PERANAN UNIT USAHA SIMPAN PINJAM GRAMEEN BAHARI DALAM MEMBANTU MENINGKATKAN PENDAPATAN ANGGOTA KOPERASI MITRA BAHARI (Penelitian Kualitatif di Koperasi Mitra Bahari).

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

ANINDA AGESTIN NPM. 0642010010

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

SURABAYA 2010


(2)

Disusun Oleh :

ANINDA AGESTIN NPM. 0642010010

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 10 Juni 2010

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195507181983022001

Tim Penguji : 1. Ketua

Drs. Sadjudi, S.E., M.Si NIP. 195202071973101001 2. Sekretaris

Dra. Lia Nirawati, M.Si NIP. 196009241993032001 3. Anggota

R.Y. Rusdianto, S.sos., M.Si NPT. 3 7206 95 00461

Pembimbing Pendamping

R.Y. Rusdianto, S.sos., M.Si NPT. 3 7206 95 00461

Mengetahui, DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195507181983022001


(3)

Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari dalam membantu meningkatkan pendapatan anggota koperasi Mitra Bahari (penelitian kualitatif di koperasi Mitra Bahari)”.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku dosen pembimbing utama dan Bapak R.Y. Rusdianto, S.sos., M.Si selaku dosen pembimbing pendamping, terima kasih atas bimbingan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini bisa terselesaikan. Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Drs. Sadjudi, S.E., M.Si. selaku ketua progdi jurusan Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si. selaku sekretaris progdi jurusan Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(4)

ii Surabaya.

6. Bapak Drs. Koes Ashari, selaku sekretaris pengurus koperasi Mitra bahari Surabaya.

7. Ibu Dwi Soelistyowati, S.E., selaku manager unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari yang telah membantu selama penelitian skripsi di koperasi Mitra Bahari.

8. Kedua orang tua dan kakak-kakak yang selalu memotivasi penulis agar cepat lulus.

9. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mengharapkan saran dan kritiknya atas penulisan skripsi ini.

Akhirnya, semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juni 2010


(5)

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.2 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori... 8

2.1.1 Koperasi ... 8

2.1.1.1 Pengertian Koperasi ... 8

2.1.1.2 Landasan Koperasi ... 9

2.1.1.3 Azas Koperasi ... 10

2.1.1.4 Prinsip Koperasi ... 11

2.1.1.5 Tujuan dan Fungsi Koperasi ... 12

2.1.1.6 Peran dan Tugas Koperasi... 13

2.1.1.7 Jenis Koperasi ... 14

2.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia ... 16


(6)

2.1.3.1 Pengertian Organisasi ... 19

2.1.3.2 Unsur-unsur Pokok dalam Organisasi... 20

2.1.3.3 Azas-azas Organisasi ... 21

2.1.3.4 Bentuk-bentuk Organisasi... 21

2.1.3.5 Lingkungan Organisasi ... 24

2.1.4 Kredit ... 28

2.1.4.1 Manajemen Kredit... 28

2.1.4.2 Pengertian Kredit ... 30

2.1.4.3 Fungsi Kredit... 31

2.1.4.4 Unsur-unsur Kredit ... 33

2.1.4.5 Jenis-jenis Kredit... 33

2.1.4.6 Perencanaan Kredit ... 38

2.1.4.7 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit... 38

2.1.5 Grameen Bank... 40

2.1.5.1 Pengertian Grameen Bank... 40

2.1.5.2 Keanggotaan dan Prinsip Grameen Bank ... 42

2.1.5.3 Konsep Perkreditan Grameen Bank ... 43

2.2 Kerangka Berpikir... 47

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 49


(7)

3.3 Lokasi Penelitian... 52

3.4 Unit Analisis Penelitian ... 52

3.5 Subyek dan Informan Penelitian ... 53

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 54

3.7 Teknik Analisis Data... 56

3.8 Pengujian Keabsahan Data... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian dan Penyajian Data... 59

4.1.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 59

4.1.1.1 Sejarah Singkat Koperasi “Mitra Bahari” Surabaya ... 59

4.1.1.2 Lokasi Badan Usaha Koperasi ... 62

4.1.1.3 Visi, Misi dan Sasaran Koperasi ... 62

4.1.1.3.1 Visi Koperasi... 62

4.1.1.3.2 Misi Koperasi ... 63

4.1.1.3.3 Sasaran Koperasi... 64

4.1.1.4 Struktur Organisasi Koperasi ... 64

4.1.1.5 Maksud dan Tujuan Koperasi ... 70

4.1.1.6 Sumber Tambahan Modal ... 71

4.2 Hasil Penelitian ... 72

4.2.1 Berdirinya Unit Usaha Simpan Pinjam Grameen Bahari... 72


(8)

4.2.4 Manfaat Unit Usaha Simpan Pinjam Grameen Bahari ... 81 4.3 Pembahasan... 83 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 87 5.1.1 Berdirinya Unit Usaha Simpan Pinjam Grameen Bahari... 87 5.1.2 Keanggotaan Unit Usaha Simpan Pinjam Grameen Bahari... 87 5.1.3 Sistem Pinjaman Unit Usaha Simpan Pinjam Grameen

Bahari ... 88 4.2.4 Manfaat Unit Usaha Simpan Pinjam Grameen Bahari ... 88 5.2 Saran... 88

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir... 48 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Koperasi Mitra Bahari ... 65


(10)

viii

Lampiran 1 : Hasil wawancara dengan karyawan/manager unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari di Koperasi Mitra Bahari ... 95 Lampiran 2 : Hasil wawancara dengan masyarakat pesisir Kenjeran yang menjadi

anggota unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari di Koperasi Mitra Bahari ... 99 Lampiran 3 : Hasil wawancara dengan masyarakat pesisir Kenjeran yang menjadi

anggota unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari di Koperasi Mitra Bahari ... 103 Lampiran 4 : Hasil wawancara dengan masyarakat pesisir Kenjeran yang menjadi

anggota unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari di Koperasi Mitra Bahari ... 106 Lampiran 5 : Hasil wawancara dengan masyarakat pesisir Kenjeran yang menjadi

anggota unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari di Koperasi Mitra Bahari ... 109 Lampiran 6 : Hasil wawancara dengan masyarakat pesisir Kenjeran yang menjadi

anggota unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari di Koperasi Mitra Bahari ... 112 Lampiran 7 : Hasil wawancara dengan masyarakat pesisir Kenjeran yang menjadi

anggota unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari di Koperasi Mitra Bahari ... 115


(11)

ANGGOTA KOPERASI MITRA BAHARI (Penelitian Kualitatif di Koperasi Mitra Bahari)

Di Indonesia, dampak krisis mulai banyak dirasakan oleh masyarakat Indonesia, terbukti dengan kondisi perekonomian yang menjadi tidak stabil. Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang bersifat umum. Pembangunan yang dilaksanakan salah satunya adalah bidang perekonomian, karena hal-hal di bidang ekonomi selalu menghadapi hambantan. Salah satu wahana atau sarana yang dapat digunakan sebagai penangkal kerawanan di bidang perekonomian adalah koperasi yang tersebut dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendiskripsikan peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari dalam membantu meningkatkan pendapatan anggota koperasi Mitra Bahari.

Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan sumber data utama adalah indepth interview yang menghasilkan data berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Dari hasil penelitian unit usaha simpan pinjam Grameen bahari di koperasi Mitra Bahari bertujuan untuk membantu masyarakat pesisir yang ingin meningkatkan usaha dengan memberikan pinjaman tanpa jaminan dengan bunga 25% per tahun. Sedangkan untuk pinjaman awal sebesar Rp 500.000 – Rp 750.000 jangka waktu setahun. Dalam membayar angsuran pada program Grameen Bahari ini juga menggunakan sistem tanggung renteng untuk membantu anggotanya yang sedang mengalami kesusahan membayar angsuran. Dan sekarang telah berjalan hampir satu tahun telah dapat merekrut anggota sebanyak 60 orang. Dengan adanya program baru unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari bisa meningkatkan pendapatan anggota koperasi Mitra Bahari.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia, dampak krisis mulai banyak dirasakan oleh masyarakat Indonesia, terbukti dengan kondisi perekonomian yang menjadi tidak stabil. Sebenarnya, krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun ini bukanlah kali pertama yang di rasakan, pada tahun 1997 krisis yang sangat hebat pun melanda Indonesia dibuktikan dengan penurunan nilai mata uang rupiah menjadi sangat tidak signifikan, yang berakhir pada kenaikan harga-harga barang sehingga biaya hidup menjadi semakin mahal. Dampak dari adanya krisis yang dirasakan oleh masyarakat adalah tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia.

Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang bersifat umum. Fenomena ini terdapat pada berbagai masyarakat, baik yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maupun non-Islam kemiskinan bukanlah sesuatu yang terwujud sendiri, terlepas dari aspek-aspek lainnya, tetapi terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia. Aspek-aspek yang utama adalah sosial dan ekonomi. Keadaan miskin tidak dikehendaki oleh manusia sebab dalam kondisi seperti itu mereka dalam keadaan serba kekurangan, tidak mampu mewujudkan berbagai kebutuhan utamanya di dalam kehidupannya, terutama dari segi materiaal.


(13)

Kemiskinan tersebut tentu saja tidak luput dari perhatian para pelaku usaha serta stakeholder Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia. Sebagai lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap kondisi ekonomi bangsa yang terutama berkaitan dengan keberadaan (Usaha Mikro Kecil) UMK. Karena itu, kehadiran LKM seperti BMT, BPR, Koperasi dan lainnya dalam menyalurkan kredit jangka pendek (sekitar satu tahun) untuk masyarakat kecil ini, diharapkan mampu meningkatkan dan memperkuat ekonomi masyarakat miskin, khususnya pemodalan usaha.

