ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2010

(1)

commit to user

i

ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU

PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2010

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : TINO PAHLEVI

NIM. F0106078

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU

PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2010

Surakarta, 19 Maret 2011 Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing I

Dr. Guntur Riyanto, M.si__ NIP: 195809271986011001

Pembimbing II

Dr. Evi Gravitiani, SE, M.Si NIP: 197306052009122001


(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi tugas –

tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, April 2011

Tim Penguji Skripsi

1.Nurul Istiqomah, SE, M.Si (……….)

NIP: 198006012005012021 Ketua

2. Dr. Guntur Riyanto, M. Si (……….)

NIP: 195809271986011001 Pembimbing

3. Dr. Evi Gravitiani, SE, M.Si (……….)


(4)

commit to user

iv

MOTTO

Sesungguhnya Sholatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku hanya

untuk

Allah, Tuhan seluruh alam”

(QS AL An’aam: 162)

Kejujuran adalah mata uang yang laku dimana-mana. Bawalah

sekeping kejujuran dalam saku anda, itu melebihi mahkota raja

diraja sekalipun.

(anonim)

Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi

tantangan, dan saya percaya pada diri saya sendiri


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Analisis Determinan Produksi Tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten Tahun 2010”. Skripsi ini disusun

untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis tentunya tidak dapat melupakan jasa baik dari semua pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya dan memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Evi Gravitiani, SE, M.Si selaku pembimbing II skripsi yang dengan sabar

telah membimbing dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Orang tua, Ibu dan Bapak tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan

restunya yang senantiasa mengiringi setiap langkahku dalam meraih cita-cita yang telah banyak memberi dukungan doa, dana, dan apapun itu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. DR. Bambang Sutopo, M. Com, Ak. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi


(6)

commit to user

vi

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi penulis dari awal hingga sekarang.

7. Seluruh Staff dan Karyawan PT. Perkebunan Nusantara IX dan PG. Gondang

Baru Klaten yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.

8. Semua pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

atas pelayanan yang diberikan.

9. Mbak-mbak ku tersayang (Pipit dan Lenny)

10. Yunika Wulansari yang selalu menemani penulis dalam suka dan duka.

Terima kasih untuk kebersediaannya mendengarkan keluh kesah dan selalu memberi dukungan serta semangat kepada penulis selama penelitian sampai menyusun skripsi ini.

11. Semua sahabat-sahabat terbaikku Rahadian, Raka, Apri, Mario, Darmo,

Darmin. Penghuni D’Kriuks kalian tetap sahabatku semua

12. Kakak tingkat, teman seangkatan dan adik-adik tingkat Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret semua jurusan terutama jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih atas segala yang diberikan sehingga aku dapat berkembang sampai saat ini. Mohon maaf tidak disebutkan satu per satu, semoga dapat terwakili.

13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang bermanfaat dalam


(7)

commit to user

vii Penulis sadar bahwa segalanya tak ada yang sempurna dan tidak dapat disangkal pula jika dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dan berguna bagi penulis demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membaca.

Surakarta, Maret 2011


(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….... ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI……….. iii

HALAMAN MOTTO………. iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ……….. 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 11

1. Teori Produksi ... 11

2. Ekonomi Pertanian ……….. 33

3. Perkebunan ………..…….... 36

B. Kerangka Pemikiran ……….. 42

C. Hipotesis………. 42 D. Penelitan Terdahulu ………... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 46

B. Teknik Pengumpulan Data ... 46

C. Jenis dan Sumber Data ... 47

D. Definisi Operasional Variabel ... 48


(9)

commit to user

ix

2. Luas Lahan (Ha) ... 48

3. Tenaga Kerja (HOK) ………..………. 48

4. Pupuk (Kw)………...………... 48

5. Jumlah Bibit (Kw) ………….……….. 48

6. Jenis (Varietas Unggul) ……….…………...………... 49

E. Teknik Analisis Data……….………..……... 49

1. Metode Regresi Linier Berganda.………....……….. 49

2. Uji Statistik ………...……….... 50

a. Uji t ……….….. 50

b. Uji F ……….. 51

c. Uji koefisien determinasi (R2) ………... 53

3. Uji Asumsi Klasik……….…….. 53

a. Uji multikolinearitas……… 53

b. Uji heteroskedastisitas ……….. 53

c. Uji autokorelasi ………. 54

4. Pendekatan Dummy………..……. 55

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian... ... 57

B. Gambaran Umum PG. Gondang Baru Klaten... 69

C. Keadaan Pertanian ... 73

D. Karakteristik Responden ... 75

E. Hasil Analisis Kuantitatif ... 78

1. Data Penelitian……..……….. 78

2. Analisis Data ………….………..……..….. 78

3. Metode Regresi Linier Berganda ………...…….. 79

4. Uji Asumsi Klasik………... 79

5. Uji Statistik………... 87

6. Interprestasi Ekonomi………... 93


(10)

commit to user

x BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 101 B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1.1 Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman,

Indonesia (Ton),1995-2008... 4

4.1 Luas Wilayah Kabupaten Klaten Menurut Kecamatan ... 58

4.2 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2005 s/d 2009... 61

4.3 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Klaten Tahun 2009... 62

4.4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Klaten Tahun 2009... 63

4.5 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencharian Kabupaten Klaten Tahun 2009... 64

4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Klaten Tahun 2009... 66

4.7 Kepadatan Penduduk per km2 Kabupaten Klaten Tahun 2009... 67

4.8 Pasar Menurut Jenisnya Kabupaten Klaten 2006-2009... 68

4.9 Sarana Kesehatan Kabupaten Klaten 2005-2009... 69

4.10 Luas Panen, Produksi Tani Tebu Kabupaten Klaten 2009... 74

4.11 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Umur... 75

4.12 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan... 76

4.13 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Pendidikan... 77

4.14 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Luas Garapan... 77

4.15 Hasil Regresi Linier... 79

4.16 Hasil Regresi Persamaan Luas Lahan dan Tenaga Kerja…... 80

4.17 Hasil Regresi Persamaan Luas Lahan Dan Jumlah Pupuk………...…. 80

4.18 Hasil Regresi Persamaan Luas Lahan Dan Jumlah Bibit………... 81

4.19 Hasil Regresi Persamaan Luas Lahan Dan Variabel Dummy………... 81

4.20 Hasil Regresi Persamaan Tenaga Kerja Dan Jumlah Pupuk……....…. 81

4.21 Hasil Regresi Persamaan Tenaga Kerja Dan Jumlah Bibit………..….. 82


(12)

commit to user

xii

4.23 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Pupuk Dan Jumlah Bibit ………….. 82

4.24 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Pupuk dan Variabel Dummy ……… 83

4.25 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Bibit dan Variabel Dummy .………. 83

4.26 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Produksi, Luas Lahan dan

variabel dummy….……… 84

4.27 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Produksi, Tenaga Kerja dan

variabel dummy………... 84

4.28 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Produksi, Jumlah Pupuk dan

variabel dummy………... 85

4.29 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Produksi, Jumlah Bibit dan

variabel dummy……….………..….. 85

4.30 Hasil Uji Park……….……….………… 86

4.31 Tabel Hasil Uji B-G Persamaan Jumlah Produksi, Luas Lahan

Tenaga Kerja, Jumlah Pupuk, Jumlah Bibit dan Jenis Bibit…………... 87

4.32 Varietas bibit unggul………..………...… 97

4.33 Hasil Estimasi Pendekatan Dummy Produksi Tebu……….. 98


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

TABEL Halaman

2.1 Kurna Isoquant... 15

2.2 Kurva TC, VC, TC ….……….. 25

2.3 Kurva AFC, AVC, ATC, MC ……..………...…………. 26

2.4 Kurva Hubungan Antara Kurva Produksi Dengan Kurva Biaya…….. 29

2.5 Kurva TPP... 30

2.6 Kurva APP... 31

2.7 Kurva MPP... 31

2.8 Kurva Hubungan TPP, APP dan MPP……….. 32

2.9 Skema Kerangka Pikiran... 42

3.1 Daerah Kritis Uji t... 51

3.2 Daerah Kritis Uji F... 52

4.1 Daerah Kritis Uji t Luas Lahan Terhadap Produksi……….. 88

4.2 Daerah Kritis Uji t Tenaga Kerja Terhadap Produksi………... 89

4.3 Daerah Kritis Uji t Jumlah Pupuk Terhadap Produksi……….. 90

4.4 Daerah Kritis Uji t Jumlah Bibit Terhadap Produksi……….… 91

4.5 Daerah Kritis Uji t Jenis Bibit Terhadap Produksi……… 92


(14)

commit to user

xiv

ABSTRAK

ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN

TAHUN 2010 Tino pahlevi

F0106078

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit dan jenis bibit. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan disertai kuisioner yang telah disusun terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program Eviews versi 3. Metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Squares/ OLS).

