KONTRIBUSI KETANGGUHAN DALAM BELAJAR (ACADEMIC HARDINESS), PERCAYA DIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SMAN 3 SIDOARJO.

(1)

MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DI SMAN 3 SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh: ULYATUL AZMI

NIM D74212080

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PMIPA

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FEBRUARI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vii

MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SMAN 3 SIDOARJO Oleh:

Ulyatul Azmi ABSTRAK

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang penting. Oleh karena itu matematika diajarkan dari tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat perguruan tinggi. Salah satu aspek yang penting dalam pembelajaran matematika adalah hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar matematika terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. Diantara faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar matematika adalah ketangguhan dalam belajar (academic hardiness), percaya diri dan motivasi berprestasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi ketangguhan dalam belajar (academic hardiness), percaya diri dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika.

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA di SMAN 3 Sidoarjo tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 8 kelas. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dan diperoleh sampel kelas X MIA-4 yang terdiri dari 28 siswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) besarnya kontribusi ketangguhan dalam belajar ( ) dan percaya diri ( ) secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika ( ) adalah 1, 9%. (2) ketangguhan dalam belajar ( ) dan motivasi berprestasi ( ) secara bersama-sama (simultan) tidak memberikan kontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar matematika ( ). (3) besarnya kontribusi percaya diri ( ) dan motivasi berprestasi ( ) secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika ( ) belum bisa ditentukan. Hal ini disebabkan karena koefisien arah regresi percaya diri ( ) dan motivasi berprestasi ( ) terhadap hasil belajar matematika ( ) tidak berarti/tidak berarti. (4) ketangguhan dalam belajar ( ), percaya diri ( ) dan motivasi berprestasi ( ) secara bersama-sama tidak memberikan kontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar matematika.

Kata kunci: Ketangguhan dalam Belajar (Academic Hardiness), Percaya Diri, Motivasi Berprestasi, dan Hasil Belajar Matematika


(7)

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

1. Secara Teoritis... 7

2. Secara Praktek... 7

E. Asumsi Penelitian... 8

F. Batasan Masalah... 8

G. Definisi Operasional... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Ketangguhan dalam Belajar (Academic Hardiness) .... 11

1. Aspek-Aspek Ketangguhan dalam Belajar ... 12

2. Fungsi Ketangguhan dalam Belajar ... 15

3. Ciri-Ciri Ketangguhan dalam Belajar ... 15

B. Percaya Diri... 16

1. Ciri-Ciri Percaya Diri... 18

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri . 19 3. Menumbuhkan Percaya Diri ... 21

C. Motivasi Berprestasi... 22

1. Ciri-Ciri Motivasi Berprestasi... 24

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi... 26


(8)

x

Matematika... 28

E. Penelitian yang Relevan ... 32

F. Hipotesis Penelitian... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

1. Populasi Penelitian ... 36

2. Sampel Penelitian... 36

D. Variabel Penelitian ... 36

E.Teknik Pengumpulan Data... 37

F. Instrumen Penelitian ... 37

1. Angket Ketangguhan dalam Belajar ... 37

2. Angket Percaya Diri... 42

3. Angket Motivasi Berprestasi... 46

4. Tes Hasil Belajar Matematika ... 51

G. Teknik Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen... 53

1. Validitas Instrumen ... 53

2. Reliabilitas Instrumen ... 55

H. Teknik Analisis Data Hasil Penelitian ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 69

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian... 69

1. Ketangguhan dalam Belajar

(

�1

)

... 70

2. Percaya Diri

(

�2

)

... 70

3. Motivasi Berprestasi

(

�3

)

... 71

4. Hasil Belajar Matematika (�)... 71

B. Pengujian Prasyarat Analisis Jalur ... 72

1. Uji Normalitas... 72

2. Uji Homogenitas ... 77

3. Uji Linieritas dan Signifikansi ... 86

4. Menghitung Korelasi Antar Variabel... 116

C. Kontribusi Ketangguhan dalam Belajar (�1) dan


(9)

xi

1. Perhitungan Analisis Jalur ... 120

2. Pengujian Hipotesis Penelitian... 123

3. Perhitungan Besar Kontribusi ... 124

D. Kontribusi Ketangguhan dalam Belajar (�1) dan Motivasi Berprestasi (�3) Secara Bersama-Sama (Simultan) terhadap Hasil Belajar Matematika ( )... 126�

1. Perhitungan Analisis Jalur ... 127

2. Pengujian Hipotesis Penelitian... 132

3. Perhitungan Besar Kontribusi ... 133

E. Kontribusi Percaya Diri (�2) dan Motivasi Berprestasi (�3) Secara Bersama-Sama (Simultan) terhadap Hasil Belajar Matematika ( )... 136�

F. Kontribusi Ketangguhan dalam Belajar (�1), Percaya Diri (�2), dan Motivasi Berprestasi (�3) Secara Bersama-Sama (Simultan) terhadap Hasil Belajar Matematika ( ) ... 136�

1. Perhitungan Analisis Jalur ... 137

2. Pengujian Hipotesis Penelitian... 144

3. Perhitungan Besar Kontribusi ... 145

G. Pembahasan Hasil Penelitian ... 152

BAB V PENUTUP ... 157

A. Kesimpulan... 157

B. Saran... 158


(10)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha untuk memberikan wawasan, pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada individu. Hal ini bertujuan agar individu tersebut dapat mengembangkan bakat dan keahliannya agar bisa menghadapi semua tantangan dan rintangan

seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi1. Salah satu

perkembangan pada ilmu pengetahuan adalah perkembangan matematika.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang penting, karena matematika digunakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Matematika diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama sehingga siswa mampu memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak

pasti dan kompetitif2. Untuk dapat membekali siswa dengan

berbagai kemampuan tersebut, maka hendaknya pembelajaran

matematika di sekolah dilaksanakan dengan baik dan

menyenangkan.

Salah satu aspek yang penting dalam pembelajaran matematika adalah hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika dapat menjadi indikator dalam menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran matematika. Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya3. Sedangkan Briggs menyatakan

hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai

1

Siska Dyah Pratiwi, “Profil Metakognisi Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan Matematika Siswa”, MATHEdunesa, 3:2, (2014), 180.

2

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, 345.

3

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 22.


(11)

melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan

angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar4. Menurut

Muhibbin Syah tinggi rendahnya hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan sosial, lingkungan non sosial dan faktor pendekatan belajar. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi faktor fisiologis dan psikologis5.

Salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar

matematika adalah ketangguhan dalam belajar (academic

hardiness). Ketangguhan dalam belajar menurut Maddi dan Harvey

adalah kesediaan siswa untuk terlibat dalam kerja akademis

menantang, berkomitmen dalam kegiatan - kegiatan akademik, dan

memiliki kontrol atas kinerja dan hasil akademik mereka6.

Sehingga di dalam ketangguhan dalam belajar terdapat tiga aspek

yaitu komitmen, kontrol dan tantangan.

Komitmen menurut Kreitner dan Kinicki adalah kecenderungan individu untuk melibatkan diri ke dalam apapun yang dilakukan atau dihadapi. Orang yang memiliki komitmen memiliki tujuan yang memungkinkan mereka untuk menemukan makna dari

peristiwa dan orang lain di lingkungan mereka7. Sedangkan Kobasa

mendefinisikan kontrol sebagai kecenderungan seseorang untuk mempengaruhi atau mengontrol peristiwa-peristiwa yang dialami dengan berbagai pengalamannya ketika mereka berhadapan dengan hal-hal yang tidak terduga8. Sedangkan tantangan menurut Kobasa

adalah kecenderungan untuk memandang suatu perubahan dalam

4

Paradita Candra Dewi, Skripsi: “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunaan Model Problem Based Learning Pendekatan Problem Posing dan Model Kooperatif Teknik Problem Prompting” (Surabaya: Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016), 12.

5 Ahmad Arif Hidayat, Skripsi: “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Luas dan Keliling Bangun Datar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Strategi Problem Solving di Madrasah Ibtidaiyah Semesta Kelas V Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto" (Surabaya: Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016), 16-18.

6Peter A. Creed, “

Revisiting the Academic Hardiness Scale: Revision and Revalidation”, Journal Career Assessment, No. 21 (2013), 538.

7 Ahmad Arif Hidayat, Op. Cit., hal 30. 8 Ahmad Arif Hidayat, Op. Cit., hal 29.


(12)

hidupnya sebagai sesuatu yang wajar dan dapat mengantisipasi

perubahan tersebut sebagai stimulus yang berguna bagi

perkembangan dan memandang hidup sebagai suatu tantangan9.