Pembangunan yang dilaksanakan salah satunya adalah bidang perekonomian, karena hal-hal di bidang ekonomi selalu menghadapi hambantan. Permasalahan yang sedang dihadapi adalah adanya jumlah penduduk yang lebih tinggi, keterbatasan lapangan pekerjaan, tingginya tingkat pengangguran serta rendahnya tingkat pendapatan masyarakat rendah dan status sosial ekonomi. Hal ini merupakan tantangan yang akan memperlemah pembangunan, oleh karena itu dituntut adanya keterlibatan dan keikutsertaan semua lapisan masyarakat dalam menyumbangkan tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan kemampuan dalam mensukseskannya masyarakat miskin.

Salah satu wahana atau sarana yang dapat digunakan sebagai penangkal kerawanan di bidang perekonomian adalah koperasi yang tersebut dalam Undang-Undang Dasar 1945. Koperasi adalah badan usaha yang berbadan hukum yang berdasar atas azas kekeluargaan sebagai gerakan ekonomi rakyat


(14)

yang menjalankan aktifitas dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.

Tujuan Nasional seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi keadilan sosial dan kemakmuran yang merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Sesuai dengan tujuan Nasional tersebut di atas yaitu ingin memajukan kesejahteraan umum, maka koperasi sebagai salah satu lembaga yang mempunyai peranan dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sejak awal perkembangan koperasi di Indonesia tidak terlepas dari kebijakan pemerintah. Sebagaimana di banyak negara berkembang, kontak antara pemerintah dengan koperasi di Indonesia terjadi sejak koperasi diperkenalkan kepada masyarakat.

Kredit merupakan penyaluran dana kepada masyarakat dengan jaminan yang berdasarkan kesepakatan perjanjian antara pihak-pihak yang meminjami dengan peminjam untuk lunas hutangnya dalam jangka waktu tertentu, dengan tujuan untuk membantu masyarakat meningkatkan usahanya dalam mencapai


(15)

pemenuhan kebutuhan usahanya maupun kebutuhan sehari-hari untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Grameen bank adalah sebuah bank di Bangladesh yang melaksanakan pemberian kredit kepada golongan kaum perempuan dalam masyarakat pesisir yang tidak mempunyai jaminan kebendaan atau jaminan orang. Secara harfiah Grameen Bank berarti Bank Desa tetapi sebenarnya bank itu bukan bank pedesaan atau rural bank, melainkan merupakan bank untuk orang-orang yang tinggal di daerah pesisir.

Grameen bank adalah suatu konsep kredit yang dirancang untuk mendorong kegiatan ekonomi masyarakat di pesisir karena konsep ini adalah suatu pemahaman bahwa masyarakat mampu merencanakan dan menyelenggarakan proyek investasi yang produktif denga bertumpu pada kondisi dan kemampuan sediri. Grameen bank bersifat sebagai stimulator dalam mengungkapkan dan mengembangkan kreativitas dan semangat berusaha masyarakat pesisir.

Koperasi Perikanan Mitra Bahari Surabaya adalah koperasi yang berada dibawah naungan Departemen Kelautan dan Perikanan berupaya untuk membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota masyarakat pesisir untuk kaum wanita pada khususnya dan masyarakat pada umunya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Lain


(16)

daripada itu juga ikut berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat.

Untuk mencapai upaya-upaya tersebut telah dilakukan antara lain dengan memberikan bantuan permodalan untuk pengembangan usaha serta menyediakan kebutuhan bahan pokok, peralatan perikanan dan bahan kebutuhan lain untuk kegiatan usaha masyarakat. Koperasi Mitra Bahari Surabaya selama tahun 2009 telah dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya.

Pada tahun 2009 Koperasi Mitra Bahari Surabaya membuka Unit Usaha Simpan Pinjam baru sebagai pelaksana daripada Program Departemen Kelautan dan Perikanan yang diberi nama Grameen Bahari program yang mengacu pada system Grameen Bank. Mulai operasional pada bulan Juni 2009 dengan modal awal yang dibiayai oleh Koperasi Mitra Bahari sendiri sebesar Rp 30.000.000,- USP Grameen Bahari ini khusus hanya melayani kaum wanita dengan pinjaman tingkat awal Rp 500.000 – Rp 750.000,- tanpa jaminan sedangkan untuk pinjaman yang ke 2 anggota harus melunasi angsuran pinjaman yang pertama dengan pinjaman yang ke 2 sebesar Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000,-. Sampai dengan bulan Desember 2009 jumlah anggotanya sudah mencapai 60 orang dengan jumlah awal anggota sebanyak 15 orang sedangkan dana yang sudah tersalurkan sebesar Rp 37.500.000,- selama satu tahun. Untuk pengembangannya lebih lanjut masih diperlukan adanya tambahan permodalan


(17)

dan telah mendapatkan pinjaman dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya sebesar Rp 40.000.000,-

USP Grameen Bahari merupakan sistem simpan pinjam dengan pola Grameen Bank yang menjadi sasaran utamanya adalah kaum wanita yang diberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman guna membuka usaha kecil menengah. Dalam operasionalnya dibentuk kelompok-kelompok yang tiap kelompok terdiri dari 5 orang yang menggunakan konsep disiplin kredit. Tingkat awal modal besar pinjaman Rp 500.000 – Rp 750.000,- tanpa menggunakan jaminan dengan sistem tanggung renteng yaitu apabila ada salah satu anggota dalam kelompok tersebut tidak dapat membayar angsuran maka ke-4 orang lainnya yang menanggung. Dengan sistem tersebut agar anggota saling membantu untuk kelancaran kelompoknya. Jangka waktu pinjaman selama 1 tahun dengan suku bunga pinjaman 25%.

Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “Peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari dalam membantu meningkatkan pendapatan anggota koperasi Mitra Bahari (penelitian kualitatif di koperasi Mitra Bahari)“

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya , maka penulis merumuskan masalah “Bagaimana peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari dalam membantu meningkatkan pendapatan anggota koperasi Mitra Bahari ?”


(18)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

Untuk mengkaji dan mendiskripsikan peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari dalam membantu meningkatkan pendapatan anggota koperasi Mitra Bahari.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu :

1. Bagi Universitas

Dapat menambah perbendaharaan di perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran: Jawa Timur.

2. Bagi Pengelola

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan saran bagi lembaga atau instansi yang menjadi obyek penelitian dalam hal meningkatkan peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari untuk membantu pendapatan anggota koperasi Mitra Bahari.

3. Bagi Peneliti

Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengambil topik sejenis.


(19)

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Koperasi

2.1.1.1. Pengertian Koperasi

Dalam garis besarnya, koperasi pada umumnya dipahami sebagai perkumpulan orang-orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan suatu perusahaan yang dikelola secara demokratis.

Menurut Baswir ( 2000 : 4 ) Koperasi adalah sekumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan dan bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa didalam koperasi setidak-tidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur pertama adalah unsur ekonomi, sedangkan unsur kedua adalah unsur sosial. Koperasi pada dasarnya adalah suatu bentuk perusahaan yang berwatak demokratis, yang bertujuan untuk


(20)

memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi para anggotanya secara efisien dan efektif.

Menurut Pasal 1 UU No.25/1992, yang dimaksud dengan koperasi di Indonesia adalah : “……..badan usaha yang beranggotakan orang seorang / badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan”.

Jadi dapat disimpulkan koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum dengan landasan kegiatannya orientasi ekonomi kerakyatan.

2.1.1.2. Landasan Koperasi

Landasan koperasi merupakan pedoman dalam menentukan arah, tujuan, peran, serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Sebagaimana dinyatakan dalam UU No.25 / 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian, koperasi di Indonesia mempunyai landasan sebagai berikut :

1. Landasan Idiil

Landasan idiil koperasi di Indonesia adalah Pancasila. Penempatan Pancasila sebagai landasan koperasi Indonesia ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup dan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila merupakan jiwa dan


(21)

semangat bangsa Indonesia di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta merupakan nilai-nilai luhur yang ingin diwujudkan oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila yang dimaksud disini adalh rumusan yang ada di dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke empat, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Landasan Strukturil

Disamping menempatkan Pancasila sebagai landasan idiil koperasi Indonesia, Undang-undang No.25 tahun 1992 menempatkan Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan strukturil.

Jadi dapat ditarik kesimpulan sebagai salah satu bentuk organisasi ekonomi yang hidup di Indonesia, maka penempatan UUD 1945 sebagai landasan strukturil koperasi Indonesia ini adalah sesuatu yang wajar.


(22)

2.1.1.3. Azas Koperasi

Sehubungan dengan masalah perekonomian, ayat 1 pasal 33 UUD 1945 telah dengan tegas menggariskan bahwa perekonomian “usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan”.

Artinya, semangat usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan itu pada mulanya adalah semangat koperasi. Semangat koperasi itulah yang kemudian hendak diangkat menjadi semangat susunan perekonomian Indonesia oleh Undang-undang dasar 1945.

Dengan demikian, berarti undang-undang yang mengatur koperasi di Indonesia harus bergerak atau bertitik tolak dari ketentuan dan semangat yang terkandung dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945 tersebut.

Azas koperasi menurut UU No. 25/1992 pasal 2, menetapkan kekeluargaan sebagai azas koperasi.

2.1.1.4. Prinsip Koperasi

Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 5 ayat 1 UU No. 15/1992, koperasi Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut :

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.


(23)

c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

d. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal. e. Kemandirian.

2.1.1.5. Tujuan dan Fungsi Koperasi

Menurut Wirasasmita ( 2003 : 30-35 ) koperasi sebagai kumpulan orang-orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomis masing-masing anggota. Dimana dalam melakukan usaha itu anggota saling membantu dan gotong royong melalui kekuatan bersama yang terhimpun dalam koperasi. Usaha koperasi bertujuan untuk melayani kepentingan yang sama bagi para anggotanya.

Anggota koperasi dan masyarakat serta pemerintah mengharapkan keberhasilan koperasi, namun apabila dilihat dari segi kepentingannya masing-masing tidak sama.