Hasil penelitian menunjukkan variabel luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk dan jumlah bibit berpengaruh terhadap produksi tebu sedangkan variabel jenis bibit tidak berpengaruh terhadap produksi tebu.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi tebu PG.Gondang Baru Klaten, maka diajukan saran sebagai berikut hasil produksi tebu di Pabrik Gula Gondang di Kabupaten Klaten masih dapat ditingkatkan dengan menambah faktor-faktor produksi yang digunakan antara lain luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit. Petani yang berhasil didaerah tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan berapa besar panambahan faktor produksi tersebut, Berdasarkan hasil empirik ditemukan bahwa faktor jenis bibit tidak berpengaruh pada produksi tebu. Ada kecenderungan para petani tidak mau mencoba hal yang baru atau menerapkan inovasi baru dari jenis tebu yang digunakan. Petani diharapkan untuk menggunakan jenis varietas tebu yang baru atau varietas tebu unggul sehingga dapat meningkatkan produksi tebu.


(15)

commit to user

i ABSTRAK

ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN

TAHUN 2010 Tino pahlevi

F0106078

The purpose of this study was to analyze the factors affecting sugarcane production in New Gondang Sugar Factory in Klaten district..

Variables used in this study are land, labor, the amount of fertilizer, seed number and types of seeds. Data used in this research using primary and secondary data. Methods of data collection using the interview method with accompanying questionnaire have been prepared in advance. Data processing was done using Eviews program support version 3. The method used is least squares methods (Ordinary Least Squares / OLS).

The results showed variable land, labor, the amount of fertilizer and seed number affect the production of sugarcane while the variable type seedlings did not affect the production of sugar cane.

Based on the results of research on the factors that affect the amount of sugar cane production New PG.Gondang Klaten, then proposed the following suggestions as a result of production of sugarcane in the Sugar Factory Gondang in Klaten regency still can be improved by adding the factors of production such as land use, energy work, the amount of fertilizer, seed number. Farmers who work in the area can be used as guidance in determining how much panambahan these production factors, Based on empirical results found that the factor type of seed has no effect on sugarcane production. There is a tendency of the farmers are not willing to try new things or implement new innovations of this type of cane is used. Farmers are expected to use new varieties of sugar cane or sugar cane varieties superior in order to increase sugar cane production.


(16)

commit to user

ii ABSTRAK

ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN

TAHUN 2010 Tino pahlevi

F0106078

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit dan jenis bibit. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan disertai kuisioner yang telah disusun terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program Eviews versi 3. Metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Squares/ OLS).

Hasil penelitian menunjukkan variabel luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk dan jumlah bibit berpengaruh terhadap produksi tebu sedangkan variabel jenis bibit tidak berpengaruh terhadap produksi tebu.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi tebu PG.Gondang Baru Klaten, maka diajukan saran sebagai berikut hasil produksi tebu di Pabrik Gula Gondang di Kabupaten Klaten masih dapat ditingkatkan dengan menambah faktor-faktor produksi yang digunakan antara lain luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit. Petani yang berhasil didaerah tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan berapa besar panambahan faktor produksi tersebut, Berdasarkan hasil empirik ditemukan bahwa faktor jenis bibit tidak berpengaruh pada produksi tebu. Ada kecenderungan para petani tidak mau mencoba hal yang baru atau menerapkan inovasi baru dari jenis tebu yang digunakan. Petani diharapkan untuk menggunakan jenis varietas tebu yang baru atau varietas tebu unggul sehingga dapat meningkatkan produksi tebu.


(17)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertanian Indonesia adalah pertanian tropikal, karena sebagian besar daerahnya berada di daerah khatulistiwa yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Disamping pengaruh khatulistiwa, ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama, bentuknya sebagai kepulauan dan kedua, topografinya yang bergunung-gunung. Letaknya yang berhubungan antara dua lautan besar yaitu Lautan Indonesia dan Lautan pasifik, serta dua benua (daratan) yaitu Australia dan Asia, juga ikut mempengaruhi iklim Indonesia terutama dalam perubahan arah angin dari daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah. Bentuk tanah bergunung-gunung memungkinkan adanya variasi suhu udara yang berbeda-beda pada suatu daerah tertentu. Pada daerah pegunungan yang makin tinggi, pengaruh iklim tropik makin berkurang dan digantikan oleh semacam iklim sub-tropik (setengah panas) dan iklim setengah dingin (Mubyarto, 1994 : 6).

Kondisi tanah yang beragam dan iklim yang baik untuk pertanian memungkinkan penanaman berbagai jenis komoditi pertanian, seperti karet, kopi, lada, tanaman holtikultura. Usaha tani merupakan tumpuan sebagian besar petani di Indonesia. Kegiatan ini belum mampu meningkatkan pendapatan petani secara riil. Keseluruhan mata rantai kegiatan ekonomi di sektor pertanian memiliki nilai tambah yang paling kecil.


(18)

commit to user

Umumnya jenis tanah di Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Tanah pegunungan berapi yang umunya sangat subur dengan susunan tanah yang baik

2. Tanah datar aluvial yang subur tapi dengan susunan yang agak berat 3. Tanah tersier yang kurang subur

Perkembangan ekonomi di sektor pertanian sangatlah penting karena merupakan salah satu penopang hidup di negara agraris, perkembangan di sektor pertanian akan memberikan dampak yang positif bagi sektor lain sehingga perlu penanganan yang serius. Usaha-usaha di sektor pertanian meliputi bidang-bidang pertanian, tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Sektor pertanian khususnya yang menyangkut tanaman perkebunan rakyat masih mempunyai prospek yang cerah dalam rangka usaha peningkatan produksi untuk mencukupi kebutuhan domestik maupun ekspor.

Tebu (sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku

gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera.

Proses pembuatan gula adalah batang tebu yang sudah dipanen diperas

dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air

perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Daun

tebu yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang

mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Ibu-ibu di pedesaan sering memakai dadhok itu sebagai bahan bakar untuk memasak, selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar ini juga cepat panas. Konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu digunakan untuk bahan

bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses produksi dan pembangkit

listrik.

Secara historis, industri gula merupakan salah satu industri perkebunan tertua dan terpenting di Indonesia. Sejarah menunjukkan bahwa Indonesia pernah mengalami era kejayaan industri gula pada tahun 1930-an dengan jumlah pabrik gula (PG) yang beroperasi 179 pabrik, produktivitas sekitar 14,80%, dan rendemen 11−13,80%. Produksi puncak mencapai sekitar 3 juta ton dan ekspor gula 2,40 juta ton. Berbagai keberhasilan tersebut didukung oleh kemudahan dalam memperoleh lahan yang subur, tenaga kerja murah, prioritas irigasi, dan disiplin dalam penerapan teknologi (Simatupang, 1999).

Industri gula Indonesia kini hanya didukung oleh 60 PG yang aktif, yaitu 43 PG dikelola oleh BUMN dan 17 PG oleh swasta (Dewan Gula Indonesia 2000). Luas areal tebu yang dikelola pada tahun 1999 mencapai 341.057 ha yang umumnya terkonsentrasi di Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, dan Sulawesi Selatan.


(20)

commit to user

Tabel 1.1 Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia (Ton) 1995 - 2008*

Tahun Karet Kering

Minyak Sawit

Biji Sawit Coklat Kopi Teh Kulit

Kina

Gula Tebu

1) Tembakau 1)

1995 341,000 2,476,400 605,300 46,400 20,800 111,082 300 2,104,700 9,900 1996 334,600 2,569,500 626,600 46,800 26,500 132,000 400 2,160,100 7,100 1997 330,500 4,165,685 838,708 65,889 30,612 121,000 500 2,187,243 7,800 1998 332,570 4,585,846 917,169 60,925 28,530 132,682 400 1,928,744 7,700 1999 293,663 4,907,779 981,556 58,914 27,493 126,442 917 1,801,403 5,797 2000 375,819 5,094,855 1,018,971 57,725 28,265 123,120 792 1,780,130 6,312 2001 397,720 5,598,440 1,117,759 57,860 27,045 126,708 728 1,824,575 5,465 2002 403,712 6,195,605 1,209,723 48,245 26,740 120,421 635 1,901,326 5,340 2003 396,104 6,923,510 1,529,249 56,632 29,437 127,523 784 1,991,606 5,228 2004 403,800 8,479,262 1,861,965 54,921 29,159 125,514 740 2,051,642 2,679 2005 432,221 10,119,061 2,139,652 55,127 24,809 128,154 825 2,241,742 4,003 2006 554,634 10,961,756 2,363,147 67,200 28,900 115,436 800 2,307,000 4,200 2007 578,486 11,437,986 2,593,198 68,600 24,100 116,501 500 2,623,800 3,100 2008* 613,487 11,623,822 2,646,577 71,300 25,600 114,861 500 2,800,900 3,200 Catatan :

1) Termasuk produksi yang menggunakan bahan mentah dari perkebunan rakyat *) Angka sementara

Sumber : www.bps.go.id

Produktifitas gula dari tahun 1995-1997 terus mengalami kenaikan tetapi pada saat krisis moneter terjadi yaitu pada tahun 1998 produksi gula mengalami penurunan yang cukup banyak dari 2,187,243 ton menjadi 1,928,744 ton dan puncaknya pada tahun 2000 sebesar 1,780,130 ton. Tahun 2001 sektor perkebunan khususnya gula mulai mengalami peningkatan dalam hal hasil produksi dengan meningkatnya produksi sebesar 44,445 ton dari tahun sebelumnya setelah itu produksi gula terus meningkat dari tahun ke tahun.