Ketangguhan dalam belajar pada siswa berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Ada siswa dengan ketangguhan dalam belajar yang tinggi dan ada siswa dengan ketangguhan dalam belajar yang rendah. Siswa dengan ketangguhan dalam belajar yang tinggi akan mampu melakukan pengorbanan pribadi untuk meraih prestasi akademik yang tinggi, percaya bahwa prestasi akademik yang tinggi hanya dapat diperoleh dengan usaha yang dilakukannya sendiri dan lebih suka mencari pekerjaan yang sulit dibandingkan dengan pekerjaan yang mudah. Misalnya ketika diminta mengerjakan soal matematika, siswa dengan ketangguhan dalam belajar yang tinggi akan memilih mengerjakan soal yang sulit dibandingkan soal yang mudah. Sebaliknya siswa dengan ketangguhan dalam belajar yang rendah akan mudah bosan dan menarik diri dari keterlibatannya dalam tugas yang seharusnya ia kerjakan, mudah menyerah dan berputus asa ketika dihadapkan pada keadaan-keadaan yang menekan, dan lebih memilih pekerjaan yang mudah dibandingkan pekerjaan yang sulit.

Perbedaan tingkat ketangguhan dalam belajar yang dimiliki siswa ini dapat mempengaruhi hasil belajar. Khususnya pada hasil belajar mata pelajaran matematika. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ayatollah Karimi dan S. Venkatesan dengan judul

Mathematics Anxiety, Mathematics Performance and Academic Hardiness in High School Students” menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara ketangguhan dalam

belajar dan hasil belajar matematika siswa SMA10. Hal ini

menunjukkan semakin tinggi ketangguhan dalam belajar siswa semakin tinggi pula hasil belajar matematika siswa. Sebaliknya semakin rendah ketangguhan dalam belajar siswa maka semakin rendah pula hasil belajar matematika siswa.

9 Maharani, Skripsi: “Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Hardiness pada Ibu yang Memeiliki Anak Penderita Leukimia Limfoblastik Akut di Rumah Sakit Cinta

Kanker Kota Bandung” (Bandung: Universitas Islam Bandung, 2015), 28. 10 Ayatollah - Venkatesan, “Mathematics Anxiety, Mathematics Performance and

Academic Hardiness in High School Students” , International Journal Education Science, Vol. 1 No. 1, (2009), 35.


(13)

Siswa yang memiliki ketangguhan dalam belajar yang rendah memperoleh hasil belajar matematika rendah salah satu faktornya karena dia tidak suka terhadap tantangan, sehingga ketika dihadapkan pada mata pelajaran matematika yang memiliki banyak materi-materi dan soal-soal menantang, dia tidak akan suka mempelajari matematika karena mengangapnya sebagai pelajaran yang sulit. Adanya anggapan tersebut, mengakibatkan siswa merasa tidak mampu atau tidak bisa mempelajari matematika. Hal ini menyebabkan siswa ragu pada kemampuan yang dimilikinya ketika mempelajari matematika. Keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki inilah biasa disebut dengan percaya diri.

Percaya diri menurut Hakim adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai berbagai

tujuan didalam hidupnya11. Sedangkan menurut Anthony percaya

diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir secara positif, memiliki kemandirian dan kemampuan untuk memiliki serta

mencapai segala sesuatu yang diinginkannya12.

Percaya diri merupakan sikap yang dimiliki oleh setiap siswa, akan tetapi tingkat percaya diri antara siswa yang satu dengan siswa yang lain berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada siswa yang memiliki tingkat percaya diri tinggi dan ada juga siswa dengan tingkat percaya diri rendah. Siswa dengan percaya diri yang tinggi akan selalu yakin pada kemampuannya dan selalu berpikir positif pada dirinya bahwa ia mampu mencapai segala sesuatu yang diinginkannya. Sehingga ia mudah dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Sedangkan siswa dengan percaya diri yang rendah akan merasa malu, minder, dll karena ia tidak percaya pada kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Sifat inilah yang menjadi kendala bagi siswa dalam proses belajar mengajar.

Perbedaan tingkat percaya diri yang dimiliki siswa ini dapat mempengaruhi hasil belajar. Khususnya dalam hasil belajar mata

11 Tini Ngatini, Skripsi: “Pengaruh Bimbingan Kelompok terhadap Percaya Diri Siswa Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Ishlah Kota Gorontalo” (Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo, 2014), 5.

12Patria Mukti, Naskah Publikasi: “Hubungan Antara Keercayaan Diri dan Motivasi Berprestasi dengan Social Loafing Pada Mahasiswa” (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013), 3.


(14)

pelajaran matematika. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari Narulita menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan dan positif percaya diri terhadap hasil belajar

matematika13. Hal ini berarti semakin tinggi percaya diri siswa

maka semakin tinggi hasil belajar matematika siswa. Sebaliknya semakin rendah percaya diri siswa maka semakin rendah hasil belajar matematika siswa.

Selain ketangguhan dalam belajar dan percaya diri, faktor psikologis lain yang mempengaruhi hasil belajar matematika adalah motivasi berprestasi. Menurut Chaplin motivasi berprestasi adalah

the tendency to achieve for success or the attainment of desire

end”, yaitu kecenderungan untuk meraih keberhasilan atau

pencapaian tujuan yang diinginkan. Sedangkan menurut

Heckhausen motivasi berprestasi adalah usaha keras individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan diri setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan sebagai pembanding. Standar keunggulan yang dimaksud adalah berupa prestasi orang lain atau prestasi yang pernah diraih sebelumnya14.

Siswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha dengan maksimal dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, karena siswa tersebut mengharapkan hasil yang lebih baik dari standar yang ditetapkannya. Ia akan menggunakan seluruh kemampuan yang dimilikinya dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi, ketika dihadapkan pada tugas-tugas yang sulit tidak akan mudah menyerah dan akan berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakan tugas tersebut.

Nurhayati menjelaskan bahwa siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam dirinya akan mampu menerima pelajaran dengan baik dan menjadi berprestasi dalam belajarnya, terutama dalam prestasi belajar matematika karena pelajaran tersebut

13

Sari Narulita, Skripsi: “Pengaruh Minat dan Percaya diri Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas V SDN di Kelurahan Selat Dalam” (Palangkaraya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, 2014), abstrak.

14Arif Widyanto, Skripsi: “Pengaruh Self Efficacy dan Motivasi Berprestasi Siswa Terhadap Kemandirian Belajar Mata Pelajaran K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di SMK N 2 Depok” (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta , 2013), 23.


(15)

membutuhkan pemahaman yang baik15. Pendapat Nurhayati ini,

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukada, Sadia dan Yudana pada tahun 2013 yang menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika

siswa16. Hal ini bermakna semakin tinggi motivasi berpestasi siswa

maka semakin tinggi hasil belajar matematika siswa. Sebaliknya semakin rendah motivasi berprestasi siswa maka semakin rendah hasil belajar matematika siswa.

Berdasaran uraian di atas, maka penulis mengambil judul dalam penelitian ini sebagai berikut: Kontribusi Ketangguhan dalam

Belajar (Academic Hardiness), Percaya Diri dan Motivasi

Berprestasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di SMAN 3 Sidoarjo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana besarnya kontribusi ketangguhan dalam belajar dan

percaya diri secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika ?

2. Bagaimana besarnya kontribusi ketangguhan dalam belajar dan

motivasi berprestasi secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika?

3. Bagaimana besarnya kontribusi percaya diri dan motivasi

berprestasi secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika?

4. Bagaimana besarnya kontribusi ketangguhan dalam belajar,

percaya diri, dan motivasi berprestasi secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika?

15Nurhayati, “Pengaruh Adversity Quotient (AQ) dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Matematika”, Jurnal Formatif, No. 3, (2013), 76.

16Sukada, Sadia, Yudana, “Kontribusi Minat Belajar, Motivasi Berprestasi dan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Kintamani”, E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4, (2013), 8.


(16)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besarnya kontribusi ketangguhan dalam

belajar dan percaya diri secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika.

2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi ketangguhan dalam

belajar dan motivasi berprestasi secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika.

3. Untuk mengetahui besarnya kontribusi percaya diri dan

motivasi berprestasi secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika.

4. Untuk mengetahui besarnya kontribusi ketangguhan dalam

belajar,percaya diri, dan motivasi berprestasi secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai tambahan referensi terutama yang berkaitan dengan ketangguhan dalam belajar, percaya diri, motivasi berprestasi dan hasil belajar matematika.

2. Secara Praktek

a. Guru dapat menyusun strategi dan metode pembelajaran

yang tepat untuk meningkatkan ketangguhan dalam belajar, percaya diri dan motivasi berprestasi siswa pada saat pembelajaran matematika. Sehingga hasil belajar matematika siswa dapat meningkat.

b. Siswa dapat memacu semangatnya untuk meningkatkan

ketangguhan dalam belajar, percaya diri¸ dan motivasi

berprestasi dirinya yang selanjutnya bisa meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

c. Orang tua siswa dapat membantu putra-putrinya untuk

meningkatkan ketangguhan dalam belajar, percaya diri dan motivasi berprestasi putra-putrinya yang selanjutnya bisa meningkatkan hasil belajar matematika siswa.