Adapun tujuan koperasi yaitu sebagai berikut :

a. Pemberian jasa atau pelayanan yang bermanfaat bagi anggota sesuai jenis koperasi.

b. Peningkatan taraf kehidupan anggota.

c. Peningkatan pendidikan moril anggota koperasi.

d. Mempersatukan warga masyarakat ekonomi lemah dalam wadah koperasi.


(24)

e. Meningkatkan kesadaran masyarakat aakn manfaat berkoperasi. Tujuan koperasi lainnya adalah sebagai pelaksana Undang-undang dasar 1945 pasal 33 ayat 1, sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dan lain sebagainya.

Fungsi koperasi adalah untuk memperbaiki tingkat kehidupan masing-masing anggotanya. Terbentuknya dan berkembangnya koperasi berarti masyarakat memiliki alat perjuangan ekonomi koperasi yang berdasarkan gotong royong dan azas kekeluargaan yang merupakan realisasi demokrasi ekonomi yang dibentuk sebagai alat untuk memperbaiki ekonomi anggota.

Jadi dapat disimpulkan dalam fungsinya sebagai alat perbaikan ekonomi anggota dan sebagai urat nadi perekonomian bangsa, koperasi adalah suatu sistem. Orang-orang berserikat atas dasar sukarela untuk memenuhi kebutuhannya dan bersama-sama di usahakan untuk menghilangkan tekanan ekonomis yang ada pada masing-masing anggota dengan tujuan meringankan beban hidup para anggota.

2.1.1.6. Peran dan Tugas Koperasi

Koperasi Indonesia dalam rangka pembangunan ekonomi dan pengembangan kesejahteraan anggota khususnya serta masyarakat pada umunya berfungsi untuk :


(25)

a. Mempersatukan, mengarahkan, membina dan mengembangkan potensi, daya kreasi, daya usaha rakyat untuk meningkatkan produksi dan mewujudkan tercapainya pendapatan yang adil dan kemakmuran yang merata.

b. Mempertinggi taraf hidup dan tingkat kecerdasan rakyat.

c. Membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi. Jadi dapat disimpulkan peran dan tugas koperasi dalam membina dan membantu kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi adalah bertujuan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur sehingga ditanamkan dan ditingkatkan kesadaran berkoperasi.

2.1.1.7. Jenis Koperasi

Dasar untuk menetukan jenis koperasi menurut UU No. 25/1992 pasal 16 adalah kesamaan aktifita, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Secara garis besar jenis koperasi yang ada antara lain :

1. Koperasi Konsumsi

Adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari tiap-tiap yang mempunyai keputusan langsung dalam lapangan konsumsi dengan berusaha untuk menyediakan barang-barang yang dibutuhkan para anggotanya, baik barang-barang keperluan sehari-hari maupun barang-barang sekunder yang dapat meningkatkan kesejahteraan


(26)

hidup para anggotanya dalam artian dapat dijangkau oleh daya belinya.

2. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau Kredit

Adalah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan, dan berusaha untuk mencegah para anggota terlibat dalam jebakan lintah darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah uang/barang keperluan hidupnya dengan jalan menggiatkan tabungan dan mangatur pemberian pinajaman uang atau barang dengan bunga serendah-rendahnya.

3. Koperasi Produksi

Adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan-pembuatan penjualan barang-barang, baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang anggota koperasi dan berusaha untuk menggiatkan para anggotanya dalam menghasilkan produk tertentu yang biasa diproduksinya serta sekaligus mengkoordinir pemasarannya sehingga akan memperoleh bunga yang wajar/layak.


(27)

4. Koperasi Serba Usaha

Adalah koperasi yang anggota-anggota terdiri dari penduduk desa yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang satu dengan yang lain ada sangkut paut secara langsung dan menjalankan aneka usaha dalam suatu lingkungan / berusaha dalam beberapa kegiatan ekonomi yang sesuai dengan kepentingan para anggotanya.

2.1.2. Manajemen Sumber Daya Manusia

2.1.2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam organisasi, tujuannya untuk memberikan satuan kerja yang efektif pada organisasi. Untuk mencapai tujuan ini, studi tentang manajemen sumber daya manusia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan dalam mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi dan memelihara karyawan dalam jumlah (kuantitas) dan tipe (kualitas) yang tepat.

Manusia merupakan sarana utama bagi setiap manager dalam usahanya mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan adalah menjadikan tugas manager untuk mengembangkan berbagai jalan agar karyawan bisa diintegrasikan secara efektif. Menurut Handoko ( 2000 : 3 ) bahwa para manager untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai


(28)

pekerjaan yang diperlukan atau dengan kata lain dengan tidak melakukan pekerjaan itu sendiri.

Menurut Handoko manajemen personalia adalah sebagai penarikan seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi, selain itu menurut Mangkunegara ( 2002 : 2 ) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah pengelolaan dan pendayahgunaan sumber daya yang ada pada individu (pegawai).

Menurut Notoatmojo ( 2000 : 107 ) bahwa manajemen sumber daya manusia adalah seni untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengawasi sumber daya manusia atau karyawan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Dari definisi-definisi yang diajukan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan individu maupun tujuan organisasi.

2.1.2.2. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan kontribusi sumber daya manusia (karyawan) terhadap organisasi dalam rangka mencapai produktifitas organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dipahami bahwa semua kegiatan


(29)

organisasi dalam hal mencapai misi dan tujuannya adalah sangat tergantung pada manusia yang mengelola organisasi tersebut.

Menurut Notoatmojo ( 2000 : 109 ) tujuan ini dapat dijabarkan kedalam tujuannya lebih operasional sebagai berikut :

a. Tujuan masyarakat (Societed objective)

Untuk bertanggung jawab secara sosial dalam hal kebutuhan dan tantangan yang timbul dari masyarakat.

b. Tujuan organisasi (Organization objective)

Untuk mengenal bahwa manajemen sumber daya manusia itu ada (exist) perlu pemberian kontribusi terhadap pendayagunaan organisasi secara keseluruhan.

c. Tujuan fungsi (Functional objective)

Untuk memelihara (maintain) kontribusi bagian-bagian lain agar mereka (sumber daya mausia tiap bagian) melaksanakan secara optimal.

d. Tujuan personal (Personal objective)

Untuk membantu karyawan atau pegawai dalam mencapai tujuan-tujuan pribadinya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.


(30)

2.1.3. Organisasi

2.1.3.1. Pengertian Organisasi

Organisasi bukanlah sekedar kumpulan orang dan pula bukan hanya sekedar pembagian kerja, karena pembagian kerja hanyalah salah satu azas organisasi. Organisasi adalah suatu alat dan teknologi yang teralu luas dan komplek untuk dilakukan hanya oleh satu orang.

Organisasi bisa dipandang sebagai suatu unsur yang merubah berbagai input menjadi output yang diperlukan masyarakat baik dalam bentuk barang maupun jasa. Masyarakat membutuhkan berbagai jenis organisasi seperti organisasi (lembaga) pendidikan, lemabaga kesehatan, lembaga pemerintah, lembaga keuangan, lembaga keagamaan dan lain-lain.

Menurut Sutarto ( 2002 : 36 ) Organisasi adalah perserikatan orang, yang masing-masing diberi peranan tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian kerja dalam mana pekerjaan dibagi menjadi rincian tugas, diberikan antara pemegang peranan, dan kemudian digabung ke dalam beberapa bentuk hasil.

Jadi dapat ditarik kesimpulan organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.


(31)

2.1.3.2. Unsur-unsur Pokok dalam Organisasi

Menurut Davis ( 2000 : 29 ) unsur-unsur pokok dalam perilaku organisasi yaitu antara lain :

1. Orang

Orang membentuk sistem intern organisasi, membentuk organisasi sebagai sarana dalam mencapai tujuan. Dalam organisasi terdiri dari individu dan kelompok individu yang bersifat dinamis.

2. Struktur

Struktur dapat membentuk hubungan antar orang dalam organisasi sehingga semua hubungan menunjukkan masalah kerja sama, perundingan dan pengambilan keputusan yang rumit.

3. Teknologi

Teknologi menyediakan sumber daya bagi organisasi untuk dikelola orang-orang serta mempengaruhi pelaksanaan tugas dan hubungan kerja, sehingga teknologi dapat mengandung dua unsur yaitu untung dan rugi.

4. Lingkungan

Lingkungan merupakan sifat yang saling mempengaruhi semua organisasi, sehingga lingkungan dapat memberikan dampak yang lebih besar bagi organisasi.


(32)

2.1.3.3. Azas-azas Organisasi

Menurut Sutarto ( 2002 : 51 ) mengemukakan 7 macam azas-azas organisasi sebagai berikut :

1. Jenis yang seharusnya dari organisasi tergantung dari apa yang dikerjakannya. Jika hal itu tidak tersusun sesuai dengan apa yang dikerjakannya, itu akan berbuat keliru.

2. Organisasi harus memiliki satuan-satuan organisasi dan penyusunan struktur yang memerlukan aturan dengan cara yang logis.

3. Tiap organisasi membutuhkan untuk memiliki seorang kepala penanggungjawab tunggal.

4. Atasan harus melimpahkan tanggungjawab, wewenang, dan kekuasaan membuat keputusan.

5. Rentangan control terbatas.

6. Atasan harus memeriksa apa yang dikerjakan bawahan. 7. Dilakukan spesialisasi di mana perlu.

2.1.3.4. Bentuk-bentuk Organisasi

Menurut Sutarto ( 2002 : 201 ) bentuk-bentuk organisasi dapat ditinjau dari dua unsur yaitu :

1. Ditinjau dari jumlah pucuk pimpinan a. Bentuk Tunggal


(33)

Yaitu organisasi yang pucuk pimpinannya ada di tangan seorang, misalnya presiden, direktur, kepala dan ketua.

b. Bentuk Jamak

Yaitu organisasi yang pucuk pimpinannya ada di tangan beberapa orang sebagai satu kesatuan misalnya, sebutan presidium, direksi, direktorium, dewan dan majelis.

