Pengaruh store atmosphere dan kualitas pelayanan terhadap minat beli ulang : studi kasus pada Klinik Kopi Yogyakarta.
ABSTRAK
PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP MINAT BELI ULANG
Studi Kasus di Klinik Kopi Yogyakarta
Adhityo Prabowo
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh store atmosphere dan
kualitas pelayanan terhadap minat beli ulang konsumen Klinik Kopi. Populasi
dalam penelitian ini adalah konsumen yang sedang atau pernah berkunjung ke
Klinik Kopi dengan sampel sebanyak 100 responden. Pengambilan sampel
menggunakan teknik non probability sampling yang digunakan adalah
purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan
pengisian kuesioner. Analisis data menggunakan teknik analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa store atmosphere dan kualitas
pelayanan berpengaruh secara parsial maupun bersama - sama terhadap minat
beli ulang.
(2)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF STORE ATMOSPHERE AND SERVICE QUALITY TO INTENTION TO REPURCHASE
A Case Study Klinik Kopi Yogyakarta
Adhityo Prabowo
Sanata Dharma University
Yogyakarta, 2015
This research aims to find out the influence of store atmosphere and service
quality to intention to repurchase of Klinik Kopi consumers. The population
in this research is the consumer of Klinik Kopi with the sample as many as
100 respondents. The data was obtained by doing interview with the service
provider and distributing questionnaires to the consumers of Klinik Kopi both
inside or outside the vendor. The data was analyzed using multiple linear
regression analysis. The result showed that stores atmosphere and service
quality both partially and simultaneously influenced the intention to
repurchase.
(3)
i
PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP MINAT BELI ULANG
Studi Kasus pada Klinik Kopi Yogyakarta
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh: Adhityo Prabowo NIM: 102214091
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP MINAT BELI ULANG
Studi Kasus pada Klinik Kopi Yogyakarta
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh: Adhityo Prabowo NIM: 102214091
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2015
(5)
(6)
(7)
iv
“Gamelan is a spirit not an object, the instruments are just the
medium” –SaptoRaharjo-
“The planet does not need more successful people. The planet
desperately needs more peacemakers, healers, restorers, storytellers
and lovers of all kinds” –Dalai Lama-
“Life talks about process, we will know the goal when we was die”
-annonymus-
Karya tulis ini kupersembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus
2. Bapak, Ibu dan Saudaraku
3. Teman – teman seperjuangan di Manajemen
(8)
(9)
(10)
vii
Puji syukur dan terima kasih kepada Yesus Kristus atas karunia dan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang judul “ PENGARUH STORE
ATMOSPHERE DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP MINAT BELI
ULANG“ dengan studi kasus pada Klinik Kopi, Yogyakarta. Penulisan skripsi
yang saya lakukan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Saya menyelesaikan skripsi ini pada prosesnya memperoleh bantuan,
bimbingan, arahan, dan petunjuk dari beberapa pihak. Oleh karena itu saya ingin
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas rancangan hidup yang indah
dan kasih karunia yang tiada berkesudahan, yang selalu setia menuntun,
membimbing, dan menginspirasi penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Johanes Eka Priyatma, M.Sc.,Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D.selaku Wakil Rektor I Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
4. Dr. Herry Maridjo, MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
(11)
viii
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah mendukung dan mengapresiasi para mahasiswa/i kreatif.
6. Ibu Dra. Diah Utari Bertha Rivieda, M.Si., selaku Wakil Ketua Program
Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Sekaligus dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, koreksi, motivasi, dukungan, saran, inspirasi dan
doa dalam penulisan skripsi ini dari awal sampai selesai. Terimakasih telah
memfasilitasi dengan ikhlas mahasiswa/i yang unik dan membagikan ilmu
kemanusiaan dan proses hidup kepada penulis.
7. Bapak Drs. Th. Sutadi M.B.A, selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing, meluangkan waktu, mengajari dengan baik dan memberikan
arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Rm. Dr. Gregorius Budi Subanar, S.J. dan Bapak Antonius Budisusila,
S.E.,M.Soc.Sc. yang telah menginspirasi dan membagikan ilmu
konsistensi berfikir yang sangat berguna dan berarti bagi penulis.
9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas
Ekonomi,Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bekal
ilmu yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.
10. Ibu tercinta Sulistyowati dan Bapak Supriyadi yang selalu memberikan
semangat, dukungan, doa, dan kasih sayang yang tulus kepada saya
(12)
ix
dukungan kepada saya supaya dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Seseorang yang selalu setia menyemangati dan memberi perhatian kepada
saya dalam mengerjakan, menemani dan meminjamkan media untuk
skripsi ini Venansia Kris Astuti.
12. Ruang berprosesku Komunitas Gayam 16, yang memberikan ruang bagi
saya untuk belajar ilmu di luar kampus Mas Ryan, Mbak Putri Raharjo dan
kanca – kanca komunitas.
13. Partner dan kanca – kanca dalam peletakan batu, pembangun, dan
pemerhati Manajemen Festival Universitas Sanata Dharma. Yosua Irwan,
Satria Siburian, Angelina Putri, Ricky Murtad, Yosephin Kurnia,dan kanca
– kanca guyub Manajemen Festival yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
14. Teman-teman seperjuangan ku Manajemen 2010yang selalu mendukung,
yang meminjamkan laptop, membimbing, mengingatkan, dan memberikan
semangat dalam penulisan skripsi ini. I Gede Sedhana Metu, Renatus
Hasto, Sylvester Actian, Ignasius Venta,Septian Adi, Dewandaru Indra,
Aldio Dhaka, Alexandre Donny,Een VHB, Maro, Sindu, Anna, Ajidan
teman – teman lainyang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
15.Karyawan Sekretariat Fakultas Ekonomi Mas Frans, Mas Yuli dan Ibu
Atun yang telah memberikan fasilitas yang memadai dalam menunjang
(13)
(14)
xi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... xi
HALAMAN ABSTRAK ... xv
HALAMAN ABSTRACT... xvi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 6
C.Batasan Masalah ... 6
D.Tujuan Penelitian... 7
E. Manfaat Penelitian... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Landasan Teori ... ... 9
Pengertian Pemasaran ... 9
Filosofi Manajemen Pemasaran ... 10
Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 12
Perilaku Konsumen ... 17
Pengertian Minat Beli Ulang ... 20
Kualitas Pelayanan ... 24
Store Atmosphere(Suasana Toko) ... 26
B. Penelitian Terdahulu ... 38
C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 41
(15)
xii
A. Jenis Penelitian ... 43
B. Waktu dan Lokasi Penelitian... 43
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 44
D. Variabel Penelitian ... 44
E. Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 51
F. Teknik Pengumpulan Data ... 53
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 54
H. Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan ... 62
B. Visi dan Misi ... 62
C. Struktur Organisasi ... 63
D. Strategi Pemasaran ... 64
E. Produksi ... 65
F. Sumber Daya Manusia ... 65
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Instrumen ... 67
B. Analisis data ... 69
C. Analisis Statistik ... 74
D. Pengujian Hipotesis ... 77
E. Pembahasan ... 82
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan... 84
B. Saran ... 85
C. Keterbatasan ... 86
DAFTAR PUSTAKA………. 87 LAMPIRAN
(16)
xiii
Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas ... 67
Tabel 5.2 Hasil Uji Reliabilitas Alpha cronbach’s ... 69
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 70
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 70
Tabel 5.5 Karakteristik Responden BerdasarkanPendidikanTerakhir ... 71
Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 72
Tabel 5.7 Karateristik Responden Berdasarkan Pendapatan / Uang Saku ... 73
Tabel 5.8 Karateristik Responden Berdasarkan Intensitas Kunjungan ... 73
Tabel 5.9 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirrnov Z ... 75
Tabel 5.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas Spearman,s ‘rho... 76
Tabel 5.11 Hasil Uji Multikolinieritas ... 76
Tabel 5.12 Hasil AnalisisRegresi Linier Berganda ... 77
Tabel 5.13 Uji F ... 80
(17)
xiv
Lampiran I Kuesioner... 91 Lampiran II DataTabulasi Kuesioner... 101 Lampiran III Uji Daftar Data SPSS... 114
(18)
xv
PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP MINAT BELI ULANG
Studi Kasus di Klinik Kopi Yogyakarta
Adhityo Prabowo
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh store atmosphere dan
kualitas pelayanan terhadap minat beli ulang konsumen Klinik Kopi. Populasi
dalam penelitian ini adalah konsumen yang sedang atau pernah berkunjung ke
Klinik Kopi dengan sampel sebanyak 100 responden. Pengambilan sampel
menggunakan teknik non probability sampling yang digunakan adalah
purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan
pengisian kuesioner. Analisis data menggunakan teknik analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa store atmosphere dan kualitas
pelayanan berpengaruh secara parsial maupun bersama - sama terhadap minat
beli ulang.
(19)
xvi
THE INFLUENCE OF STORE ATMOSPHERE AND SERVICE QUALITY TO INTENTION TO REPURCHASE
A Case Study Klinik Kopi Yogyakarta
Adhityo Prabowo
Sanata Dharma University
Yogyakarta, 2015
This research aims to find out the influence of store atmosphere and service
quality to intention to repurchase of Klinik Kopi consumers. The population in
this research is the consumer of Klinik Kopi with the sample as many as 100
respondents. The data was obtained by doing interview with the service
provider and distributing questionnaires to the consumers of Klinik Kopi both
inside or outside the vendor. The data was analyzed using multiple linear
regression analysis. The result showed that stores atmosphere and service
quality both partially and simultaneously influenced the intention to
repurchase.
