan siswa lainnya yang menyebabkan banyak kesalahpahaman. Misalnya, siswa yang kurang


(21)

terbuka kepada sahabatnya sendiri. Siswa kurang memahami satu sama lain, seringkali siswa mengatakan tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan sehingga hal ini akan membuat siswa berbohong atau menyembunyikan sesuatu, jika hal ini diketahui temanya dan ia tidak menerima itu maka akan terjadi perselisihan. Biasanya hal ini terjadi karena dari dua siswa memiliki hunbungan interpersonal diantara dua sahabat itu. kurangnya sikap saling mendukung satu sama lain, dan kesetaraan juga memicu terjadinya perselisihan atar siswa.

Dari kasus pola komunikasi interpersonal yang kurang baik di atas, film remaja Indonesia juga ada yang bersifat positif dalam berkomunikasi. Film tersebut mengajarkan bagaimana cara menghargai lawan bicaranya saat berkomunikasi. Kata-kata yang baik, dapat diterima, dapat dimengerti, dan dapat dipahami membuat siswa merasa nyaman dengan lawan bicaranya dia merasa lebih diterima dan dihargai oleh temannya.

McDavid & Harari (1991) mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal suatu kemampuan komunikasi yang ber-setting pada obyek-obyek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu stimulus yang berupa informasi atau pesan. Pendapat lain dari DeVito (1989) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.


(22)

Johnson (dalam Supratiknya, 1995) mengungkapkan komunikasi antarpribadi (interpersonal) menunjukan peranan penting dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia. Pertama, komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Kedua, identitas atau jati diri terbentuk dalam komunikasi dengan orang lain. Ketiga, komunikasi interpersonal membantu kita dalam rangka memahami realitas di sekeliling serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia disekitar kita. Keempat, kesehatan mental sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi.

Menurut DeVito (Maulana & Gumelar, 2013) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal memiliki sedikitnya lima tujuan. Tujuan tersebut bukan berarti selalu kita sadari, bisa juga tanpa kita sadari, ataupun disengaja. Tujuan komunikasi interpersonal tersebut yaitu proses belajar, membangun suatu hubungan atau relasi, untuk mempengaruhi lawan bicaranya, untuk bermain dengan lawan bicara, dan untuk menolong sesama. Jika siswa memenuhi tujuan tersebut, maka komunikasi interpersonal antar siswa dapat berjalan dengan baik.

Maulana & Gemular (2013) menyatakan bahwa dalam komunikasi interpersonal mempunyai aspek-aspek yang mendukung komunikasi interpersonal yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan, sehingga akan berdampak positif dalam menjalin hubungan antar siswa atau teman sebaya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang satu dengan yang lainnya dapat saling mendukung


(23)

perkembangan potensi yang ada dalam dirinya. Komunikasi interpersonal yang kurang baik akan berdampak pada siswa, sehingga siswa kurang menghargai dan menghormati lawan bicaranya. Hal ini dikarenakan bahwa siswa cenderung untuk menutup diri dan menyimpan hal-hal yang seharusnya disampaikan tetapi takut untuk mengungkapkannya, sehingga tidak dapat mengontrol emosi dalam diri, oleh karena itu siswa mengungkapkan emosi dengan cara yang salah, bahkan sampai berperilaku kasar terhadap temannya, contohnya: memukul, menendang, dan memusuhinya.

Wood (2013) menyatakan bahwa ciri-ciri komunikasi interpersonal adalah selektif, sistemis, unik, process, transaksional, individual, pengetahuan personal, dan menciptakan makna. Jika siswa SMA memenuhi ciri-ciri komunikasi interpersonal tersebut siswa mampu merefleksikan dan mampu membangun pengetahuan bersama orang lain.

Komunikasi interpersonal juga bisa di pengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi initerpersonal. Lunandi (1989) menyatakan bahawa komunikasi interpersonal antar siswa di sekolah banyak dipengaruhi beberapa faktor yaitu citra diri, citra pihak lain, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kondisi, dan bahasa tubuh. Jika faktor ini terpenuhi maka komunikasi interpersonal tersebut baik, siswa dapat saling memahami, mengerti dan sepaham satu sama lain.

Tugas Guru Bimbingan dan Konseling yaitu memberikan informasi, khususnya memberikan informasi tentang komunikasi


(24)

interpersonal yang baik terhadap siswa berdasarkan aspek-aspek komunikasi interpersonal yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan perkembangan anak, terutama upaya memberikan bantuan dengan melihat kebutuhan siswa (Winkel & Hastuti, 2006). Masalah-masalah yang terjadi di sekolah seperti berkata kotor, tidak baku, dan kasar, akan mengakibatkan komunikasi interpersonal antar siswa buruk karena tidak terjadi kesepahaman kesetaraan satu sama lain. Adanya komunikasi interpersonal yang baik dapat mencegah terjadinya komunikasi yang membuat perselisihan dan perkelahian antar siswa di sekolah.

Hasil dari wawancara terhadap guru BK di SMA Yos Sudarso Cilacap, peneliti mendapatkan banyak permasalahan yang terjadi seperti berbicara kurang sopan, berperilaku kasar (menarik rambut, memukul, dan menendang), kurangnya keterbukaan satu sama lain, dan kurangnya sikap mendukung satu sama lain, dan kesetaraan siswa. Akibat dari sikap tersebut akan terjadi suatu perselisihan dan perkelahian antar siswa. Hal ini menyebabkan siswa merasa minder, kehadirannya tidak diakui dan takut untuk ke sekolah. Siswa berpikir bahwa temannya itu mempengaruhi teman-teman lainnya untuk memusuhi dan menjauhi dirinya, padahal siswa tersebut hanya bermasalah dengan satu siswa, dan hal tersebut dapat menggangu proses belajar siswa di sekolah. Kasus lain yang terjadi di


(25)

sekolah adalah siswa sering membolos sekolah karena merasa dirinya di asingkan atau tidak diakui kehadirannya oleh teman-temannya.

Adanya permasalahan-permasalahan yang dijelaskan di atas peneliti tertarik untuk mengkaji “Tingkat Komunikasi Interpersonal Siswa XI SMA Yos Sudarso Cilacap dan Impilikasinya Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial”. Penelitian ini dapat membantu guru Bimbingan dan Konseling untuk mengetahui topik-topik bimbingan pribadi sosial yang sesuai dalam membimbing siswa sehingga mereka dapat terbantu dalam memahami komunikasi interpersonal yang baik.

B. Rumusan Masalah

1. Seberapa baik kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas XI di SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016?

2. Berdasarkan analisis item, item kemampuan komunikasi Interpersonal yang mana terindifikasi rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan klasikal?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap tahun 2015/2016.

2. Mengindifikasi rendah butir item komunikasi interpersonal yang rendah, sebagain dasar penyusunan topik-topik bimbingan klasikal.