2. Ditinjau dari saluran wewenang a. Bentuk Jalur

Yaitu organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, baik pekerjaan pokok maupun pekerjaan bantuan.

b. Bentuk Fungsional

Yaitu organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya.

c. Bentuk Jalur dan Staff

Yaitu organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, baik pekerjaan pokok maupun


(34)

pekerjaan bantuan dan di bawah pucuk pimpinan yang memerlukan di angkat pejabat, tetapi hanya memberikan nasehat tentang bidang keahlian tertentu.

d. Bentuk Fungsional dan Staff

Yaitu organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang kerja dapat memerintah semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya, tetapi hanya dapat memberikan nasehat tentang bidang keahlian tertentu.

e. Bentuk Fungsional dan Jalur

Yaitu organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang kerja dapat memerintah semua pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya, dan tiap-tiap satuan pelaksana ke bawah memiliki wewenang dalam semua bidang kerja.

f. Bentuk Jalur, Fungsional dan Staff

Yaitu organisasi yang wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan pada satuan-satuan organisasi dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu, pimpinan tiap bidang dan tiap-tiap satuan pelaksana ke bawah memiliki wewenang dalam semua


(35)

bidang kerja dan hanya memberikan nasehat tentang bidang keahlian tertentu.

2.1.3.5. Lingkungan Organisasi

Menurut Scott ( 2000 : 25 ) organisasi adalah sangat bervariasi ada yang sederhana dan ada pula yang sangat kompleks, maka untuk membantu kita memahami organisasi tersebut perhatikanlah model berikut yang menggambarkan elemen dasar dari organiasi dan saling keterkaitan satu elemen dengan elemen lainnya.

Gambar 2.1. Lingkungan (Environmental)

Orgainsasi

Struktural Sosial

Sumber : model elemen organisasi Scott, 2000 Keterangan :

1. Struktur Sosial

Struktur sosial adalah pola atau aspek hubungan yang ada antara partisipan di dalam suatu organisasi.

Teknologi Tujuan

Partisipan


(36)

Menurut Scott ( 2000 : 85 ) struktur sosial dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu struktur normatif dan struktur tingkah laku. Struktur Normatif mencakup nilai, norma dan peranan yang diharapkan. Nilai adalah kriteria yang digunakan dalam memilih tujuan tingkah laku, sedangkan norma adalah aturan tingkah laku yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengejar tujuan. Peranan yang diharapkan sebagai standart penilaian tingkah laku karyawan yang sesuai dengan posisinya. Dalam kelompok sosial nilai-nilai, norma dan peranan tidaklah secara kebetulan tersusun tetapi disusun sedemikian rupa sehingga merupakan satu set kepercayaan yang relatif logis dan konsisten serta merupakan resep yang mengatur partisipan.

Komponen yang kedua adalah struktur tingkah laku. Komponen ini terfokus pada tingkah laku yang dilakukan dan bukan pada resep bertingkah laku. Tingkah laku yang diperhatikan manusia dalam organisasi ini merupakan karakteristik umum yang merupakan pola atau jaringan tingkah laku, misalnya dalam suatu organisasi akan dapat terlihat bahwa adanya partisipan yang suka mempengaruhi orang lain atau yang suka menngasingkan diri dari temannya atau ada yang membenci atau dibenci oleh temannya dan sebagainya. Gambaran tingkah laku dari kelompok ini dapat dilihat dari sosiometri.


(37)

Struktur normatif dan struktur tingkah laku dari kelompok tidaklah dapat dipisahkan secara jelas dan tidak perlu identik, tetapi berbeda tingkatnya dan saling berhubungan. Tingkah laku membentuk norma-norma sebagaimana norma membentuk tingkah laku.

2. Partisipan

Partisipan organisasi adalah individu-individu yang memberikan kontrobusi kepada organisasi. Semua individu berpartisipasi lebih dari pada suatu organisasi dan keterlibatannya pada masing-masing organisasi tersebut sangat bervariasi, misalnya seorang karyawan pada suatu perusahaan adalah anggota organisasi perusahaannya juga anggota dari perkumpulan agamanya, anggota dari masyarakat, dan organisasi lainnya tergantung pada tipe dan peranannya pada organisasi.

Tingkat ketrampilan dan keahlian yang dibawa partisipan ke dalam organisasi adalah sangat berbeda-beda, oleh karena itu structural didalam organisasi pastilah dirancang untuk disesuaikan dengan tingkat ketrampilan. Tingkat ketrampilan ini pasti selalu diikuti dengan perbedaan kekuasaan (power) dan tuntutan otonomi. 3. Teknologi

Teknologi adalah penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin dan juga pengetahuan teknik dan ketrampilan partisipan.


(38)

Tiap-tiap organisasi mempunyai teknologi dalam melakukan pekerjaannya, beberapa organisasi memproses materi input atau masukan dan membangun perlengkapan keras (hardware). Organisasi lainnya memproses orang, hasil produksinya berisikan individu-individu yang berpengetahuan, terampil dan lebih sehat. Semua organisasi mempunyai teknologi tetapi bervariasi dalam teknik atau kemanjuran dalam memproduksi hasil yang diinginkan. Beberapa teori yang sangat menarik dan kerja empiris akhir-akhir ini memusatkan pada saling hubungan antara karakteristik teknologi dan bentuk struktur organisasi.

4. Tujuan

Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan sangat kontroversial dalam mempelajari organisasi. Ahli analisis mengatakan bahwa tujuan sangat diperlukan dalam memahami organisasi, yang lainnya mempertanyakan apakah tujuan membentuk fungsi lain dari pada membenarkan fungsi yang lain. Kemudian ahli tingkah laku menjelaskan bahwa individu-individu yang mempunyai tujuan, sedang organisasi tidak. Bagi kebanyakan analis, tujuan merupakan suatu titik sentral petunjuk dalam menganalisis organisasi. Tujuan dibatasi oleh suatu konsepsi akhir yang diingini atau kondisi yang partisipan usahakan mempengaruhinya melalui penampilan tugas-tugas mereka.


(39)

Setiap organisasi berada pada fisik tertentu, teknologi, kebudayaan dan lingkungan sosial terhadap mana organisasi tersebut harus menyesuaikan diri. Tidak ada organisasi yang sanggup mencukupi kepentingan dirinya sendiri, semuanya tergantung pada lingkungan, serta sistem yang lebih besar untuk dapat terus hidup. Pada mulanya, ahli analisis organisasi cenderung tidak melihat atau mengira kurang penting hubungan organisasi, tetapi pekerjaan yang menitikberatkan pada hubungan lingkungan ini.

Parson ( 2001 : 120 ) telah memberikan perhatian terhadap pentingnya hubungan diantara tujuan organisasi dengan masyarakat yang lebih luas. Suatu organisasi mungkin mengaharapkan dukungan sosial bagi aktivitasnya untuk merefleksikan nilai-nilai masyarakat pada fungsinya. Jika kesehatan menggambarkan suatu nilai positif yang kuat bagi suatu masyarakat kemudian organisasi yang mensuplai pemeliharaan kesehatan mungkin berusaha mendapatkan dukungan dalam melaksanakan aktivitas mereka.

2.1.4. Kredit

2.1.4.1. Manajemen Kredit

Menurut Kasmir ( 2000 : 71 ) dalam kegiatan sehari-hari sudah mengenal kata kredit, mulai dari kredit barang pecah belah yang


(40)

dijajakan oleh tukang kredit dari rumah ke rumah atau kredit bentuk uang yang diberikan oleh tukang-tukang ijon. Dalam skala yang lebih luas lagi kita juga mengenal kredit yang diberikan oleh perusahaan. Kemudian kita sudah mengenal setiap terjadi kredit kita selalu berkaitan susulan atau cicilan dengan disertai jangka waktu dan jumlah cicilan yang harus dibayar. Para pengambil kredit juga sudah paham bahwa dalam cicilan kredit sudah mengandung pokok pinjaman dan jumlah yang harus dibayar. Istilah yang digunakan kepada para pengambil kredit adalah dengan arti lain debitur adalah penerima dana sedangkan kreditur adalah penyedia dana.

Peranan kreditur sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit. Bahkan kegiatan kreditur lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit merupakan kegiatan utamanya. Dalam mengolah kredit harus dilakukan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan jumlah kredit, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai dengan analisa pendapatan dari lainnya. Kegiatan pengelolaan kredit kita kenal istilah manajemen kredit.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pengertian manajemen kredit adalah bagaimana mengelola pemberian kredit mulai dari kredit tersebut diberikan sampai dengan kredit lunas. Agar pengelolaan kredit dapat dilakukan sebaik-baiknya maka kita lebih dahulu harus mengenal segala sesuatu yang berhubungan kredit.


(41)

2.1.4.2. Pengertian Kredit

Menurut Kasmir ( 2002 : 73 ) berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persertujuan dan kesepakatan pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Menurut Kottler ( 2000 : 259 ) istilah kredit berasal dari Yunani “credere” yang berarti kepercayaan dan dari bahasa latin “creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Dibukukan oleh pemerintah dengan UU pokok perbankan No. 14/1967/Bab 1 pasal 1,2 : kredit adalah penyediaan uang / yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.

Menurut Suyatno, dkk ( 2003 : 11 ) istilah kredit berasal dari Yunani “credere” yang berarti kepercayaan. Atau kredit juga merupakan hak untuk menerima pembayaran atu kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta datang, karena penyerahan barang-barang.


(42)

Jadi dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan penyerahan uang yang menimbulkan taguhan tersebut pada pihak lain, dengan harapan memberi pinjaman ini dan memberi suatu tambahan nilai pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi pemberi kredit yang bersangkutan dimana dari proses kredit itu didasarkan pada suatu perjanjian yang saling mempercayai kedua belah pihak yang nantinya akan memenuhi kewajibannya masing-masing serta terkandung kesepakatan pelunasan hutang yang akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

2.1.4.3. Fungsi Kredit

Menurut Suyatno, dkk ( 2003 : 16 ) fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut : 1. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang.