(20)
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu sajian minuman yang berasal dari biji kopi
kemudian dihaluskan, disangrai, dihaluskan dan diseduh menggunakan air
panas. Kopi juga merupakan minuman yang sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat Indonesia. Kebiasaaan meminum kopi sudah menjadi tradisi dan
kebiasaaan bagi masyarakat Indonesia sejak lama.
Indonesia adalah negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia setelah
Brasil, Colombia dan Vietnam dengan sentra produksi di daerah Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Aceh Lampung, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Jenis kopi yang dihasilkan terdiri atas
± 71 % kopi Robusta dan ± 29 % kopi Arabika. Indonesia menyumbangkan
23,6 % kopi Robusta dalam perdagangan dunia. Komoditi kopi berpeluang
masuk dalam pasar domestik, karena berdasarkan hasil sidang International
Coffee Organization (ICO) ke-88 tahun 2003 dianjurkan program
peningkatan konsumsi kopi domestik bagi negara produsen kopi dunia.
Indonesia termasuk salah satu produsen kopi utama dengan pangsa konsumsi
sebesar 1,93 % dari konsumsi total dunia pada tahun 1997. Konsumsi kopi
per kapita Indonesia relatif rendah dibandingkan negara lain. Konsumsi kopi
Indonesia hanya meningkat 6,0 % yaitu 0,33 menjadi 0,56 kg per kapita per
(21)
2
amat rendah di dunia, di bawah 1,0 kg per kapita per tahun dengan konsumsi
sebesar 560 gram per kapita per tahun.(AEKI, 1999)
Saat dilihat dari segi sejarah kopi mulai terkenal di Indonesia semenjak
tahun 1696 ketika Walikota Asterdam, Nicholas Witsen memerintahkan
komandan pasukan Belanda di Pantai Malabar, Adrian Van Ommen, untuk
membawa biji kopi ke Batavia. Kopi arabika pertama-tama ditanam dan
dikembangkan di sebuah tempat di timur Jatinegara, yang menggunakan
tanah pertikelir Kedaung yang kini lebih dikenal dengan Pondok Kopi.
Beberapa waktu kemudian kopi arabika menyebar ke berbagai daerah di Jawa
barat, seperti Bogor, Sukabumi, Banten dan Priangan, hingga kemudian
menyebar ke daerah lain, seperti Pulau Sumatera, Sulawasi, Bali dan Timor.
Tak lama setelah itu, kopi menjadi komoditi dagang yang sangat
diandalkan VOC. Ekspor kopi pertama dilakukan tahun 1711 oleh VOC, dan
dalam tempo 10 tahun ekspor meningkat sampai 60 ton/tahun. Karenanya,
Hindia Belanda menjadi tempat perkebunan pertama di luar Arabia dan
Ethiopia yang membuat VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun
1725 sampai 1780.
Untuk mendukung kopi, VOC membuat perjanjian dengan penguasa
setempat dimana pribumi diwajibkan menanam kopi yang harus diserahkan
ke VOC. Perjanjian ini disebut Koffiastelsel (sistem kopi).Berkat sistem ini
pula biji kopi berkualitas tinggi dari tanah jawa bisa membanjiri Eropa. Kopi
(22)
3
bukan secangkir kopi, melainkan secangkir jawa. Sampai pertengahan abad
ke-19 kopi adalah yang terbaik di dunia. (www.kopistory.com, 2012)
Seiring perkembangan lifestyle jaman sekarang ini yang terbiasa dengan
kegiatan hangout / nongkrong, kopi menjadi minuman yang sangat
familiar.Minuman ini mampu menjadi sarana penghubung dalam kegiatan
nongkrong jaman sekarang ini. Kegiatan nongkrong dan minum kopi pun
semakin lekat di era urban ini. Bermula dari menikmati kopi di warung,
kantin kampus, café, restoran, sampai restoran mewah dan hotel berbintang
tak jarang manjadi sarana dan wadah dari masyarakat untuk menikmati kopi
dengan gaya kelompok mereka sendiri – sendiri. Tidak pelak pula harga dan
varian rasa dari minuman kopi yang disajikan berbagai tempat sangat
beragam.
Kota Yogyakarta yang merupakan kota budaya dan kota budaya merespon
fenomena ini dengan maraknya dan berjamurannya coffee shop yang hadir di
kota ini. Coffee Shop yang hadir pun sangat beragam jenisnya dalam
mengakomodir selera anak muda yang sangat beragam. Mereka menawarkan
konsep dan desain tempat dari yang sederhana sampai pada desain coffee
shop yang bernuansa british sekalipun dengan fasilitas – fasilitas penunjang
lainnya seperti musik, wifi, sofa, dan lain – lain. Pelayanan yang diterapkan
dalam setiap coffee shop juga beragam jenisnya bermula dari hanya melewati
buku menu saja sampai pada pelayanan dimana pengunjung dapat melihat
(23)
4
dalamnya. Persaingan dan fenomena ini yang sedang marak di kota budaya
dan kota pelajar sekarang ini yaitu kota Yogyakarta.
Definisi coffee shop menurut Wiktionary (2010) bisa diartikan sebuah
cafe kecil atau restoran kecil yang biasanya menjual kopi dan terkadang
minuman non-alkohol, makanan sederhana atau snacks, dengan fasilitas yang
menunjang di tempat tersebut. Pengertian coffee shop atau warung kopi
sendiri dalam kamus besar Bahasa Indonesia karya Poerwadarminta (dikutip
oleh Anik,2009) adalah “sebuah tempat yang menjual kopi dan jenis
minuman lain, serta makanan-makanan kecil dengan harga yang murah”.
Coffee shop baru yang berdiri dan tersebar di seluruh pelosok kota
Yogyakarta semakin beragam, namun tidak semua coffee shop di Yogyakarta
banyak dikunjungi oleh konsumen, karena hanya coffee shop tertentu yang
terlihat ramai pengunjung. Sikap konsumen dan minat beli di sebuah coffee
shop dipengaruhi beberapa hal, seperti kualitas produk yang terjamin, kualitas
pelayanan, dan kenyamanan tempat.
Perkembangan usaha coffee shop saat ini telah membawa pebisnis usaha
ke dalam persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan
konsumen.Persaingan ini menggiring pengusaha untuk pengembangan dan
pelayanan yang terbaik tehadap konsumen.
Perubahan-perubahan sikap konsumen sangat penting diketahui oleh
perusahaan agar dapat memperkirakan kebutuhan konsumen pada saat
sekarang dan yang akan datang. Sikap dapat mendorong orang untuk
(24)
5
dukungan, dan kepercayaan adalah sifat penting dari sikap. Masing – masing
sifat ini akan bergantung pada kualitas pengalaman konsumen sebelumnya
dengan objek sikap. Sementara konsumen mengakumulasi pengalaman baru,
sikap akan berubah. Sikap (attitude) menggambarkan penilaian, perasaan dan
kecenderungan yang relatif konsisten dari seorang atas sebuah objek atau
gagasan (Kotler dan Amstrong, 2001 : 218)
Definisi tersebut menunjukkan bahwa sikap merupakan organisasi
keyakinan yang relatif tetap, memiliki kecenderungan untuk dipelajari,untuk
merespon secara konsisten dan konsekuen, menguntungkan atau tidak,positif
atau negatif, suka atau tidak terhadap obyek atau situasi. Seorang individu
mempelajari sikap melalui pengalaman dan interaksi dengan orang lain.
Meskipun sikap ini dapat dipelajari dan dapat diubah dari waktu ke waktu,
pada setiap saat tidak semuanya memiliki dampak yang sama, dan beberapa
sikap lebih kuat darisikap lainnya. Saat konsumen mempunyai sikap yang
negatif terhadap suatu aspek atau lebih pada praktik pemasaran perusahaan,
maka kemungkinan mereka akan berhenti menggunakan produk tersebut,
tetapi juga mendorong kerabat atau teman-teman untuk melakukan hal yang
sama.
Dengan perkembangan konsep tempat yang dihadirkan dari setiap coffee
shop beserta beragamnya pelayanan yang diterapkan. Penulis merasa
menemukan sebuah coffee shop yang dianggap unik dalam pengembangan
usahanya. Coffee shop yang dimaksud penulis adalah Klinik Kopi
(25)
6
tengah perkebunan pohon jati dengan desain gedung berlantai dua, juga
menerapkan pelayanan yang cukup berbeda dengan coffee shop lain yang
terletak di Yogyakarta yaitu dengan penyajian kopi dengan cara pengunjung
dapat melihat langsung proses pembuatan sampai bahan utama biji kopi dan
dapat sharing edukasi tentang kopi bersama penyaji kopi yang sekaligus
merupakan owner (pemilik) dari Klinik Kopi Yogyakarta. Dengan paparan
hal di atas penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Store Atmosphere dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Beli Ulang”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, permasalahan yang ada dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana karateristik konsumen di Klinik Kopi Yogyakarta?
2. Bagaimana pengaruh store atmosphere terhadap minat beli ulang
konsumen di Klinik Kopi Yogyakarta?
3. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap minat beli ulang
konsumen di Klinik Kopi Yogyakarta?
4. Apakah store atmosphere dan kualitas pelayanan berpengaruh bersama –
sama terhadap minat beli ulang di Klinik Kopi Yogyakarta?
C.
BatasanMasalah
1.Store atmosphere yang akan diteliti adalah suasana yang meliputi bagian
(26)
7
Parking) dan bagian dalam toko (Flooring, Color and Lightening,
Fixture, Personel, dan Cleanliness).