(26)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pada keilmuan Bimbingan dan konseling khususnya mengenai komunikasi interpersonal pada siswa XI SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Yayasan SMA Yos Sudarso Cilacap

Penelitian ini diharapkan dapat membantu penyusunan dan pengembangan program bimbingan klasikal tentang kemampuan komunikasi interpersonal siswa.

b. Bagi Guru BK SMA Yos Sudarso Cilacap

Penelitian ini diharapkan sebagai dasar penyusunan program bimbingan klasikal untuk meningkatkan kualitan kemampuan komunikasi interpersonal siswa.

c. Bagi Siswa SMA Yos Sudarso Cilacap

Penelitian ini diharapkan siswa lebih mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah.

E. Definisi Operasional

Kemampuan komunikasi interpersonal aadalah kemampuan menunjukkan keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan


(27)

dalam berkomunikasi dengan orang lain seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner ynang digunakan.


(28)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memuat mengenai kajian pustaka yang relevan yang mendasari bangunan konsepsual penelitian ini yang meliputi: (A) Hakikat Komunikasi Interpesonal, (B) Komunikasi Interpersonal Remaja, (C) Bimbingan Pribadi-sosial.

A. Hakikat Komunikasi Interpesonal 1. Pengertian Komunikasi Interpesonal

Secara etimologis komunikasi berasal dari Bahasa latin

Communicare, yang berarti berpartipasi atau memberitahukan (Liliweri,

1991: 3). Komunikasi dilakukan dengan tujuan untuk memberitahukan sesuatu dari sumber informasi kepada penerima informasi. Komunikasi menghasilkan reaksi umpan balik dari penerima informasi dapat dalam bentuk verbal maupun nonvrtbal. Salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan ialah komunikasi interpersonal.

Menurut McDavid & Harari (1999) komunikasi interpesonal adalah proses komunikasi yang ber-setting pada obyek-obyek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu stimulus yang berupa informasi atau pesan. Devito (Maulana & Gumelar, 2013) mendefinisikan komunikasi interpesonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. DeVito (Maulana & Gumelar, 2013) menyatakan bahwa komunikasi


(29)

interpersonal memiliki sedikitnya lima tujuan. Tujuan ini tidak selalu kita sadari, bisa juga tanpa disadari, ataupun disengaja. Kelima tujuan komunikasi interpersonal yang dimaksudkan adalah:

Pertama, Proses Belajar, setiap seseorang berkomunikasi secara

interpesonal; seseorang belajar mengenai sesuatu yang terjadi di lingkungan yang ada di sekitar. Hal ini akan membuat seseorang belajar tentang orang lain dan diri sendiri. Komunikasi interpersonal dapat membantu seseorang mengerti, memahami, dan merespon lingkungan di sekitar, seperti peraturan, norma-norma dan etika yang berlaku. Melalui komunikasi interpersonal, seseorang juga mengetahui bagaimana pendapat orang lain mengenai suatu hal ataupun peristiwa, dan juga mengetahui bagaimana orang lain menilai atau merespons diri dan tingkah laku.

Kedua, Membangun suatu hubungan atau relasi; setiap orang ingin

membangun dan mempertahankan sebuah hubungan. Seseorang menghabiskan banyak waktu untuk melakukan komunikasi interpersonal untuk membangun dan mempertahankan hubungan sosial. Hubungan sosial menghindarkan diri dari kesendirian dan depresi.

Ketiga, Mempengaruhi lawan bicara; dalam komunikasi

interpesonal, seseorang akan sering mencoba memengaruhi sikap dan perilaku orang lain.

Keempat, Bermain dengan lawan bicara; berdiskusi tentang hobi,


(30)

menyeimbangkan hidup dan membuat pikiran seseorang beristirahat sejenak dari hal-hal yang serius. Bermain meliputi segala hal yang dapat kita nikmati.

Kelima, menolong sesama melalui komunikasi interpersonal

seseorang dapat menenangkan, menghibur dan memberi saran kepada orang lain. Secara profesional atau bukan, keberhasilan untuk menolong seseorang tergantung pada ketrampilan komunikasi interpersonal seseorang.

Winkel (Suseno, 2012) menegaskan bahwa komunikasi interpersonal merupakan suatu proses komunikasi timbal balik yang berlangsung antara dua atau lebih secara tatap muka, langsung dan melalui kontak pribadi. Komunikasi interpersonal dilakukan secara tatap muka, sehingga komunikator segera mendapatkan timbal balik/reaksi baik verbal maupun nonverbal. Komunikasi interpersonal melibatkan kontak pribadi pada para pelakunya, sehingga tercipta komunikasi yang mendalam.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Timbal balik yang terjadi dalam komunikasi interpersonal bersifat langsung sehingga komunikator (orang yang menyampaikan pesan) dapat segera mengetahui apakah pesan yang disampaikan, sudah dimengerti oleh komunikan (orang yang menerima pesan).


(31)

2. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Wood (2013) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Selektif

Komunikasi interpersonal dicirikan sifat selektif karena pada dasarnya setiap orang akan memilih dengan siapa dia akan berkomunikasi, seseorang tidak ingin berkomunikasi secara intim dengan semua orang yang ditemui, namun memilih-milih berdasarkan keinginan.

b. Sistemis

Komunikasi interpersonal dicirikan dengan sifat sistemis karena terjadi sistem yang variasi. Komunikasi terjadi dalam konteks yang mempengaruhi peristiwa dan makna yang melekat terhadapnya. Terdapat banyak sistem yang melekat pada proses komunikasi interpersonal. Setiap sistem mempengaruhi apa yang seeorang harapkan dari orang lain. Sistem mempengaruhi makna yang muncul dalam komunikasi.

c. Unik

Komunikasi interpersonal sangat unik. Pada interaksi yang melampaui peran sosial, setiap orang menjadi unik dan oleh karena itu menjadi tidak tergantikan. Misalnya, kita dapat mengganti seseorang dengan hubungan I-it (seorang office boy kantor dapat digantikan orang lain) dan bahkan juga hubungan I-You (kita dapat mencari partner badminton yang lain), tetapi seseorang tidak dapat


(32)

menggantikan keakraban. Seseorang dapat menemukan sahabat baru, atau pacar baru, tetapi mereka tidak dapat menggantikan keakraban yang telah hilang dari pertemanan atau pasangan dahulu.

Setiap orang selalu unik, begitu pula dengan persahabatan. Sekelompok sahabat pasti menciptakan pola unik sendiri dan bahkan istilah-istilah yang hanya dimiliki oleh kelompok mereka sendiri (Nicholson, 2006). Proses menjalin keakraban, seseorang dapat saja bertindak di luar kebiasan mereka dalam interaksi sehari-hari. Hal ini mungkin saja berbeda dengan peran sosial yang biasa mereka jalankan (Duck, 2006; Wood, 2013a).

d. Process

Komunikasi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan. Hal ini berarti komunikasi senantiasa berkembang dan menjadi lebih personal dari masa ke masa. Hubungan persahabatan dan hubungan romantis dapat tumbuh lebih dalam atau lebih renggang seiring berjalannya waktu. Hubungan dalam lingkungan kerja juga dapat berkembang dari masa ke masa.

e. Transaksional

Pada dasarnya komunikasi interpersonal adalah proses tansaksi antara beberapa orang. Ketika bercerita sesuatu yang menarik pada seorang teman, ia tertawa. Ketika atasan menjelaskan sebuah gagasan, seseorang akan menganggukan kepala sebagai tanda dia paham. Ketika seorang anak dimarahi orang tuanya, bisa jadi kepala dia