Para pemilik modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan, untuk meningkatkan usahanya.

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, bilyet giro, dan wesel sehingga apabila pembayaran-pembayaran dilakukan dengan cek,


(43)

bilyet giro dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral.

3. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Kredit dapat pula meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang-barang dari satu tempat dan menjualnya ke tempat lain. Pembelian tersebut dapat pula meningkatkan manfaat suatu barang.

4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha antara lain :

a. Pengendalian inflasi. b. Peningkatan ekspor.

c. Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.

5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.

Bantuan kredit yang diberikan akan dapat mengatasi kekurangan kemampuan para pengusaha dibidang permodalan tersebut, sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.

6. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat mempererat hubungan ekonomi antar negara yang bersangkutan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional.


(44)

2.1.4.4. Unsur-unsur Kredit

Menurut Suyatno, dkk ( 2003 : 14 ) dasar-dasar perkreditan mengatakan unsur-unsur yang terdapat dalam kredit, adalah :

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa uang barang atau jasa yang diberikan yang diberikannya akan benar-benar diterimanya kembali dimasa tertentu yang akan datang.

2. Waktu

Yaitu suatu masa yang memisahkan antara pembelian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

3. Prestasi atau obyek kredit

Yaitu pemberian kredit tidak saja dalam bentuk uang, melainkan juga dalam bnetuk barang dan jasa.

2.1.4.5. Jenis-jenis Kredit

Menurut Suyatno, dkk ( 2003 : 21 ) berdasarkan berbagai keperluan usaha serta berbagai unsur ekonomi yang mempengaruhi bidang usaha maka jenis kredit ada beberapa macam yaitu berdasarkan antara lain sifat penggunannya, jangka waktu, jaminan atas kredit-kredit yang diberikan bank, kredit-kredit menurut cara pemakaiannya dan jenis kredit menurut yang dibiayai.


(45)

1. Kredit dilihat dari sifat penggunaannya. a. Kredit konsumtif

Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses konsumtif, artinya uang kredit akan habis dipergunakan atau semua terpakai untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Kredit produktif

Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi.

2. Kredit menurut jangka waktu

Berdasarkan undang-undang No. 14/1967 tentang pokok-pokok perbankan, jenis-jenis kredit dilihat dari sudut jangka waktunya terdiri dari :

a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun.

b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai dengan 3 tahun.

c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun.

3. Kredit yang dilihat dari sudut jaminannya.

Jaminan yang diberikan suatu kredit dapat terdiri dari :


(46)

a. Jaminan barang, barang yang tetap maupun barang yang tidak tetap (bergerak).

b. Jaminan pribadi, yaitu suatu perjanjian dimana menyanggupi suatu pihak lainnya bahwa ia menjamin pembayarannya suatu hutang apabila si terutang tidak menepati kewajibannya.

c. Jaminan efek-efek saham, obligasi dan sertifikat yang terdaftar dibursa-bursa efek.

4. Kredit menurut cara pemakaiannya.

Kredit yang diberikan oleh bank dipergunakan atau dipakai oleh nasabah sesuai dengan kebutuhan dari usahanya. Pada saat penarikan kredit (realisasi kredit), mungkin yang dibutuhkan hanya sebagaian dari maksimum kreditnya atau dapat pula terjadi usahanya memerlukan seluruh kredit yang telah ditetapkan. Sesuai dengan kebutuhan dan pemakaian kredit ini dapat digolongkan menjadi :

a. Kredit dengan uang muka (persekot)

Pada kredit dengan uang muka ini, penarikan kredit dilakukan sekaligus, dalam arti kata maksimum kredit pada waktu penarikan pertama, sepenuhnya dipergunakan oleh debitur usahanya.


(47)

b. Kredit tabungan

Dalam sistem ini debitur menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening dan kepadanya (nasabah) diberikan blanko Cheque nasabah bebas melakukan penarikan-penarikan kreditnya sesuai dengan yang dibutuhkan untuk usahanya sampai batas maksimum kredit yang ditetapkan. Sedangkan tabungan pinjamannya diisi menurut besarnya kredit yang ditarik. Penarikan yang melampaui batas maksimum yang telah ditetapkan tidak diijinkan.

5. Kredit menurut kredit yang dibiayai a. Kredit investasi

Kredit yang dikeluarkan oleh perbankan untuk pembelian barang-barang modal yaitu tidak habis dalam satu periode, maksudnya proses dari pengeluaran uang kas tersebut akan memakan waktu yang cukup panjang setelah mengalami beberapa putaran. Kredit tersebut tidak dimaksudkan untuk keperluan penambahan modal kerja, melainkan untuk keperluan penambahan barang modal beserta fasilitas-fasilitas lainnya yang berhubungan erat dengan hal itu.

b. Kredit umum modal kerja

Kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhi kebutuhan modal yang habis dalam satu periode


(48)

usaha, pada kredit modal kerja ini bank dapat memberikan dua bentuk kredit modal kerja yakni modal kerja musiman digunakan untuk membantu para pengusaha untuk menutup kebutuhan dana tunai guna membiayai kegiatan operasi bisnis yang berjalan dari wkatu dan modal kerja berjangka merupakan kredit jangka pendek tiga, enam, sembilan, sampai dua belas bulan dan secara otomatis dapat diperpanjang pada saat jatuh tempo pembayaran kredit.

c. Kredit usaha kecil

Kredit usaha kecil diberikan kepada para pengusaha golongan lemah dengan tujuan dapat mendorong perkembangan usaha.

d. Kredit ekspor

Dalam rangka pembangunan kegiatan ekspor komoditi non migas telah dikembangkan suatu jenis kredit yang berupa kredit ekspor. Kredit ini bertujuan untuk penyediaan dana dalam pelasanaan dan pengadaan barang-barang yang akan diekspor. e. Kredit perdagangan

Kredit perdagangan ini digunakan untuk keperluan perdagangan pada umumnya.


(49)

2.1.4.6. Perencanaan Kredit

Menurut Suyatno, dkk ( 2003 : 96 ) dalam tahap perencanaan atau persiapan ini aktifitas yang utama akan meliputi penyusunan rencana yang akan diprogramkan, penetapan dasar-dasar operasional, penyediaan bahan dan perlengkapan personil administratif, penyuluhan kepada calon-calon nasabah. Dan persiapan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kegiatan selanjutnya.

2.1.4.7. Prinsip-prinsip pemberian Kredit

Menurut Suyatno, dkk ( 2003 : 26 ) Standar kredit digunakan oleh banyak perusahaan untuk memutuskan pelanggan mana yang pantas mendapatkan kredit dan seberapa besar kredit yang dapat mereka terima penentuan standar kredit yang mengharuskan perusahaan untuk menilai “kredibilitas” atau “kualitas kredit” pelanggan. Secara tradisional, penilaian kredibilitas pelanggan melibatkan pertimbangan 5C, masing-masing dari 5C tersebut akan dijelaskan secara singkat berikut ini :

1. Character

Merupakan C yang paling penting dari 5C. Karakter mencerminkan kejujuran pelanggan dan tanggung jawab moral yang dimiliki pelanggan untuk menghormati hutang. Para manajer kredit seringkali mencari info mengenai karakter pelanggan dengan


(50)

menyelidiki suatu komunitas bisnis. Penyelidikan semacam itu bisa dilakukan melalui bankir-bankir lokal, pengacara kreditur lain, dan bahkan para pesaing lain.

2. Capacity

Mengacu pada kemampuan pelanggan untuk membayar. Manajer kredit menilai faktor ini dengan mengkaji ulang catatan pembayaran pelanggan dimasa lalu. Pengetahuan umum mengenai bisnis pelanggan dan barangkali observasi fisik atas operasi pelanggan.

3. Capital

Mengacu pada kondisi umum bisnis pelanggan seperti yang diperhatikan oleh laporan keuangan. Manajer kredit biasanya memberikan perhatian khusus pada ukuran solvensi dan likuiditas serta rasio-rasio lain seperti rasio modal kerja.

4. Collateral

Mengacu pada aktiva-aktiva yang ingin diberikan pelanggan sebagai jaminan untuk kredit-kredit berjumlah besar kolateral bisa berbentuk aktiva apapun seperti tanah, bangunan dan persediaan. 5. Condition of economy

Mengacu pada trend-trend ekonomi nasional dan regional yang bisa mempengaruhi kemampuan pelanggan untuk membayar. Sebagai contoh selama periode resesi ekonomi manajer kredit


(51)

biasanya memperketat standar-standar kredit sebagai antisipasi terhadap menurunnya kemampuan para pelanggan untuk membayar.

2.1.5. Grameen Bank

2.1.5.1. Pengertian Grameen Bank

Grameen Bank terlahir dari rasa frustasi dan keputusasaan M.Yunus atas teori ekonomi yang muluk-muluk, tetapi tidak menyentuh kemiskinan. Demikian juga lembaga keuangan formal terutama perbankan, menganggap orang miskin tidak potensial untuk menjadi nasabah bank. Dari hasil pengamatannya selama tahun 1975 s/d 1976 Yunus menyimpulkan bahwa kemiskinan terjadi bukan karena mereka malas dan bodoh, tetapi karena masalah mendasar dalam system (kemiskinan struktural), yaitu mereka tidak memiliki kesempatan terutama karena tidak mempunyai modal. Untuk meminjam pada bank mereka tidak mempunyai agunan. Pada pengamatan berikutnya,Yunus mengetahui bahwa ada jaminan yang lebih berharga dari agunan yaitu kelompok miskin (Social Capital).