Penurunan produksi dan kenaikan defisit gula disebabkan oleh berbagai faktor internal dan eksternal yang saling terkait. Penurunan produksi disebabkan oleh penurunan areal dan produktivitas. Contoh, rendemen ( kadar


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dicapai pada tahun 1970-an masih sekitar 10%, tetapi rata-rata rendemen pada 5 tahun terakhir hanya 6,92% (Dewan Gula Indonesia 1999). Kebijakan pemerintah yang lebih memihak kepada usaha tani padi juga menyebabkan menurunnya areal tebu (Soentoro, 1999). Contoh, rasio antara harga dasar gabah dan harga provenue (harga jual) yang semula sekitar 2,40, pada dekade terakhir terus menurun menjadi 1,80 pada tahun 1998. Harga gula di pasar internasional yang terus menurun dan mencapai titik terendah pada tahun 1999 juga menjadi penyebab kemunduran industri gula Indonesia. Penurunan harga gula ini terutama disebabkan oleh kebijakan hampir semua negara produsen dan konsumen utama yang melakukan intervensi terhadap industri dan perdagangan gula. Hampir semua negara menerapkan tarif impor lebih dari 50%. Di samping itu, kebijakan dukungan harga (price support) dan subsidi ekspor masih dilakukan oleh negara-negara besar seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat. Hal ini memposisikan Indonesia pada situasi persaingan yang tidak adil (unfair).

Ada dua tipe pengusahaan tanaman tebu secara umum. Pabrik gula (PG) swasta, kebun tebu dikelola dengan menggunakan manajemen perusahaan perkebunan (estate) dimana PG sekaligus memiliki lahan HGU (Hak Guna Usaha) untuk pertanaman tebunya, seperti Indo Lampung dan Gula Putih Mataram. Untuk PG milik BUMN, terutama yang berlokasi di Jawa, sebagian besar tanaman tebu dikelola oleh rakyat, dengan demikian PG di Jawa umumnya melakukan hubungan kemitraan dengan petani tebu. Pabrik Gula secara umum lebih berkonsentrasi pada pengolahan, sedangkan petani


(22)

commit to user

sebagai pemasok bahan baku tebu dengan sistem bagi hasil petani memperoleh sekitar 66% dari produksi gula petani, sedangkan PG sekitar 34% (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian).

Industri gula terus mengalami kemunduran dengan membiarkannya jelas akan menimbulkan masalah bagi Indonesia karena alasan berikut. Pertama, industri gula melibatkan sekitar 1,40 juta petani dan tenaga kerja yang mempunyai ketergantungan ekonomi yang sangat kuat pada industri gula. Walaupun sebagian dari mereka dapat melakukan kegiatan lain di non gula, sebagian dari mereka sulit untuk beralih pada usaha tani yang lain (Bakrie dan Susmiadi 1999).

Kebangkrutan industri gula juga berkaitan dengan investasi yang sangat besar yang tidak dapat dialihkan ke bidang lain atau disebut investasi terperangkap. Nilai investasi untuk membangun satu PG berkisar antara US$ 130−170 juta sehingga investasi yang terperangkap untuk 60 PG sekitar Rp50 triliun (Susmiadi, 1998). Kedua, gula merupakan kebutuhan pokok yang mempunyai pengaruh langsung terhadap inflasi dengan ketergantungan kebutuhan pokok yang harganya sangat fluktuatif dengan koefisien keragaman harga tahunan sekitar 48% akan berpengaruh negatif terhadap upaya pencapaian ketahanan pangan (Pakpahan, 2000). Simatupang et al. (2000) menyebutkan bahwa ketahanan pangan merupakan salah satu indikator stabilitas ekonomi. Beban devisa untuk mengimpor gula akan terus meningkat yang pada 5 tahun terakhir telah mencapai US$ 200 juta (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2000).


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perbaikan sistem produksi tebu di tingkat petani di Pulau Jawa memiliki arti yang sangat strategis, khususnya pada wilayah-wilayah yang secara teknis dan ekonomis mempunyai potensi untuk dikembangkan. Sekitar 80 persen bahan baku pabrik gula (PG) di Pulau Jawa sampai saat ini berasal dari tebu rakyat. Produktifitas tebu dan harga gula yang rendah serta biaya usahatani yang makin meningkat, telah mendorong terjadinya penurunan kualitas bahan baku yang disediakan petani.

Pertanian seharusnya tidak lagi dilihat sebagai usaha kecil yang tidak memiliki prospek dimasa depan, baik dilihat secara keuntungan maupun kualitas produk. Pentingnya usahatani yang baik dalam aspek pertanian maupun aspek ekonomi yang mampu meningkatkan efisiensi. Analisis usahatani digunakan untuk mengoptimalisasi produk sehingga dapat dilihat efisiensi penggunaan faktor produksi. Faktor-faktor produksi di dalam pertanian lebih berhubungan dengan sumber daya seperti tanah, tenaga kerja dan modal. Faktor pendukung lain seperti bibit, pupuk, pestisida dan alat-alat produksi yang mampu menunjang produksi. Kegiatan penyelenggaraan usahatani setiap petani berusaha agar hasil panennya banyak, dengan penelitian yang lebih mendalam tampak bahwa petani mengadakan perhitungan-perhitungan ekonomi dan keuangan walaupun tidak secara tertulis. Petani harus mengahadapi pilihan antara menggunakan bibit lokal yang sudah biasa digunakan dengan bibit unggul yang belum pernah digunakan, walaupun tanpa ditulis diatas kertas petani akan memperhitungkan untung ruginya (Mubyarto, 1989:67).


(24)

commit to user

Pabrik gula seharusnya menjadi lebih ringan dan sederhana tugas dan pekerjaanya, dimana hanya bertugas menggiling tebu untuk dijadikan gula namun kenyataan yang terjadi tidak demikian, pekerjaan teknis memang menjadi jauh lebih ringan, tetapi dalam pekerjaan non-teknis beban pekerjaan menjadi lebih berat. Pabrik gula menjadi bagian dari pemerintah yang bertugas mengadakan bimbingan dan penyuluhan kepada petani Tebu Rakyat Intensifikasi dan menjadi salah satu anggota terpenting dalam satuan pelaksana program-program pemerintah yang berhubungan dengan Tebu Rakyat Intensifikasi. Berdasarkan uraian di atas, maka diadakan sebuah penelitian yang berjudul ”ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2010”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh luas lahan terhadap jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?

2. Apakah terdapat pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010? 3. Apakah terdapat pengaruh jumlah pupuk terhadap jumlah produksi tebu

pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?

4. Apakah terdapat pengaruh jumlah bibit terhadap jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Apakah terdapat pengaruh jenis bibit terhadap jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk : 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh luas lahan terhadap

jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang di Kabupaten Baru Klaten tahun 2010

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah pupuk terhadap jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klatentahun 2010

4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah bibit terhadap jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010

5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis bibit terhadap jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana penambah pengetahuan dan sebagai salah satu satu syarat untuk


(26)

commit to user

memperoleh gelar gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Bagi Pemerintah, khususnya pemerintah Kabupaten Klaten, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dalam menentukan kebijakan mengenai peningkatan pendapatan masayarakat melalui peningkatan produksi tebu.

3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan wawasan serta dapat dijadikan bahan kajian dan pertimbangan dalam melakukan penelitian pada permasalahan usaha tani khususnya tebu.


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Teori Produksi

a. Definisi Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Input merupakan faktor–faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dalam proses produksi (Sugiarto, 2002:202 ). Sesuai dengan pengertian produksi di atas, maka produksi pertanian dapat diartikan sebagai usaha untuk memelihara dan mengembangkan suatu komoditi untuk kebutuhan manusia. Proses produksi adalah untuk menambah guna dan manfaat, maka dilakukan proses penanaman dari bibit dan dipelihara untuk memperoleh manfaat atau hasil dari suatu komoditi pertanian.

Proses produksi pertanian membutuhkan macam-macam faktor produksi seperti modal, tenaga kerja tanah dan manajemen pertanian yang berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi yang lain sehingga benar-benar mengeluarkan hasil produksi (output). Sumbangan tanah adalah berupa unsur-unsur tanah yang asli dan sifat-sifat tanah yang dapat diusahakan dengan hasil pertanian tetapi untuk memungkinkan diperolehnya produksi diperlukan tangan manusia

yaitu tenaga kerja petani (labor). Faktor produksi modal adalah


(28)

commit to user

sumber-sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia. Modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi non-manusiawi (Mubyarto, 1994:70). Modal juga sering diartikan sebagai barang dan jasa yang diinvestasikan dalam bentuk bibit, obat-obatan, tanah serta faktor produksi lainnya. Teori produksi mengandung pengertian mengenai usaha tani yang dilakukan petani dalam tingkat teknologi tertentu mampu mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi seefisien mungkin untuk menghasilkan produksi maksimal

b. Faktor Produksi

Faktor produksi merupakan input yang digunakan dalam proses produksi, dibidang pertanian output yang dihasilkan dalam bentuk hasil produksi fisik membutuhkan sumber daya yang digunakan sebagai faktor produksi berupa tanah, tenaga kerja, bibit, pupuk serta teknologi sebagai penunjang dalam usaha tani dengan tujuan menghasilkan output yang maksimal.