(33)

menunduk menandakan dia bersalah. Hubungan sehari-hari semua pihak berkomunikasi secara terus-menerus dalam waktu bersamaan. f. Individual

Komunikasi I-Thou, seseorang memperlakukan orang lain (dan sebalikanya) sebagai manusia seutuhnya, tanpa meletakannya pada peran sosial. Komunikasi seperti ini hanya dapat terjadi jika seseorang memahami diri sendiri sebagai manusia yang unik. Seseorang belajar untuk memahami ketakutan dan harapan, masalah dan kegembiraan, dan kemampuan dalam berinteraksi secara utuh bersama orang lain. Ketika kepercayaan sudah terbangun dengan baik, seseorang bisa berbagi informasi yang sifatnya privasi pada orang lain.

g. Pengetahuan Personal

Komunikasi interpersonal membantu perkembangan pengetahuan personal dan wawasan seseorang terhadap interaksi manusia. Agar dapat memahami keunikan individu, seseorang harus memahami pikiran dan perasaan orang lain secara personal. Contohnya, seorang pemuda kenal lebih dari 25 tahun dengan rekannya. Selama semasa itu, dia paham apa yang selalu menjadi kecemasan dan apa yang menjadi minatnya. Sesuatu yang tidak terjadi ketika mereka baru saja kenalan. Orang yang sudah mengenal kita sejak lama akan banyak memiliki kenangan bersama. Hal inilah yang membuat hubungan antarmanusia menjadi semakin utuh dan relasi seperti ini tidak terjadi pada teman biasa.


(34)

h. Menciptakan Makna

Inti dari komunikasi Interpersonal adalah berbagai makna dan informasi antara dua belah pihak (Duck, 19994a, 1994b). Seseorang tidak hanya bertukar kalimat, tetapi juga saling berkomunikasi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Lunandi (1989) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi, yaitu:

a. Citra Diri

Setiap manusia memiliki gambaran tertentu mengenai dirinya sendiri, status sosial, kelebihan, dan kekurangan. Gambaran itu menjadi penentu bagi caranya berbicara, menjadi penyaring bagi apa yang dilihatnya, penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di sekitarnya. Citra diri menentukan persepsi dan ekspresi seseorang. Citra diri yang lemah akan terlihat pada komunikasinya dengan orang lain, misalnya sukar berbicara bebas, sulit menyatakan isi hati dan pikiran.

Manusia belajar menciptakan citra diri yang dimiliki melalui hubungan dengan orang lain, terutama lain yang penting bagi dirinya. Melalui komunikasi tanpa kata dari orang lain seseorang mengetahui apakah dirinya dicintai atau dibenci.

Sukses komunikasi interpersonal banyak tergantung pada kualitas citra diri yang dimiliki. Bila seseorang memiliki citra diri yang positif,


(35)

ia akan menjadi lebih terbuka dan menghargai perbedaan dengan orang lain sehingga komunikasi akan terasa lebih menyenangkan. b. Citra Pihak Lain

Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang untuk berkomunikasi. Umumnya orang lain memiliki gambaran tersendiri tentang diri seseorang dan dengan gambaran tersebut mereka berkomunikasi. Citra diri dan citra pihak lain memiliki perpaduan yang kuat untuk menentukan gaya dan ciri seseorang ketika berkomunikasi. Misalnya, seorang ayah memiliki citra anaknya sebagai manusia ingusan yang tidak tahu apa-apa, maka ia akan cenderung bertingkah laku otoriter, mengatur, melarang, mengharuskan.

c. Lingkungan Fisik

Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain setiap tempat memiliki norma sendiri yang harus dihormati. Lingkungan fisik memberikan batasan manusia untuk berperilaku. Seseorang mungkin akan lebih banyak gaduh ketika berada di tempat beribadah, lebih suka berteriak ketika berada di rumah sendiri.

d. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial ikut berperan menentukan tingkah laku dan cara berkomunikasi seseorang. Pakaian yang digunakan seseorang ketika berpesta di sebuah hotel berbintang akan berbeda dengan pakaian yang digunakan menghadiri pesta pernikahan pembantu tetangganya.


(36)

Untuk mencapai komunikasi yang efektif, seseorang harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan dimana ia berada, membedakan lingkungan yang satu dengan yang lainnya.

e. Kondisi

Orang tidak selamanya berada pada kondisi puncak. Secara fisik orang kadang-kadang merasa letih, lesu, ketika seeorang berada pada kondisi yang penuh semangat, ia akan punya kecenderungan untuk cermat dalam memilih kata-kata, peka terhadap perasaan pihak lain yang menerima komunikasi. Selain kondisi fisik, kondisi emosi juga menjadi faktor penentu. Orang yang sedang marah cenderung bersikap keras, ucapannya tajam, persepsinya cenderung negatif dan kurang peduli pada maksud pihak lain.

f. Bahasa Tubuh

Komunikasi tidak hanya dikirimkan untuk mengirim atau terkirim melalui medium kata-kata yang diucapkan. Badan manusia juga merupakan medium komunikasi. Melalui gerakan tubuh, gerakan mata, ekspresi wajah, kecepatan dan volume suara orang lain menafsirkan pesan apa yang ingin dikirimkan lawan bicara. Agar komuniksi yang dijalin menjadi lebih efektif. Maka harus diusahakan pesan yang dikirimkan secara verbal haruslah diikuti gerakan nonverbal yang tepat. Jika seseorang mengatakan bahwa ia senang bertemu dengan teman lamanya. Tetapi ketika berbicara ia menghindari kontak mata yang langsung. Melihat-lihat ke


(37)

sekelilingnya seakan-akan mencari orang lain orang ini mengirim pesan yang bertentangan.

Dari uraian di atas disampaikan bahwa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpesonal adalah citra diri, citra pihak lain, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kondisi dan bahasa tubuh.

4. Aspek-aspek Komunikasi Interpesonal

Maulana & Gumelar (2013) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi interpesonal mempunyai aspek-aspek sebagai berikut:

a. Keterbukaan

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang diajaknya berinteraksi. Hal ini tidak mengharuskan seseorang membuka semua wirayat hidupnya kepada orang lain. Komunikasi interpersonal harus ada kesediaan untuk membuka diri tanpa dipaksa orang lain agar komunikasi dapat berjalan baik.

Aspek keterbukaan kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Seseorang ingin orang lain bereaksi secara terbuka terhadap apa yang diucapkan.


(38)

Seseorang memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain, aspek ketiga menyangkut “kepemilikian” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). b. Empati

Henry Bachrach (1976) mendefinikan empati sabagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu. Bersimpati adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan perasaan yang sama dengan cara dengan cara yang sama.

Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Seseorang dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun nonverbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan: (1) keterlibatan aktif dengan orang lain melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

c. Sikap Mendukung

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportive). Maksudnya satu sama lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Sikap mendukung adalah sikap yang mengurangi sikap yang


(39)

defensive dalam komunikasi yang dapat terjadi karena faktor-faktor personal seperti ketakutan, kecemasan, dan lain sebagainya yang menyebabkan komunikasi interpersonal akan gagal, karena orang yang defensive akan melindungi diri sendiri dari ancaman yang ditanggapi dalam komunikasi dibandingkan memahami orang lain. d. Sikap Positif

Seseorang mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpesonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif, dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk berinteraksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang menikmati interaksi atau bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

e. Kesetaraan

Setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mugkin lebih pandai berbicara dalam berkomunikasi, penggunakan kata yang lebih baku, lebih cenderung membuat lelucuan dalam komunikasi, dan lebih pintar daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari


(40)

ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga. Masing-masing orang mempunyai sesuatu yang terpenting untuk disumbangkan.

Suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjauhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut Carl Rogers, kesetaraan meminta seseorang untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

5. Elemen-Elemen dalam Komunikasi Interpesonal

DeVito, (1990) proses komunikasi interpesonal akan terjadi dengan memiliki syarat-syarat terpenuhinya unsur-unsur dalam komunikasi interpesonal. Komunikasi interpersonal memiliki unsur-unsur tersebut antara lain:

a. Pengirim dan penerima pesan

Komunikasi interpersonal sedikitnya melibatkan dua orang, setiap orang merasakan dan mengirim pesan (fungsi pengiriman). Lalu diterima dan dipahami (fungsi penerima).


(41)

b. Pengkodean dan pemecahan kode

Pengkodean yaitu proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang atau disusun terlebih dahulu dengan mengunakan kata-kata. Pengkodean adalah proses memproduksi pesan. Pemecahan kode adalah proses dimana komunikasi menetapkan makna dan lambang yang disampaikan komunikator adanya. Pemecahan kode adalah tindakan menginterpretasikan kode.

Proses komunikasi interpersonal melibatkan dua orang dalam situasi interaksi, komunikator menjadi suatu pesan lalu menyampaikan pada komunikan, dan komunikan mengawas sandi pesan tersebut. Sampai disitu komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Jika komunikator sedang berbicara, ia akan menjadi encoder dan yang sedang mendengarkan menjadi

decoder. Ketika komunikasi memberi tanggapan dan berbicara pada

komunikator, maka komunikasi ini akan menjadi encoder dan komunikasi menjadi decoder. Tanggapan komunikasikan yang disampaikan kepada komunikator itu dinamakan umpan balik atau arus balik.

c. Pesan

Agar komunikasi interpesonal tetap ada, pesan yang mengekspresikan pikiran dan perasaan seseorang harus dikirim dan diterima. Komunikasi interpersonal tidak selalu secara verbal.


(42)

seseorang dapat berkomunikasi melalui gerakan, sentuhan sama seperti komunikasi secara verbal.

Umpan balik memberi tahu komunikator efek apa yang diberikannya kepada komunikan. Umpan balik dapat berasal dari diri sendiri (sebagaimana dia mendengar apa yang sudah dia katakan) atau orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Proses komunikasi interpersonal umpan balik memiliki peran penting karena pengirim dan penerima secara terus-menerus dan bergantian memberi umpan balik dalam berbagai bentuk baik verbal maupun norverbal. Situasi interpersonal umpan balik lebih sering diterima secara langsung setelah pesan disampaikan.

d. Gangguan

Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu “kejernihan” pesan dalam proses komunikasi, sehingga sering kali pesan yang disampikan berbeda dengan pesan yang diterima.

e. Efek

Proses komunikasi selalu memiliki berbagai akibat, baik pada salah satu pelaku atau keduanya. Efek dari kegiatan komunikasi mencakup 3 aspek yaitu; (1) aspek kognitif, menyangkut kesadaran dan pengetahuan, misalnya memperoleh pengetahuan atau belajar bagaima menganalisis. (2) aspek afektif, menyangkut sikap, kepercayaan, emosi, dan perasaan, misalnya perasaan sedih, gembira. (3) aspek


(43)

konatif dan psikomotor, menyangkut perilaku atau tindakan berbuat seperti apa yang disarankan.

f. Channel komunikasi

Channel komunikasi adalah media yang dilalui oleh pesan. Channel berfungsi sebagai jembatan antara pengirim dan penerima

pesan. Contoh: berbicara dan mendengar, mencium, melihat, mengeluarkan bau, dan bahkan menyentuh untuk berkomunikasi. Hal-hal yang dapat dikatakan sebagai channel adalah tatap muka, telepon, surat, dan lain-lain.

g. Konteks

Cara kita berkomunikasi setiap saat berbeda dipengaruhi oleh konteks. Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan kejadian. Tiga dimensi konteks komunikasi adalah fisik, sosial psikologis, dan temporal. DeVito pada tahun 1995 menambahkan dua elemen komunikasi interpesonal, yaitu: kompetensi dan etika.

B. Komunikasi Interpersonal Remaja 1. Pengertian Remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Pada zaman primitif dan pada zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda


(44)

dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila mampu mengadakan reproduksi.

Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh piaget (dalam Hurlcok, 1991: 206) mengatakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah masa usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk jugaperubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.

Menurut mappiare (Ali &Asrori, 2014) menyatakan bahwa masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlcok,


(45)

1988). Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah.

Berdasarkan penelitan para ahli psikologi dapat diketahui bahwa remaja berasal dari kata adolescence yang artinya tumbuh dan berkembang. Masa remaja merupakan masa puber, yang memasuki masa remaja akhir, yaitu pada usia 12/13 tahun sampai dengan 21/22 tahun. Remaja merupakan masa peralihan seorang anak-anak menuju kedewasaan yang ditandai dengan adanya perubahan dan perkembanganfisik motorik, kognitif, sosio-emosional.

2. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Menurut Ali & Asrori (2011) menyatakan bahwa tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock, (1988) adalah:

a. Mampu menerima keadaaan fisiknya.

Sering sekali bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.


(46)

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa. Menerima peran seks dewasa diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminim dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun.

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlawan jenis.

Adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa kanank-kanak dan masa puber, maka mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui ihwal lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebayanya sesama jenis juga tidak mudah.

d. Mencapai kemandirian emosional

Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang deawasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah.


(47)

Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelomok sebaya hubungan yang akrab dengan anggota kelompok.

e. Mencapai kemandirian ekonomi.

Kemandirian ekonomis tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja kalau remaja memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian ekonomis bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomis mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.

f. Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan ketrampilan intelektual dan konsep yang terpenting bagi kecakapan sosial. Namun, hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan ketrampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang aktif dalam berbagai aktivitas ekstrakurikuler


(48)

menguasai praktik demikian namun mereka yang tidak aktif, karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak diterima oleh teman-temannya tidak memperoleh kesempatan ini.

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orangtua.

Sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa; orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan nilai-nilai teman sebaya, maka remaja harus memilih yang terakhir bila mengharapkan dukungan kehidupan sosial mereka.

h. Mengembangkan Perilaku Tanggung Jawab Sosial Yang Di Perlukan Untuk Memasuki Dunia Remaja.

Erat hubungan dengan masalah perkembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas perkembangan perilaku yang bertanggung jawab. Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-teman sebaya, tetapi hal ini sering kali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab.