(17)

d. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang

berkaitan dengan ketangguhan dalam belajar, percaya diri,

motivasi berprestasi dan hasil belajar matematika, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan wawasan pengetahuan yang dapat membantu penelitian tersebut.

E. Asumsi Penelitian

Adapun asumsi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa memberikan respon pada instrumen angket sesuai

dengan apa yang dipikirkan dan dialaminya tidak ada unsur paksaan dari peneliti dan guru bidang studi.

2. Siswa menjawab tes hasil belajar sesuai dengan kemampuan

siswa masing-masing tidak ada bantuan dari peneliti dan guru bidang studi.

F. Batasan Masalah

Adapun keterbatasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Materi yang digunakan pada tes hasil belajar siswa adalah

materi eksponen. Peneliti memilih materi eksponen

dikarenakan materi yang diajarkan di sekolah pada saat penelitian dilaksanakan adalah materi eksponen.

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas X MIA-4

SMAN 3 Sidoarjo tahun pelajaran 2016/2017.

3. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, maka perlu diberikan definisi tentang istilah-istilah yang digunakan sebagai berikut:

1. Kontribusi adalah ukuran kuantitatif analisis statistik yang

dapat berpengaruh terhadap suatu hal.

2. Ketangguhan dalam belajar adalah karakteristik kepribadian

yang membuat sisiwa kuat dan mampu menghadapi hambatan-hambatan di sekolah yang di dalamnya terdapat unsur tantangan, komitmen dan kontrol.

3. Percaya diri adalah keyakinan siswa terhadap kemampuan yang

dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.


(18)

4. Motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri siswa untuk berusaha mengembangkan kreativitas dan menggerakkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi melebih prestasi diri sendiri pada masa lalu dan prestasi orang lain yang dijadikan standar.

5. Hasil belajar matematika adalah hasil atau kemampuan yang

dicapai oleh siswa pada suatu materi pelajaran matematika setelah memperoleh pengalaman belajar yang dinyatakan dengan angka atau nilai berdasarkan tes hasil belajar.

6. Kontribusi ketangguhan dalam belajar, percaya diri dan

motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika siswa adalah ukuran kuantitatif analisis statistik mengenai pengaruh keterlibatan ketangguhan dalam belajar, percaya diri, dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika siswa.


(19)

(20)

11

KAJIAN PUSTAKA

A. Ketangguhan dalam Belajar (Academic Hardiness)

Konsep tentang hardiness dikemukakan oleh Kobasa pada

tahun 19791. Menurut Kobasa hardiness adalah karakteristik

kepribadian yang membuat individu menjadi lebih kuat, tahan, stabil, dan optimis dalam menghadapi stres dan mengurangi efek

negatif yang dihadapi2. Sedangkan menurut Maddi hardiness

diartikan sebagai sikap dan keterampilan untuk bertahan dalam keadaan stres3.

Schultz dan Schultz menjelaskan bahwa individu yang

memiliki tingkat hardiness yang tinggi memiliki sikap yang

membuat mereka lebih mampu dalam melawan stres. Individu

dengan hardiness yang rendah memandang kemampuannya rendah

dan tidak berdaya serta diatur oleh nasib. Penilaian tersebut menyebabkan kurangnya pengharapan, membatasi usaha dan mudah menyerah ketika mengalami kesulitan sehingga mengakibatkan kegagalan4.

Kamtsios dan Karagiannopoulou mendefinisikan hardiness

seperangkat keyakinan individu mengenai interaksi dirinya dengan dunia, menekankan pentingnya: keterlibatan daripada isolasi, kontrol daripada ketidakberdayaan, dan tantangan daripada ancaman5.

Hardiness dalam konteks pendidikan dikenal dengan istilah

ketangguhan dalam belajar (academic hardiness). Menurut Maddi

1Peter A. Creed, “Revisiting the Academic Hardiness Scale: Revision and Revalidation”, Journal Career Assessment, No. 21 (2013), 538.

2 Maharani, Skripsi: “Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Hardiness pada Ibu yang Memeiliki Anak Penderita Leukimia Limfoblastik Akut di Rumah Sakit Cinta

Kanker Kota Bandung” (Bandung: Universitas Islam Bandung, 2015), 27. 3Ainin Rahmanawati, Naskah Publikasi: “

Studi Mengenai Gambaran Hardiness pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran” (Bandung: Universitas Padjajaran, 2014), 4.

4Harlina dan Ika, “Hubungan Kepribadian Hardiness dengan Optimisme pada Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) Wanita di BLKLN Disnakertrans Jawa Tengah “, Jurnal Psiologi UNDIP, Vol. 10 No. 2, (Oktober 2011), 129.

5 Kamtio - Karagiannopoulou, “Exploring Academic Hardiness in Greek Students Link with Achievment and Year of Study: Yearbook of the Departement of Early Childhood Studies”, Vol.6, (2013), 250.


(21)

dan Harvey ketangguhan dalam belajar adalah kesediaan siswa untuk terlibat dalam kerja akademis menantang, berkomitmen dalam kegiatan - kegiatan akademik, dan memiliki kontrol atas

kinerja dan hasil akademik mereka6.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

ketangguhan dalam belajar adalah karakteristik kepribadian yang

membuat siswa kuat dan mampu menghadapi hambatan-hambatan di sekolah yang di dalamnya terdapat unsur komitmen, kontrol dan tantangan.

1. Aspek-Aspek Ketangguhan dalam Belajar

Ketangguhan dalam belajar melibatkan tiga keyakinan

yang saling berhubungan yaitu komitmen, kontrol, dan tantangan7.

a. Komitmen

Menurut Kreitner dan Kinicki komitmen adalah kecenderungan individu untuk melibatkan diri ke dalam apapun yang dilakukan atau dihadapi. Orang yang memiliki komitmen memiliki tujuan yang memungkinkan mereka untuk menemukan makna dari peristiwa dan orang lain di lingkungan mereka8.

Siswa yang memiliki komitmen yang tinggi, mudah tertarik pada apapun yang sedang dilakukannya dan dengan sepenuh hati terlibat di dalamnya. Ia selalu merasa ada banyak hal yang harus dikerjakan, membuat usaha yang maksimal dengan ceria dan semangat, serta memandang bahwa setiap peristiwa adalah penting dan bermanfaat seberapapun sulit kondisinya. Siswa dengan komitmen yang rendah mudah bosan dan menarik diri dari

keterlibatannya dalam tugas yang seharusnya ia kerjakan9.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komitmen adalah kecenderungan siswa untuk terlibat ke dalam semua aktifitas atau kegiatan yang dihadapi, mempunyai tujuan dan dapat menemukan makna dari

6Peter A. Creed, Op. Cit., hal 538. 7

Ainin Rahmanawati, Op. Cit., hal 5. 8 Maharani, Op. Cit., hal 28.

9 Nopi Rosyida, Tesis: “Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa: Daya Prediksi dan Akurasi Diagnostika” (Yogyakarta: Universitas Gadja Mada, 2013), 12.


(22)

aktivitas orang lain dilingkungannya. Siswa dengan

komitmen yang tinggi akan mampu melakukan

pengorbanan pribadi untuk meraih prestasi akademik yang tinggi. Jika siswa berkomitmen untuk meraih prestasi akademik yang tinggi maka ia akan belajar dengan keras dan bersunguh-sunguh untuk memahami dan menguasai materi pelajaran. Ia juga akan mengerjakan tugas-tugas dengan maksimal untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

b. Kontrol

Kontrol menurut Kobasa adalah kecenderungan seseorang untuk memengaruhi atau mengontrol peristiwa-peristiwa yang dialami dengan berbagai pengalamannya ketika mereka berhadapan dengan hal-hal yang tidak terduga. Aspek kontrol berisi keyakinan bahwa individu dapat mempengaruhi atau mengendalikan apa saja yang terjadi dalam hidupnya. Individu percaya bahwa dirinya dapat menentukan terjadinya sesuatu dalam hidunya sehingga tidak mudah menyerah ketika sedang dalam kondisi tertekan. Individu dengan kontrol yang kuat memiliki pandangan bahwa semua kejadian dalam lingkungan dapat ditangani oleh dirinya sendiri dan ia

bertanggungjawab terhadap apa yang harus

dilakukannya10.

