C. Bimbingan Pribadi-Sosial
Menurut  Winkel    Sri  Hastuti  2006  menyatakan  bahwa bimbingan  pribadi-sosial  berarti  bimbingan  dalam  menghadapi  keadaan
batinya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinya sendiri; dalam  mengatur  diri  sendiri  di  bidang  kerohanian,  perawatan  jasmani,
pengisian  waktu  luang,  penyaluran  nafsu  seksual  dan  sebagainya;  serta bimbingan  dalam  membina  hubungan  kemanusiaan  dengan  sesama  di
berbagai lingkungan pergaulan sosial. Kegunaan  dari  ragam  bimbingan  ini  kiranya  tidak  perlu  diuraikan
dengan  panjang  lebar,  karena  setiap  manusia  sudah  mengetahui  dari pengalamannya  sendiri  apa  akibatnya  bila  pergumulan  batin  tidak  dapat
terselesaikan,  dan  tarif  penderitaan  batin  dialami  bila  timbul  problem dalam pergaulan sosial yang pokok bukanlah, apakah timbul tantangan dan
kesulitan  yang  menyangkut  dirinya  sendiri,  melainkan  bagaimanakah sikap dan tindakan dalam menghadapi kesulitan yang timbul.
Siswa  remaja  berhadapan  dengan  dirinya  yang  lain  daripada sebelumnya, misalnya timbul beberapa keinginan serta perasaan yang silih
berganti dari yang sangat sedih ke sangat gembira; ingin membangun cita- cita, tetapi  tidak tahu bagaimana caranya.  Bagi  mereka pergaulan dengan
anggota  keluarga    dapat  menjadi  problem;  demikian  pula  pergaulan dengan teman lain jenis.
Bimbingan  pribadi-sosial  yang  diberikan  dijenjang  pendidikan menengah sebagian disalurkan melalui bimbingan kelompok dan sebagian
lagi melalui bimbingan individual, serta mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Informasi  tentang  fase  atau  tahap  perkembangan  yang  sedang  dilalui
oleh siswa remaja, antata lain tentang konflik batin yang dapat timbul dan tentang tata cara bergaul yang baik.
2. Penyadaran  akan  keadaan  masyarakat  dewasa  ini,  yang  semakin
berkembang  ke  arah  masyarakat  modern,  antara  lain  apa  ciri-ciri kehidupan  modern,  dan  apa  makna  ilmu  pengetahuan  serta  teknologi
bagi kehidupan manusia. 3.
Pengaturan  diskusi  kelompok  mengenai  kesulitan  yang  dialami  oleh kebanyakan  siswa,  misalnya  menghadapi  orang  tua  yang  taraf
pendidikannya  lebih  rendah  daripada  anak-ankanya,  khususnya  siswa remaja  dapat  merasa  lega,  bila  dia  menyadari  teman-temannya
mengalami kesulitan yang sama; dia lalu tidak memandang dirinya lagi sebagai orang yang abnormal. Diskusi kelompok ini dapat mendorong
siswa  untuk  menghadapi  ahli  bimbingan,  guna  membicarakan  suatu masalah secara pribadi dalam wawancara konseling.
4. Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian siswa.
Kiranya  tidak  perlu  lagi  ditekankan,  bahwa  tenaga  bimbingan  yang memberikan
bimbingan ini
membutuhkan pengetahuan
dan pemahaman  psikologis  yang  cukup  mendalam,  serta  harus  memiliki
fleksibilitas  yang  tinggi  dan  kesabaran  yang  besar.  Disatu  pihak  dia harus  mampu  memahami  situasi  konkrit  dari  setiap  orang  yang
dibimbing,  namun  dilain  pihak  dia  harus  membantu  siswa mmengambil  manfaat  dari  semua  pengalaman  hidup,  betapapun
pahitnya,  dan  mengarahkan  pandangannya  ke  masa  depan. Memberikan  ragam  bimbingan  ini  menuntut  kepekaan  pembimbing,
yang  dapat  dikembangkan  melalui  studi  literatur  profesional  dan pengalaman bergaul dengan orang muda.