(49)

C. Bimbingan Pribadi-Sosial

Menurut Winkel & Sri Hastuti (2006) menyatakan bahwa bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

Kegunaan dari ragam bimbingan ini kiranya tidak perlu diuraikan dengan panjang lebar, karena setiap manusia sudah mengetahui dari pengalamannya sendiri apa akibatnya bila pergumulan batin tidak dapat terselesaikan, dan tarif penderitaan batin dialami bila timbul problem dalam pergaulan sosial yang pokok bukanlah, apakah timbul tantangan dan kesulitan yang menyangkut dirinya sendiri, melainkan bagaimanakah sikap dan tindakan dalam menghadapi kesulitan yang timbul.

Siswa remaja berhadapan dengan dirinya yang lain daripada sebelumnya, misalnya timbul beberapa keinginan serta perasaan yang silih berganti dari yang sangat sedih ke sangat gembira; ingin membangun cita-cita, tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Bagi mereka pergaulan dengan anggota keluarga dapat menjadi problem; demikian pula pergaulan dengan teman lain jenis.

Bimbingan pribadi-sosial yang diberikan dijenjang pendidikan menengah sebagian disalurkan melalui bimbingan kelompok dan sebagian


(50)

lagi melalui bimbingan individual, serta mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui oleh siswa remaja, antata lain tentang konflik batin yang dapat timbul dan tentang tata cara bergaul yang baik.

2. Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini, yang semakin berkembang ke arah masyarakat modern, antara lain apa ciri-ciri kehidupan modern, dan apa makna ilmu pengetahuan serta teknologi bagi kehidupan manusia.

3. Pengaturan diskusi kelompok mengenai kesulitan yang dialami oleh kebanyakan siswa, misalnya menghadapi orang tua yang taraf pendidikannya lebih rendah daripada anak-ankanya, khususnya siswa remaja dapat merasa lega, bila dia menyadari teman-temannya mengalami kesulitan yang sama; dia lalu tidak memandang dirinya lagi sebagai orang yang abnormal. Diskusi kelompok ini dapat mendorong siswa untuk menghadapi ahli bimbingan, guna membicarakan suatu masalah secara pribadi dalam wawancara konseling.

4. Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian siswa. Kiranya tidak perlu lagi ditekankan, bahwa tenaga bimbingan yang memberikan bimbingan ini membutuhkan pengetahuan dan pemahaman psikologis yang cukup mendalam, serta harus memiliki fleksibilitas yang tinggi dan kesabaran yang besar. Disatu pihak dia harus mampu memahami situasi konkrit dari setiap orang yang


(51)

dibimbing, namun dilain pihak dia harus membantu siswa mmengambil manfaat dari semua pengalaman hidup, betapapun pahitnya, dan mengarahkan pandangannya ke masa depan. Memberikan ragam bimbingan ini menuntut kepekaan pembimbing, yang dapat dikembangkan melalui studi literatur profesional dan pengalaman bergaul dengan orang muda.


(52)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian jenis penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, alat pengumpul data, validitas dan reliabilitas, pengumpulan data, teknik analisis data penelitian, prosedur pengumpulan dan analisis data penelitian.

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Nawawi (1998), penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat. Penelitian ini akan menggambarkan keadaan dari obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta dan menjelaskan serta mencoba menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

B. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah Komunikasi Interpersonal Antar Siswa SMA Yos Sudarso Cilacap kelas XI IPS, XI IPA, dan XI IBS tahun 2015/2016. Variabel ini akan diuraikan secara operasional demi kepentingan pengukuran dan pengumpuan data.


(53)

C.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016. Alasan peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap yaitu dikarenakan peneliti melihat fenomena atau kasus-kasus yang berkaitan dengan komunikasi interpesonal antar siswa di sekolah. Peneliti menggunakan seluruh populasi siswa yang ada di kelas XI. Sugiono (2011) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun data siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Data Siswa Kelas XI

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Siswa

1.

XI IPS 8 12 20

2. XI IPA 14 17 31

3. XI BHS 4 5 9

TOTAL 60

D.Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner. Sugiono (2011) mengungkapkan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.


(54)

Kuesioner yang disusun peneliti mengacu pada prinsip-prinsip skalalikert. Sugiono (2011) mengatakan bahwa Skalalikert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentangfenomena sosial.

Item pernyataan yang terdapat pada kuesioner komunikasi interpesonal terdiri dari pernyataan favorable (pernyataan positif) dan pernyataan unfavorable (pernyataan negatif). Pernyataan favorable mendukung variabel yang diukur sedangkan pernyataan unfavorable merupakanpernyataan yang tidak mendukung variabel.

Instrumen penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban. Jawaban yang dimaksud adalah Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Responden akan diminta untuk menjawab pernyataan yang terdapat pada kuesioner komunikasi interpersonal dengan memilih salah satu alternatif jawaban dengan memberikan tanda centang (√) pada lembar jawaban. Demikian dapat diketahui tingkat Komunikasi interpersonal pada responden penelitian. Jika skor yang didapatkan tinggi, maka tinggi pula komunikasi interpersonal dari responden, begitu juga sebaliknya.

Pada instrumen ini, peneliti tidak mencantumkan alternatif jawaban ragu-ragu karena mengurangi kecenderungan responden memberikan jawaban netral. Norma skoring yang digunakan dalam pengolahan ini adalah seperti yang disajikan dalam tabel 2.


(55)

Tabel 2

Skoring Kuesioner Komunikasi Interpesonal

Alternatif Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable

Sangat Sesuai 4 1

Sesusai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

Sangat Tidak sesuai 1 4

Penelitian ini menggunakan kisi-kisi kuesioner sebagai dasar pembuatan kuesioner. Kisi-kisi kuesioner kemampuan Komunikasi Interpersonal ini dibuat berdasarkan efektivitas komunikasi interpersonal. Operasionalisasi objek penelitian ini dijabarkan dalam kisi-kisi seperti yang disajikan pada tabel 3.


(56)

Tabel 3

Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Komunikasi Interpersonal

No Aspek Indikator Item

Fav

Item Unfav

Jml

1. Keterbukaan 1. Mampu terbuka kepada orang yang

diajak berinteraksi.

1,14,58 8,18, 28

18 1. Bereaksi secara jujur terhadap

stimulus yang datang.

2, 15, 62 7, 11, 26 2. Mampu mengakui perasaan kepada

orang lain.

4, 13, 54 36,10, 60

2. Empati 1. Mampu memahami pengalaman

orang lain.

43, 9, 51 24,57, 48

18

2. Mampu memahami perasaan dan

sikap orang lain.

38,25,47 20,63, 52 3. Mampu berkomunikasi secara verbal

dan nonverbal dengan orang lain.

6, 55, 61 17,32, 21

3. Sikap

Mendukung

1. Mampu meminta informasi tentang suatu hal terhadap lawan bicaranya untuk mendukung berkomunikasi.

23, 56 64, 33

12 2. Mampu mendengarkan pandangan

yang berbeda dari orang lain terhadap sesuatu hal.

49, 40 59, 5

3. Mampu menerima pendapat orang lain.

3, 35 45, 12

4. Sikap Positif 1. Mampu menunjukan sikap positif

terhadap orang yang diajak bicara.

30,46,19 16, 41,44 10 2. Mampu mendukung orang secara

baik dengan bersikap positif dalam berinteraksi.