Siswa dengan kontrol yang kuat merasa yakin bahwa dirinya dapat menangani, mengontrol, menentukan atau mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Ia bertanggungjawab dan tidak mudah menyerah dalam keadaan tertekan. Siswa dengan kontrol yang lemah percaya dan berperilaku seolah-olah ia adalah korban pasif dari peristiwa yang tidak dapat dikontrolnya. Ia tidak mempunyai persiapan untuk menghadapi hal yang terburuk11.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kontrol adalah kecenderungan siswa untuk mengontrol peristiwa penting yang dialami dengan menggunakan

10 Maharani, Op. Cit., hal 29. 11 Nopi Rosyida, Op. Cit., hal 12.


(23)

pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Siswa dengan kontrol yang baik akan mampu mencapai prestasi akademik yang tinggi dengan mengatur diri sendiri, usaha dan kondisi emosional. Siswa percaya bahwa prestasi akademik yang tinggi hanya dapat diperolehnya dengan usaha yang dilakukannya sendiri contohnya dengan belajar dengan rajin dan bersunguh-sungguh.

c. Tantangan

Menurut Kobasa tantangan adalah kecenderungan untuk memandang suatu perubahan dalam hidupnya sebagai sesuatu yang wajar dan dapat mengantisipasi perubahan tersebut sebagai stimulus yang berguna bagi perkembangan dalam memandang hidup sebagai suatu tantangan12.

Siswa dengan rasa penuh tantangan yang kuat memandang bahwa hidup merupakan suatu tantangan yang menyenangkan dan dinamis, perubahan dalam hidup merupakan hal yang wajar sekaligus kesempatan untuk mengembangkan diri. Ia memandang bahwa kondisi penuh tekanan merupakan kesempatan untuk belajar lebih daripada mencari rasa aman dan nyaman. Siswa dengan rasa penuh tantangan yang lemah berpikir bahwa segala sesuatu adalah tetap dan ia takut akan segala kemungkinan perubahan karena akan mengganggu kenyamanan dan keamanannya13.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tantangan adalah kecenderungan untuk memandang bahwa perubahan adalah bagian dari hidup dan percaya bahwa

perubahan tersebut memberi kesempatan untuk

mengembangkan diri. Siswa dengan rasa penuh tantangan yang kuat akan lebih suka mencari pekerjaan yang sulit dibandingkan dengan pekerjaan yang mudah. Jika dihadapkan pada soal-soal yang harus dikerjakan, siswa tersebut akan memilih soal yang lebih sulit dibandingkan soal yang relatif mudah. Hal ini dilakukannya untuk membuat dirinya lebih baik dari sebelumnya.

12 Maharani, Op. Cit., hal 30. 13 Nopi Rosyida, Op. Cit., hal 12-13.


(24)

2. Fungsi Ketangguhan dalam Belajar

Menurut Kobasa dan Maddi, hardiness dalam diri individu

akan memiliki fungsi yaitu membantu individu dalam proses adaptasi dan lebih memiliki toleransi terhadap stres, mengurangi akibat buruk dari stres, mengurangi kemungkinan

terjadinya burnout (situasi kehilangan kontrol pribadi karena

terlalu besarnya tekanan pekerjaan terhadap diri, sangat rentan

dialami oleh pekerja-pekerja emergency seperti dokter yang

memiliki beban kerja tinggi), mengurangi penilaian negatif terhadap suatu kejadian yang mengancam dan membuat

individu tidak mudah jatuh sakit14.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi

etangguhan dalam belajar dalam diri seseorang adalah untuk

membantu individu dalam proses adaptasi. Siswa yang

memiliki hardiness yang tinggi akan lebih mudah dalam

beradaptasi ketika dihadapkan hal-hal yang baru. Hal ini dikarenakan siswa tersebut menyukai tantangan. Sehingga ia mengangap hal-hal yang baru atau perubahan adalah hal yang wajar terjadi. Sehingga ketika menghadapi proses adaptasi tersebut, siswa akan bisa memperkecil terjadinya stres. Stres yang berlebihan sangat tidak baik bagi kesehatan siswa. Ketika siswa stres ia akan mengalami cemas yang berlebihan, sulit tidur dll yang pada tahap selanjutnya bisa mengakibatkan sakit.

Jadi hardiness dalam diri seseorang juga dapat berfungsi untuk

membuat individu tidak mudah jauh sakit karena stres.

Selain itu, fungsi hardiness dalam diri seseorang adalah

untuk mengurangi akibat buruk dari stres, kemungkinan

terjadinya burnout dan penilaian negatif terhadap suatu

kejadian yang mengancam.

3. Ciri-Ciri Ketangguhan dalam Belajar

Gardner mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki

hardiness adalah menganggap sakit dan senang adalah bagian dari hidupnya, memiliki keseimbangan emosional, spritual dalam hidupnya, mampu bertahan dalam keadaan tertekan, memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas yang dimiliki, memiliki tangungjawab yang tinggi, memiliki harapan, mampu stabil dalam keadaan yang tidak baik dan tidak pesimis, tidak


(25)

mudah menyerah dalam kegagalan atau penolakan yang dialami, memiliki pengetahuan diri dan kesadaran diri yang

tinggi dan mampu memanfaatkkan waktu sebaik-baiknya15.

Dari uraian di atas maka dapat disimpukan bahwa ciri-ciri

orang yang memiliki hardiness adalah menganggap sakit dan

senang adalah bagian dari hidupnya, memiliki keseimbangan emosional, spritual dalam hidupnya, mampu bertahan dalam keadaan tertekan, memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas yang dimiliki, memiliki tangungjawab yang tinggi, memiliki harapan, mampu stabil dalam keadaan yang tidak baik dan tidak pesimis tidak mudah menyerah dalam kegagalan atau penolakan yang dialami, memiliki pengetahuan diri dan kesadaran diri yang tinggi dan mampu memanfaatkkan waktu sebaik-baiknya.

B. Percaya Diri

Menurut Angelis percaya diri adalah suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Percaya diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, maka hal tersebut yang harus dilakukan. Percaya diri itu akan datang dari kesadaran individu bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang ia inginkan tercapai. Sedangkan Luxori menyatakan percaya diri adalah hasil dari percampuran antara pikiran dan perasaan yang melahirkan perasaan terhadap diri sendiri. Memiliki percaya diri, mengakibatkan seseorang akan

selalu merasa baikrela dengan kondisi dirinya, akan berpikir bahwa

dirinya adalah manusia yang berkualitas dalam berbagai bidang

kehidupan, pekerjaan, kekeluargaan, dan kemasyarakatan,

seseorang yang percaya diri akan selalu merasakan bahwa dirinya adalah sosok yang berguna dan memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dan bekerja sama dengan masyarakat lainnya dalam

15Oktalia Rahmawati, Skripsi: “Pengaruh Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Terhadap Academic Hardiness Siswa Akselerasi Madrasah Aliyah Kota Malang” (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2014), 33-37.


(26)

berbagai bidang. Percaya diri yang dimiliki seseorang akan

mendorongnya untuk menyelesaikan setiap aktivitas dengan baik16.

Lauster menyatakan percaya diri adalah suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan

hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggungjawab atas

perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Sedangkan menurut Thantaway percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan17.

Menurut James Neill percaya diri adalah kombinasi dari self esteem dan self efficacy. Percaya diri adalah sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas kemampuan Anda

dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untu

berhasil. Sedangkan James Neill mendefinisikan self efficacy

sebagai sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus dan self esteem sebagai sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana Anda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dai diri Anda, sejauh mana anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai,

bermartabat atau berharga dalam diri Anda18.

Percaya diri menurut Hakim adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuanya merasa mampu untuk mencapai berbagai

tujuan didalam hidupnya19. Sedangkan menurut Anthony percaya

diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir secata

16 Tini Ngatini, Skripsi: “Pengaruh Bimbingan Kelompok terhadap Percaya Diri Siswa Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Ishlah Kota Gorontalo” (Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo, 2014), 5-7.

17Sari Narulita, Skripsi: “Pengaruh Minat dan Percaya diri Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas V SDN di Kelurahan Selat Dalam” (Palangkaraya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, 2014), 25.

18 Aghnia Nur Ilmi Widhia Sari Lubis, Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora): “Personal Banding Anouncer Radio di Bandun” (Bandung: Universitas Islam Bandung, 2015), 208.


(27)

positif, memiliki kemandirian dan kemampuan untuk memiliki serta

mencapai segala sesuatu yang diinginkannya20.

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah keyakinan siswa terhadap kemampuan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

1. Ciri-Ciri Percaya Diri

Lauser memaparkan ciri-ciri orang yang memiliki percaya diri adalah percaya pada kemampuan diri sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa positif

terhadap diri sendiri dan berani mengungkapkan pendapat21.

Ciri-ciri seseorang yang mempunyai percaya diri yang tinggi menurut Hakim adalah selalu bersikap tenang didalam mengerjakan sesuatu, mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai, mampu menetralisasi ketegangan yang muncul didalam berbagai situasi, mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi diberbagai situasi, memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya, memiliki kecerdasan yang cukup, memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup, memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, memiliki kemampuan bersosialisasi, memiliki latar belakang keluarga yang baik, memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan didalam menghadapi berbagai cobaan hidup dan selalu

bereaksi positif didalam menghadapi berbagai masalah22.