2.Penelitian dilakukan terhadap pengunjung / pernah berkunjung dan
melakukan transaksi di Klinik Kopi Yogyakarta.
D.
TujuanPenelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana karateristik pengunjung yang ada di Klinik
Kopi Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui apakah store atmosphere berpengaruh terhadap minat
beli ulang.
3. Untuk mengetahui apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap minat
beli ulang.
4. Untuk mengetahui apakah store atmosphere dan kualitas pelayanan
berpengaruh secara bersama – sama terhadap minat beli ulang.
E.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat membantu dalam pengembangan usaha bagi pemilik
Klinik Kopi Yogyakarta.
2. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pertimbangan
keputusan dalam berwirausaha kaitannya dengan konsep store. Sehingga
dapat mematangkan perencanaan seseorang / lembaga wirausaha dalam
(27)
8
3. Bagi peneliti sebagai sarana pendalaman teori dan sekaligus menerapkan
(28)
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
1.Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:7) didefinisikan secara luas,
pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau
organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam konteks bisnis
yang lebih sempit, pemasaran mencakup menciptakan hubungan
pertukaran muatan nilai dengan pelanggan yang menguntungkan, karena
itu kita mendefinisikan pemasaran (marketing) sebagi proses dimana
perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan- hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan
menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.
Kata pemasaran merupakan istilah yang diambil dalam bahasa
Inggris yaitu “marketing” yang artinya pasar.Pasar terdiri dari semua
pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan dan keinginan tertentu
serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan itu Kotler dan Susanto (2000:1).Sehingga
pemasaran dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem yang menjembatani
(29)
10
kebutuhan / keinginan manusia, yang sistem itu dapat mendukung dan
mendorong penjualan produsen.
2.Filosofi Manajemen Pemasaran
Ada falsafah yang sebaiknya digunakan sebagai pedoman usaha
pemasaran ini untuk mencapai pertukaran yang didambakan dengan
pasar sasaran. Pemberian bobot yang harus diberikan pada organisasi,
pelanggan dan masyarakat yang berkepentingan seringkali saling
bertentangan. Sehingga perlu ada landasan dari aktifitas pemasaran
organisasi tersebut. Dalam Kottler (1997), landasan ini dikelompokkan
dalam lima konsep alternatif antara lain:
a. Konsep produksi
Falsafah bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia
dan harganya terjangkau serta manajemen harus berusaha keras untuk
memperbaiki produksi dan efesiensi distribusi. Konsep ini adalah
falsafah paling tua digunakan dalam penjualan. Konsep ini masih
berlaku dan bermanfaat pada dua situasi, yaitu situasi pertama, bila
permintaan akan produk lebih besar dari penawarannya ; situasi
kedua, terjadi kalau biaya produk terlalu tinggi dan perbaikan
produktifitas diperlukan untuk menurunkannya. Akan tetapi,
perusahaan yang bekerja dengan falsafah ini menghadapi resiko tinggi
dengan focus terlalu sempit pada operasinya sendiri. Bila perusahaan
(30)
11
padahal yang di inginkan konsumen adalah harga rendah dengan
barang yang menarik.
b. Konsep produk
Falsafah bahwa konsumen akan menyukai produk bermutu terbaik
dan sifat paling inovatif dan bahwa organisasi harus mencurahkan
energi untuk terus menerus melakukan perbaikan produk.
c. Konsep penjualan
Falsafah bahwa konsumen tidak akan membeli produk organisasi
dalam jumlah yang cukup kecuali organisasi mengadakan usaha
penjualan dan promosi berskala besar. Konsep ini biasanya dilakukan
pada barang yang tidak dicari, yaitu barang yang mungkin tidak
terpikirkan untuk dibeli oleh konsumen, contoh : ensiklopedia,
asuransi,dll. Industri ini harus mahir dalam melacak calon pelanggan
dan menjual manfaat produk kepada konsumen. Tujuannya adalah
menjual yang perusahaan buat, bukan produk apa yang dibutuhkan
masyarakat konsumen.
d. Konsep Pemasaran
Falsafah manajemen pemasaran ini berkeyakinan bahwa
pencapaian sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan
dan keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan didambakan
itu lebih efektif dan efisien daripada pesaing. Kemungkinan konsep ini
(31)
12
e. Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial
Falsafah bahwa organisasi harus menentukan kebutuhan, keinginan
dan minat pasar serta menyerahkan kepuasan yang didambakan itu
secara lebih efektif dan efisien daripada pesaing dengan cara yang
bersifat memelihara atau memperbaiki kesejahteraan konsumen dan
masyarakat. Konsep ini mengajak pemasar membangun pertimbangan
sosial dan etika dalam praktek pemasaran mereka. Hal ini agar dapat
menyeimbangkan dan menyelaraskan 3 faktor yang penting, yaitu :
laba perusahaan, pemuas keinginan konsumen dan kepentingan
publik.
3.Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Ruang lingkup pemasaran suatu perusahaan terdiri dari dua variabel,
yaitu variabel yang dapat dikendalikan dan variabel yang tidak dapat
dikendalikan, dimana perusahaan mampu melakukan perubahan dan
mampu mempengaruhinya. Variabel yang dapat dikendalikan meliputi:
kemampuan berproduksi, keuangan, persediaan, lokasi perusahaan,
ketangguhan bagian penelitian, dan pengembangan seperti terlihat dari
hak-hak paten yang dimiliki dan citra keseluruhan dari perusahaan
dimata umum. Variabel yang tidak dapat dikendalikan perusahaan yaitu
kekuatan kependudukan, kondisi ekonomi, teknologi, politik, alam, dan
budaya.
Melalui berbagai variabel yang tidak dapat dikendalikan ini,
(32)
13
lebih lanjut yang perlu diambil dengan mengadakan penyesuaian pada
variabel yang dapat dikendalikan. Perusahaan yang mampu
memanfaatkan dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan akan dapat
terus bertahan, sehingga suatu perusahaan harus terus menerus memantau
perubahan lingkungan ini. Mengenai hal ini sebaiknya kita melihat
beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai definisi bauran
pemasaran (marketing mix).
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:58), bauran pemasaran
(marketing mix) adalah perangkat variabel-variabel pemasaran yang
terkontrol, yang perusahaan gabungkan untuk menghasilkan tanggapan
yang diinginkan dalam pasar sasaran.
Paparan di atas dapat disimpulkan penulis bahwa bauran pemasaran
merupakan variabel yang dapat dikendalikan, dan saling berkaitan
dengan yang lain yang digunakan pemasar untuk menyasar pangsa pasar
yang menjadi pasar sasarannya. Terdapat jenis-jenis bauran pemasaran,
yaitu:
a. Produk (Product)
Produk adalah semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar
untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang
dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.Produk mencakup
lebih dari sekedar barang-barang yang berwujud (tangible).Dalam arti
(33)
14
organisasi, ide atau bauran entitas-entitas ini (Philip Kotler, Gary
Armstrong, 2008:266).
b. Harga (Price)
Harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan produk. Tidak semua konsumen memiliki
argumen bahwa semakin bagus suatu produk maka akan memiliki
harga yang tinggi. Beberapa konsumen meyakini bahwa harga murah
bukan berarti kualitas rendah.Hal ini tentunya adalah sebuah peluang
bagi suatu perusahaan dalam membidik segmen pasar tertentu.
c. Tempat/Distribusi (Place)
Suatu barang tidak ada gunanya bagi konsumen jika tidak tersedia
pada waktu dan tempat dimana diperlukan. Menurut Kotler dan
Armstrong (2008:508), “Distribusi merupakan sekumpulan organisasi
yang saling tergantung yang terlibat dalam proses membuat produk
dan jasa”.
d. Promosi (Promotion)
Dalam memasarkan produknya, perusahaan memerlukan suatu
komunikasi dengan para konsumenagar konsumen dapat mengetahui
produk yang ditawarkan oleh perusahaan.Menurut Kotler dan
Armstrong (2009:219), “Promosi adalah bahan inti dari kampanye
pemasaran, terdiri dari koleksi alat insentif, sebagian besar jangka
pendek, yang dirancang untuk menstimulasi pembelian produk khusus
(34)
15
perdagangan”.Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan produknya kepada pasar
sasaran. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam promosi yaitu:
1) Periklanan (Advertising)
Periklanan adalah cara yang efektif untuk menjangkau banyak
pembeli yang tersebar secara geografis. Periklanan dapat digunakan
untuk membangun citra jangka panjang untuk suatu produk, dan
sisi lain, mempercepat penjualan.
2) Personal selling
Penjualan pribadi adalah alat yang paling efektif-biaya pada
tahapan lebih lanjut dalam proses pembelian, terutama dalam
membangun prefensi, keyakinan, dan tindakan pembeli.
3) Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah berbagai insentif jangka pendek untuk
mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu barang atau
jasa.
e. Orang (People)
Orang (People) merupakan aset utama dalam industri jasa.