1) Tanah merupakan faktor produksi yang paling penting. Hal ini

terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lain. Tingkat produktifitas tanah dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah, sarana dan prasarana yang ada sebagai penunjang dalam meningkatkan produksi pertanian. Ada kemungkinan pemilik faktor produksi


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tanah menyakapkan tanahnya pada petani penggarap dengan sistem bagi hasil.

2) David Ricardo dalam Mubyarto (1994:90), mengungkapkan

teorinya tentang sewa tanah diferensial, dimana ditunjukan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah adalah disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, makin subur tanah makin tinggi harga tanah.

3) Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama dalam

usaha tani. Tenaga kerja adalah manusia yang dengan aktifitasnya mencurahkan tenaga kerja untuk memenuhi apa yang menjadi tuntutan hidup, dalam hal ini adalah syarat hidup yang baik bagi usaha tani tebu. Tenaga kerja dalam usaha tani tidak hanya

mengembangkan tenaga (labor) saja, tapi juga mengatur organisasi

produksi secara keseluruhan. (Mubyarto, 1994:124).

4) Bibit merupakan salah satu faktor produksi yang sangat

menentukan keberhasilan usaha tani. Pemilihan bibit yang baik dan tahan terhadap hama sangat menunjang untuk menghasilkan output yang maksimal.

5) Pupuk juga merupakan faktor produksi yang mendukung

keberhasilan usaha tani. Pupuk dibedakan menjadi dua yaitu :

i) Pupuk organik adalah pupuk yang dihasilkan dari sisa kotoran

ternak atau sisa-sisa mahluk hidup yang karena alam dengan bantuan mikro organisme mengalami pembusukan.


(30)

commit to user

ii) Pupuk anorganik adalah pupuk buatan yang dihasilkan oleh

manusia melalui proses pabrikasi, dengan meramu bahan-bahan kimia yang mengandung kadar hava tinggi.

c. Fungsi Produksi

Fungsi produksi merupakan hubungan antara jumlah output maksimum yang diproduksi dan input yang diperlukan guna menghasilkan output tersebut, dengan tingkat pengetahuan teknik tertentu (Samuelson dan Nordhes, 1996:128). Fungsi produksi menggambarkan tingkat pengetahuan teknik atau teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, suatu industri atau suatu perekonomian secara keseluruhan.

Penyajian fungsi dapat dilakukan melalui bentuk tabel, grafik atau dalam persamaan matematis. Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Bentuk matematis sederhana fungsi produksi ini dijelaskan sebagai berikut: (Mubyarto, 1994: 68).

Y = f (X1,X2,X3,…Xn)

Dimana:

Y = Hasil produksi fisik

X1,X2,X3….Xn = Faktor-faktor produksi

Fungsi diatas menunjukkan semua faktor produksi merupakan variabel. Berdasarkan faktor produksi yang digunakan dalam jangka pendek faktor tenaga kerja dianggap sebagai faktor tetap dan berlaku


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tambahan hasil yang semakin berkurang (law of diminishing return),

produk marginal setiap unit input akan menurun sebanyak penambahan jumlah input yang bersangkutan, dengan asumsi semua input lainnya konstan (Samuelson dan Nordhes, 1996:130).

Berbagai kombinasi input menghasilkan tingkat output yang menunjukkan kombinasi dua faktor produksi yang menghasilkan output yang sama, jumlah output yang berbeda kurva isoquantnya juga berbeda. Kombinasi input K dan L menghasilkan satu tingkat produksi tertentu.

Gambar 2.1. Kurva Isoquant

Sumber : Nopirin, (2000:319.).

Kurva yang semakin tinggi (ke kanan atas) menunjukan jumlah output yang semakin lebih besar. Titik yang terletak pada kurva yang lebih tinggi mengambarkan jumlah kedua faktor produksi yang lebih banyak sehingga outputnya lebih besar jumlahnya. Turun miring dari kiri ke kanan bawah (berlereng negatif) untuk memperoleh jumlah yang sama, apabila salah satu faktor produksi dikurangi, maka faktor produksi yang lain harus ditambah. Kurva isoquant cembung ke arah 0,

ciri ini mencerminkan berlakunya the law of disminishing return. Hal

Qo L O


(32)

commit to user

ini menjelaskan bahwa setiap unit input (K dan L) akan menurun sebanyak penambahan jumlah input yang bersangkutan.

Kurva isoquant ini digambarkan hanya dengan dua dimensi (absis dan ordinat) maka hanya menganalisa dua faktor produksi saja (K dan L) dalam kenyataannya digunakan lebih dari dua faktor kombinasi kurva isoquant menggambarkan kemungkinan secara teknis kombinasi faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah output. Makin produktif faktor tenaga kerja (L) menggantikan modal (K) maka kurva isoquant makin curam, sebaliknya makin produktif faktor modal maka semakin besar kemampuannya untuk menggantikan tenaga kerja sehingga kurva isoquant semakin landai.

d. Fungsi Produksi Constant Elasticity of Substitution (CES)

Fungsi produksi CES ini secara terpisah berasal dari kelompok

ekonom yang berbeda: yang satu terdiri dari K.J. Arrow, H.B. Chenery, B.S. Minhas, dan RM. Solow; dan kelompok lainnya terdiri dari Murray Brown dan De Cani. Keduanya berbeda satu sarna lain,

dan pada akhirnya mungkin akan termasuk dalam tingkatan returns to

scale. Murray Brown dan De Cani ( 1963 ) menggunakan fungsi ini dengan ambisius sekali untuk memisahkan efek atau pengaruh perubahan output, keekonomisan skala, perubahan teknis dan perubahan faktor harga relatif pada permintaan pekerja, data ekonomi Amerika Serikat selama periode 1890 sampai 1958.


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Fungsi produksi ini menyatakan bahwa penghitungan dasar tingkatan substitusi akan sangat diperlukan, tapi tidak hanya terbatas

pada nilai apapun. Fungsi ini disebut Produksi CES ( Constant

Elasticity of Substitution ). Di sini dijelaskan fungsi produksi

Cobb-Douglas dan Leontief adalah kasus istimewa dalam hubungan CES,

ketika substitusi elastisitas tersebut dinyatakan konstan, maka hal itu hanya dianggap perubahan relatif faktor input dan harga tidak menunjukkan elastisitas tersebut. Nilai elastisitas ditentukan oleh teknik yang dipakai dan perubahan teknik yang dipakai tersebut akan mempengaruhi variasi-variasi elastisitas pada setiap level pada faktor input dan harga. Jadi konstansi elastisitas mengacu pada invariannya dalam kaitannya dengan perubahan faktor persediaan relatif dan bukan pada transformasi dari teknik yang dipakai.

Karakteristik dari teknik-teknik yang bersifat abstrak akan

mudah dikenali dengan penggunaan fungsi produksi CES. Hal tersebut

berarti fungsi produksi tersebut memungkinkan kita untuk mengetahui

perubahan efisiensi suatu teknik, yaitu perubahan returns to scale yang

ditentukan secara teknis, perubahan dalam intensitas modal sebuah teknik dan perubahan substitusi pekerja untuk modal, dan lain-lain.

Beberapa penelitian terkini menggunakan fungsi CES dengan

elastisitas substitusi di bawah kesatuan yang juga dianggap lebih sesuai untuk fungsi produksi jika dibandingkan dengan penggunaan


(34)

commit to user

substitusiseimbang dengan kesatuan, tapi dalam fungsi produksi CES,

elastisitassubstitusi adalah konstan dan tidak semata-mata berbanding

lurus dengan kesatuan. Keempat ekonom, Arrow, Chenery, Minhas

dan Solow dalam Agung (2008:39) juga telah mengusulkan fungsi

produksi CES ini. Persamaan fungsi tersebutialah:

Q=Q(K,L)=A[α +(1α)

dimana, Q = output K = input kapital

L = input tenaga kerja

dengan A>0,0<α<1 dan ≥-1

A dinyatakan sebagai parameter efisiensi, α sebagai parameter

distribusi, dan sebagai parameter substitusi 1. Sifat Fungsi Produksi CES

a. Sifat Homogen Linier

Kalau semua input dinaikkan dengan suatu faktor proposional

yang sama, maka

Q(฀K,฀L)=A[α(฀K +(1-α)(฀L

=cQ(K,L)

Yang berarti bahwa output Q(K.L) akan naik menjadi cQ(K,L),

yaitu dengan faktor proporsional yang sama pula.

b. Elastisitas K dan L


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

InQ=InA-1/ .In[α +(1-α)

diperoleh turunan partial terhadap K sebagai berikut:

δInQ/δK=-1/ .(α ) /[α +(1-α)

Selanjutnya, diperoleh elastisitas output terhadap K sebagai berikut:

(δInQ/δK)*K= (δInQ/δInK)=α /[α +(1+α)

=α (Q/K

Dengan cara yang sama, diperoleh elastisitas untuk L seperti ini:

(δInQL)*L== (δInQ/δInL=(1+α) α +(1+α)

Dengan menjumlahkan kedua elastisitas untuk di atas, diperoleh:

(δInQ/δK)+ (δInQ/δL)=1

Elastisitas untuk K dan L merupakan fungsi dari input bivariat

(K, L) sehingga bukanlah suatu konstanta. Akan tetapi, jumlahnya konstan, yaitu sama dengan satu sesuai dengan

pengertian constan return to scale

2. Keuntungan Fungsi Produksi CES dibandingkan dengan Fungsi Produksi Cobb Douglas:

a. Fungsi CES menunjukan fungsi produksi semua tipe returns

dapat dianalisa, karena s tidak semata-mata berbanding lurus

dengan satu ( s ≠ 1 ), tapi lebih menunjukan bentuk umum


(36)

commit to user

b. Fungsi produksi CES akan menjadi pertimbangan sejumlah parameter penting. Maka dari itu fungsi tersebut meliputi lingkup variasi substitutabilitas dan efisiensi yang luas.

c. Estimasi fungsi CES ini sangat mudah. Beberapa perubahan akan dibutuhkan, jika kita menulis output per unit pekerja

sebuah fungsi modal per unit pekeja, maka , sehingga

fungsi produksi akan menjadi lebih mudah.

d. Fungsi tersebut akan melenyapkan semua kesulitan dalam fungsi produksi Cobb-Douglas dan terbebas dari asumsi-asumsi yang tidak realistis dalam fungsi tersebut.