Fatimah mengemukakan beberapa ciri-ciri atau

karakteristik individu yang mempunyai percaya diri yang proposional adalah percaya akan kemampuan atau kompetensi diri hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan ataupun hormat dari orang lain, mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya, tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konfromis

20Patria Mukti, Naskah Publikasi: “Hubungan Antara Keercayaan Diri dan Motivasi Berprestasi dengan Social Loafing Pada Mahasiswa” (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013), 3.

21Joko Purwanto, Skripsi: “Hubungan Sikap Terhadap Prilaku Merokok dengan Self Confident pada Mahasiswa Perokok Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang”, (Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2015), 31-32.


(28)

demi diterima oleh orang lain atau kelompok, berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri, punya pengendalian diri yang baik (moody dan emosi

stabil), memiliki internal locus of control (memandang

keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung atau mengharapkan bantuan orang lain) dan memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi23.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai percaya diri yang tinggi memiliki ciri-ciri antara lain bersikap positif terhadap diri sendiri, percaya pada kemampuan yang dimilikinya, tidak mudah meyerah, dan berani.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri

Beberapa faktor yang mempengaruhi percaya diri pada seseorang adalah sebagai berikut24:

a. Keadaan Fisik

Menurut Suryabrata jika seseorang memiliki jasmani yang kurang sempurna maka timbullah perasaan tidak nyaman pada dirinya karena merasa tidak atau kurang berharga dibandingkan dengan orang lain. Perasaan ini dapat menyebabkan kurangnya percaya diri.

b. Konsep Diri

Menurut Stuart dan Sundeen Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Coleman menyebutkan bahwa melalui evaluasi diri seseorang dapat memahami diri sendiri dan akan tahu siapa dirinya yang kemudian akan berkembang menjadi kepercayaan diri.

23 Patria Mukti, Op. Cit., hal 27.

24Cita Maria Ulfa, Skripsi: “Efektivitas Labirin Game dalam Membangun Percaya Diri Anak di Taman Kanak-Kanak Aisyah Bustanul Athfal 2 Gadung Surabaya” (Surabaya: Universitas Islam Negeri Surabaya, 2011), 12-13.


(29)

c. Pengalaman

Pengalaman dapat mempengaruhi percaya diri. Pengalaman dapat meningkatan percaya diri seseorang, tetapi di lain pihak pengalaman juga dapat menurunkan percaya diri seseorang.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa percaya diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kondisi fisik dimana kondisi fisik yang kurang sempurna dapat menyebabkan munculnya rendah diri pada individu karena merasa dirinya berbeda dari individu lainnya. Rasa rendah diri inilah yang dapat menurunkan kepercayaan diri seseorang.

Faktor lainnya yang memengaruhi percaya diri adalah konsep diri, seseorang yang memiliki konsep diri yang positif maka akan memiliki percaya diri yang tinggi. Sebaliknya jika seseorang mempunyai konsep diri yang negatif maka dapat menyebabkan turunnya kepercayaan diri. Faktor selanjutnya adalah pengalaman. Pengalaman yang dimiliki anatara individu satu dengan individu yang lain berbeda satu sama lain. Baik kualitas atau kuantitas pengalamannya. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan tingkat kepeecayaan diri antar individu.

Selain beberapa faktor di atas, ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan percaya diri individu sebagai berikut25:

a. Pola Asuh

Keluarga memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan anak dimasa yang akan datang. Menurut Hurlock, pola asuh demokratis adalah model yang paling cocok yang mendukung pengembangan percaya diri pada anak, karena pola asuh demokratis melatih dan

mengembangkan tanggungjawab serta keberanian

menghadapi dan menyelesaikan masalah secara mandiri.

b. Jenis Kelamin

Peran jenis kelamin yang disandang oleh suatu budaya terhadap kaum perempuan maupun laki-laki memiliki efek sendiri terhadap perkembangan rasa percaya diri.


(30)

Perempuan cenderung dinggap lemah dan harus dilindungi, sedangkan laki-laki harus bersikap sebagai makhluk kuat, mandiri dan mampu melindungi.

c. Pendidikan

Pendidikan seringkali menjadi ukuran dalam menilai keberhasilan seseorang. Berarti semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang semakin tinggi pula anggapan orang lain terhadap dirinya.

d. Penampilan Fisik

Individu yang memiliki tampilan fisik yang menarik lebih sering diperlakukan dengan baik dibandingkan dengan individu yang mempunyai penampilan kurang menarik.

Dari uraian di atas maka dapat disimulkan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi perkembangan percaya diri individu. Faktor-faktor tersebut yaitu pola asuh. Individu yang dibesarkan di keluarga yang menerapakan pola asuh demokratis dapat mengembangkan kepercayaaan dirinya dengan lebih optimal dibandingkan dengan individu yang dibesarkan di keluarga yang meneraakan pola asuh otoriter. Lingkungan keluarga yang demokratis menyediakan ruang bagi seseorang untuk mengemukakan pendapatnya dengan bebas dan bertanggungjawab dimana hal ini dapat melatih kepercayaan diri orang tersebut. Selanjutnya adalah faktor jenis kelamin dimana faktor ini berkaitan dengan budaya dimana individu tersebut tinggal.

Faktor selanjutnya adalah pendidikan. Perkembangan kepercayaan diri seseorang yang memiliki pendidikan tinggi berbeda dengan seseorang yang memiliki pendidikan rendah. Faktor selanjutnya adalah penamilan fisik. Penampilan fisik juga dapat mempengaruhi perkembangan kepercayaan diri seseorang.

3. Menumbuhkan Percaya Diri

Menumbuhkan percaya diri dimulai dari diri sendiri. Hal ini disebabkan karena hanya diri sendirilah yang mampu untuk mengatasi percaya diri yang rendah tersebut. Hakim menyebutkan sikap-sikap hidup positif yang mutlak harus dimiliki dan dikembangkan oleh mereka yang ingin membangun percaya diri yang kuat, yaitu membangkitkan


(31)

kemauan keras, membiasakan untuk berani, bersikap dan berpikiran positif, membiasaan diri untuk berani, selalu bersikap mandiri, belajar dari pengalaman, tidak mudah menyerah, membangun pendirian yang kuat, pandai membaca situasi, pandai menempatkan diri dan pandai melakukan

penyesuaian dan pendekatan pada orang lain26.

Sedangkan Lauster memberikan beberapa petunjuk untuk meningkatkan percaya diri yaitu carilah sebab-sebab mengapa individu merasa percaya diri, mengatasi kelemahan, dengan adanya kemauan yang kuat individu akan memandang suatu perbaikan yang kecil sebagai keberhasilan yang sebenarnya, mengembangkan bakat dan kemaunya secara optimal, merasa bangga dengan keberhasilan yang telah dicapai dalam bidang tertentu, jangan terpengaruh dengan pendapat orang lain, dengan kita berbuat sesuai dengan keyakinan diri individu akan

merasa merdeka dalam berbuat segala sesuatu,

mengembangkan bakat melalui hobi, bersikaplah optimis jika kita diharuskan melakukan suatu pekerjaan yang baru kita kenal dan ketahui, memilki cita-cita yang realistis dalam hidup agar kemungkinan untuk terpenuhi cukup besar dan jangan terlalu membandingkan diri dengan orang lain yang menurut kita lebih baik27.

C. Motivasi Berprestasi

Menurut Murray dalam McClelland mendefinisikan motivasi berprestasi adalah kemampuan yang terorganisir dalam diri seseorang dalam mewujudkan sesuatu keadaan yang lebih tinggi,

sehingga perasaan ingin sukses dapat terwujud28.

Menurut McClelland motivasi berprestasi adalah daya penggerak yang memotivasi semangat seseorang, yang mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengerakkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai

26Mustofa Fikri, Skripsi: “Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA Islam Almaarif Singosari Malang” (Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2008), 24-26.

27

Ibid, halaman 26-27.

28 Istiqomah - Aliah, “Hubungan Religiusitas dan Self Efficacy terhadap Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Warga Binaan Lembaga Permusyawaratan Cipinang Jakarta”, Jurnal Psikologi , Vol.4 No.2, (2011), 47.


(32)

prestasi yang maksimal. Sedangkan menurut Heckhausen motivasi berprestasi adalah usaha keras individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan diri setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan sebagai pembanding. Standar keunggulan yang dimaksud adalah berupa prestasi orang lain atau prestasi sendiri yang pernah diraih sebelumnya. Chaplin menyatakan motivasi berprestasi sebagai kecenderungan untuk berusaha meraih keberhasilan atau pencapaian tujuan yang diinginkan29.

Menurut Mangkunegara motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar mencapai prestrasi dengan predikat terpuji30.