Kemampuan pengetahuan yang baik, akan menjadi kompetensi dasar
dalam internal perusahaan dan pencitraan yang baik di luar. Faktor
penting lainnya dalam orang (people) adalah attitude dan motivation
dari karyawan dalam industri jasa. Attitude karyawan sangat penting
(35)
16
karyawan, cara berbicara, body language, ekspresi wajah, dan tutur
kata. Motivasi karyawan diperlukan untuk mewujudkan penyampaian
pesan dan jasa yang ditawarkan.
f. Proses (process)
Segala aktivitas kerja adalah proses meliputi prosedur, tugas-tugas,
jadwal-jadwal, mekanisme, kegiatan dan rutinitas dimana suatu
produk atau jasa disampaikan kepada pelanggan.
g. Bukti Fisik (Physical Evidence)
Building merupakan bagian dari bukti fisik, karakteristik yang
menjadi persyaratan yang bernilai tambah bagi konsumen dalam
perusahaan jasa yang memiliki karakter. Perhatian terhadap interior,
perlengkapan bangunan, termasuk lighting system, dan tata ruang yang
lapang menjadi perhatian penting dan dapat menciptakan suasana
dengan memperhatikan ambience sehingga memberikan pengalaman
kepada pengunjung dan dapat memberikan nilai tambah bagi
pengunjung.
Konsep bauran pemasaran tradisional (traditional marketing mix)
terdiri dari 4P yaitu product (produk), price (harga), promotion(promosi),
place (tempat atau lokasi). Sementara itu, untuk pemasaran jasa perlu
bauran pemasaran yang diperluas (expanded marketing for services)
dengan penambahan unsur-traditional marketing mix, yaitu people
(orang), process (proses), dan physical evidence (bukti fisik), sehingga
(36)
17
(2005:49), bauran pemasaran jasa terdiri dari 7P yaitu product, price,
promotion, place, people, process, dan physical evidence.
Menurut Kotler dan Keller (2009:174) ada 8 bentuk utama bauran
pemasaran, yaitu:
a. Iklan
b. Promosi penjualan
c. Acara dan pengalaman
d. Hubungan masyarakat dan publisistas
e. Pemasaran langsung
f. Pemasaran interaktif
g. Pemasaran dari mulut ke mulut
h. Penjualan personal
4.Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dapat definisikan sebagai kegiatan- kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
menggunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan
keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut Hani
dan Swasta(2000: 10).
Menurut Mowen dan Minor (2002:6), “Perilaku konsumen
(consumer behaviour) didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian
(buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan,
(37)
18
Karakteristik yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut,
Philip Kotler dan Gary Armstong (2008:159) :
a. Faktor Budaya
Faktor budaya mempunyai pengaruh luas dan mendalam pada
perilaku konsumen.Pemasar harus memahami peran yang dimainkan
oleh budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembelian.
1) Budaya
Kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang
dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan institusi
penting lainnya.
2) Subbudaya
Kelompok masyarakat yang berbagai sistem nilai
berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum.
3) Kelas Sosial
Pembagian yang relatif permanen dan berjenjang dalam
masyarakat dimana anggotanya berbagai nilai, minat, dan perilaku
yang sama.
b. Faktor sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial,
seperti kelompok kecil, peran dan status sosial konsumen.
1) Kelompok
Dua atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan
(38)
19
2) Keluarga
Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku
pembeli.Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang
paling penting dalam masyarakat, dan telah diteliti secara
ekstensif.
3) Peran dan Status
Seseorang menjadi anggota banyak kelompok seperti,
keluarga, klub, dan organisasi.Posisi seseorang dalam
masing-masing kelompok dapat didefinisikan dalam peran dan
status.Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan
seseorang sesuai dengan orang-orang disekitarnya.Masing-masing
peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang
diberikan kepadanya oleh masyarakat.
c. Faktor Pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
seperti usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi
ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri.
d. Faktor Psikologi
Selain ketiga faktor diatas pilihan pembelian seseorang
dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama, yaitu:
1. Motivasi
Motivasi adalah kebutuhan yang mendorong seseorang secara
(39)
20
2. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan
tindakan.Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu
tindakan adalah dipengaruhi oleh persepsi terhadap situasi yang
dihadapimya.
3. Pembelajaran
Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku
seseorang individu yang bersumber dari pengalaman.Kebanyakan
perilaku manusia diperoleh dengan mempelajarinya.
4. Kepercayaan dan Sikap
Melalui tindakan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan
dan sikap yang kemudian akan mempengaruhi tingkah laku
pembelian. Kepercayaan adalah pikiran deskriptif yang dimiliki
seseorang tentang sesuatu.Sikap disebut juga sebagai konsep yang
paling khusus sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial
kontemporer.Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling
penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen.
5.Pengertian Minat Beli Ulang
Minat merupakan kemampuan yang mendorong untuk melakukan
sesuatu. Minat tidak sama dengan motif atau dorongan. Seseorang yang
mendapat dorongan belum tentu mau berbuat apabila ia tidak berminat.
Tetapi sebaliknya seseorang yang mempunyai minat yang kuat untuk
(40)
21
melakukannya dengan senang hati. Beberapa ahli menjelaskan pengertian
minat beli ulang sebagai berikut :
Minatpembelian ulang (repeat purchase) menurut Peter/Olsen, 2002
(dalam jurnal sdm.blog.spot.com) adalah kegiatan pembelian yang
dilakukan lebih dari satu kali atau beberapa kali.Kepuasan yang
diperoleh seorang konsumen, dapat mendorong ia melakukan pembelian
ulang (repeat purchase), menjadi loyal terhadap produk tersebut ataupun
loyal terhadap toko tempat dia membeli barang tersebut sehingga
konsumen dapat menceritakan hal-hal yang baik kepada orang lain.
Menurut Schiffman & Kanuk, 2000 (dalam jurnal
sdm.blog.spot.com) perilaku beli ulang itu sangat berhubungan dengan
konsep dari brand loyalty, dimana kebanyakan perusahaan mendukung
karena hal ini memiliki kontribusi yang besar untuk kestabilan yang baik
di dalam marketplace.
Zeithalm et al,1996 (dalam jurnal sdm.blog.spot.com) menekankan
pentingnya mengukur minat beli kembali (future intention) pelanggan
untuk mengetahui keinginan pelanggan yang tetap setia atau
meninggalkan suatu barang atau jasa. Konsumen yang merasa senang
dan puas akan barang atau jasa yang telah dibelinya, akan berpikir untuk
membeli ulang kembali barang atau jasa tersebut. Pembelian yang
berulang akan membuat konsumen menjadi loyal terhadap suatu barang
(41)
22
Menurut Soderlund dan Vilgon, 1999 (dalam tesis
Diana-Puspitasari-Undip) Pelanggan yang berkomitmen memiliki keterikatan emosional
terhadap merek atau perusahaan yang ditujunya.Pada umumnya
pelanggan mengekspresikan komitmen mereka dengan kepercayaan dan
kesukaan terhadap merek tersebut serta kepercayaan terhadap
perusahaannya. Konsumen yang berkomitmen tidak ingin mencari
informasi tambahan pada saat membuatkeputusan pembelian.Mereka
juga tidak mudah untuk berpindah ke merek pesaing.Meskipun mereka
membeli merek pesaing, tetapi setelah penawaran promosi berakhir,
seperti diskon, mereka akan kembali ke merek semula. Perpindahan
sementara tersebut hanya bersifat memanfaatkan keuntungan yang
ditawarkan oleh merek lain. Minat beli ulang merupakan bagian dari
perilaku pembelian dimana didalam konteks minat beli ulang tersebut
terdapat konsep loyalitas.Selain itu, pelanggan yang memiliki komitmen
pada umumnya lebih mudah menerima perluasan lini produk baru yang
ditawarkan oleh perusahaan tersebut.
Kesesuaian antara performa dari produk atau jasa yang ditawarkan
akan memberikan kepuasan bagi konsumen dan menghasilkan minat beli
konsumen untuk menggunakkanya kembali waktu yang akan datang.
Konsumen yang merasa puas dan menjadi pelanggan yang
berkomitmenjuga dapat menjadi sumber rekomendasi positif (positive
word-of-mouth) bagi konsumen lainnya terhadap merk tersebut menurut
(42)
23
menentukan tingkat motivasi pembelian ulang terhadap merk. Motivasi
tersebut akan menimbulkan keinginan pembelian ulang untuk memenuhi
setiap kebutuhannya atau meningkatkan jumlah pembeliannya dan
menghasilkan komitmen untuk menggunakan kembali merk tersebut
dimana keinginan itu berkaitan dengan psikologi konsumen (Hawkins
dkk, 1998).
Menurut penelitian Doods (dalam Sutantio, 2004:252) minat beli
adalah kemungkinan pembeli berminat untuk membeli suatu
produk.Sementara itu menurut penelitian Howard (dalam Sutantio,
2004:256) mengartikan intention to buy sebagai pernyataan yang
berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk
membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu.
Menurut penelitian Ferdinant (2002:129) menyatakan bahwa indikator
minat beli antara lain:
a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang membeli produk.
b. Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk
mereferensikan produk kepada orang lain.
c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku
sesorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut,
preferensi ini dapat berubah bila terjadi sesuatu dengan produk
(43)
24
d. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari
produk tersebut.
6.Kualitas Pelayanan
Keunggulan suatu produk atau jasa yang tergantung pada keunikan
dan kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan.Apakah sudah
sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen.Dengan demikian
pelayanan membutuhkan komitmen dari perusahaan untuk menyediakan
pelayanan yang maksimal kepada konsumen.