Selain itu ia berkeyakinan bahwa kelompok miskin mempunyai kemampuan terpendam untuk mempertahankan hidup dan ini telah dibuktikan dengan eksistensi mereka dari generasi ke generasi. Dari 2 keyakinannya ini Yunus betekat untuk membangun Bank yang mau


(52)

memberikan modal bagi kelompok miskin, dimulai dengan proyek percobaaan kredit mikro, yang berhasil mengangkat 500 orang anggotanya untuk melewati garis kemiskinan.

Keberhasilan proyeknya memberanikan Yunus melobi Bank Central Bangladesh. Pada tahun 1979 Bank central menyanggupi untuk memberikan pinjaman modal awal bagi Bank yang akan dibangunnya yaitu Grameen Bank.

Menurut Thoha ( 2000 : 15 ) Grameen Bank adalah sebuah bank di Bangladesh yang melaksanakan pemberian kredit kepada golongan termiskin dalam masyarakat yang tidak mempunyai jaminan kebendaan atau jaminan orang. Secara harfiah Grameen Bank berarti Bank Desa tetapi melainkan merupakan bank untuk orang-orang termiskin yang tinggal di daerah pedesaan.

Grameen Bank adalah suatu konsep kredit yang dirancang untuk mendorong kegiatan ekonomi masyarakat miskin di pedesaan. Model pendekatan yang digunakan adalah “bottom up planning”, sedangkan filosofi konsep ini adalah suatu pemahaman bahwa masyarakat mampu merencanakan dan menyelenggarakan proyek investasi yang produktif dengan bertumpu pada kondisi dan kemampuan sendiri.

Jadi dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan Grameen Bank bersifat sebagai stimulator dalam mengungkapkan dan


(53)

mengembangkan kreativitas dan semangat berusaha masyarakat. Sementara itu bantuan dana (kredit) dan konsultasi teknik yang diberikan lebih bermakna sebagai motor pendorong kegiatan ekonomi yang telah mereka pilih.

2.1.5.2. Keanggotaan Dan Prinsip Grameen Bank

Menurut Syarif ( 2006 : 107 ) tujuh prinsip Grameen Bank yang perlu diperhatikan adalah :

1. Grameen Bank adalah milik anggotanya (92 % saham milik anggota).

2. Grameen Bank hanya akan memberikan pinjaman kepada orang yang paling miskin dari masyarakat miskin atau yang tidak memiliki harta untuk dijadikan agunan (termasuk para pengemis). 3. Sasaran Grameen Bank terutama adalah perempuan.

4. Pinjaman ini diberikan tanpa jaminan/agunan.

5. Para peminjam sendiri dan bukan Grameen Bank yang menentukan jenis kegiatan usahanya yang akan dibiayai dengan pinjaman dari GB.

6. Grameen Bank membantu informasi dan sarana agar peminjam berhasil.


(54)

7. Para peminjam membayar tingkat bunga sesuai keperluan untuk menjaga agar Grameen Bank tetap mandiri (tidak tergantung hibah atau donasi).

Sasaran utama keanggotaan Grameen Bank adalah kaum wanita dan sampai dengan tahun 2005 dari jumlah anggota Garameen Bank di Bangladesh telah berkembang menjadi lebih dari 2 juta orang, dari jumlah ini 94 % nya adalah wanita. Pilihan wanita untuk menjadi anggota Grameen Bank didasarkan pada pemikiran bahwa tanggung jawab wanita terhadap keluarga lebih besar dan wanita akan membelanjakan uangnya hanya untuk kepentingan keluarga.

Oleh karena itu sasarannya ini maka Grameen Bank pada awalnya mendapat tantangan dari banyak pihak, karena dinilai bertentangan dengan budaya setempat, seperti para wanita mengadakan pertemuan/rapat mingguan dan memanggil nama wanita dengan namanya sendiri dan bukan nama suaminya atau nama keluarganya.

2.1.5.3. Konsep Perkreditan Grameen Bank

Menurut Syarif ( 2006 : 108 ) hubungan bank dengan calon anggotanya dimulai dengan penyuluhan, yang dilanjutkan dengan pendidikan (termasuk mengajari membaca dan menulis), pengenalan usaha, dan pelatihan. Tetapi, sebagian besar nasabah adalah mereka


(55)

yang sudah memiliki keterampilan disuatu bidang usaha, seperti kerajinan rumah tangga, pertanian, peternakan dan perdagangan. Anggota yang mempunyai keahlian ini akan mengajari keahliannya kepada anggota yang lain dalam satu kelompok atau mengajari kelompok lainnya.

Nasabah yang disebut sebagai anggota dikelompokan, setiap kelompok terdiri dari lima orang. Berikutnya setiap 8 kelompok digabungkan dalam satu senter (pusat pertemuan), yang setiap minggu berkumpul untuk mencicil kredit dan membahas berbagai masalah dalam berusaha. Anggota kelompok dipilih oleh kelompoknya sendiri, dengan ketentuan harus berada dalam satu desa dan bukan saudara. Kelompok bertanggung jawab atas kelangsungan usaha dan cicilan anggota. Pinjaman pertama yang diberikan untuk pertanian, usaha kerajinan, dan jasa-jasa kemasyarakatan (sektor informal) berkisar antara US $ 25 s/d100, dengan rata-rata US $ 32.4, yang dicicil maksimal sebanyak 52.

Sejalan dengan tuntutan kepentingan usaha anggota yang semakin berkembang, system perkreditan Grameen Bank disempurnakan, yaitu pola Grameen Bank II atau Pola GGS (Grameen Global System). Perbedaan GGS dengan pendahulunya GCS (Grameen Clasic System) pola pembayaran cicilan. Dengan Pola GGS, anggota dapat menjadwalkan kembali hutangnya, jika yang bersangkutan


(56)

karena satu dan lain hal tidak mampu membayar cicilan. Di sini dikenal istilah perpindahan jalur dari jalur cepat ke jalur lambat, bahkan mungkin ke jalur paling lambat. Untuk perpindahan jalur ini anggota dan kelompoknya dapat merundingkan dengan manajer lapangan.

Pola perkreditan Grameen Bank meninggalkan semua prinsip-prinsip Bank Komersial. Grameen Bank tidak mengenal keuntungan. Transaksi dibuat sesederhana mungkin. Penetapan bunga sebesar 20 % per tahun didasarkan pada pertimbangan keperluan operasional Bank. Untuk pemupukan modal dalam pola GCS (Grameen Clasic System) diberlakukan ketentuan simpanan wajib kelompok sebesar 5 % dari pinjaman anggota yang dipotong dimuka. Di samping simpanan kelompok, (Grameen Bank juga menambahkan 1 (satu) Taka (mata uang Bangladesh yang setara dengan 0.31 US $) pada setiap kali pembayaran cicilan sebagai cicilan pembelian yang bernilai Tk 100 per saham. Di samping simpanan untuk pembelian saham.

Grameen Bank juga mewajibkan anggota membayar simpanan sebesar 1% dari pinjaman yang diterima. Dengan adanya simpanan ini, anggota yang mengalami musibah atau meninggal dunia tidak perlu melunasi hutangnya lagi. GGS (Grameen Global System) simpanan kelompok di ubah menjadi simpanan pribadi, yang besarnya tetap 5 % dari pinjaman. Bagi peminjam yang memiliki pinjaman lebih dari Tk


(57)

8.000 dikenakan dana pensiun, yang besarnya Tk 50 (0,625 %) setiap bulannya. Selain itu, peminjam juga dikenakan simpanan khusus (semacam simpanan wajib peminjam) yang besarnya 1 % persen dari pinjaman dan tidak boleh diambil sebelum 3 tahun pertama.

Oleh karena itu Grameen Bank mengutamakan kaum wanita pada masyarakat pesisir yang ingin mengembangkan usahanya, maka sistem pemberian kredit dimulai dengan memilih dua orang dari kelompok. Setelah 10 minggu, 2 orang pertama tersebut mendapatkan kredit dan cicilannya lancar maka 2 orang berikutnya akan mendapatkan kredit. Ketentuan ini menyebabkan semua anggota kelompok mengawasi dan bertanggung jawab atas penggunaan kredit.

Setelah 10 minggu kemudian, jika pengembaliannya lancar, satu orang terakhir, yaitu ketua kelompok baru mendapatkan pinjaman kredit. Jika pembayaran kredit berjalan lancar sampai dengan selesai. Maka plafon kredit akan dinaikan sebesar plafon pokok ditambah dengan jumlah simpanan dan cicilan saham (bertambah 10 s/d 4.30 %). Semakin lancar pengembaliannya maka, akan semakin besar jumlah simpanan anggota dan semakin besar pula plafon kredit yang disediakan.


(58)

2.2. Kerangka Berpikir

Dasar pemikiran dalam pembuatan kerangka berpikir atau kerangka penelitian adalah tujuan dibentuknya peranan Grameen Bank untuk kaum wanita. Koperasi Mitra Bahari membuat peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari yaitu suatu pola simpan pinjam yang mengacu pada sistem Grameen Bank.

Dengan peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari dalam membantu meningkatkan pendapatan anggota koperasi Mitra Bahari dengan berdasarkan program Grameen Bahari yaitu simpan pinjam yang merupakan pembentukan modal melalui tabungan para anggota secara teratur dan pemberian pinjaman uang tanpa adanya jaminan dengan bunga per tahun.

Dengan adanya simpan pinjam tersebut adalah untuk membantu mengembangkan usaha kecil menengah dengan modal kecil yang sasaran utamanya adalah kaum wanita yang didasarkan pada konsep disiplin kredit serta menggunakan sistem tanggung renteng.

Berdasarkan uraian di atas dan landasan teori tentang perkreditan Grameen Bank dalam meningkatkan pendapatan anggota koperasi, maka penulis dapat memproyeksi kerangka berpikir sesuai dengan gambar 2.2 :


(59)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari dalam membantu meningkatkan pendapatan anggota koperasi Mitra Bahari.

Program Grameen Bahari 1. Simpan Pinjam.