53, 22 31, 27

5. Kesetaraan 1. Mampu menerima bahwa setiap

pihak sama-sama bernilai dan berharga.

42, 29 34, 39 8 2. Mampu menerima pihak lain dengan

penghargaan positif tak bersyarat.

37, 66 65, 50


(57)

E. Validitas Dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah taraf sampai di mana suatu alat tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995). Ary, Jacobs, dan Razavieh (2007) validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Azwar (2003) validitas menunjuk pada sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Validitas alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi berkaitan dengan kemmpuan suatu instrumen dalam mengukur isi (konsep) yang harus di ukur (Siregar, 2013). Validitas isi dalam penelitian ini mengukur konsep komunikasi interpersonal yang disusun dalam kuesioner.

Validitas kuesioner penelitian ini diuji dengan pengujian empirik dengan mengkorelasikan skor setiap item instrumen terhadap skor-skor total aspek dengan teknik korelasi Spearman’s rho menggunakan aplikasi programkomputer SPSS korelasi Spearman’s rho adalah sebagai berikut:


(58)

Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisien validitas > 0,30 (Azwar, 2007:103). Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien di bawah 0,30 maka item tersebut dinyatakan gugur.

Peneliti melakukan uji validitas kuesioner pada tanggal 14 Agustus 2015 pada kelas XI IPS, IPA, BHS di SMA Yos Sudarso Cilacap. Data yang di ambil yaitu sebanyak 60 siswa. Bedasarkan hasil perhitungan program komputerisasi SPSS, diperoleh hasil dari 52item terdapat 50 item valid dan 2 item unvalid.

Pada item-item yang unvalid, peneliti tidak melakukan perbaikan dan hanya membuang item yang unvalid. Alasannya yaitu sudah terdapat item valid yang telah mewakili isi dari beberap item yang valid dan unvalid terdapat pada tabel 4 dibawah ini.


(59)

Tabel 4

Validitas Kuesioner Komunikasi Interpersonal

No Aspek-aspek

komunikasi Interpersonal

Indikator Item Fav Item

Unfav Item Valid Item Tidak Valid

1. Keterbukaan 1. Mamputerbuka kepada orang

yang diajak berinteraksi

1,14,58 8,18,28 1,14,8,18 28

58 2. Bereaksi secara jujur terhadap

stimulus yang datang.

2,15,62 7,11,26 2,15,62, 11

7, 26

3. Mampu mengakui perasaan

orang lain.

4,13 54 36,10, 60

4,13,54, 60

13,36, 10

2. Empati 1. Mampu mengetahui

pengalaman orang lain.

43, 9, 51 24,57, 48

43,9,24, 57,48

51

2. Mampu memahami perasaan

dan sikap orang lain.

38, 25,47 20,63, 52

25,47,20, 63,52

38 3. Mampu berkomunikasi secara

verbal dan nonverbal dengan orang lain.

6, 55, 61 17,32, 21

6,55,61, 32, 21

17

3. Sikap

mendukung

1. Mampu meminta informasi

tentang suatu hal terhadap

lawan bicaranya untuk

mendukung berkomunikasi.

23, 56 64, 33 23,56, 64 33

2. Mampu mendengarkan

pandangan yang berbeda dari orang lain terhadap sesuatu.

49, 40 59, 5 40, 59 49,5

3. Mampu menerima pendapat

orang lain.

3, 35 45,12 3,35,45,

12

4. Sikap positif 1. Mampu menunjukan sikap

positif terhadap orang yang diajak bicara.

30,46, 19 16,41, 19

30,46,41, 44

16

2. Mampu mendukung orang

secara baik dengan bersikap positif dalam berinteraksi.

53, 22 31, 27 53,22,31,

27

5. Kesetaraan 1. Mampu menerima bahwa setiap

pihak sama-sama bernilai dan berharga.

42, 29 34, 39 42,29, 39 34

2. Mampu menerima pihak lain dengan penghargaan positif tak bersyarat.

37, 66 65, 50 37,66,65,

50

TOTAL 52 14

Untuk mengambil data penelitian yang real, peneliti membuat kembali kisi-kisi kuesioner yang baru (setelah uji coba). Kisi-kisi kuesioner yang baru ini


(60)

hanya berisi item-item yang valid (yang sudah lolos uji validitasnya) dan item yang unvalid peneliti buang/tidak digunakan untuk penelitian. Kisi-kisi kuesioner kemampuan komunikasi interpersonal siswa dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa (Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas)

No Aspek Indikator Item Fav Item

Unfav

Jml

1. Keterbukaan 1.Mampu terbuka kepada orang

yang diajak berinteraksi

1,14 8,18,28 5

2.Bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.

2,15,62 11 4

3.Mampu mengakui perasaan orang lain.

4,54 60 3

2. Empati 1.Mampu mengetahui pengalaman

orang lain.

43,9 24,57,48 5

2.Mampu memahami perasaan dan sikap orang lain.

25,47 20,63,52 5

3.Mampu berkomunikasi secara verbal dan nonverbal dengan orang lain.

6,55,61 32,21 5

3. Sikap mendukung 1.Mampu meminta informasi

tentang suatu hal terhadap lawan bicaranya untuk mendukung berkomunikasi.

23,56 64 3

2.Mampu mendengarkan pandangan yang berbeda dari orang lain terhadap sesuatu.

40 59 2

3.Mampu menerima pendapat orang lain.

3,35 45,12 4

4. Sikap Positif 1.Mampu menunjukan sikap positif terhadap orang yang diajak bicara.

30,46,19 41,44 5

2.Mampu mendukung orang secara baik dengan bersikap positif dalam berinteraksi.

53,22 31,27 4

5. Kesetaraan 1.Mampu menerima bahwa setiap

pihak sama-sama bernilai dan berharga.

42,29 39 3

2.Mampu menerima pihak lain dengan penghargaan positif tak bersyarat.

37,66 65,50 4


(61)

2. Reliabilitas

Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran (Azwar, 2009). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2007). Sukardi (2013) mengatakan bahwa pengukuran yang menggunakan instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.

Teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik alpha cronbach. Adapun rumus koefisien reliabilitas

alpha cronbach (α) adalah sebagai berikut:

α = 2[1- ]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 Sx2 : varians skor skala

Hasil perhitungan indeks realibilitas dikonsulkan dengan kiteria Guilford (Masidjo, 1995: 2009). Kriteria Guilford tersaji dalam tabel 5.

2 S

2 S + 2 S

x i x


(62)

Tabel 6 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

2. 0,71 – 0,90 Tinggi

3. 0,41 – 0,70 Cukup

4. 0, 21 – 0,40 Rendah

5. Negatif – 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil uji realibiltas kuesioner yang peneliti lakukan dengan mengunakan program SPSS16,0 for Windows, diperoleh hasil 0,866 dari 52 item dengan kategori tinggi. Dari hal tersebut, kuesioner ini layak untuk dijadikan alat penelitian.

F. Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data pada tanggal 14 Agusutus 2015 pada siswa SMA Yos Sudarso Cilacap dengan jumlah populasi sebanyak 60 siswa.