Kualitas pelayanan (service quality) dapat diukur dengan
menggunakan lima dimensi, yang biasa disebut dengan model
SERQUAL. Kelima dimensi tersebut menurut Parasuraman, Zeithaml
dan Berry (1985) dalam Tjiptono (2005) adalah :
a. Reliability (Keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.
b. Responsiveness (Ketanggapan), yaitu respon atau kesigapan karyawan
dalam membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat
dan tanggap, yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani
pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi dan
penanganan keluhan pelanggan.
c. Assurance (Jaminan), meliputi kemampuan karyawan atas
(44)
25
perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, ketrampilan
dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan
keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan
kemampuan dalam menanamkan kepercayaan kepada perusahaan.
d. Tangibles (Bukti Fisik), meliputi penampilan fasilitas fisik,
tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan
ruangan, kelengkapan peralatan, dan penampilan karyawan.
e. Emphaty (Empati), yaitu perhatian secara individual yang diberikan
perusahaan kepada pelanggan, seperti kemudahan untuk menghubungi
perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan
konsumen, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan
kebutuhan konsumennya.
Standar kualitas pelayanan menurut Lupiyoadi (2001:196) antara
lain adalah:
a. Tingkat keaktifan penjualatau pedagang dalammelayani calon
pembeli.
b. Tingkat keramahan penjual dalam menghadapi calon pembeli.
c. Tingkat penjelasan produk yang ditawarkan oleh pedagang kepada
calon pembeli.
d. Tingkat demonstrasi yang diajukan oleh penjual terhadap calon
(45)
26 7.Store Atmosphere(Suasana Toko)
Store atmosphere (suasana toko) adalah suasana terencana yang
sesuai dengan pasar pasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk
membeli (Kotler 2005).Store atmosphere mempengaruhi keadaan emosi
pembeli yang menyebabkan atau mempengaruhi pembelian. Keadaan
emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan
senang dan membangkitkan keinginan. (Sutisna dan Pawitra 2001)
mengatakan store atmosphere adalah status afeksi dan kognisi yang
dipahami konsumen dalam suatu toko, walaupun mungkin tidak
sepenuhnya disadari pada saat berbelanja. Definisi yang lebih luas
dijelaskan oleh Peter dan Olson (1999) yang tersedianya pengaturan
udara (AC), tata ruang toko, penggunaan warna cat, penggunaan jenis
karpet, warna karpet, bahan-bahan rak penyimpan barang, bentuk rak dan
lain-lain.
Konsep store atmosphere juga erat kaitannya dengan store image.
Sutisna dan Pawitra (2001) mengatakan store atmosphere merupakan
salah satu komponen dari store image. Berbagai faktor yang
dikombinasikan untuk membentuk store image adalah produk yang
dijual, pelayanan dalam toko, pelanggan, toko sebagai tempat menikmati
kesenangan hidup, aktivitas promosi toko, dan suasana toko (Store
atmosphere).
(46)
27
“The creation of an image depends heavily on the atmosphere that
the store develops. Atmosphere refers to the physical characteristics of the
store that are used to develop an image and to draw costumers. Its major
component of image.”
Penciptaan suatu citra untuk sebuah toko bergantung pada
penyesuaian kombinasi fisik yang mengarah pada kemampuan untuk
mengembangkan nilai artistic dari lingkungan toko sehingga mampu
memicu daya tarik bagi konsumen.
Cakupan strategi store atmosphere bisa dikelompokkan
menjadiinstore dan outstore. Store atmosphere bisa dipahami sebagai
penataan ruang dalam (instore) dan ruang luar (outstore) yang dapat
menciptakan kenyamanan bagi pelanggan.(Sutisna dan Pawitra
2001).Menurut Levi dan Weitz (2001), Store atmosphere terdiri dari dua
hal yaitu Instore atmosphere dan Outstore atmosphere.
a. Instore atmosphere
Instore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di dalam
ruangan yang menyangkut:
1) Internal Layout merupakan pengaturan dari berbagai fasilitas
dalam ruangan yang terdiri dari tata letak meja kursi pengunjung,
tata letak meja kasir, dan tata letak lampu, pendingin ruangan,
sound.
2) Suara merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam
(47)
28
music yang disajikan restoran dan alunan suara musik dari sound
sistem.
3) Bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam ruangan
untuk menciptakan selera makan yang timbul dari aroma
makanan dan minuman dan aroma yang ditimbulkan oleh
pewangi ruangan
4) Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan-bahan yang
digunakan untuk meja dan kursi dalam ruangan dan dinding
ruangan.
5) Desain interior bangunan adalah penataan ruang-ruang dalam
restoran kesesuaian meliputi kesesuaian luas ruang pengunjung
dengan ruas jalan yang memberikan kenyamanan, desain bar
counter, penataan meja, penataan lukisan-lukisan, dan sistem
pencahayaan dan ruangan.
b. Outstore atmosphere
Outstore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di luar
ruangan yang menyangkut:
1) External Layout yaitu pengaturan tata letak berbagai fasilitas
restoran di luar ruangan yang meliputi tata letak parkir
(48)
29
2) Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan-bahan yang
digunakan bangunan maupun fasilitas di luar ruangan yang
meliputi tekstur dinding bangunan luar, ruangan dan tekstur
papan nama luar ruangan.
3) Desain eksterior bangunan merupakan penataan ruangan-ruangan
luar restoran meliputi desain papan nama luar ruangan,
penempatan pintu masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar, dan
sistem pencahayaan luar ruangan.
Menurut Barry dan Evans (2004), “Atmosphere can be divided into
several elements: exterior, general interior, store layout, and
displays.”Cakupan Store atmosphere ini meliputi: bagian luar toko,
bagian dalam toko, tata letak ruangan, dan pajangan (interior point of
interest display), akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini:
a. Exterior (Bagian Luar Toko)
Karateristik exterior mempunyai pengaruh yang kuat pada citra
toko tersebut, sehingga harus direncanakan dengan sebaik
mungkin.Kombinasi dari exterior ini dapat membuat bagian luar toko
menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang
untuk masuk kedalam toko.Elemen-elemen exterior ini terdiri dari sub
elemen-sub elemen sebagai berikut:
(49)
30
Bagian muka atau depan toko meliputi kombinasi papan
nama, pintu masuk, dan kontruksi bangunan. Storefront harus
mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan atau hal-hal
lain yang sesuai dengan citra toko tersebut. Khususnya konsumen
yang baru sering menilai toko dari penampilan luarnya terlebih
dahulu sehingga exterior merupakan faktor penting untuk
mempengaruhi konsumen untuk mengunjungi toko.
2) Marquee (Simbol)
Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk
memajang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat
dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf, atau penggunaan
lampu neon.Marquee dapat terdiri dari nama atau logo saja, atau
dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. Supaya
efektif, marquee harus diletakkan diluar, terlihat berbeda, dan
lebih menarik atau mencolok daripada toko lain disekitarnya.
3) Entrance (Pintu Masuk)
Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin,
sehingga dapat mengundang konsumen untuk masuk melihat ke
dalam toko dan juga mengurangi kemacetan lalu lintas keluar
(50)
31
4) Display Window (Tampilan Jendela)
Tujuan dari display window adalah untuk
mengidentifikasikan suatu toko dengan memajang barang-barang
yang mencerminkan keunikan toko tersebut sehingga dapat
menarik konsumen masuk. Dalam membuat jendela pajangan
yang baik harus dipertimbangkan ukuran jendela, jumlah barang
yang dipajang, warna, bentuk, dan frekuensi penggantiannya.
5) Height and Size Building (Tinggi dan Ukuran Gedung)
Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko
tersebut.Misalnya, tinggi langit-langit toko dapat membuat
ruangan seolah-olah lebih luas.
6) Uniqueness (Keunikan)
Keunikan suatu toko bisa dihasilkan dari desain bangunan
toko yang lain daripada yang lain.
7) Surrounding Area (Lingkungan Sekitar)
Keadaan lingkungan masyarakat diaman suatu toko berada
dapat mempengaruhi citra toko. Jika toko lain yang berdekatan
memiliki citra yang kurang baik, maka toko yang lain pun akan
terpengaruh dengan citra tersebut.
8) Parking (Tempat Parkir)
Tempat parkir merupakan hal yang penting bagi
(51)
32
yang dekat dengan toko akan menciptakan Atmosphere yang
positif bagi toko tersebut.
b. General Interior (Bagian Dalam Toko)
Yang paling utama yang dapat membuat penjualan setelah
pembeli berada di toko adalah display.Desain interior dari suatu toko
harus dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising.
Display yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian
pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati,
memeriksa, dan memilih barang dan akhirnya melakukan pembelian.
Ada banyak hal yang mempengaruhi persepsi konsumen pada toko
tersebut. Menurut Barry dan Evans (2004), elemen-elemen general
interior terdiri dari:
1) Flooring (Lantai)
Penentuan jenis lantai ukuran, desain dan warna lantai
sangat penting, karena konsumen dapat mengembangkan persepsi
mereka berdasarkan apa yang mereka lihat.
2) Color and Lightening (Warna dan Pencahayaan)
Setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang cukup
untuk mengarahkann atau menarik perhatian konsumen ke daerah
tertentu dari toko. Konsumen yang berkunjung akan tertarik pada
sesuatu yang paling terangyang berada dalam pandangan mereka.
(52)
33
membuat suasana yang ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat
berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.
3) Scent and Sound (Aroma dan Musik)
Tidak semua toko memberikan pelayanan ini, tetapi jika
layanan ini dilakukan akan memberikan suasana yang lebih santai
pada konsumen yang ingin menikmati suasana yang santai dengan
menghilangkan kejenuhan, kebosanan, maupun stres sambil
menikmati makanan.
4) Fixture (Penempatan)
Memilih peralatan penunjang dan cara penempatan meja
harus dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai
dengan keinginanan. Karena penempatan meja yang sesuai dan
nyaman dapat menciptakan image yang berbeda pula.