Martania berpendapat motivasi berprestasi adalah semangat siswa untuk berprestasi dalam kegiatan belajar mengajar yang terkait dengan aktivitas proses pembelajaran siswa di sekolah. Sedangkan menurut Lindgren, motivasi berprestasi adalah dorongan yang berhubungan dengan prestasi yaitu adanya keinginan

seseorang untuk menguasai rintangan-rintangan dan

mempertahankan kualitas kerja tinggi bersaing melalui usaha-usaha yang keras untuk melebihi perbuatan yang lampau dan mengungguli orang lain31.

Keith & Nastron dalam Rumiani mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan, sehingga individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menunjukkan usaha yang lebih besar dan ulet32.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri siswa untuk berusaha mengembangkan kreativitas dan menggerakan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya untuk mencapai prestasi

29 Arif Widyanto, Skripsi: “Pengaruh Self Efficacy dan Motivasi Berprestasi Siswa Terhadap Kemandirian Belajar Mata Pelajaran K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di SMK N 2 Depok” (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta , 2013), 23. 30 Patria Mukti, Op. Cit., hal 5.

31Sugiyanto, “Kontribusi Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Semarang”, Jurnal Paradigma, No.8, (2009), 22-23.

32 Rumaini, “Prokrastinasi Akademik Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Stres Mahasiswa”, Jurnal Psikologi Universitas Diponogoro, No.2, (2006), 39.


(33)

yang lebih tinggi melebih prestasi diri sendiri pada masa lalu dan prestasi orang lain yang dijadikan standar.

1. Ciri-Ciri Motivasi Berprestasi

Mc.Clelland menyatakan orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut33:

a.

Mempunyai Tanggungjawab Pribadi

Siswa yang memiliki motivasi berprestasi akan mengerjakan tugas sekolah atau bertangungjawab terhadap pekerjaannya.

b.

Menetapkan Nilai yang akan Dicapai atau Menetapkan

Standar Unggulan

Siswa menetapan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari nilai sendiri atau lebih tinggi dengan nilai yang diapai orang lain.

c.

Berusaha Bekerja Kreatif

Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang dibuatnya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan mendapatkan prestasi yang lebih tinggi.

d.

Berusaha Mencapai Cita-Cita

Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas, belajar dengan keras, dan tekun dan tidak menunda waktu belajar.

e.

Mengadakan Anisipasi

Mengadakan antisipasi artinya melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Slah satu antisipasi yang bisa dilakukan siawa adalah dengan menyiapkan semua keperluan dan peralatan sebelum pergi ke sekolah, belajar sebelum ulangan, dll.

f.

Melakukan Kegiatan Sebaik-baiknya

Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan melakukan semua kegiatan belajar dengan sebaik


(34)

mungkin dan tidak ada kegiatan yang lupa untuk dikerjakan.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan bertanggungjawab terhadap aktivitas dan tugas-tugas sekolahnya. Dia akan mengerjakan semua tugasnya dengan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

Siswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan menetapkan nilai yang akan dicapai sebagai standar keunggulan. Nilai yang ditetapkannya melebihi nilai yang telah diperolehnya di masa lalu atau melebihi nilai yang diperoleh orang lain yang dijadikannya sebagai standar. Untuk mendapatkan nilai tersebut, siswa akan belajar dengan lebih

giat dan bersungguh-sungguh, sehingga nilai yang

ditetapkannya dapat tercapai.

Siswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan kreatif dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Siswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha mencapai cita yang diinginkannya. Untuk mencapai cita-cita tersebut, siswa akan balajar dengan giat dan tekun. Dia tidak akan mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan dan tantangan dalam proses meraih cita-cita yang diinginkannya.

Siswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan mengadakan antisipasi. Antisipasi ini dilakukan untuk mengurangi resiko kegagalan dan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dalam meraih prestasi. Contoh antisipasi yang dilakukan oleh siswa adalah mempersiapkan semua peralatan sekolah dan buku pelajaran sebelum berangkat sekolah. Hal ini dilakukan agar tidak ada peralatan sekolah dan buku pelajaran yang ketinggalan, sehingga kegiatan belajar di sekolah dapat berjalan dengan lancar. Selain itu untuk menghindari telat datang ke sekolah, siswa dapat mengadakan antisipasi dengan berangkat lebih awal.

Siswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha dengan sebaik-baiknya dalam mengerjakan setiap aktivitas dan tugas-tugasnya. Dengan mengerjakan tugas-tugas


(35)

dengan sebaik-baiknya, siswa dapat meraih prestasi yang diinginkannya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Faktor-faktor yang berpengaruh pada motivasi berprestasi menurut Mc.Clelland yaitu cita-cita atau aspirasi peserta didik, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran dan usaha

pengajar dalam membelajarkan siswa34.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai cita-cita, akan termotivasi untuk belajar lebih giat dan bersungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita yang diinginkannya. Berbeda dengan siswa yang tidak mempunyai cita-cita, dia malas belajar karena tidak memiliki cita-cita yang

ingin diraihnya. Kemampuan siswa dapat mempengaruhi

motivasi berprestasi. Siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi akan lebih termotivasi untuk berprestasi.

Kondisi siswa, baik jasmani ataupun rohani dapat mempengaruhi motivasi berprestasi. Siswa yang sakit bisa mengakibatkan hilangnya konsentrasi ketika mengikuti pembelajaran sehingga menyebabkan motivasi berprestasinya berkurang.

Kondisi lingkungan siswa meliputi lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya masyarakat dan alam tempat tinggal. Kondisi lingkungan ini bisa mempengaruhi motivasi berprestasi

siswa. Lingkungan siswa, baik tempat tinggal atau pergaulan

dapat mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi motivasi berprestasi.

Upaya pengajar dalam membelajarkan peserta didik juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi. Pengajar yang mengajar dengan menarik dapat membuat suasana kelas mejadi menyenangkan sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk berprestasi.

D. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar berasal dari gabungan dua kata yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan


(36)

berubahnya input secara fungsional35. Sedangakan pengertian

belajar menurut Slameto menunjuk pada suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya36.

Belajar menurut Hintzman adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan disebaban oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Wittig berpendapat belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam keseluruhan tingkah laku

suatu organisme sebagai hasil pengalaman37.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman.

Pada dasarnya hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang setelah mengalami pengalaman belajar. Menurut Purwanto hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained) dan Purwanto juga menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses

belajar mengajar38. Selain itu menurut Nana Sudjana menyatakan

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya39.

Briggs menyatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh dengan terlebih dahulu memberikan seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar siswa tersebut akan memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan

35 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), 44. 36 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 2.

37 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Press, 2003), 65-66. 38

Purwanto, Op. Cit., hal 45. 39

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 22.


(37)

penguasaan siswa pada suatu materi pelajaran yang kemudian

dinyatakan dalam bentuk angka-angka40.

Dari pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan hasil belajar matematika adalah hasil atau kemampuan yang dicapai oleh siswa pada suatu materi pelajaran matematika setelah memperoleh pengalaman belajar yang dinyatakan dengan angka atau nilai berdasarkan tes hasil belajar.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Matematika

Untuk meraih hasil belajar matematika yang tinggi, maka sebaiknya diperhatikan faktor-faktor yang mempegaruhi hasil belajar matematika. Menurut Muhibbin Syah secara garis besar faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal41.

a. Faktor Internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat memengaruhi hasil belajar. Faktor ini dibagi menjadi dua yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis:

1) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.

a) Kesehatan Badan

Untuk dapat belajar dengan baik siswa perlu

memperhatikan dan memelihara kesehatan

badannya. Kondisi fisik yang kurang sehat dapat

menjadi penghalang bagi siswa dalam

menyelesaian program studinya. Untuk menjaga agar badan tetap sehat, siswa hendaknya menjaga

40

Paradita Candra Dewi, Skripsi: “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunkan Problem Based Learning Pendekatan Problem Posing dan Model

Kooperatif Teknik Problem Prompting” (Surabaya:Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016), 12.

41Ahmad Arif Hidayat, Skripsi: “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Luas dan Keliling Bangun Datar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Strategi Problem Solving di Madrasah Ibtidaiyah Semesta Kelas V Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto" (Surabaya: Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016), 16-18.


(38)

pola makan, pola tidur, dan membiasakan diri untuk rajin berolahraga.

b) Pancaindera

Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik maka pancaindera harus berfungsi dengan baik. Pancaindera yang memiliki peranan sangat penting dalam proses belajar mengajar adalah mata dan telinga. Hal ini disebabkan mayoritas hal-hal yang dipelajari oleh siswa diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Siswa yang mata atau telinganya mengalami gangguan akan sulit mengikuti proses belajar

mengajar. Hal ini dapat menyebabkan

menurunnya hasil belajar siswa.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain:

a) Intelegensi

Pada umumnya, hasil belajar siswa berkaitan erat dengan intelegensi siswa tersebut. Tingkat intelegensi sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi memiliki peluang yang lebih besar untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi. Namun bukanlah suatu hal yang mustahil siswa dengan tingkat intelegensi rendah memperoleh hasil belajar tinggi dan siswa dengan tingkat intelegensi tinggi memperoleh hasil belajar rendah.

b) Sikap

Sikap yang kurang percaya diri, rendah diri, minder, tidak punya motivasi, tidak yakin pada kemampuan yang dimilikinya dapat menghambat siswa untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran matematika merupakan modal awal yang bagus untuk mencapai hasil belajar matematika yang tinggi.