3. Batasan-batasan Dalam Fungsi Produksi CES

a. Fungsi produksi CES yang mengombinasikan dua unsur kekuatan yang mempengaruhi dalam satu parameter v. Pertama-tama, pada skala ekonomi, dapat memberikan hasil sebuah ekspansi skala operasi teknologi yang bersangkutan. Dengan kata lain, kaitannya dengan skala operasi, sebuah perubahan teknis dapat mengakibatkan tindakan output. Dalam aplikasi empiris kedua kekuatan tersebut dapat mempengaruhi homogeniatas parameter v, dan dengan mudah menentukan salah satunya.

b. Uzawa dalam Agung (2008:39) telah mempelajari fungsi ini

dan menyimpulkan bahwa sangat sulit untuk


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Batasan dalam fungsi produksi CES diasosiasikan dengan bentuk dasarnya spesifikasi elastisitas substitusi yang bervariasi terhadap perubahan dalam faktor proporsi. Perlu diingat bahwa kita memungkinkan elastisitas substitusi (s) terhadap perubahan dalam kaitannya dengan variasi-variasi tertentu dari teknik-teknik yang mendasarinya, dan bukan sebagai respon terhadap perubahan dalam faktor proporsi. Tapi hal tersebut merupakan ‘spesifikasi apriori’ tapi kita tidak tahu apakah elastisitas substitusi ( s ) bisa berubah bervariasi manakala faktor proporsi

berubah. Jika struktur sesungguhnya menggambarkan

elastisitas sebuah variabel yang mengacu pada perubahan faktor proporsi dan selanjutnya dinyatakan bahwa elastisitas berubah dengan alasan teknis, maka kita menganggapnya berasal dari perubahan teknis lebih dari sebelumnya. Kecuali jika fungsi umum tersebut ditentukan seluruhnya tingkatan polinomial n, maka kesulitannya akan tampak. Karena dengan adanya data yang tersedia itu sudah tidak memungkinkan dan teknik-teknik statistik untuk memperoleh estimasi keseluruhan dari fungsi produksi umumnya, dan juga karena mereka semata-mata tidak puas dengan kriteria neoklasik ( sifat-sifat fungsi CES ), maka kita tanpa ada potensi-potensi kesalahan yang spesifik.


(38)

commit to user

d. Kesulitan yang keempat dari fungsi CES ini yaitu bahwa K

parameter intesitas modal, berdimensi (bukan tidak

berdimensi).

Masih terdapat suatu permasalahan empirik selain kesulitan-kesulitan teoritis diatas, yaitu fungsi produksi CES relatif sulit untuk disesuaikan dengan data. Terlepas dari batasan-batasan tersebut diatas, fungsi produksi CES dalam aplikasinya sangat berguna untuk membuktikan teorema Euler,

yaitu untuk menggambarkan constant return to scale, yang

menunjukan rata-rata tersebut, dan produk marginal (K) dan pekerja (L) bersifat homogen dalam tataran 0, dan juga untuk menentukan elastisitas substitusi.

e. Biaya Produksi

1. Definisi Biaya Produksi

Produksi adalah kegiatan untuk mengubah input menjadi output, perusahaan tidak hanya menentukan input apa saja yang diperlukan, tetapi juga harus mempertimbangkan harga dari input – input tersebut yang merupakan biaya produksi dari output.

Biaya produsi sebenarnya merupakan cerminan dari produksi. Bila produksi merujuk kapada jumlah input yang dipakai dan jumlah fisik output yang dihasilkan, biaya produksi merujuk kepada biaya perolehan input tersebut (nilai uang). Biaya produksi


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sangat penting peranannya bagi perusahaan dalam menentukan jumlah output ( Sugiarto, 2002 : 248 ).

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Pengorbanan sumber ekonomis mengandung sifat ekonomis adanya kelangkaan. Biaya dibedakan menjadi dua macam: pengorbanan sumber ekonomi yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi. Pengorbanan yang telah terjadi mengandung biaya historis untuk mencapai tujuan tertentu dan biaya yang akan terjadi saat melakukan suatu proses produksi.

Biaya produksi dapatlah didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakuakn oleh firma (perusahaan) untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang firma tersebut (Sukirno, 1994:207).

Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan ada dua jenis yaitu: biaya eksplisit dan biaya tersembunyi. Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang diperlukan dalam kegiatan produksi firma tersebut, sedangkan biaya tersembunyi adalah tafsiran pengeluaran keatas faktor-faktor produksi yang dimiliki firma itu sendiri. Pengeluaran


(40)

commit to user

seperti antara lain adalah pembayaran untuk keadilan produsen, modalnya sendiri yang digunakan dalam perusahaan dan pembangunan perusahaan yanb dimilikinya.

Berdasarkan definisi diatas biaya produksi dapatlah didefinisikan sebagai semua pengorbanan ekonomis yang dilakukan oleh petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi untuk menghasilkan suatu output.

Secara umum biaya produksi yang dikeluarkan digolongkan

menjadi dua yaitu : biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel

(variable cost). Biaya tetap merupakan total rupiah yang harus dikeluarkan walaupun tidak beroperasi, biaya tetap tidak berubah meskipun output berubah, biaya variabel merupakan biaya yang bervariasi sesuai dengan perubahan tingkat ouput termasuk biaya bahan baku dan termasuk pula semua biaya yang tidak tetap contohnya bibit, pupuk, tenaga kerja dan lain-lain. Jumlah dari biya tetap dan biaya variabel disebut biaya total.

TC = TFC + VC Dimana :

TC = Total Cost FC = Fixed Cost VC = Variabel Cost

2. Kurva biaya rata-rata (AC), biaya Marginal (MC), biaya Tetap


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kurva biaya total dan biaya rata-rata diperoleh dari upaya petani mencari kombinasi penggunaan faktor produksi dengan

biaya paling rendah (least cost combination) dengan begitu bentuk

serta kedua kurva biaya ini tergantung pada teknologi produksi (yang tercermin pada fungsi produksi) dan harga faktor produksi. Jika harga faktor produksi turun atau petani tersebut menggunakan teknologi baru yang lebih efisien maka kedua kurva biaya tersebut akan bergeser kebawah, sebaliknya apabila harga faktor produksi naik atau teknologinya sudah usang, kedua kurva akan bergeser keatas. Kedua kurva selalu bergerak bersama-sama

Gambar 2.2: Kurva TC, VC, TC

Sumber : Samuelson dan Nordhes (1996:145)

Besarnya biaya tetap untuk jangka pendek adalah tetap, berapapun output yang diproduksi, jadi besarnya biaya tetap (FC) tidak tergantung dengan berapapun output yang dihasilkan. Sedangkan biaya variabel sangat tergantung dengan jumlah output yang akan dihasilkan dari faktor produksi (input) yang ada. Biaya

0

Q Biaya tetap

Biaya variabel T


(42)

commit to user

variabel rata-rata diperoleh dengan membagi total biaya variabel dengan jumlah output yang dihasilkan.

AVC = Dimana :

AVC = Average Variabel Cost

TVC = Total Variabel Cost

Q = Quantitas

Biaya marginal setiap output adalah tambahan biaya yang diperlukan untuk memproduksi 1 unit output tambahan, biaya tetap rata-rata didefinisikan sebagai pembagian antara biaya tetap dengan kuantitas output yang dihasilkan oleh karena biaya tetap total adalah konstan, maka dengan membagi biaya ini dengan kenaikan output akan diperoleh kurva biaya rata-rata yang menurun.