5) Wall Texture (Tektur Tembok)
Teksture dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada
konsumen dan dapat membuat dinding terlihat menarik.
6) Temperature (Suhu Udara)
Pengelola toko harus mengatur suhu udara, agar udara
dalam ruangan jangan terlalu panas atau dingin.
7) Width of Aisles (Lebar Gang)
Jarak antara meja dan kursi harus diatur sedemikian rupa
(53)
34
8) Dead Area
Dead area merupakan ruang di dalam toko dimana display
yang normal tidak bisa diterapkan karena akan terasa ganjal.
9) Personnel (Pramusaji)
Pramusaji yang sopan, ramah, berpenampilan menarik,
cepat dan tanggap akan menciptakan citra perusahaan dan
loyalitas konsumen.
10) Service Level (Tingkat Pelayanan)
Macam-macam tingkat pelayanan menurut Kotler yang
dialih bahasakan oleh Teguh, Rusli dan Molan (2000) adalah self
service, self selection, limited service, dan full service.
11) Price (Harga)
Pemberian harga bisa dicantumkan pada daftar menu yang
diberikan agar konsumen dapat mengetahui hargadari makanan
tersebut.
12) Cash Refister (Kasir)
Pengelola toko harus memutuskan penempatan lokasi
kasir yang mudah dijangkau oleh konsumen.
13) Technology Modernization (Teknologi)
Pengelola toko harus dapat melayani konsumen secanggih
(54)
35
14) Cleanliness (Kebersihan)
Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi
konsumen untuk makan di tempat tersebut.
c. Layout Ruangan (Tata Letak Toko)
Pengelola toko harus mempunyai rencana dalam penentuan lokasi
dan fasilitas toko. Pengelola toko juga harus memanfaatkan ruangan
toko yang ada seefektif ,mungkin Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam merancang layout adalah sebagai berikut:
1) Allocation of floor space for selling, personnel, and costumers.
Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan
untuk:
a) Selling Space (Ruangan Penjualan)
Ruangan untuk menempatkan dan tempat berinteraksi
antara konsumen dan pramusaji.
b) Personnel Space (Ruangan Pegawai)
Ruangan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pramusaji seperti tempat beristirahat atau makan.
c) Costumers Space (Ruangan Pelanggan)
Ruangan yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan
(55)
36
2) Traffic Flow (Arus Lalu Lintas)
Macam-macam penentuan arus lalu lintas toko, yaitu:
a) Grid Layout (Pola Lurus)
Penempatan fixture dalam satu lorong utama yang panjang.
b) Loop/Racetrack Layout (Pola Memutar)
Terdiri dari gang utama yang dimulai dari pintu masuk,
mengelilingi seluruh ruangan, dan biasanya berbentuk
lingkaran atau persegi, kemudian kembali ke pintu masuk.
c) Spine Layout (Pola Berlawanan Arah)
Pada spine layout gang utama terbentang dari depan sampai
belakang toko, membawa pengunjung dalam dua arah.
d) Free-flow Layout (Pola Arus Bebas)
Pola yang paling sederhana dimana fixture dan
barang-barang diletakkan dengan bebas.
d. Interior Point of Interest Display (Dekorasi Pemikat Dalam Toko)
Interior point of interest display mempunyai dua tujuan,
yaitu memberikan informasi kepada konsumen dan menambah
store atmosphere, hal ini dapat meningkatkan penjualan dan laba
toko. Interior point of interest display terdiri dari:
(56)
37
Dalam suatu musim tertentru retailer dapat mendesain
dekorasi toko ataun meminta pramusaji berpakaian sesuai
dengan tema tertentu.
2) Wall Decoration (Dekorasi Ruangan)
Dekorasi ruangan pada tembok bisa merupakan
kombinasi dari gambar atau poster yang ditempel, warna
tembok, dan sebagainya yang dapat meningkatkan suasana
toko.
Menurut Levi dan Weitz (2000), Ketika peritel hendak menata atau
medekorasi ulang sebuah toko, manajer harus memperhatikan tiga tujuan
dari atmosphere berikut:
a. Atmosphere harus konsisten dengan citra toko dan strategi secara
keseluruhan.
b. Membantu konsumen dalam menentukan keputusan pembelian.
c. Ketika membuat suatu keputusan mengenai desain, manajer harus
mengingat mengenai biaya yang diperlukan dengan desain tertentu
(57)
38
B.
Penelitian Terdahulu
1.Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Leonardus Manuntun 2012,
yang berjudul pengaruh store atmosphere terhadap minat beli ulang studi
kasus pada konsumen Mirota Batik. Penelitian yang dilakukan bertujuan
untuk mengetahui tingkat kekomunikatifan exterior, tingkat kenyamanan
suasana interior, dan mengetahui kekomunikatifan exterior dan
kenyamanan interior menurut persepsi konsumen berpengaruh secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap minat beli ulang. Penulis
menggunakan responden usia minimal 17 tahun yang berkunjung ke
Mirota Batik dan melakukan pembelian. Dengan pengambilan sampel
sejumlah 100 sampel. Penulis menggunakan teknik purposive
convenience sampling untuk pengambilan sampel, yaitu pengambilan
sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan peneliti serta mudah
dijangkau oleh peneliti. Teknik kuisioner, observasi dan wawancara
digunakan penulis untuk mengumpulkan data. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis regresi
diperoleh Fhitungsebesar 33,966 dan Ftabel3,938. Fhitung> Ftabelmaka Ho
ditolak. Hal ini berarti variabel kekomunikatifan exterior dan
kenyamanan interior berpengaruh secara simultan terhadap minat beli
ulang. Ditunjukkan pula dengan thitung> ttabel pada kekomunikatifan
exterior (3,280>1,984) maka Ho ditolak. Berarti secara parsial
kekomunikatifan exterior secra sendiri berpengaruh terhadap minat beli
(58)
39
(3,160>1,984), maka Ho ditolak. Hal ini mengartikan kenyamanan
interior berpengaruh terhadap minat beli ulang.
2.Judul :Pengaruh Store Atmosphere terhadap Keputusan Pembelian di
Subzero Frozen Bandung
Penulis :Noerdiana, Rudy
Intisari :Tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan
kebutuhan dan keinginan pelanggan sasaran. Konsumen adalah faktor
utama yang harus di perhatikan oleh produsen dan perusahaan untuk
mencapai tujuan.Salah satunya adalah dengan memberikan Store
Atmosphere yang berbeda dari pesaing lainnya.karena Store Atmosphere
akan memberikan nilai tambah terhadap keputusan pembelian konsumen,
sehingga konsumen lebih tertarik untuk melakukan pembelian dan
senantiasa nyaman berada di toko tersebut. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode explanatory.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan responden mengenai
Store Atmosphere, untuk mengetahui tanggapan responden mengenai
tingkat keputusan pembelian dan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh Store Atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen di
Subzero Frozen Ice Cream Bandung. Tanggapan responden terhadap
Store Atmosphere pada Subzero Frozen Ice Cream Bandung berada
dalam kategori baik dengan nilai rata-rata keseluruhan pernyataan
sebesar 3,76 karena berada pada interval 3,40-4,19. Tanggapan
(59)
40
Ice Cream Bandung diperoleh hasil nilai rata-rata keseluruhan sebesar
3,89 yang artinya tingkat keputusan membeli produk baik karena berada
pada interval 3,40-4,19. Store Atmosphere berpengaruh terhadap
keputusan pembelian konsumen Subzero Frozen Ice Cream Bandung
berdasarkan hasil perhitungan korelasi rank spearman, diperoleh nilai rs
sebesar 0,458. Karena nilai rs berada pada interval 0,400- 0,599 maka
hubungan antara store atmosphere terhadap keputusan pembelian
dikatakan cukup kuat. Besarnya pengaruh Store Atmosphere terhadap
keputusan pembelian Subzero Frozen Bandung sebesar 20,97% dan
sisanya 79,03% dipengaruhi faktor lainnya yang tidak diteliti.
Berdasarkan perhitungan uji t, menunjukan bahwa thitung lebih besar
dari pada ttabel yaitu (5,097 > 1,660). Artinya store atmosphere
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.
Bahwa hipotesis diterima, maka teori-teori yang digunakan sebagai
kerangka pemikiran adalah relevan dengan fakta-fakta yang diperoleh
(60)
41
C.
Kerangka Konseptual Penelitian
Keterangan:
= Pengaruh secara parsial (pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependen secara sendiri – sendiri)
= Pengaruh secara simultan (pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependen secara bersama - sama)
X1 = Store Atmosphere
X2 = Kualitas Pelayanan
Y = Minat Beli Ulang
Store Atmosphere (X1)
Barry dan Evans (2004) 1. Exterior
a. Storefron b. Entrance c. Uniqueness d. Surrounding Area e. Parking
2. General Interior a. Flooring
b. Color and Lightening c. Fixture
d. Pers e. Cleanliness
Kualitas Pelayanan (X2)
Tjiptono (2005) 1. Reliability
2. Responsiveness
3. Assurance
Minat Beli Ulang (Y)
Ferdinant (2002:129) 1. Minat transaksional 2. Minat referensial
(61)
42
D.
Perumusan Hipotesis
Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1. H1 : Store Atmosphere Berpengaruh terhadap Minat Beli Ulang 2. H2 : Kualitas Pelayanan Berpengaruh terhadap Minat Beli Ulang 3. H3 : Store Atmosphere dan Kualitas Pelayanan Berpengaruh
(62)
43 BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah studi kasus yang juga
disebut riwayat kasus, adalah suatu metodologi riset yang sangat bermanfaat
yang menggabungkan wawancara individu dan (kadang kala) kelompok
dengan analisis rekaman dan observasi. Metodologi ini hanya dilakukan pada
objek tertentu dan kesimpulan yang diambil hanya berlaku pada objek yang
diteliti sesuai dengan gambaran keadaan atau gejala yang terjadi. Metodologi
studi kasus dilakukan dalam suasana “alami” peserta atau sesuai dengan
sebenarnya. Tujuan dari metodologi ini adalah untuk mendapatkan banyak
perspektif tentang suatu organisasi, situasi, kejadian, atau proses pada satu
titik waktu atau periode waktu. Dalam penelitian yang dilakukan penulis
berupa studi kasus pada konsumen Coffee Shop Klinik Kopi Yogyakarta.
B.
Waktu dan Lokasi Penelitian
1.Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan selama dua bulan dari bulan November
(63)
44
2.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Coffee Shop Klinik Kopi yang terletak
di Pusat Studi Lingkungan Universitas Sanata Dharma Jl. Afandi,
Gejayan, Sleman, DI Yogyakarta.
C.
Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah responden yang pernah
atau sedang berkunjung ke Coffee Shop Klinik Kopi Yogyakarta.Objek dalam
penelitian ini adalah Store Atmosphere, Kualitas Pelayanan dan Minat Beli
Ulang.
D.
Variabel Penelitian
1. Variabel
Menurut Murti dan Salamah (21:2006), variabel adalah “Sebuah
atribut yang memiliki nilai, sifat, dari individu, objek, atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang dipilih oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini ada tiga
variabel yang akan diteliti yaitu: store atmosphere (Exterior: Storefront,
Entrance, Uniqueness, Surrounding Area, dan Parking) dan (General
Interior: Flooring, Color and Lightening, Fixture, Personel,dan
(64)
45
2. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
a. Store Atmosphere (X1)
Store atmosphere menurut Barry dan Evans (2004) ini meliputi:
bagian luar toko, bagian dalam toko, tata letak ruangan, dan
pajangan (interior point of interest display). Yang menjadi indikator
store atmosphere dalam penelitian ini meliputi:
1) Exterior (Bagian Luar Toko)
Karateristik exterior mempunyai pengaruh yang kuat pada
citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan dengan sebaik
mungkin. Kombinasi dari exterior ini dapat membuat bagian luar
toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang
orang untuk masuk kedalam toko. Elemen-elemen exterior ini
terdiri dari sub elemen-sub elemen sebagai berikut:
a) Storefront (Bagian Muka Toko)
Bagian muka atau depan toko meliputi kombinasi papan
nama, pintu masuk, dan kontruksi bangunan. Storefront harus
mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan atau
hal-hal lain yang sesuai dengan citra toko tersebut. Khususnya
konsumen yang baru sering menilai toko dari penampilan
luarnya terlebih dahulu sehingga exterior merupakan faktor
penting untuk mempengaruhi konsumen untuk mengunjungi
(65)
46
b) Entrance (Pintu Masuk)
Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin,
sehingga dapat mengundang konsumen untuk masuk melihat
ke dalam toko dan juga mengurangi kemacetan lalu lintas
keluar masuk konsumen.
c) Uniqueness (Keunikan)
Keunikan suatu toko bisa dihasilkan dari desain bangunan
toko yang lain daripada yang lain.
d) Surrounding Area (Lingkungan Sekitar)
Keadaan lingkungan masyarakat diaman suatu toko
berada dapat mempengaruhi citra toko. Jika toko lain yang
berdekatan memiliki citra yang kurang baik, maka toko yang
lain pun akan terpengaruh dengan citra tersebut.
e) Parking (Tempat Parkir)
Tempat parkir merupakan hal yang penting bagi
konsumen. Jika tempat parkir luas, aman dan mempunyai
jarak yang dekat dengan toko akan menciptakan atmosphere
yang positif bagi toko tersebut.
2) General Interior (Bagian Dalam Toko)
Yang paling utama yang dapat membuat penjualan setelah
(66)
47
toko harus dirancang untuk memaksimalkan visual
merchandising.
Display yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian
pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati,
memeriksa, dan memilih barang dan akhirnya melakukan
pembelian. Ada banyak hal yang mempengaruhi persepsi
konsumen pada toko tersebut. Menurut Barry dan Evans (2004),
elemen-elemen general interior terdiri dari:
a) Flooring (Lantai)
Penentuan jenis lantai ukuran, desain dan warna lantai
sangat penting, karena konsumen dapat mengembangkan
persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat.
b) Color and Lightening (Warna dan Pencahayaan)
Setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang cukup
untuk mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke
daerah tertentu dari toko. Konsumen yang berkunjung akan
tertarik pada sesuatu yang paling terangyang berada dalam
pandangan mereka. Tata cahaya yang baik mempunyai
kualitas dan warna yang dapat membuat suasana yang
ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat berbeda bila
dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.
(67)
48
Memilih peralatan penunjang dan cara penempatan meja
harus dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai
dengan keinginanan. Karena penempatan meja yang sesuai
dan nyaman dapat menciptakan image yang berbeda pula.
d) Personel (Pramusaji)
Pramusaji yang sopan, ramah, berpenampilan menarik,
cepat dan tanggap akan menciptakan citra perusahaan dan
loyalitas konsumen.
e) Cleanliness (Kebersihan)
Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi
konsumen untuk makan di tempat tersebut.
b. Kualitas Pelayanan (X2)
Kualitas pelayanan (service quality) dapat diukur dengan
menggunakan lima dimensi, yang biasa disebut dengan model
SERQUAL. Kelima dimensi tersebut menurut Parasuraman,
Zeithaml dan Berry (1985) dalam Tjiptono (2005) adalah :
1) Reliability (Keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.
2) Responsiveness (Ketanggapan), yaitu respon atau kesigapan
karyawan dalam membantu konsumen dan memberikan
(68)
49
karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam
menangani transaksi dan penanganan keluhan pelanggan.
3) Assurance (Jaminan), meliputi kemampuan karyawan atas
pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramah
tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan,
ketrampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam
memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang
ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan
kepada manajemen.
4) Tangibles (Bukti Fisik), meliputi penampilan fasilitas fisik,
tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan
ruangan, kelengkapan peralatan, dan penampilan karyawan.
5) Emphaty (Empati), yaitu perhatian secara individual yang
diberikan perusahaan kepada pelanggan, seperti kemudahan untuk
menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk
berkomunikasi dengan konsumen, dan usaha perusahaan untuk
memahami keinginan dan kebutuhan konsumennya.
c. Minat Beli Ulang (Y)
Menurut penelitian Doods (dalam Sutantio, 2004:252) minat
beli adalah kemungkinan pembeli berminat untuk membeli suatu
produk.Sementara itu menurut penelitian Howard (dalam Sutantio,
2004:256) mengartikan intention to buy sebagai pernyataan yang
(69)
50
untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu
tertentu. Menurut penelitian Ferdinant (2002:129) menyatakan
bahwa indikator minat beli antara lain:
1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang membeli
produk.
2) Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk
mereferensikan produk kepada orang lain.
3) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku
sesorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut,
preferensi ini dapat berubah bila terjadi sesuatu dengan produk
preferensinya.
4) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang
yang selalu mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat
positif dari produk tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan kuisioner untuk
memperoleh informasi dari responden. Kuisioner merupakan daftar
pertanyaan yang disusun oleh penulis dan diisi oleh responden.Tujuan
pemberian kuisioner ini adalah untuk mencari informasi yang lengkap dan
valid mengenai suatu masalah.
Masing-masing pertanyaan dalam kuisioner yang diberikan kepada
responden memiliki 5 alternatif jawaban.Masing-masing alternatif jawaban
(70)
51
Sangat Setuju (SS) : 5
Setuju (S) : 4
Netral (N) : 3
Tidak Setuju (TS) : 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
E. Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1.Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2011:80) adalah wilayah generalisasi
yang terdiri dari objek / subjek yang mempunyai kualitas karateristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah konsumen
Coffee shop Klinik Kopi Yogyakarta, populasi dalam penelitian ini
termasuk dalam kategori populasi tidak terbatas dikareankan tidak
terdapat daftar nama pelanggan dan tidak diketahui persis jumlahnya.
2.Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2011:81) adalah bagian dari jumlah dan
karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Penelitian ini
menggunakan metode non probability sampling, dengan penggunaan
purposive sampling.Menurut Sugiyono (2011:85) purposive sampling
(71)
52
penelitian ini sampel responden dipilih berdasarkan konsumen yang
sedang / pernah berjunjung dan melakukan transaksi di coffee shop
Klinik Kopi Yogyakarta.
3.Teknik pengambilan sampel
Karena populasi termasuk ke dalam kategori populasi tidak terbatas,
maka pengambilan sampel menggunakan rumus (Widiyanto, 2008:19)
yaitu:
= 96,04
Keterangan :
n = jumlah sampel
Z = nilai Z dengan tingkat keyakinan yang dibutuhkan
penentuan sampel persen. Pada α = 5% dan Z = 1,96. Moe = margin of error atau kesalahan maksimum yang bisa
ditoleransi, biasanya 10%.