(39)

c) Motivasi

Motivasi belajar adalah pendorong siswa untuk belajar. Motivasi belajar memiliki peranan yang penting dalam hal semangat belajar. Siswa dengan motivasi yang kuat akan semangat dan rajin dalam belajar.

d) Bakat

Secara umum bakat (aptitude) adalah

kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Siswa yang memiliki bakat dalam bidang matematika maka dia akan lebih mudah dalam belajar dan memahami materi matematika dibandingkan dengan siswa yang lainnya. Melalui belajar yang giat dan rajin serta banyak latihan soal, siswa dapat mengembangkan bakat dalam bidang matematika yang dimilikinya secara optimal.

e) Minat

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau besar terhadap sesuatu. Siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap matematika, dia akan lebih bersemangat dalam belajar matematika. Belajar matematika

dianggapnya sebagai kegiatan yang

menyenangkan. Hal ini menyebabkannya lebih mudah dalam menerima dan memahami materi pelajaran matematika.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Faktor Lingkungan Sosial

Faktor lingkungan sosial yang dapat

mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah guru, tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakil kepala sekolah), teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan. Lingkungan sekolah yang kondusif dapat menciptaan suasana


(40)

belajar yang menyenangkan bagi siswa. Sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menerima semua materi pelajaran dengan baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Faktor Lingkungan Non Sosial

Faktor-faktor lingkungan non sosial yang

mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya adalah gedung sekolah, letak sekolah, rumah tempat tinggal, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. Sarana dan prasarana sekolah yang lengkap akan mempermudah jalannya proses belajar mengajar. Jika proses belajar mengajar berlangsung dengan lancar maka siswa bisa dengan mudah menerima materi pelajaran dengan baik. Hal ini bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

3) Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik dalam

menunjang efektifitas dan efisiensi proses

pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini

berarti seperangkat langkah operasional yang

direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat berasal dari dalam diri siswa yang disebut dengan faktor internal dan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang disebut dengan faktor eksternal. Faktor internal dibagi menjadi dua yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis meliputi kesehatan badan dan pancaindera. Sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, sikap, motivasi, minat dan bakat. Faktor internal dibagi menjadi tiga yaitu faktor lingkungan sosial, faktor lingkungan non sosial dan faktor pendekatan belajar.


(41)

E. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ayatollah Karimi dan S.

Venkatesan dengan judul “Mathematics Anxiety, Mathematics Performance and Academic Hardiness in High School Students”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang positif dan signifikan antara ketangguhan dalam belajar dan hasil belajar matematika siswa SMA dengan r = 0,14, p<0,0542.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sari Narulita dengan judul

“Pengaruh Minat dan Percaya Diri terhadap Hasil Belajar

Matematika Peserta Didik Kelas V SDN di Kelurahan Selat

Dalam”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan percaya diri terhadap hasil belajar matematika siswa SDN di Kelurahan Selat Dalam sebesar 74,3% yang menunjukkan bahwa terdapat pegaruh yang positif43.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Huri Suhendri dengan judul

“Pengaruh Kecerdasan Matematis-Logis, Rasa Percaya Diri dan

Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika” yang

menyimulan bahwa terdapat pengaruh positif kecerdasan matematis-logis, rasa percaya diri,dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika44.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati dengan judul

“Pengaruh Adversity Quotient (AQ) dan Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi Belajar Matematika”. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar matematika45.

42 Ayatollah - Venkatesan, “Mathematics Anxiety, Mathematics Performance and Academic Hardiness in High School Students” , International Journal Education Science, Vol. 1 No. 1, (2009), 35.

43 Sari Narulita, Op. Cit., hal abstrak.

44 Huri Suhendri, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY: ”Pengaruh Kecerdasan Matematis-Logis, Rasa Percaya Diri dan

Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika” (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 1.

45Nurhayati, “Pengaruh Adversity Quotient (AQ) dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Matematika”, Jurnal Formatif, No. 3, (2013), abstrak.


(42)

F. Hipotesis Penelitian

Dari uraian di atas, maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Hipotesis statistik 1

� : � = 0 � : � ≠ 0

� : Ketangguhan dalam belajar( ) dan percaya diri( )

tidak berkontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar matematika ( )

H1 : Ketangguhan dalam belajar( ) dan percaya diri( )

berkontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar matematika ( )

2. Hipotesis statistik 2

� : � = 0 � : � ≠ 0

H0 : Ketangguhan dalam belajar( ) dan motivasi berprestasi

( ) tidak berkontribusi secara signifikan terhadap hasil

belajar matematika ( )

H1 : Ketangguhan dalam belajar( ) dan motivasi berprestasi

( ) berkontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar

matematika ( )

3. Hipotesis statistik 3

� : � = 0 � : � ≠ 0

H0 : Percaya diri( ) dan motivasi berprestasi ( ) tidak

berkontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar matematika ( )

H1 : Percaya diri( ) dan motivasi berprestasi ( )

berkontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar matematika ( )

4. Hipotesis statistik 4

� : � = 0 � : � ≠ 0

H0 : Ketangguhan dalam belajar( ), percaya diri( ) dan

motivasi berprestasi ( ) tidak berkontribusi secara


(43)

H1 : Ketangguhan dalam belajar( ), percaya diri( ) dan

motivasi berprestasi ( ) berkontribusi secara signifikan

terhadap hasil belajar matematika ( ) Keterangan :

� : koefisien jalur untuk populasi tentang ketangguhan

dalam belajar dan percaya diri terhadap

hasil belajar matematika .

� : koefisien jalur untuk populasi tentang ketangguhan

dalam belajar dan motivasi berprestasi

terhadap hasil belajar matematika .

� : koefisien jalur untuk populasi tentang percaya diri

dan motivasi berprestasi terhadap hasil

belajar matematika .

� : koefisien jalur untuk populasi tentang ketangguhan

dalam belajar , percaya diri dan motivasi

berprestasi terhadap hasil belajar matematika

.

Berdasarkan kerangka berpikir hipotesis di atas, maka dapat disusun model teori penelitian sebagai berikut.

Gambar 2.1

Model Teoritik

Hasil Belajar Matematika Ketangguhan

dalam Belajar

Percaya Diri

Motivasi Berprestasi


(1)

157

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya yang melibatkan variabel ketangguhan dalam belajar ( ), percaya diri ( ), motivasi berprestasi ( ) dan hasil belajar matematika ( ) maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Besarnya kontribusi ketangguhan dalam belajar ( ) dan percaya diri( ) secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika ( ) adalah 1, 9%. Hal ini menunjukkan bahwa jika siswa memiliki percaya diri yang tinggi disertai dengan ketangguhan dalam belajar yang baik maka kedua sifat tersebut akan berkontribusi dengan baik sebesar 51,49% terhadap hasil belajar matematika.

2. Ketangguhan dalam belajar ( ) dan motivasi berprestasi ( ) secara bersama-sama (simultan) tidak memberikan kontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar matematika ( ). Hanya saja ketangguhan dalam belajar ( ) memberikan kontribusi secara signifikan sebesar 40,45%.

3. Besarnya kontribusi percaya diri( ) dan motivasi berprestasi ( ) secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika ( ) belum bisa ditentukan. Hal ini disebabkan karena koefisien arah regresi percaya diri ( ) dan motivasi berprestasi ( ) terhadap hasil belajar matematika ( ) tidak berarti/tidak berarti. Sehingga analisis jalur tidak bisa digunakan.

4. Ketangguhan dalam belajar ( ),percaya diri( ) dan motivasi berprestasi ( ) secara bersama-sama (simultan) tidak memberikan kontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar matematika ( ). Hanya saja ketangguhan dalam belajar ( ) dan percaya diri ( ) secara bersama-sama (simultan) memberikan kontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar matematika ( ) sebesar 1, 9%.


(2)

158

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dijelaskan di atas, maka disarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Ketika melakukan pembelajaran matematika di sekolah guru hendaknya menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang bisa untuk meningkatkan ketangguhan dalam belajar, percaya diri dan motivasi berprestasi siswa. Dengan meningkatnya ketangguhan dalam belajar, percaya diri dan motivasi berprestasi siswa akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa. Sehingga hasil belajar matematika siswa dapat meningkat.