G.Teknik Analisis Data Penelitian

Sugiyono (2011) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk


(63)

menjawab rumusan masalah. Berikut merupakan langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini:

1. Penentuan Skor Item Kuesioner

Penentuan dilakukan dengan cara memberikan skor dari angka 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan favorable atau unfavorable, Selanjutnya memasukkannya kedalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor serta jumlah skor item. Tahap selanjutnya adalah menganalisis validitas serta reliabilitas data secara statistik menggunakan program aplikasi SPSS.

2. Kategorisasi

Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2007). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari sangat rendah sampai dengan sangat tinggi.

Norma kategorisasi disusun berdasar pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2009). Tingkat komunikasi interpersonal antar siswa SMA Yos Sudarso Cilacap terdiri atas lima kategori: sangat, rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi dengan norma kategorisasi yang disajikan dalam tabel 6.


(64)

Tabel 7 Norma Kategorisasi

Norma/KriteriaSkor Kategori X≤ µ -1,5σ SangatRendah µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Rendah µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ Sedang µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ Tinggi

µ +1,5 σ <X SangatTiinggi

Keterangan:

Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh Subjek penelitian berdasarkan Perhitungan skala

Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh Subjek penelitian menurut perhitungan skala

Standar deviasi (σ /sd) : Luas jarak rentanggan yang dibagi dalam6 satuan deviasi sebaran µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis skor maksimum

dan minimum

Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi rendah tingkat komunikasi interpersonal siswa kelas XI IPS, IPA,BHS SMA Yos Sudarso Cilacap. Jumlah item 52 setelah menghapus item yang gugur, diperoleh perhitungan skor subyek sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 4 X 52 = 208 Skor minimum teoritilk : 1 X 52 = 52 Luas jarak : 208 – 58 = 150


(65)

σ Standar deviasi : 150 : 6 = 25

µ (mean teoritik) : (208 + 52) : 2 = 130

Hasil perhitungan analisis data skor subjek yang disajikan dalam norma katagorisasi tingkat komunikasi interpersonal siswa kelas XI IPS, IPA, BHS SMA Yos Sudarso Cilacap seperti yang disajikan dalam tabel 7.

Tabel 8

Hasil Analisis Data Skor Subjek

Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori

X≤ µ -1,5σ <93 Tidak Baik

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 93 – 117 Kurang Baik µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 118 – 142 Cukup Baik

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 143 – 168 Baik

µ +1,5 σ <X >168 Sangat Baik

Berdasarkan norma kategorisasi pada tabel 7 ditetapkan pengelompokan baik tidaknya tingkat komunikasi interpersonal kelas XI SMA Yos Sudarso dengan jumlah subjek = 60 siswa, diperoleh unsur perhitungan sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 4 X 60 = 240 Skor minimum teoritik : 1 X 60 = 60 Luas jarak : 240 – 56 = 184 Standar deviasi : 184 : 6 = 30, 5 = 31 µ (mean teoritik) : (240 + 60) : 2 = 150

Hasil perhitungan analisis data skor butir/item tingkat komunikasi interpersonal disajikan dalam norma kategorisasi sebagai berikut:


(66)

Tabel 9

Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen Komunikasi Interpersonal

Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori

X≤ µ -1,5σ <104 Sangat Rendah

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 104 – 134 Rendah

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 135 – 165 Sedang

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 166 – 197 Tinggi


(67)

BAB IV

HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Bab ini memuat hasil penelitian ada pembahasan komunikasi interpersonal. Penyajian hasil penelitian didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian.

A. Tingkat Komunikasi Interpersonal antar Siswa Kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap Tahun Ajaran 2015/2016

Tingkat komunikasi interpersonal antar siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap ditentukan dengan menggunakan kategorisasi Azwar (2007: 107-108). Berdasarkan perolehan data penelitian yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner komunikasi interpersonal, dilakukan analisis data dengan teknik deskriptif kategoris dan presentase yang disajikan dalam tabel dan grafik.

Tabel 10

Tingkat Kemampuan Komunikasi interpersonal antar siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016.

Norma/ Kriteria Skor Kategori Rentang

Skor

Distribusi Subjek

Persentase

µ +1,5 σ <X Sangat Baik >168 21 12, 6%

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ Baik 143 – 168 37 22, 2%

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ Cukup Baik 118 – 142 2 1,2%

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Kurang Baik 93 – 117 0 0%

X≤ µ -1,5σ Tidak Baik <93 0 0%

TOTAL 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, nampak bahwa:

a. Terdapat 21 siswa dengan presentase 12,6% kemampuan komunikasi interpersonal antar siswa kelas XI sangat baik.


(68)

c. Terdapat 2 siswa dengan presentase 1,2% kemampuan komunikasi interpersonal antar siswa kelas XI cukup baik.

d. Terdapat 0 siswa dengan presentase 0% kemampuan komunikasi interpersonal antar siswa kelas XI kurang baik.

e. Terdapat 0 siswa dengan presentase 0% kemampuan komunikasi interpersonal antar siswa kelas XI kurang baik.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dari 21 siswa dan 37 siswa SMA Yos Sudarso Cilacap kemampuan komunikasi interpersonal antar siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap tergolong baik, artinya siswa sudah mampu berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain. Maulana & Gumelar (2013) menyatakan kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga spek dari komunikasi interpersonal. Pertama, siswa satu dengan siswa yang lain saling terbuka. Siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap memiliki kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi atau isi hatinya kepada orang lain, yang biasanya di sembunyikan.

Kedua siswa kelas XI Yos Sudarso Cilacap memiliki kejujuran terhadap stimulus yang ada, siswa mampu memberikan respon yang baik ketika siswa berkomunikasi dengan lawan bicaranya sehingga tidak membuat lawan bcaranya marah. Ketiga, siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap memiliki kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan kata “aku”, artinya siswa yang ingin mengungkapkan ketidaksukaan, ketidaksenangan, atau terganggu terhadap orang lain maka siswa tersebut mampu


(69)

Dari ketiga asepek keterbukaan tersebut kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap tergolong sangat baik. Sikap empati yang dimiliki siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap sangat baik. Henry (Maulana & Gumelar 2013) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk mengetahui dan mengerti apa yang sedang dialami orang lain. Sikap mendukung dan positif yang dimiliki siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap sangat baik. Maulana & Gumelar (2013) hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness), sedangkan sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi pomunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Kesetaraan yang dimiliki siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap sangat baik. Mulana & Gumelar (2013) kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, hal ini yang menunjukan bahwa siswa memiliki kemampuan komunikasi interpersonal dengan baik.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dari 2 siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap, kemampuan komunikasi interpersonal siswa tergolong baik, artinya siswa sudah cukup berbuka dengan orang lain. Maulana & Gumelar (2013) kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga spek dari komunikasi interpersonal. Pertama, siswa satu dengan siswa yang lain saling terbuka. Siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap memiliki kesediaan untuk


(1)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini disampaikan saran-saran untuk beberapa pihak yaitu:

1. Bagi Masiswa Universitas Sanata Dharma

Diharapkan dalam penluisan skripsi harus dilakukan observasi dahulu karena dengan adanya observasi masalahnya akan jelas.

2. Bagi Guru BK SMA Yos Sudarso Cilacap

Guru BK SMA Yos Sudarso Cilacap mampu memberikan bimbingan klasikal kepada siswa tetang kemampuan komunikasi Interpersonal yang baik, agar siswa dapat memahami pentingnya komunikasi interpersonal yang baik

3. Bagi Siswa SMA Yos Sudarso Cilacap

Siswa SMA Yos Sudarso Cilacap dalam kemampuan komunikasi interpersonal program bimbingan klasikal tetang komunikasi interpersonal yang baik dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari siswa.


(2)

63

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifudin.2009. Penyusunan skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Barton W. & Beck. A. 2010. Get Set For Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra Danim, Sudarwan.2010. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta

DeVito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia (Edisi 5). Tanggerang: Karisma Publishing Group.

Hurlock E.B 1988. Perkembangan Anak, Edisi keenam jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Hurlocck. E. B. 1988. Perkembangan Anak, Edisi Keenam Jilid 2 (Terjemahan). Jakarta: Kanisius.

Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung Citra Aditya Bakti.

Maulana & Gumelar. 2013. Psikologi Komunikasi dan Persuasi. Jakrata: Akademia Permata. Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. 2007. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remja Rosdakarya.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2013. Metodologi Penelitian Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sinurat, R. H. DJ. Handout Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Santrock, John W. 2002. Life-Span Development = Perkembangan Masa Hidup (Edisi 5/ Jilid II). Jakarta: Erlangga

Wisnuwardhani, Dian dan Sri Fatmawati Mashoedi. 2012. Hubungan Interpersonal. Jakarta:Salemba Humanika.

Wood. J.T. 2013. Komunikasi Interpersonal Interaksi keseharian Edisi enam. Jakarta: Salemba Humanika.

Sukoco, Benediktus Heru. 2013. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa semester Tiga Program Studi Bimbingan Dan Konseling Falkutas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.


(3)

NO. PERNYATAAAN SS S TS STS

1. Saya memberikan saran kepada teman demi kemajuan

prestasi belajarnya.

2. Ketika teman meminta pendapat tetang pakaian yang

dibelinya, saya mengatakan sesuai pikiran saya.

3. Saya menerima pendapat teman tentang diri saya

dengan mengatakan terima kasih.

4. Saya menyampaikan rasa sayang kepada teman secara

langsung.

5. Saya selalu mengucapkan terima kasih saat teman

memuji saya.

6. Saya malu untuk bertanya tentang pelajaran kepada

teman yang lebih pintar.

7. Saya mencoba mengerti perasaan sedih teman, ketika

teman saya mengalami pengalaman yang menyakitkan.

8. Saya memukul meja ketika saya tahu tugas kelompok

tidak selesai.

9. Saya mengobrol dengan teman sebelah ketika ketua

kelas sedang berpendapat di depan kelas.

10. Saya senang untuk memulai pembicaraan dengan

orang yang saya temui.

11. Saya mengungkapakan kekecewaan atas perilaku

teman yang selalu meremehkan saya.

12. Saya menjawab singkat pertanyaan teman agar teman

saya meninggalkan saya sendiri.

13. Ketika teman sedang bercerita, saya diam untuk

mendengarkan ceritanya dahulu.

14. Teman mengutarakan perasaan sedihnya ketika saya

sedang makan di kantin, tetapi saya mengacuhkannya.

15. Saya menghiraukan pendapat teman yang menegur


(4)

16. Saya memberikan semangat kepada teman saat dia melakukan hal yang positif.

17. saya senang bertanya tentang pelajaran yang tidak dimengerti kepada teman.

18. Saya kurang memperdulikan teman yang mengalami

kesusahan.

19. Saya ikut merasakan kesedihannya, ketika teman

sedang bersedih.

20. Saya mengkritikan pendapatnya untuk menjatukan

teman.

21. Saya takut berbicara yang sebenarnya ketika berdiskusi.

22. Saya menghargai perbedaan pendapat dengan teman

saat berkomunikasi.

23. Saya tersenyum ketika teman mengajak bicara kepada

saya.

24. Saya mengabaikan teman saya yang bertindak kasar

terhadap teman lain.

25. Saya mencela teman yang sedang berbicara di depan

kelas.

26. Saya bertepuk tangan menunjukan bahwa saya suka

dengan pendapat teman ketika berdiskusi.

27. Saya mengungkapkan dari hati bahwa teman saya adalah sahabat saya.

28. Saya tidak membeda-bedakan teman belajar.

29. Saya mengalihkan pembicaraan saat teman masih

bercerita.

30. Ketika teman sedang menceritakan kesedihannya, saya

langsung memulai berbicara sebelum teman saya selesai bercerita.


(5)

31. Saya tertawa terbahak-bahak ketika teman mengalami kesulitan.

32. Saya senang mendengarkan cerita pengalaman teman

saya.

33. Saya malas mendengarkan keluhan dari teman.

34. Ketika teman berpendapat dalam diskusi, saya segera

mengatakan tidak setuju.

35. Saya selalu menunjukan posisi yang nyaman ketika teman berkomunikasi dengan saya.

36. Saya mengetahui perasaan sakit yang teman saya

alami.

37. Saya malas mendengarkan teman yang sedang

bercerita tetang liburanya.

38. Saya memilih teman yang suka mentraktir saya.

39. Saya mengungkapkan setuju dengan keputusan teman

yang ingin bekerja setelah lulus sekolah.

40. Saya mengungkapkan kebersediaan membantu teman

jika ada yang mengalami kesusahan

41. Saya mengucapkan trimakasih kepada teman saya

yang telah membantu menyelesaikan tugas rumah.

42. Saya suka bertanya tentang ilmu pengetahuan umum

kepada teman saya.

43. Saya menganggukan kepala menunjukan kepada

teman, bahwa saya memahami perasaanya. 44. Saya senang ketika orang lain menderita.

45. Saya malas memberikan solusi karena teman

sebanggku bukan sahabat saya.

46. Saya enggan mengaku kalau saya tidak suka ketika

teman sedang bermain dengan orang lain.


(6)

yang merasa sedih.

48. Saya spontan tertawa ketika teman sedang bercanda

dengan saya.

49. Saya menyampaikan kepada teman bahwa saya

kurang menerima kekurangannya yang selalu pelupa.

50. Saya enggan menanggapi pendapat teman.

51. Saya memilih teman yang suka mentraktir saya.

52. Ketika ada teman yang ingin bergabung mengbrol,


Dokumen yang terkait

pengaruh komunikasi interpersonal dan loneliness terhadap adiksi games online

26 127 115

Pengaruh pembelajaran konstektual terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa

10 55 173

Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan abstraksi siswa di kelas VII SMPN 01 Kalidawir Tulungagung tahun ajaran 20172018

0 0 6

Pengaruh kecerdasan interpersonal dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII

0 0 9

View of Rancang Bangun Aplikasi Pembayaran Sekolah Menggunakan Java Dan MySQL Berbasis Client Server Di SMA Yos Sudarso Cilacap

0 1 14

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 28

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29

Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar siswa melalui pokok bahasan pesawat sederhana di SMP Negeri-4 kelas VIII semester II Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 185