Hasil perhitungan menggunakan rumus didapatkan sampel sebesar
96,04.Untuk memudahkan pembagian kuesioner, maka dibulatkan
menjadi 100 dan jumlah tersebut yang akan digunakan sebagai sampel
(72)
53 F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini akan digunakan teknik pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara dan kuisioner. Menurut Sugiyono
(2011:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.
1.Wawancara
Teknik wawancaradilakukan dengan tatap muka langsung secara atu
persatu dengan responden untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
Wawancara dilakukan dengan cara merekam jika memperoleh ijin dari
narasumber atau berupa catatan kecil. Kitannya dalam penelitian ini
teknik wawancara akan dilakukan pada pemilik coffee shop Klinik Kopi
Yogyakarta untuk medapatkan gambaran lengkap tentang coffee shop
dan gambaran manajemen coffee shop Klinik Kopi Yogyakarta.
2.Kuisioner
Teknik kuisioner merupakan pengumpulan data dengan cara
mengajukan daftar pertanyaan yang tertulis kepada responden yang
terpilih. Kaitannya dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah
konsumen yang sedang berkunjung atau pernah dan melakukan transaksi
(73)
54 G. Teknik Pengujian Instrumen
Sebelum melakukan analisis data yang diperoleh, kuisioner yang telah
dibagi akan dilakukan tes validitas dan reliabilitas dahulu.
1.Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur ketepatan alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya dengan menggunakan teknik korelasi product
moment.Uji ini menunjukkan ketepatan pengukuran yang dilakukan pada
waktu berbeda.
Rumus Product Moment (Sanusi, 2011:77).
Keterangan:
r : Koefisien Korelasi
X : Skor Butir
Y : Skor Total Butir
N : Jumlah Responden
Untuk menentukan instrumen itu valid atau tidak maka ketentuannya
adalah sebagai berikut :
a) Nilai r-hitung dibandingkan dengan nilai r-tabel dengan derajat
(74)
55
b) Jika nilai r-hitung ≥ r-tabel dengan taraf signifikansi 5%, maka signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan valid.
c) Jika nilai r-hitung < r-tabel dengan taraf signifikansi 5%, maka tidak
signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan tidak
valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir pertanyaan yang sudah valid
(Sanusi, 2011:81).Reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi
instrumen penelitian saat dilakukan pengujian secara berulang.Dalam
menghitung reliabilitas, peneliti menggunakan rumus Cronbach’s
Alpha.Rumus ini digunakan untuk mencari nilai Cronbach’s Alphayang
skornya antara 1 dan 0. Instrumen penelitian akan dianggap reliabel jika
memiliki koefisien CA ≥ 0,6.
Rumus Cronbach’s Alpha (Wiyono, 2011:112):
Keterangan:
r : Reliabilitas Instrumen
k : Banyak butir pernyataan atau banyak soal
: Total dari varian masing-masing pertanyaan
(75)
56 H. Teknik Analisis Data
1.Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel independen dan variabel dependen keduanya
berdistribusi normal atau tidak.Model regresi dikatakan baik jika
variabel independen dan variabel dependennya berdistribusi normal
atau mendekati normal (Sunyoto, 2011:158).
Uji normalitas akan dilakulan dengan bantuan SPSS 16
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Z. Cara untuk pengujian
normalitas yaitu dengan membandingkan nilai signifikansi
Asymp.Sig. Jika nilai Asymp.Sig ≥ 0,05 maka data berdistribusi
normal namun jika nilai Asymp.Sig < 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal (Priyatno, 2010:58).
b. Uji Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki
kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
terjadi heteroskedastisitas yang berarti varians tidak sama untuk
semua pengamatan atau homokedastisitas yang berarti ada kesamaan
(76)
57
Uji ini akan dilakukan dengan menggunakan metode Spearmans
‘rho dengan bantuan program SPSS 16. Cara untuk melihat ada
tidaknya heteroskedasititas adalah dengan melihat nilai signifikansi
antar variabel independen dengan residual. Jika nilai signifikansi antar
variabel independen dengan residual ≥ 0,05 maka tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas. Namun jika nilai signifikansi antar
variabel independen dengan residual < 0,05 maka terjadi masalah
heteroskedastisitas (Priyatno, 2010:72).
c. Uji Multikolineritas
Uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
independen.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen, Jika variabel bebas saling berkorelasi,
maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah
variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama
dengan nol. Apabila terdapat korelasi yang sempurna antara sesama
variabel – variabel bebas ini sama dengan satu, maka dinamakan
terdapat problem multikolinieritas.
Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas dalam model regresi menggunakan rumus
kolerasi.Selanjutnya dengan bantuan program SPSS diadakan analisis
(77)
58
Factor). Untuk mengetahui terjadi tidaknya multikolinieritas,
digunakan ketentuan sebagai berikut :
1) Jika VIF ≥ 5, maka terjadi mulitikolinieritas
2) Jika VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinieritas
2. Analisis Regresi Linier Sederhana
Untuk menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga digunakan
analisis Regresi Linier Sederhana ini akan dilakukan sebanyak dua
kali.
a. Analisis Regresi Linier yang pertama digunakan untuk mengetahui
pengaruh Store Atmospheredan kualitas pelayananterhadap minat
beli ulang pengunjung.Menurut Sugiono (2009 : 210)Analisis
regresi berganda merupakan suatu alat analisis yang digunakan
untuk memprediksikan berubahnya nilai variabel tertentu bila
variabel lain berubah. Dikatakan regresi ganda, karena jumlah
variabel independennya lebih dari satu.Mengingat dalam
penelitian ini variabel (X) memiliki dua indikator, maka
digunakan persamaan regresi linier berganda.
Dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + b1 X1 + b2 X2+ e
Dimana :
Y : Minat beli ulang
(78)
59
X1: Skor store atmosphere
X2: Skor kualitas pelayanan
b1: Besarnya pengaruh X1 terhadap Y (koefisien regresi X1)
b2: Besarnya pengaruh X2 terhadap Y (koefisien regresi X2)
e : Standar error
b. Uji t
t-tabel pada taraf signifikan a = 0,05 dengan db = n-2, dengan
rumus:
Keterangan :
t = nilai t hitungatau signifikan korelasi
r = koefisien korelasi hasil thitung
n = jumlah responden
1) Rumusan Hipotesis Variabel Store Atmosphere
a) Store Atmosphere
Ho :Store Atmosphere tidak berpengaruh terhadap minat
beli ulang.
Ha :Store Atmosphere berpengaruh terhadap minat beli
ulang.
(79)
60
(1) Jika t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak, dan Ha diterima
store atmosphere berpengaruh terhadap minat beli
ulang.
(2) jika t hitung< t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak,
berarti store atmosphere tidak berpengaruh, terhadap
minat beli ulang.
2) Rumusan Hipotesis Variabel Kualitas Pelayanan
a) Kualitas Pelayanan
Ho :Kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap minat
beli ulang.
Ha :Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap minat beli
ulang.
b) Kriteria Penerimaan dan Penolakan Ho
1) Jika t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak, dan Ha diterima
berarti, kualitas pelayanan berpengaruh, terhadap
minat beli ulang.
2) jika t hitung< t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak,
berarti kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap
(80)
61
c. Uji F
Dalam penelitian ini uji F digunakan untuk mengetahui tingkat
signifikansi pengaruh variabel – variabel independen yaitu store
atmosphere (X1) dan kualitas pelayanan (X2) secara bersama –
sama terhadap variabel dependen yaitu minat beli ulang (Y).
1) Rumusan Hipotesis
H0: b1 = b2 = 0, maka variabel store atmosphere dan kualitas
pelayanan secara bersama- sama tidak berpengaruh terhadap
minat beli ulang.
2) Kriteria Pengujian
H0 diterima jika Fh≤ Ft atau signifikan ≥ α dengan tingkat
kesalahan 0,05
H0ditolak jika Fh> Ft atau signifikan < α dengan tingkat
(81)
62
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah PerusahaanMemulai bisnisnya sejak Juli 2013. Klinik Kopi menawarkan banyak
pilihan biji kopi Arabika dari seluruh Indonesia, sebut saja Takengon,
Bajawa, Balien, Kintamani, Ciwidey, Sunda Jahe, Nagari Lasi, Blue Batak,
Lencoh Merapi, Java Tobacco, Papua dan lainnya. Terinspirasi dari cerita
unik setiap biji kopi, Klinik Kopi melakukan perjalanan keliling Indonesia
untuk mendapatkan kopi terbaik. Berbekal kecintaan yang besar terhadap
kopi, Klinik Kopi menjalin kerjasama dengan petani local. Sistem
perdagangan langsung menjadi salah satu tujuannya untuk mendapatkan
harga yang adil bagi petani maupun Klinik Kopi sebagai pembeli, tentunya
diikuti dengan kualitas biji kopi terbaik. Klinik Kopi percaya jika rasa kopi
terbaik juga dipengaruhi oleh proses roasting yang sempurna, Karenannya
sejak April 2014 Klinik Kopi memulai Klinik Roasting – roasting berskala
mikro untuk melahirkan cita rasa kopi terbaik yang bisa dinikmati
pengunjung Klinik Kopi setiap harinya.
B. Visi dan Misi
1.Visi
Mengedukasi para pasien / konsumen Klinik Kopi tentang bagaimana
minum kopi secara benar.
2.Misi
(1)
116
(2)
117
3. Minat Beli Ulang
UJI RELIABILITAS
(3)
118
2. Kualitas Pelayanan
(4)
119
UJI ASUMSI KLASIK
1. Uji Normalitas
2. Uji Heterokedastisitas
(5)
120
(6)