2. Pinjaman tanpa jaminan. 3. Bunga per tahun.

4. Usaha Kecil Menengah. 5. Modal.

6. Kaum wanita. 7. Disiplin kredit.

8. Sistem tanggung renteng.

Pendapatan anggota koperasi

Meningkat

Dari gambar tersebut diatas dapat dijelaskan tentang kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah : Peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari pada koperasi Mitra Bahari. Dengan adanya program tersebut akan dapat meningkatkan pendapatan anggota koperasinya.


(60)

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian

Untuk memperjelas metode yang akan diterapkan berupa studi deskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan realita sosial yang kompleks dengan menerapkan konsep-konsep teori yang telah ada. Realita sosial yang dipelajari dititik beratkan pada peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari yang ada di koperasi Mitra Bahari, khususnya kaum wanita pada masyarakat pesisir di Kenjeran.

Pendekatan kualitatif dipilih dengan pertimbangan lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan informan, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, meskipun mempunyai bahaya bias peneliti. Metode kualitatif yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang fenomena dalam suatu keadaan ilmiah atau “in situ”. Dalam hal demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan


(61)

berperan serta. Peneliti lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstentif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara (Moleong, 2002 : 26)

Dalam penelitian ini manusia sebagai instrument penelitian, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Namun, instrument penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat mengumpulkan data seperti tes pada penelitian kualitatif. Sebagai instrument harus mencakup segi respontif, dapat menyesuaikan diri, menekankan kebutuhan mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan secepatnya dan memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi, mengihtisarkan serta memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim (Moleong, 2002 : 121).

3.1.2. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif mempunyai karakteristik pokok yang lebih mementingkan makna dan konteks, dimana proses penelitiannya lebih bersifat siklus daripada linear. Dengan demikian pengumpulan data menggunakan teknik trianggulasi adalah pengumpulan data yang menggunakan berbagai sumber dan berbagai teknik pengumpulan data secara simultan, sehingga diperoleh data yang pasti. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh


(62)

fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Analisa berlangsung secara simultan, lebih mementingkan ke dalam dibanding keluasan penelitian, sementara peneliti sendiri merupakan instrument kunci. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pengamatan berperan serta (participiant observation) yang didefinisikan mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara cermat sampai pada yang sekecil-kecilnya sekalipun dengan wawancara mendalam atau indepth interview (Bondan dalam Moleong, 2002 : 117)

3.2. Batasan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada bagaimana aktivitas Grameen Bahari yang dilakukan di koperasi Mitra Bahari dalam upaya meningkatkan pendapatan anggota koperasi Mitra Bahari yaitu masyarakat pesisir Kenjeran di Surabaya.

Tujuan peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari adalah untuk meningkatkan pendapatan anggota koperasi Mitra Bahari melalui pemberian pinjaman tanpa jaminan. Hal ini dikarenakan kaum wanita sering mendapatkan kendala untuk mendapatkan pinjaman dari bank. Dengan adanya program tersebut diharapkan masyarakat memperoleh modal untuk membuka usaha kecil dan mampu mengembangkan usahanya.


(63)

3.3. Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di koperasi Mitra Bahari Surabaya yang berlokasi di Jalan Raya Cumpat no.1 Kecamatan Bulak.

3.4. Unit Analisis Penelitian

Dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (construction) dengan tujuan bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya akan dikembangkan atau digeneralisasikan. Maksud yang kedua dari sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.

Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sampling). Di dalam teknik purposive ini ditandai dengan ciri-ciri antara lain :

1. Rancangan sampel yang muncul, sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.

2. Pemilihan sampel secara berurutan : tujuan memperoleh variasi yang sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat dipertimbangkan atau disisi lain


(64)

adanya kesengajaan informasi yang ditemui. Darimana atau dari siapa ia memulai tidak menjadi persoalan tetapi bila hal ini sudah berjalan maak pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti.

Unit analisis data dalam penelitian ini adalah informasi yang berupa narasi-narasi kualitatif yang dihasilkan dalam wawancara mendalam (indepth interview) yang berkaitan dengan program unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari yang ada di koperasi Mitra Bahari Surabaya.

3.5. Subyek dan Informan Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah karyawan dan nasabah/anggota koperasi Mitra Bahari yang ada di Jalan Raya Cumpat no.1 Kecamatan Bulak Surabaya

2. Informan Penelitian

Informan penelitian tidak ditentukan berapa jumlahnya, tetapi dipilih beberapa yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi sesuai substansi penelitian ini. Hal ini disebabkan karena dalam penelitian kualitatif tidak mempersoalkan jumlah informan, melainkan yang terpenting adalah seberapa jauh penjelasan informan yang diperoleh dalam menjawab permasalahan. (Moleong, 2002 : 90)

Peneliti akan berusaha menjaring sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian dari berbagai sumber. Peneliti akan


(65)

mencari variasi informasi sebanyak-banyaknya dari informan dengan menggunakan teknik sampling indepth interview (wawancara mendalam), yaitu orang-orang yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi sesuai substansi penelitian sehingga dapat menghasilkan data berupa kata-kata dan tindakan, dan memungkinkan narasumber untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan menggunakan istilah mereka sendiri. Adapun informan dalam penelitian ini adalah :

a. Karyawan koperasi Mitra Bahari sebanyak 2 orang yang terdiri dari manager dan satu orang karyawan.

b. Masyarakat pesisir Kenjeran Surabaya yang menjadi anggota koperasi Mitra Bahari dalam program Grameen Bahari sebanyak 60 orang.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan sumber data utama adalah indepth interview yang menghasilkan data berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Teknik ini dinilai paling sesuai, karena hal tersebut memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan, dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan. (Mulyana, 2002 : 183)

Dengan teknik ini diharapkan informan dapat lebih terbuka dan berani dalam memberikan jawaban dan respon terhadap pertanyaan yang diajukan


(66)

peneliti. Kelebihan lain adalah, peneliti secara personal dapat bertanya langsung dan mengamati respon terutama nonverbal mereka dengan lebih detail.

Sesuai dengan sifat-sifatnya tersebut diatas, teknik indepth interview dipandang sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Sebagai penelitian kualitatif, peneliti harus dapat menampilkan kekayaan dan kerincian data. Sifatnya yang one-on-one juga akan mendukung keberhasilan wawancara karena topik dalam penelitian ini sifatnya cukup pribadi dan sensitive, sehingga memungkinkan informan mengungkapkan opininya secara lebih bebas dan jujur.

Namun demikian seperti juga teknik-teknik penelitian lain, indepth interview juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan utamanya kekayaan data yang diperoleh. Indepth interview mampu menghasilkan respon yang lebih akurat dalam penelitian yang membahas topik-topik yang sensitif. Hubungan yang dekat antara informan dan peneliti mempermudah untuk menggali topik-topik tertentu yang mungkin masih tabu dalam pendekatan lain. (Wimmer & Dominick, 2002 : 122)

Sedangkan kelemahan indepth interview biasanya dilakukan dengan sampel yang kecil dan tidak acak. Karena interview biasanya dilakukan tanpa menggunakan standar-standar tertentu, masing-masing informan dapat memberikan berbagai versi jawaban dari sebuah pertanyaan. Bahkan, sangat mungkin bila seorang informan memberikan jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan pada informan lain. Kelemahan ini adalah adanya bias dari peneliti.


(67)

Dalam beberapa interview mungkin saja sikap dan pendirian peneliti tanpa sengaja terkontaminasi, misalnya melalui perilaku non verbal atau tekanan suara. Hal ini dapat mempengaruhi validitas sari jawaban informan.

Observasi partisipan, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Peneliti ikut terlibat dengan cara mencatat perilaku subyek (orang), obyek (benda), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya komunikasi atau pertanyaan dengan individu yang diteliti.

3.7. Teknik Analisis Data

Untuk analisis data dalam penelitian ini, adalah informasi yang berupa narasi-narasi kualitatif yang dihasilkan dalam wawancara mendalam (indepth interview) yang berkaitan dengan program unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari di koperasi Mitra Bahari Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi peranan unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari yang digunakan karyawan koperasi Mitra Bahari dalam memberikan pinjaman tanpa jaminan untuk meningkatkan pendapatan anggota koperasi. Selanjutnya peneliti menggunakan teknik focused synthesis yaitu dengan menggunakan teori-teori yang relevan dari literature yang relevansi digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diamati.


(68)

3.8. Pengujian Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kualitatif. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas) (Sugiyono, 2005 : 120-121). Namun yang utama adalah uji kredibilitas data.

Uji kredibilitas (credibility) data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi, dengan teman sejawat, analisis kasus negative, menggunakan bahan referensi dan member chek. Uji kredibilitas data (validitas internal) dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.

Dalam penelitian kualitatif, validitas diartikan sebagai suatu tujuan bukan sebagai hasil. Sehingga validitas disini merupakan kebenaran dan kejujuran sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan tafsiran dari segala jenis laporan. Validitas internal dalam penelitian itu bersesuaian dengan realitas yang ada ?, apakah temuan itu memotret realitas yang sebenarnya ?, apakah peneliti benar-benar mengamati atau mengukur apa yang ia niati untuk mengamati atau mengukurnya ?, sedangkan validitas eksternal merujuk pada ide sejauh mana


(69)

temuan-temuan penelitian dapat diterapkan pada situasi-situasi lain, yaitu digeneralisasi. Relibilitas, yaitu sejauh mana temuan-temuan penelitian dapat direplikasi.


(70)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1.1. Sejarah Singkat Koperasi “Mitra Bahari” Surabaya.

Koperasi “Mitra Bahari” Surabaya merupakan koperasi perikanan yang berada dibawah naungan Departemen Kelautan dan Perikanan yaitu bergerak dalam unit usaha dan unit pusat di bidang pelayanan, simpan pinjam, pengolahan hasil perikanan, pertokoan, dan Grameen Bahari yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya demi tercapainya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta berazaskan kekeluargaan dan kegotong royongan.