2. Penelitian ini hanya berfokus pada ketangguhan dalam belajar, percaya diri, motivasi berprestasi dan hasil belajar matematika tanpa melibatkan peran gender. Bagi peneliti yang ingin meneliti hal yang berkaitan dengan ketangguhan dalam belajar, percaya diri, motivasi berprestasi dan hasil belajar matematika bisa menambahkan peran gender dalam penelitiannya.

3. Bagi peneliti yang ingin mengetahui kontribusi percaya diridan motivasi berprestasi secara bersama-sama (simultan) terhadap hasil belajar matematika bisa menggunakan metode analisis lain selain analisis jalur.

4. Pada penelitian ini, butir-butir pernyataan pada angket ketangguhan dalam belajar, percaya diri dan motivasi berprestasi bersifat umum. Bagi peneliti yang ingin meneliti kontribusi ketangguhan dalam belajar, percaya diri dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika, diharapkan mendesain instrumen angket secara khusus untuk mengetahui ketangguhan dalam belajar, percaya diri dan motivasi berprestasi ketika mengerjakan tes hasil belajar matematika.


(3)

159

Ali, Sambas., dan Maman. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.

Ayatollah., Venkatesan. 2009. “Mathematics Anxiety, Mathematics Performance and Academic Hardiness in High School Students”. International Journal Education Science. Vol. 1 No. 1, 2009. 33-37 Creed, Peter A. 2013. “Revisiting the Academic Hardiness Scale:

Revision and Revalidation”. Journal Career Assessment. No. 21,

2013. 537-554

Dewi, Paradita Candra., Skripsi: “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunaan Model Problem Based Learning Pendekatan Problem Posing dan Model Kooperatif Teknik Problem Prompting”. Surabaya: Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016.

Engkos, Riduwan., dan Ahmad Kuncoro. Cara Menggunakan dan

Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta, 2008. Fikri, Mustofa., Skripsi: “Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap

Prestasi Belajar Siswa di SMA Islam Almaarif Singosari Malang”. Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2008.

Harlina., Ika. 2011. “Hubungan Kepribadian Hardiness dengan

Optimisme pada Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) Wanita di

BLKLN Disnakertrans Jawa Tengah “. Jurnal Psiologi UNDIP.

Vol. 10 No. 2, 2011. 126-132

Hidayat, Ahmad Arif., Skripsi: “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Luas dan Keliling Bangun Datar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Strategi Problem Solving di Madrasah Ibtidaiyah Semesta Kelas V Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto". Surabaya: Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016.

Istiqomah., Aliah. 2011. “Hubungan Religiusitas dan Self Efficacy terhadap Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Warga Binaan

Lembaga Permusyawaratan Cipinang Jakarta”. Jurnal Psikologi.

Vol. 4 No. 2, 2011. 43-66

Irianto, Agus. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasi. Jakarta: Kencana,


(4)

160

Kamtios., Karagiannopoulou. 2013. “Exploring Academic Hardiness in Greek Students Link with Achievment and Year of Study: Yearbook of the Departement of Early Childhood Studies”. Vol. 6, 2013. 250-266

Maharani., Skripsi: “Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Hardiness pada Ibu yang Memeiliki Anak Penderita Leukimia Limfoblastik Akut di Rumah Sakit Cinta Kanker Kota Bandung”. Bandung: Universitas Islam Bandung, 2015.

Maria, Cita., Skripsi: “Efektivitas Labirin Game dalam Membangun Percaya Diri Anak di Taman Kanak-Kanak Aisyah Bustanul Athfal 2 Gadung Surabaya”. Surabaya: Universitas Islam Negeri Surabaya, 2011.

Mukti, Patria., Naskah Publikasi: “Hubungan Antara Kepercayaan diri dan Motivasi Berprestasi dengan Social Loafing Pada Mahasiswa”. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.

Narulita, Sari., Skripsi: “Pengaruh Minat dan Percaya Diri Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas V SDN di Kelurahan

Selat Dalam”. Palangkaraya: Universitas Muhammadiyah

Palangkaraya, 2014.

Ngatini, Tini., Skripsi: “Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Percaya Diri Siswa Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Ishlah Kota Gorontalo”. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo, 2014.

Nur, Aghnia., Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora): “Personal Banding Anouncer Radio di Bandun”. Bandung: Universitas Islam Bandung, 2015.

Nurhayati. 2013. “Pengaruh Adversity Quotient (AQ) dan Motivasi

Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Matematika”. Jurnal

Formatif. Vol. 1 No. 3, 2013. 72-77

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Pratiwi , Siska Dyah. 2014. “Profil Metakognisi Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan Matematika Siswa”. MATHEdunesa. Vol. 3 No. 2, 2014. 179-186 Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013. Purwanto, Joko., Skripsi: “Hubungan Sikap Terhadap Prilaku Merokok

dengan Self Confident pada Mahasiswa Perokok Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang”. Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2015.


(5)

Rahmanawati, Ainin., Naskah Publikasi: “Studi Mengenai Gambaran Hardiness pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran”. Bandung: Universitas Padjajaran, 2014.

Rahmawati, Oktalia., Skripsi: “Pengaruh Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Terhadap Academic Hardiness Siswa Akselerasi Madrasah Aliyah Kota Malang”. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2014.

Rosyida, Nopi., Tesis: “Hardiness dan Future Time Perspective Sebagai Prediktor Prestasi Akademis Mahasiswa: Daya Prediksi dan

Akurasi Diaagnostika”. Yogyakarta: Universitas Gadja Mada,

2013.

Rumaini. 2006. “Prokrastinasi Akademik Ditinjau dari Motivasi

Berprestasi dan Stres Mahasiswa”. Jurnal Psikologi Universitas

Diponogoro. Vol. 3 No. 2, 2006. 37-48

Sandjojo, Nidjo. Metode Analisis Jalur dan Aplikasinya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2011.

Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan

Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana, 2013.

---. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif.

Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.

Sugiyanto. 2009. “Kontribusi Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Semarang”. Jurnal

Paradigma. No.8, 2009. 19-34

Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2011.

Suhendri, Huri., Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY: ”Pengaruh Kecerdasan Matematis-Logis, Rasa Percaya Diri dan Kemandirian Belajar

terhadap Hasil Belajar Matematika”. Yogyakarta: Universitas


(6)

162

Sukada., Sadia, Yudana. 2013. “Kontribusi Minat Belajar, Motivasi Berprestasi dan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Kintamani”. E-Journal

Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2013.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press, 2003. Widyanto, Arif., Skripsi: “Pengaruh Self Efficacy dan Motivasi

Berprestasi Siswa Terhadap Kemandirian Belajar Mata Pelajaran K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di SMK N 2 Depok”. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta , 2013.


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI PERILAKU SISWA, FASILITAS BELAJAR, DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI PONDOK Kontribusi Perilaku Siswa, Fasilitas Belajar, dan Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika di Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen Tahun

0 2 13

KONTRIBUSI PERILAKU SISWA, FASILITAS BELAJAR, DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI PONDOK PESANTREN Kontribusi Perilaku Siswa, Fasilitas Belajar, dan Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika di Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sr

0 3 15

KONTRIBUSI MOTIVASI,KEMANDIRIAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS Kontribusi Motivasi, Kemandirian Belajar dan Lingkungan Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah Delangggu Klaten

0 3 13

KONTRIBUSI KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LULUSAN SISWA Kontribusi Kebiasaan Belajar, Motivasi Berprestasi Dan Kreativitas Belajar Terhadap Mutu Lulusan Siswa Di SMAN 1 Gemuh Kabupaten Kendal.

0 0 14

PENDAHULUAN Kontribusi Kebiasaan Belajar, Motivasi Berprestasi Dan Kreativitas Belajar Terhadap Mutu Lulusan Siswa Di SMAN 1 Gemuh Kabupaten Kendal.

0 0 9

KONTRIBUSI KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP MUTU LULUSAN SISWA Kontribusi Kebiasaan Belajar, Motivasi Berprestasi Dan Kreativitas Belajar Terhadap Mutu Lulusan Siswa Di SMAN 1 Gemuh Kabupaten Kendal.

0 0 16

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII Kontribusi Motivasi Belajar Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 2 Banyudono Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 20

KONTRIBUSI LINGKUNGAN KELUARGA, KEAKTIFAN DAN KETERSEDIAAN ALAT BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI Kontribusi Lingkungan Keluarga, Keaktifan Dan Ketersediaan Alat Belajar Terhadap Motivasi Berprestasi Dan Dampaknya Pada Hasil Belajar Matematika Pada

0 1 17

KONTRIBUSI FASILITAS BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Kontribusi Fasilitas Belajar, Lingkungan Belajar, Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Berbasis ISO Di SMK Negeri 1

0 5 15

KONTRIBUSI FASILITAS BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR Kontribusi Fasilitas Belajar, Lingkungan Belajar, Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Berbasis ISO Di SMK Negeri 1 Purwodadi.

0 4 13