Gambar 2.3 : Kurva AFC, AVC, ATC, MC

Sumber : Nopirin, (2000: 340)

B

ia

ya

(

R

p)

0

Produks MC

AT AV


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hubungan antara MC dan AC biaya total rata-rata (AC) adalah biaya tetap rata-rata (AFC) ditambah dengan biaya variabel rata-rata (AVC). Biaya variabel rata-rata adalah biaya variabel total TVC dibagi dengan jumlah output maka apabila MC dibawah AC, AC akan menurun dan apabila MC diatas AC maka AC menaik. Dan pada MC=AC maka AC minimum dengan demikian MC memotong AC dari bawah dan pada titik AC minimum. Keuntungan maksimum diperoleh apabila jarak vetikal TR-TC paling besar. Jarak vertikal TR-TC paling besar apabila lereng kurva TC adalah MC. Dengan demikian keuntungan maksimum akan diperoleh apabila produsen menghasilkan sejumlah output dimana : MR=MC (Nopirin, 2000 : 341).

3. Hubungan Antara Biaya Produksi Dan Fungsi Produksi

Biaya produksi perusahaan ditentukan oleh bagaimana fungsi produksi perusahaan tersebut, yang menunjukkan kombinasi input yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu, beserta harga yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan input tersebut. Fungsi produksi jangka pendek menghubungkan output dengan jumlah input variabel saja, karana besarnya input tetap tidak berubah. Hubungan antara fungsi produksi dengan biaya produksi digambarkan dengan ilustrasi berikut ( Sugiarto, 2002 : 253 ).


(44)

commit to user

Diketahui fungsi produksi jangka pendek perusahaan adalah: Q = F ( K, L )

Q = output ( fungsi dari L dan pemakaian K tetap ) L = tenaga kerja ( input variabel )

K = kapital ( input tetap )

Diketahui untuk setiap kapital sewanya adalah sebesar r (

rent ) dan upah setiap unit tenaga kerja adalah w ( wage ), maka

biaya total ( TC ) yang diperlukan untuk memproduksi Q adalah

jumlah kapital dikalikan dengan sewa kapital ditambah dengan

jumlah tenaga kerja yang dipakai dikalikan dengan upahnya.

Secara matematis dapat ditulis sebagaiberikut :

TC = ( K x r ) + ( L x w )

K tetap maka besarnya K x r juga tetap, dalam sudut pandang ekonomi biaya ini disebut biaya tetap total ( TFC ), sedangkan L x w akan bervariasi sesuai dengan jumlah L yang digunakan. Biaya ini dalam ekonomi disebut sebagai biaya variabel total ( TVC ). Sebagimana telah dikemukakan sebalumnya biaya total merupakan jumlah biaya tetap dan biaya variabel.


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 2.4 : Kurva Hubungan Antara Kurva Produksi

Dengan Kurva Biaya

Sumber : Sugiarto ( 2002: 254 )

Gambar di atas menunjukkan jumlah output yang dihasilkan dari pemakaian sejumlah input variabel dalam ukuran fisik. Jika input variabel diukur dengan satuan uang, maka gambar 2.4 juga menunjukkan hubungan antara jumlah output yang

dihasilkan dengan biayanya, sehingga kurva TP juga

mencerminkan kurva biaya variabel total.

Kurva TVC bermula dari titik 0 dan semakin lama semakin bertambah tinggi. Keadaan ini menggambarkan bahwa waktu tidak ada produksi TVC=0, dan semakin besar produksi semakin besar nilai ongkos berubah total (TVC). Bentuk kurva TVC yang pada akhirnya semakin tegak menggambarkan bahwa produksi dipengaruhi oleh hukum hasil lebih yang semakin berkurang, yaitu apabila produksi sudah semakin banyak, sejumlah ongkos produksi tertentu yang dikeluarkan akan menghasilkan jumlah produksi yang semakin sedikit.

Output unit (Q) TP

TVC

Input variabel Biaya


(46)

commit to user

4. Hubungan TPP, APP,MPP

Produksi total atau Total Physical Product (TTP)

menunjukkan total output yang diproduksi dalam unit fisik, jadi

kurva produksi adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara

jumlah output yang dihasilkan pada berbagai tingkat penggunaan

input variabel dan input-input yang lain dianggap konstan. Kurva

produksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

TPP f(x) atau Q = f(x)

dimana, TPP = Q = produksi total

x = jumlah input variabelyang digunakan

Gambar 2.5 : Kurva TPP

Sumber : Sadono Sukirno ( 1997)

Produksi rata-rata atau Average Physical Product (APP)

adalah output rata-rata per unit input yang digunukan pada suatu

proses produksi, jadi kurva produksi rata-rata adalah kurva yang

menunjukkan output rata-rata per unit input pada berbagai tingkat

penggunaan inputtersebut. APP dapat dirumuskan sebagai berikut:

AAPx= , dimana:

AAPx = average physical product TPPx = total physical product

X Y

TPP


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

X = jumlah inputX yang digunakan

Gambar 2.6 : Kurva APP

Sumber : Sadono Sukirno ( 1997)

Produktifitas marginal atau Marginal Physical Product

(MPP) adalah mengukur seberapa besar tambahan output yang

dihasilkan apabila satu input variabel bertambah satu unit sedang

input yang lain tetap. Kurva marginal adalah kurva yang

menunjukkan tambahan atau kenaikan dari TPP yaitu DTPP atau

DQ, yang disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input

variable. MPP dapat dirumuskan sebagai berikut :

MPP= , dimana:

MPPx = marginal physical product

ΔTPP = tambahan atau kenaikan output

ΔX = tambahan inputx yang digunakan

Gambar 2.7 : Kurva MPP

Sumber : Sadono Sukirno ( 1997) Y

0 X

MP P

X Y

AP 0


(48)

commit to user

Dalam fungsi produksi terdapat tiga tahap yang masing-masing mempunyai sifat-sifat khusus yang dapat digunakan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi.

Hubungan antara TPP, APP dan MPP dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.8 : Kurva Hubungan TPP, APP dan MPP

Sumber : Sadono Sukirno ( 1997)

Terdapat hubungan yang istimewa antara TPP, MPP dan APP. Hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Penggunaan input variabel (X) sampai pada titik dimana TPP cekung terhadap titik origin, maka MPP naik demikian pula APP. b) Pada titik A, MPP mencapai nilai maksimum, kurva TPP telah berubah bentuknya dari cekung menjadi cembung terhadap titik origin.. Titik ini disebut titik infeksi.

APP

TPP

MPP

Tenaga Kerja MPP

APP

Tenaga Kerja TPP

C B


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c) Pada titik B, APP mencapai nilai maksimum, kurva MPP memotong APP dari atas (MPP-APP), dan kurva TPP

bersinggungan dengan garis lurus dari titik origin dengan slope

terbesar.

d) Pada titik C, TPP mencapai maksimum dan MPP bernilai nol. Gambar ini menunjukkan berlakunya Law of Dcminishing Return atau hukum hasil lebih yang semakin berkurang. Hukum ini menyatakan hahwa :

“Apabila faktor produksi yang dapat dirubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah satu unit, pada mulanya produk total akan semakin bamyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat terten/u produksi tamhahan akan semakin berkurang dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun” (Sukirno, 1996).

2. Ekonomi Pertanian

a. Definisi Ekonomi Pertanian

Pertanian merupakan mata pencaharian sebagaian besar penduduk Indonesia yang merupakan negara agrikultur. Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut, suatu ilmu yang mempelajari dan membahas serta menganalisis pertanian secara ekonomi, atau ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian (Daniel, 2002; 9).


(50)

commit to user

Pengertian ekonomi pertanian yang demikian mempunyai arti ilmu pertanian bukan hanya mempelajari tentang bercocok tanam tetapi suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang pertanian, baik mengenai subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, maupun subsektor perikanan.

Ilmu ekonomi pertanian menjadi satu ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses pembangunan dan memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses (teknis) produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, hubungan antar faktor produksi, serta hubungan antara faktor produksi dan produksi itu sendiri. Dalam kebijakan pembangunan nasional, pembangunan pertanian merupakan langkah awal dan mendasar bagi pertumbuhan industri. Salah satu subsektor pertanian yang berkembang adalah subsektor perkebunan.

b. Sejarah Ekonomi Pertanian

Ilmu ekonomi pertanian merupakan cabang ilmu yang masih sangat muda. Ilmu ekonomi modern dianggap lahir dengan penerbitan

buku Adam Smith yang berjudul Wealth of Nations pada tahun 1776 di

Inggris, maka ilmu ekonomi pertanian dilahirkan awal abad ke-20 atau akhir abad ke-19 dengan terjadinya depresi pertanian pada tahun 1890.

Di Amerika Serikat mata pelajaran Rural Economic


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Economic of Agriculture mulai diberikan di Universitas Cornell pada

tahun 1901 dan Farm Management pada tahun 1903. Tahun1910

beberapa universitas di Amerika Serikat sudah memberikan

kuliah-kuliah yang teratur dalam Agricultural Economics.

Di Indonesia, ilmu ekonomi pertanian baru dikembangkan mulai tahun 1950-an yang di pelopori oleh Prof. Sukanto Reksohadiprodjo dan Prof. Ir. Teko Sumodiwirjo, masing-masing dosen di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia (Mubyarto, 1984;1).

c. Fungsi Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya dari ilmu ekonomi maupun ilmu pertanian itu sendiri. Dia bisa berada di awal atau sebelum ilmu pertanian, bisa seiring dan bisa juga sesudah. Semua fungsinya amat menentukan akan kemajuan pertanian. Ekonomi pertanian bukan sekedar gabungan antara ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian, tetapi mempunyai arti yang sangat penting bagi pertanian dan juga bagi ekonomi.

Ilmu ekonomi pertanian mempelajari faktor sumber daya atau faktor produksi dilengkapi dengan permasalahan, potensi dan kebijakan serta kemitraan, kelembagaan dan faktor pendukung lainnya. Sebelum proses produksi atau usaha tani dijalankan (baik dalam subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan,


(52)

commit to user

subsektor peternakan, maupun subsektor perikanan) perlu dilakukan perencanaan yang matang.

Dalam pelaksanaan di lapangan, pertanian juga membutuhkan ilmu ekonomi pertanian, kalau pupuk diberikan sekian banyak, berapa hasil yang akan diterima, bila pupuk dikurangi atau ditambah berapa keuntungan yang akan diperoleh, begitu juga dengan pengaturan tenaga kerja dan obat-obatan. Di ekonomi pertanian, semua itu akan diperhitungkan dan dipelajari secara mendalam (Daniel, 2002:6).

3. Perkebunan

a. Pengertian Perkebunan

Pengertian perkebunan sudah lama dikenal, sejak pemerintahan kolonial Belanda. Tahun 1938 di Indonesia terdapat 243 perkebunan besar. Pada tahun 1870 dengan keluarnya undang-undang agraria pengaturan perkebunan-perkebunan swasta di Indonesia lebih tegas dan jelas. Keluarnya undang-undang agraria mempunyai tujuan utama mengundang penanaman modal swasta ke Indonesia untuk berusaha mengembangkan produk-produk pertanian yang diperlukan pasaran dunia, terutama Eropa, setelah merdeka pemerintah Indonesia mengambil alih perkebunan-perkebunan yang dikelola oleh Belanda, tepatnya sejak tahun 1957 (Syamsulbahri, 1996:1).

Perkembangan perkebunan setelah orde baru dengan program lima tahunan (Pelita) tahap demi tahap telah memfokuskan program pembangunannya terutama dalam sektor tanaman pangan, sedangkan


(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sektor perkebunan memberikan kerangka landasan peningkatan produksi dan diversifikasi tanaman ekspor. Pada tahun 1992 pemerintah telah berhasil membuat Undang-Undang Nomor 12 tentang budidaya tanaman, dengan adanya undang-undang tersebut pemerintah telah memberikan kebebasan kepada petani untuk menentukan pilihan jenis tanaman dan pembudidayaannya, serta kewajiban pemerintah dalam menjamin penghasilan petani (Syamsulbahri, 1996: 1).

Sejarah perkebunan sebelum penjajahan Belanda di Indonesia, perkebunan belum terorganisir secara struktural. Selama dekade penjajahan Belanda, Inggris dan Jepang pengelolaan perkebunan beralih ke penguasa, dalam hal ini penjajah. Pada zaman Belanda dikenal “sistem tanam paksa”, setelah merdeka pengelolaan perkebunan masih seperti zaman Belanda, barulah tahun 1957 terjadi perubahan pengelolaan perkebunan. Pada tahun tersebut terjadi pengambilalihan perkebunan dari orang-orang asing oleh pemerintah Republik Indonesia. Dambaan petani untuk menjadi tuan di tanahnya sendiri sangat diharapkan, karena manejer-manejer perkebunan telah diisi oleh putra-putri Indonesia. Kenyataan tersebut tidak bisa terwujud, karena di dalam negeri sudah terlalu lama mengalami peperangan untuk merebut kemerdekaan.

Tahap dicanangkannya program-program Pelita, subsektor

perkebunan mulai dilakukan pembenahan-pembenahan oleh


(54)

usaha-commit to user

usaha intensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi perkebunan. Pada

Pelita III perkembangan sektor perkebunan amat mencolok, terutama ditinjau dari perluasan areal perkebunan baik di Jawa maupun diluar Jawa (Syamsulbahri, 1996: 3).

Kesatuan pengertian dari perkebunan itu sendiri perlu diketahui sebelum mempelajari lebih jauh tentang perkebunan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pemahaman selanjutnya, terutama tanaman perkebunan tahunan. Perkebunan dapat diartikan berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman dan produk yang dihasilkan.

Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan devisa negara dan pemeliharaan kelestarian sumber daya alam (SDA).

Perkebunan berdasarkan pengelolaannya dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Perkebunan rakyat 2. Perkebunan besar

3. Perkebunan perusahaan inti rakyat 4. Perkebunan unit pelaksana proyek

Perkebunan berdasarkan jenis tanamannya dapat diartikan sebagai usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat, pemerintah, maupun swasta selain tanaman pangan dan hortikultura.


(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebagai usaha budidaya tanaman yang ditujukan untuk menghasilkan bahan industri (misalnya karet, tembakau, cengkeh, kapas), bahan industri makanan (misalnya kelapa, kelapa sawit dan kakao) dan makanan (misalnya, tebu, teh, kopi dan kayu manis).

Pengertian perkebunan dapat diartikan sebagai: “usaha budidaya tanaman baik oleh pemerintah, swasta, rakyat maupun secara bersama-sama dalam skala luas maupun sempit areal lahan yang digunakan namun bertujuan untuk mendapatkan peningkatan pendapatan dan devisa negara, tanpa mengabaikan penyerapan tenaga kerja dan pelestarian sumber daya alam” (Syamsulbahri, 1996: 15). b. Manajemen Perkebunan

Manajemen dapat diartikan sebagai usaha pengelolaan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dimana

sifatnya universal yang berarti dapat berlaku secara umum untuk

berbagai organisasi. Dalam perkembangannya, perkebunan dijadikan sebagai satu subsektor dari sektor pertanian. Dimana subsektor perkebunan dijadikan andalan dalam memasukkan devisa negara dari sektor non migas. Pengelolaannya ada yang dilakukan oleh pemerintah, swasta maupun oleh rakyat. Sistem pengelolaan perkebunan di Indonesia ada keterpaduan antara unsur-unsur yang membentuk subsektor perkebunan yang meliputi pemerintah, swasta dan masyarakat (Syamsulbahri, 1996: 16).


(56)

commit to user

1. Perkebunan Rakyat

Perkebunan rakyat yang sering disebut juga pola swadaya menduduki hampir 80% dari total areal perkebunan yang ada di Indonesia. Pengelolaannya masih terbatas, dalam artian belum ada pembagian pengelolaan untuk masing-masing sistem. Seorang petani tanaman perkebunan dapat berfungsi dan bertindak sebagai pelaksanaan setiap kegiatan usahanya.

2. Perkebunan Besar

Perkebunan besar swasta dan perkebunan milik negara

sering disebut sebagai satu plantation atau estate dimana

pengelolaannya jelas untuk masing-masing sub-sistem, akan tetapi merupakan satu kesatuan manajemen. Manajemen perkebunan yang meliputi manajemen tanaman, manajemen pengolahan hasil dan manajemen pemasaran komoditi perkebunan.

Beberapa ciri dari perkebunan besar, antara lain: hamparan lahan relatif luas, tanaman dan tata tanam yang seragam, pemakaian bibit unggul dan teknologi relatif maju, perencanaan terperinci dan pengawasan yang ketat, standarisasi (prosedur, prestasi, hasil, mutu dan biaya), penggunaan tenaga kerja terampil atau terlatih, disiplin dalam berbagai bidang, akomodasi pekerja di sekitar unit kerja, wadah organisasi dan mekanisme koordinasi.

Pola organisasi perusahaan perkebunan umumnya dapat


(57)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

antara kantor direksi dengan kebun atau pabrik. Atas dasar laporan-laporan harian, bulanan serta tugas-tugas pengawasan dilakukan oleh aparat direksi. Seluruh kegiatan administrasi kebun/pabrik dikoordinir oleh kantor direksi.

3. Perusahaan Perkebunan Inti Rakyat

Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) Direktorat Jenderal Perkebunan mengartikan sebagai usaha pengembangan perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat sekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan berkesinambungan. Perusahaan inti merupakan perusahaan perkebunan besar baik milik swasta maupun milik negara, sedangkan kebun plasma merupakan areal wilayah plasma yang dibangun oleh perusahaan inti dengan tanaman perkebunan yang diperuntukkan bagi petani peserta.

4. Perkebunan Unit Pelaksana Proyek

Unit pelaksana proyek merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan dalam pembinaan dan pelaksanaan proyek perkebunan, setiap unit pelaksanaan proyek perkebunan ditentukan oleh luas areal perkebunan rakyat yang dibina, dimana pembinaannya dilaksanakan mulai dari pembibitan, penanaman sampai dengan pengolahan dan pemasaran hasil. Pembinaan dilakukan secara menyeluruh termasuk juga peningkatan


(58)

commit to user

keterampilan para petani dengan mengadakan kursus-kursus, latihan-latihan dan bimbingan di dalam inti proyek.

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara sederhana tentang hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan demikian kerangka pemikiran dalam melakukan penelitian ini adalah produksi tebu sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh luas lahan, jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit dan jenis bibit sebagai variabel bebas. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian dapat disusun kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.9 Skema Kerangka Pikiran

C. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Luas lahan diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi tebu pada

PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010 Luas lahan (X1)

Jumlah tenaga kerja (X2)

Jumlah produksi tebu (Y)

Jenis bibit (X5) Jumlah bibit (X4) Jumlah pupuk (X3)


(59)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Jumlah tenaga kerja diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi tebu pada PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010

3. Jumlah pupuk diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi tebu pada PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010

4. Jumlah bibit diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi Tebu Pada PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010

5. Jenis bibit diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi Tebu Pada PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010

D. Penelitian terdahulu

Studi Anugrahadi (2009) dengan mengambil judul “Analisis

Usahatani Tebu Wilayah Kabupaten Karanganyar”. Penelitian ini menganalisis tentang bagaimana faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, pupuk dan bibit terhadap produksi tebu, faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, pupuk dan bibit secara bersama-sama terhadap produksi tebu, dan yang ketiga untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani dari usaha tani tebu Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan cara wawancara dengan sampel petani tebu yang ada di Karanganyar. Pengujian yang dilakukan adalah uji statistik yaitu uji t, uji f, koefisien determinasi dan uji asumsi klasik yaitu uji multikololinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

Hasil regresi dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial luas lahan dan pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi, tenaga kerja dan bibit berpengaruh positif dan tidak signifikan


(60)

commit to user

terhadap jumlah produksi jumlah produksi dan secara bersama-sama luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk dan jumlah bibit signifikan terhadap jumlah produksi. Berdasarkan perhitungan pendapatan usahatani tebu disimpulkan usaha tsni tebu mampu memberi tingkat kesejahteraan pada tingkat tertentu.

Studi yang dilakukan oleh Sukatami (2009) dengan mengambil judul

“Analisis Determinan Produksi Usaha Tani Padi Sawah Di Kecamatan Sei Bingai Kabupaaten Langkat”. Penelitian ini menganalisis tentang luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara parsial terhadap produksi usahatani padi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross section. Pengujian yang dilakukan adalah uji statistik yaitu uji t, uji f, koefisien determinasi dan uji asumsi klasik yaitu uji multikololinearitas dan uji heteroskedastisitas.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa luas lahan, benih, tenaga kerja dan pupuk berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tani sedangkan pestisida tidak berpengaruh signifikan

Studi oleh Sihombing(2010)dengan mengambil judul “ Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh luas lahan, tenaga kerja dan pupuk secara parsial terhadap hasil produksi kelapa sawit. Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series yang bersifat


(61)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

adalah uji statistik yaitu uji t, uji f, koefisien determinasi dan uji asumsi klasik yaitu uji multikololinearitas dan uji autokolerasi.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah variabel luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit dan variabel pupuk berpengaruh positif dan secara statistik tidak signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit.


(62)

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “Analisis Determinan Produksi Tebu pada

Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten”. Metode yang digunakan

adalah metode survei dengan petani tebu sebagai unit analisisnya. Obyek

penelitian dibatasi petani yang melakukan usaha tani di wilayah Kabupaten Klaten dan melakukan pengolahan tebu di Pabrik Gula Gondang Baru

Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah.

B. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak, yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel (Weirsma dalam Sevilla,1993:163). Pengambilan sampel dengan cara dipermudah, merupakan strategi pengambilan sampel yang memudahkan peneliti (Sevilla,1993:167).

Populasi dari penelitian ini adalah 157 petani tebu di wilayah Kabupaten Klaten yang melakukan proses giling di Pabrik Gula Gondang Baru Klaten. Perhitungan mencari sampel dalam penelitian menggunakan rumus Slovin dalam Sevilla,(1993:161) sebagai berikut:

n=


(63)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e =nilai kritis (batasan ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel).

n= =61,08

Hasil perhitungan n diperoleh 61 sampel, maka sampel ditentukan 61 petani tebu wilayah Kabupaten Klaten yang melakukan proses giling di Pabrik Gula Gondang Baru.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data yang diperoleh melalui metode interview yaitu metode

pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung dengan responden mengenai permasalahan yang diteliti disertai kuisioner yang telah disusun terlebih dahulu dalam hal ini petani sebagai obyek penelitian.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang dikumpulkan dan diterbitkan oleh instansi atau lembaga yang relevan dengan penelitian dan diperoleh dengan cara mengumpulkan data-data yang ada di Biro Pusat Statistik Kabupaten


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan menjumlahkan koefisien dari persamaan regresi sebagai berikut:

:P= + TK+ + +ei

Tabel 4.33 Hasil Estimasi Pendekatan Dummy Produksi Tebu variabel Coefficient t-statistic probabilitas C 293.5140 2.049607 0.0453 LH 1.130398 0.038804 0.9692 TK 4.706541 4.344207 0.0001 JP -11.09676 -0.675607 0.5022 JMLB -0.180079 -0.222312 0.8249 D1 -479.2545 -2.203014 0.0319 D2 82.88100 0.399946 0.6908 R-squared 0.961510

F-statistic 224.8252 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : data diolah,E-views 3,2011

Berdasarkan hasil perhitungan persamaan regresi diperoleh nilai:

Y= (D1)+ (D2)

Y=293,5140-479,2545(D1)+82,88100(D2) Y=293,5140-479,2545 (1)+82,88100=-102,8595 Y=293,5140-479,2545 (0)+ 82,88100=376,395

Nilai signifikansi diatas menunjukkan perbedaan antara kategori yang ditampilkan dengan PS862 sebagai referensi. Terlihat bahwa ada perbedaan produksi tebu antara jenis bibit PS862 dan PS851 (p=0,0319) ;p<0,05) dan tidak ada perbedaan antara jenis bibit PS862 dan Deverson (p-=0,6908 ;p>0,05).


(2)

commit to user

Tabel 4.34 Hasil Estimasi Pendekatan Dummy Produksi Tebu

Sumber : data diolah,E-views 3,2011

Berdasarkan hasil perhitungan persamaan regresi diperoleh nilai

Y= (D1)+ (D2)

Y=-185,7405+479,2545 (0)+ 562,1355=376,1355

Nilai signifikansi diatas menunjukkan perbedaan antara kategori yang ditampilkan dengan PS.851 sebagai referensi. Terlihat bahwa ada perbedaan produksi tebu antara jenis bibit PS.851 dan Deverson (p=0,0149) ;p<0,05).

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil regresi diatas adalah penggunaan jenis bibit PS.851 lebih baik daripada penggunaan jenis bibit PS.862 dilihat dari nilai koefisiennya yang mempunyai arah negatif. Penggunaan jenis bibit PS.862 lebih baik daripada penggunaan jenis bibit Deverson yang akan menigkatkan produksi sebesar 376,395 kw, kemudian perbandingan antara penggunaan jenis bibit PS.851 dengan Deverson mempunyai pengaruh yang lebih baik yang akan meningkatkan hasil produksi tebu sebesar 376,1355 kw. Penggunaan PS.851 lebih disarankan

variabel Coefficient t-statistic probabilitas C -185.7405 -0.966676 0.3380 LH 1.130398 0.038804 0.9692 TK 4.706541 4.344207 0.0001 JP -11.09676 -0.675607 0.5022 JMLB -0.180079 -0.222312 0.8249 D1 479.2545 2.203014 0.0319 D2 562.1355 2.514350 0.0149 R-squared 0.961510

F-statistic 224.8252 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk digunakan karena mempunyai pengaruh yang paling besar daripada jenis bibit PS.862 dan Deverson terhadap produksi tebu.


(4)

commit to user

BAB V PENUTUP

Bab ini akan menyajikan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Berdasarkan kesimpulan yang ada, penulis berusaha memberikan saran sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, sehingga hal ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan.

A. Kesimpulan

1. Pengaruh Luas Lahan terhadap Jumlah Produksi Tebu

Faktor luas lahan dalam penelitian ini merupakan faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010.

2. Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Jumlah Produksi Tebu

Faktor tenaga kerja dalam penelitian ini merupakan faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010.

3. Pengaruh Jumlah Pupuk terhadap Jumlah Produksi Tebu

Faktor jumlah pupuk dalam penelitian ini merupakan faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Pengaruh Jumlah Bibit terhadap Jumlah Produksi Tebu

Faktor jumlah bibit dalam penelitian ini merupakan faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010.

5. Pengaruh Jenis Bibit terhadap Jumlah Produksi Tebu

Faktor jenis bibit dalam penelitian ini merupakan faktor yang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi tebu PG.Gondang Baru Klaten, maka diajukan saran sebagai berikut :

1. Hasil produksi tebu di Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten masih dapat ditingkatkan dengan menambah faktor-faktor produksi yang digunakan antara lain luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit. Petani yang berhasil didaerah tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan berapa besar panambahan faktor produksi tersebut.

2 Berdasarkan hasil empirik ditemukan bahwa faktor jenis bibit tidak berpengaruh pada produksi tebu. Ada kecenderungan para petani tidak mau mencoba hal yang baru atau menerapkan inovasi baru dari jenis tebu yang digunakan. Petani diharapkan untuk menggunakan jenis varietas tebu


(6)

commit to user

yang baru atau varietas tebu unggul sehingga dapat meningkatkan produksi tebu.