Koperasi ini didirikan pada tanggal 12 Maret 1981 dengan nama Koperasi Perikanan “Mina Jaya” Surabaya dengan Badan Hukum 4841/BH/II/81, sesuai dengan ketentuan umum Undang-undang RI Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian di Indonesia. Kemudian Koperasi Mina Jaya Surabaya secara resmi mulai tahun 2010 telah berubah nama menjadi KOPERASI “MITRA BAHARI” SURABAYA setelah disetujui Perubahan Anggaran Dasarnya


(71)

dihadapan Notaris Widio Rahardjo, SH Nomor 06 tanggal 29 Desember 2008 yang disahkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya Nomor : 33/PAD/XVI.37/2009 tanggal 12 Mei 2009, maka dengan demikian maka semua aktivitas serta kelengkapan administrasinya dan simbol-simbol koperasi sudah menggunakan nama baru.

Dengan nama baru ini diharapkan akan dapat menggugah semangat baru sehingga koperasi dapat terus berkembang dan mencapai kesuksesan sebagaimana yang diharapkan. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat berupaya terus untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Koperasi perlu terus mengembangkan sayapnya serta membangun diri agar menjadi kuat dan mandiri sebagai Sokoguru Perkonomian Rakyat. Sesuai dengan peran dan fungsi Koperasi maka Koperasi Mitra Bahari Surabaya berupaya untuk membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota masyarakat pesisir khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

Koperasi Perikanan “Mitra Bahari” Surabaya selain meprioritaskan pengembangan unit usahanya dengan kebutuhan untuk kepentingan anggota dan Departemen Kelautan dan Perikanan Surabaya juga berfungsi sebagai badan usaha mencari keuntungan


(72)

untuk menumpuk hasil usaha. Diharapkan sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 1992, koperasi mampu hidup mandiri dan dapat disejajarkan dengan perilaku ekonomi lainnya.

Unit usaha yang ada di Koperasi “Mitra Bahari” Surabaya memiliki 4 unit usaha dan satu unit pusat yaitu unit pusat Pemberdayaan Pelayanan Masyarakat Pesisir Kenjeran Surabaya dimana koperasi diharapkan untuk dapat mengakses program-program yang berbasis layanan sosial, pendidikan dan kesehatan yang diinisiasi oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan swasta melalui program tanggung jawab sosial kemasyarakatan. Unit usaha perkreditan simpan pinjam, adalah unit usaha di bidang keuangan yang melayani kebutuhan modal usaha kecil dan menengah masyarakat pesisir Kota Surabaya untuk meningkatkan pendapatan seoptimal mungkin. Sesuai dengan Pedoman Umum Pelaksanaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) Departemen Kelautan dan Perikanan dalam operasionalnya bekerjasama dengan PT Bank Bukopin. Unit usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dimana koperasi melakukan kerjasama dengan kelompok masyarakat perikanan dalam proses pengolahan dan pemasaran produk perikanan, untuk mendapatkan produk yang memenuhi standart mutu diperlukan adanya sarana pengolahan yang memadai dan menampilkan hasil produk olahan yang dapat menarik


(73)

konsumen dengan melakukan pengemasan yang baik. Unit usaha pertokoan waserda / kedai pesisir, sebagai unit usaha yang mampu melayani kebutuhan pokok masyarakat pesisir dalam bentuk outlet dengan sistem swalayan serta dapat berperan sebagai pemasok bagi warung-warung yang sejenis. Sedangkan unit usaha Grameen Bahari merupakan unit usaha simpan pinjam yang mengacu pada sistem Grameen Bank dimana yang menjadi sasaran utamanya adalah kaum wanita. Pelaksanaan program dari Deperatemen Kelautan dan Perikanan

4.1.1.2. Lokasi Badan Usaha Koperasi

Koperasi “Mitra Bahari” Surabaya berlokasi di Jalan Raya Cumpat no.1 Kecamatan Bulak.

4.1.1.3. Visi, Misi dan Sasaran Koperasi 4.1.1.3.1. Visi Koperasi

1. Sebagai wahana utama kemitraan antar stakeholder untuk mengakselerasi pembangunan kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara optimal dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahtraaan masyarakat.


(74)

2. Membangun dan mengembangkan potensi& kemampuan ekonomi masyarakat pesisir pada khususnya dan masyarakat.

4.1.1.3.2. Misi Koperasi

1. Mengembangkan kemitraan yang kuat antara pelaku pembangunan kelautan dan perikanan untuk mendukung optimalisasi pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dalam rangka peningkatan kesejahtraaan masyarakat dan kualitas lingkungan.

2. Meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan di bidang pengelolan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu, berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Menyelenggarakan program penjangkauan / penyuluhan, pendidikan / pelatihan, penelitian terapan dan analisis kebijakan di sector kelautan dan perikanan.

4. Memberikan permodalan usaha serta menyediakan bahan kebutuhan pokok dan kebutuhan masyarakat.


(75)

4.1.1.3.3. Sasaran Koperasi

1. Tersedianya sumberdaya manusia dan kelembagaan yang lebih profesional dalam mengelola sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.

2. Terealisasinya pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara optimal.

3. Terealisasinya pemahaman tentang penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat pesisir dalam mengelola sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bagi pembangunan perekonomian.

4.1.1.4. Struktur Organisasi Koperasi

Agar organisasi dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya struktur organisasi dalam koperasi yang dapat menggambarkan pembagian kerja, wewenang, dan tanggung jawab antara atasan dan bawahan. Struktur organisasi adalah sistem formal yang membuat aturan, tugas dan hubungan kewenangan yang menentukan bagaimana orang-orang bekerja sama dengan menggunakan sumber daya guna mencapai tujuan koperasi.

Adapun gambar struktur organisasi Koperasi “Mitra Bahari” Surabaya adalah sebagai berikut :


(1)

Berdasarkan dari hasil penelitian dengan terwujudnya atau terbentuknya program baru unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari bisa meningkatkan pendapatan anggota koperasi Mitra bahari. Hal ini terbukti dengan meningkatnya pendapatan tiap anggota, anggota merasa senang dengan adanya unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari, usaha anggota tetap lancar dan pembayaran angsuran yang tepat waktu.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan wawancara mendalam yang dilakukan penulis, maka dapat ditarik kesimpulan :

5.1.1. Berdirinya Simpan Pinjam Grameen Bahari

Koperasi Mitra Bahari pada program unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari beroperasi mulai bulan Juni 2009 yang bertujuan untuk membantu kaum wanita pada masyarakat pesisir di Kenjeran yang ingin meningkatkan usaha dengan memberikan pinjaman tanpa jaminan. Dengan modal awal sebesar Rp 30.000.000,- dari dana Koperasi Mitra Bahari sendiri dan mendapatkan tambahan modal dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya sebesar Rp 40.000.000,- . Kegiatan Grameen Bahari ini identik dengan kegiatan simpan pinjam yang mengacu pada sistem Grameen Bank

5.1.2. Keanggotaan Simpan Pinjam Grameen Bahari

Yang melakukan pinjaman adalah kaum wanita dan anggota yang masih baru yang belum pernah mengambil kredit di tempat lain. Karena wanita adalah peminjam yang lebih baik, perolehan pendapatan wanita mempunyai kesan lebih kedalam keluarga, lebih mementingkan


(3)

keluarga, dan mendukung peran wanita dalam mendukung ekonomi keluarga.

5.1.3. Sistem Pinjaman Simpan Pinjam Grameen Bahari

Untuk pinjaman awal sebesar Rp 500.000 – Rp 750.000 jangka waktu setahun. Dalam membayar angsuran pada program Grameen Bahari ini juga menggunakan sistem tanggung renteng untuk membantu anggotanya yang sedang mengalami kesusahan membayar angsuran. Selain tanggung renteng juga terdapat konsep disiplin kredit agar masyarakat dapat disiplin dalam melakukan angsuran pinjaman dan tiap pertemuan minggon.

5.1.4. Manfaat Simpan Pinjam Grameen Bahari

Dengan adanya program unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari adalah dapat meningkatkan pendapatan anggota koperasi Mitra Bahari pada program unit usaha simpan pinjam Grameen Bahari. Serta memberikan keuntungan / manfaat bagi anggota.

5.1. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka berikut ini dikemukakan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan yang dapat diajukan pada penelitian ini adalah :


(4)

89

1. Sebaiknya Dinas koperasi memberikan tambahan modal yang lebih besar agar unit usaha simpan pinjam dapat lebih berkembang besar.

2. Sebaiknya untuk pinjaman awal uang pinjaman lebih besar dan bunga per tahun yang dikecilkan sehingga pendapatan anggota bisa lebih besar lagi.

3. Sebaiknya untuk pengurus koperasi Mitra Bahari bisa menambahkan anggota yang lebih banyak sehingga pendapatan untuk Koperasi lebih besar.


(5)

Baswir, Revrisond, 2000, Koperasi Indonesia, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Davis, Scott, 2000, Perilaku Organisasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Hani Handoko, 2000, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi-2, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Mangkunegara, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Penerbit PT

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Moleong, J. Lexy, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mulyana, Deddy, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya), Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Notoatmojo, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Andi, Yogyakarta. Parson, 2001, Perilaku Organisasi, Cetakan 2, Penerbit Pustaka Pelajar, Jakarta. Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Sosial, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Sutarto, 2002, Perilaku Organisasi, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Suyatno, Thomas, 2003, Kredit Usaha Perbankan, Edisi pertama, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


(6)

Non buku

www.smecda.com, Syarif, Teuku, Grameen Bank membuktikan perempuan dan orang termiskin dari yang miskin punya potensi untuk diberdayakan.

Diakses pada tanggal 19 Maret 2010 pukul 07.06 AM.

www.katalog.pdii.lipi.go.id, Thoha, Mahmud, Grameen Bank sebagai Sebuah Model Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan.