PERBEDAAN ANTARA METODE EKSPERIMEN DAN DISKUSI MENGGUNAKAN LEMBAR KEGIATAN SISWA DENGAN METODE DISKUSI TANPA LEMBAR KEGIATAN SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA DITINJAU DARI MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAKEM TAHUN PELAJARAN

(1)

PERBEDAAN ANTARA METODE EKSPERIMEN DAN DISKUSI MENGGUNAKAN LEMBAR KEGIATAN SISWA DENGAN METODE DISKUSI TANPA LEMBAR

KEGIATAN SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA DITINJAU DARI MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X

SMA NEGERI 1 PAKEM TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sains Bidang Kimia

Oleh:

Citra Septima Rizky 11303241034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Perbedaan Antara Metode Ekperimen dan Diskusi Menggunakan Lembar Kegiatan Siswa dengan Metode Diskusi Tanpa Lembar Kegiatan Siswa pada Materi Ikatan Kimia Ditinjau dari Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pakem Tahun Pelajaran 2014/2015” yang disusun oleh Citra Septima Rizky dengan NIM.11303241034 ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan.

Disetujui pada tanggal

Menyetujui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, Dosen Pembimbing,

Rr. Lis Permana Sari, M.Si Drs. Karim Theresih, SU.


(3)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Perbedaan Antara Metode Ekperimen dan Diskusi Menggunakan Lembar Kegiatan Siswa dengan Metode Diskusi tanpa Lembar Kegiatan Siswa pada Materi Ikatan Kimia Ditinjau dari Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pakem Tahun Pelajaran 2014/2015” yang disusun oleh Citra Septima Rizky dengan NIM.11303241034 ini telah diujikan di depan Dewan Penguji pada tanggal 10 April 2015.

Dosen Penguji

Nama Lengkap Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Drs. Karim Theresih, SU. Ketua Penguji

NIP.195608241983031002 ... ... Erfan Priyambodo, M.Si Sekretaris

Penguji

NIP.198209252005012002 ... ... I Made Sukarna, M.Si Penguji

Utama

NIP.195309011986011002 ... ... Endang Dwi Siswani, MT Penguji

Pendamping

NIP.195411201987022001 ... ...

Yogyakarta,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Dekan,

Dr. Hartono


(4)

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Citra Septima Rizky

NIM : 11303241034

Prodi : Pendidikan Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Judul Penelitian : Perbedaan Metode Ekperimen dan Diskusi Menggunakan Lembar Kegiatan Siswa dengan Metode Diskusi tanpa Lembar Kegiatan Siswa pada Materi Ikatan Kimia Ditinjau dari Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pakem Tahun Pelajaran 2014/2015.

Dengan penuh kesadaran menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil pekerjaan dan pemikiran saya sendiri tanpa berisikan materi yang pernah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dan dinyatakan dalam teks beserta sumber kutipan. Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 23 Maret 2015 Yang menyatakan,

Citra Septima Rizky NIM.11303241034


(5)

MOTTO

“Bertekadlah bahwa sesuatu hal itu dapat dan akan terselesaikan, dan kita akan menemukan jalan keluar”


(6)

Lincoln-PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan untuk mereka:

1. Kedua orang tua saya yang telah yang telah memotivasi dan tak henti-hentinya mendoakan saya hingga akhirnya karya ini dapat saya selesaikan. “There are no perfect parents but thank you for loving me perfectly”.

2. Adik tunggal saya Muhammad Fikri Saefullah, yang selalu memberi saya ruang bebas untuk mengerjakan karya ini.

3. Brian Pradana Putra yang selalu mendukung terselesaikannya karya ini.

4. Keluarga besar dan sahabat yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terima kasih atas doa dan dukungannya.


(7)

PERBEDAAN ANTARA METODE EKSPERIMEN DAN DISKUSI MENGGUNAKAN LEMBAR KEGIATAN SISWA DENGAN METODE DISKUSI TANPA LEMBAR

KEGIATAN SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA DITINJAU DARI MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X

SMA NEGERI 1 PAKEM TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : Citra Septima Rizky

11303241034

Dosen Pembimbing : Drs. Karim Theresih, SU ABSTRAK

Penelitian eksperimen dalam pendidikan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi dan prestasi belajar kimia peserta didik dengan metode eksperimen dan diskusi dengan lembar kegiatan siswa pada materi ikatan kimia semester gasal di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015.

Sampel dalam penelitian diambil dengan teknik purposive sampling. Subjek dalam penelitian ini adalah 64 peserta didik yang terbagi rata dalam kelas ekperimen dan kelas kontrol. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan ujit t antar kelompok, uji t sama subjek, dan analisis kovarian satu jalur. Uji t-beda subjek digunakan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar peserta kelas eksperimen dan sampel B setelah diberi perlakuan. Uji-t sama subjek digunakan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar peserta kelas eksperimen dan kontrol setelah diberi perlakuan. Uji anakova satu jalur digunakan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar peserta kelas eksperimen setelah diberi perlakuan apabila pengetahuan awalnya dikendalikan secara statistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan motivasi belajar kimia dan ada perbedaan prestasi belajar kimia pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan metode eksperimen dan diskusi dengan lembar kegiatan siswa pada materi ikatan kimia semester gasal di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015.

Kata Kunci: metode Eksperimen, metode diskusi, lembar kegiatan siswa, motivasi belajar, prestasi belajar, ikatan kimia


(8)

DIFFERENT BETWEEN EXPERIMENTAL METHOD AND DISCUSSION BY USING STUDENT WORK SHEET COMPARED DISCUSSION METHOD WITHOUT

STUDENT WORK SHEET ON CHEMICAL BONDING MATERIALS TOWARD MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT ON

10thGRADE STUDENTS OF 1 PAKEM SENIOR HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR 2014/2015

By : Citra Septima Rizky 11303241034

Supervisor : Drs. Karim Theresih, SU ABSTRACT

Experimental research in this study aims to determine the differences between motivation and student’s learning achievement on chemistry with experimental method and discussion by using student activity sheet on chemical bonding material in odd semester of 1 Pakem Senior High School 20014/2015.

Samples were taken by purposive sampling technique. Subjects in this study were 64 students which were split in the experimental classes and control classes. The examination of this hypothesis independence sample used t-test, paired samples t test and analysis of covariance in the lane. Independence sample t-test was used to determine the differences in motivation to study experimental and control after treated, the paired samples t test was used to determine the differences in motivation to study participants after treated, and one lane Anacova test was used to determine the differences of learning achievement on the experimental class participants after given treatment if the knowledge controlled statistically.

The results showed that there is no difference in motivation to study chemistry and there are differences in learning achievement on chemistry in experiments class before and after using experimental method and discussion by using student activity sheet on chemical bonding material in odd semester of 1 Pakem Senior High School 2014/2015.

Keywords: experimental method, method of discussion, syudent work sheet, learning motivation, learning achievement, chemical bonding


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya hingga skripsi yang berjudul “Perbedaan Antara Metode Ekperimen dan Diskusi Menggunakan Lembar Kegiatan Siswa dengan Metode Diskusi Tanpa Lembar Kegiatan Siswa pada Materi Ikatan Kimia Ditinjau dari Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Pakem Tahun Pelajaran 2014/2015” dapat saya selesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik melalui tindakan maupun doa yang tidak pernah putus dari mereka panjatkan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab , M.Pd, MA selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan sarana dan prasarana serta fasilitas yang optimal sehingga saya dapat menyelesaikan studi dengan baik.

2. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Hari Sutrisno selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Ibu Rr. Lis Permana Sari, M.Si selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogakarta.

5. Bapak Karim Theresih, SU selaku dosen pembimbing yang tak pernah berhenti membimbing, mengarahkan, menuntun, dan mengingatkan saya untuk selalu belajar untuk mempertanggungjawabkan tulisan dalam karya ini.


(10)

6. Bapak I Made Sukarna, M.Si selaku dosen pengampu microteaching, dosen penguji sekaligus dosen pembimbing lapangan selama Praktik Pengalaman Lapangan yang tak pernah berhenti membimbing dan mengarahkan saya agar selalu belajar lebih baik dalam kegiatan pembelajaran.

7. Ibu Endang Dwi Siswani, MT dan Bapak Erfan Priyambodo M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga karya ini dapat selesaikan dengan lebih baik.

8. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memperhatikan studi saya selama menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta,

9. Bapak Drs. Agus Susanto selaku Kepala SMA Negeri 1 Pakem yang telah memberi dan kesempatan kepada penulis untuk belajar serta mengadakan penelitian di SMA Negeri 1 Pakem.

10. Bapak Drs. Sigit Waskhita selaku guru pengampu mata pelajaran kimia yang telah memberi bekal dan waktu kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Pakem.

11. Ardisa Mita Purnaning dan Anisa Aurum Ningtyas sebagai sahabat yang selalu mendukung selama saya menuntut ilmu di kampus ini.

12. Mutmainah dan Neni Aristya Sukmawati sebagai rekan pejuang skripsi.

13. Teman-teman PKS 2011 dan sahabat saya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah menemani, mengarahkan, memberi masukan, mendukung dan mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan karya ini dengan baik.


(11)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan berbagai masukan yang membangun demi hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini mampu mendatangkan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 23 Maret 2015, Penulis


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI... 8

A. Deskripsi Teori... 8

1. Proses Pembelajaran Kimia... 8

2. Metode Pembelajaran... 12

3. Metode Pembelajaran yang Digunakan dalam Penelitian.... 20

4. Lembar Kegiatan Siswa ... 27

5. Motivasi Belajar ... 30

6. Prestasi Belajar... 33

7. Pengetahuan Awal... 34 Halaman


(13)

8. Ikatan Kimia... 35

B. Penelitian yang Relevan ... 45

C. Kerangka Berfikir... 46

D. Hipotesis Penelitian... 47

BAB III METODE PENELITIAN... 48

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 48

B. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 49

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

D. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data ... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ... 52

F. Teknik Analisis Data... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

B. Pembahasan... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 82

DAFTAR PUSTAKA... 84


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget... 10

Tabel 2. Bentuk Molekul dari Teori VSEPR ... 41

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Kimia…...…... 52

Tabel 4. Skor Angket Motivasi Belajar ... 53

Tabel 5. Kisi-kisi Butir Soal Angket Motivasi……...………... 54

Tabel 6. Ringkasan Rumus-rumus Anakova………...…... 63

Tabel 7. Ringkasan Data Pengetahuan Awal dan Prestasi Belajar Peserta Didik ... 67

Tabel 8. Ringkasan Data Motivasi Belajar Peserta Didik... 68

Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Normalitas... 69

Tabel 10. Ringkasan Uji Homogenitas... 70

Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji-Beda Subjek... 70

Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji-t Sama Subjek... 71

Tabel 13. Ringkasan Hasil Anakova Satu Jalur... 72


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Proses Pembelajaran ... 11

Gambar 2. Tujuan Pengajaran Menurut Joyce ... 25

Gambar 3 Teknik Pengumpulan Data ...………...……... 55


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP 1 Kelas Eksperimen... 87

Lampiran 2. RPP 2 Kelas Eksperimen... 103

Lampiran 3. RPP 3 Kelas Eksperimen... 111

Lampiran 4. RPP 4 Kelas Eksperimen... 122

Lampiran 5. RPP 5 Kelas Eksperimen... 132

Lampiran 6. RPP 1 Kelas Kontrol... 146

Lampiran 7. RPP 2 Kelas Kontrol... 154

Lampiran 8. RPP 3 Kelas Kontrol... 160

Lampiran 9. RPP 4 Kelas Kontrol... 166

Lampiran 10. RPP 5 Kelas Kontrol... 171

Lampiran 11. Soal Uji Prestasi Belajar Kimia ... 176

Lampiran 12. Kunci Jawaban Soal Uji Prestasi Belajar Kimia ... 184

Lampiran 13. Data Dikotomi ... 185

Lampiran 14. Ringkasan Validitas Butir Soal Uji Prestasi Belajar ... 188

Lampiran 15. Soal Uji Prestasi Belajar Kimia yang Telah Valid ... 189

Lampiran 16. Kunci Jawaban yang Telah Valid... 194

Lampiran 17. Angket Motivasi Belajar Kimia... 195

Lampiran 18. Rekapitulasi Nilai Kelas Eksperimen ... 197

Lampiran 19. Rekapitulasi Nilai Kelas Kontrol... 198

Lampiran 20. Rekapitulasi MotivasiKelas Eksperimen... 199

Lampiran 21. Rekapitulasi MotivasiKelas Kontrol ... 200

Lampiran 22. Uji Reliabilitas... 201

Lampiran 23. Uji Normalitas ... 202

Lampiran 24. Uji Homogenitas... 210

Lampiran 25. Uji t Antar Kelompok ... 212

Lampiran 26. Uji t Sama Subjek ... 213

Lampiran 27. Uji Anakova Satu Jalur... 215

Lampiran 28. Uji Linieritas... 216

Lampiran 29. Permohonan Izin Penelitian... 218

Lampiran 30. Surat Izin Bappeda... 219

Lampiran 31. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 220 Halaman


(17)

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang diterapkan di Indonesia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia memang telah memberhentikan penerapan kurikulum 2013, akan tetapi pemberhentian tersebut tidak mengikat bagi seluruh sekolah yang ada di Indonesia. Penerapan kurikulum tersebut sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 179342/MPK/KR/2014 tentang Pelaksanaan Kurikulum 2013. Keputusan nomor 2 pada surat tersebut berisi tentang penerapan kurikulum 2013 yang masih akan diterapkan di sekolah-sekolah yang telah tiga semester menerapkan kurikulum 2013 yaitu sejak Tahun Pelajaran 2013/2014. Sekolah-sekolah yang telah tiga semester menerapkan kurikulum 2013 selanjutnya disebut sebagai sekolah percontohan. Perbedaan pembelajaran dari kurikulum 2006 dengan kurikulum 2013 adalah bergesernya pembelajaran teacher centered menjadi pembelajaran yang menekankan pada student centered learning(pembelajaran berpusat pada peserta didik). Penerapan student centered learning erat kaitannya dengan scientific approach. Istilah scientific approach merupakan pendekatan yang bercirikan adanya kegiatan siswa yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Siswa mengamati gejala-gejala dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki keterkaitan dengan materi yang hendak disampaikan, setelah


(19)

itu siswa diharapkan mampu menyimpulkan sendiri apa yang diperolehnya dari materi yang disampaikan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada Praktik Pengalaman Lapangan di SMA Negeri 1 Pakem tahun 2014 menunjukkan bahwa guru masih menggunakan metode ceramah dalam mendukung proses pembelajaran yang berlangsung. Penggunaan metode ceramah menjadikan siswa pasif dalam proses pembelajaran karena siswa akan lebih banyak menerima informasi yang diberikan oleh pendidik. Pusat pembelajaran dalam metode ceramah adalah pendidik. Hal ini bertolak belakang dengan proses scientific approachyang telah dijelaskan sebelumnya dimana siswa secara aktif mengikuti proses belajar meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Oleh sebab itu, perlu adanya gagasan yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Peran guru yang dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga mampu menunjang proses pembelajaran tersebut adalah sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator guru harus dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal. Fasilitas yang disediakan tidak hanya fasilitas fisik seperti ruang kelas yang memadai atau media pembelajaran yang lengkap, akan tetapi juga fasilitas psikis seperti kenyamanan dalam pembelajaran, interaksi guru dengan siswa yang harmonis, maupun adanya dukungan penuh guru sehingga siswa senantiasa memiliki motivasi tinggi dalam belajar (Sugihartono dkk, 2007: 84). Untuk menunjang fasilitas psikis yang dapat mendukung siswa agar dapat belajar secara optimal, maka memilih metode pembelajaran


(20)

merupakan salah satu hal penting yang dapat dilakukan pendidik. Metode pembelajaran yang digunakan selain harus sesuai dengan materi yang dipelajari juga harus mendukung keaktifan siswa dalam proses scentific approach sehingga akan berlangsung pembelajaran efektif yang mampu mengantarkan siswa dalam memperoleh pengetahuan baru.

Materi ikatan kimia adalah materi yang bersifat abstrak. Materi ikatan kimia menuntut siswa agar dapat membayangkan bagaimana proses terjadinya ikatan-ikatan kimia. Untuk mempermudah siswa dalam memperoleh gambaran yang lebih konkrit dapat dilakukan dengan memilih metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang dapat mendukung terbantunya siswa dalam memberi gambaran yang lebih konkrit dan sesuai dengan scientific approach diantaranya adalah metode eksperimen dan metode diskusi. Penggunaan metode eksperimen dan metode diskusi menuntut siswa menemukan sendiri informasi yang berkaitan dengan materi yang dipelajari lewat proses yang dialaminya selama mengikuti kegiatan belajar sehingga siswa akan lebih mempercayai teori yang ada karena sesuai dengan apa yang mereka alami sendiri.

Dari uraian di atas, peneliti melakukan penelitian dengan mengambil judul perbedaan metode eksperimen dan diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa dengan metode diskusi tanpa lembar kegiatan siswa pada materi ikatan kimia terhadap motivasi dan prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015.


(21)

B. Identifikasi Masalah

Dari pengamatan yang telah dilakukan di lapangan, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Perubahan pembelajaran teacher centered menjadi pembelajaran yang menekankan pada student centered learning (pembelajaran berpusat pada peserta didik).

2. Guru masih menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah.

3. Pendekatan scientific approach menjadikan siswa tidak lagi pasif dalam pembelajaran.

4. Materi ikatan kimia adalah materi yang abstrak sehingga untuk mempelajarinya harus didukung dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat yaitu metode eksperimen dan diskusi.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini akan dibatasi oleh hal-hal berikut:

1. Materi pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi pada materi Ikatan Kimia pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015.

2. Penelitian ini membahas perbedaan metode eksperimen dan diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa dengan metode diskusi tanpa lembar kegiatan siswa.

3. Pendekatan scientific approach meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.


(22)

4. Kelas eksperimen mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen untuk mempelajari submateri kepolaran senyawa dan perbedaan senyawa ion dan kovalen, sedangkan metode diskusi menggunakan lembar kerja siswa digunakan untuk mempelajari submateri ikatan antar atom dan bentuk molekul.

5. Kelas kontrol mengikuti pembelajaran dengan metode diskusi tanpa lembar kegiatan siswa pada seluruh submateri ikatan kimia yang digunakan dalam penelitian.

D. Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang dan batasan masalah yang dikemukakan di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran metode eksperimen dan diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa dengan siswa kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran metode diskusi tanpa lembar kegiatan siswa pada materi ikatan di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015 ?

2. Adakah perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode eksperimen dan diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa pada materi ikatan kimia di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015?


(23)

3. Adakah perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas kontrol sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode diskusi tanpa lembar kegiatan siswa pada materi ikatan di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015? 4. Adakah perbedaan prestasi belajar kimia siswa kelas eksperimen sebelum

dan sesudah pembelajaran dengan metode eksperimen dan diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa pada materi ikatan kimia di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015 ini adalah:

1. Mengetahui perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran metode eksperimen dan diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa dengan siswa kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran metode diskusi tanpa lembar kegiatan siswa pada materi ikatan di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015.

2. Mengetahui perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode eksperimen dan diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa pada materi ikatan kimia di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015.

3. Mengetahui perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas kontrol sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode diskusi tanpa lembar kegiatan


(24)

siswa pada materi ikatan di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015.

4. Mengetahui perbedaan prestasi belajar kimia siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode eksperimen dan diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa pada materi ikatan kimia di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai perbedaan penerapan metode eksperimen dan diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa pada materi ikatan kimia terhadap motivasi dan prestasi belajar kimia siswa kelas X semester gasal SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015 diharapkan mampu bermanfaat bagi seluruh elemen yang terlibat langsung dalam pengadaan kegiatan belajar mengajar di kelas seperti peserta didik, pendidik, lembaga pendidikan maupun calon pendidik.

Adapun kegunaan penelitian ini agar:

1. Guru dapat menggunakan metode eksperimen dan diskusi dalam menyampaikan materi ikatan kimia serta materi lain yang dapat dieksperimenkan dan didiskusikan.

2. Lembaga pendidikan dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan menyediakan fasilitas yang mendukung proses scientific approach menggunakan metode eksperimen dan diskusi dengan lembar kegiatan siswa pada pembelajaran kimia.


(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Proses Pembelajaran Kimia

Ilmu kimia mempunyai ciri-ciri khas, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan teknik pembelajaran tertentu tanpa meninggalkan karakteristik ilmu kimia sebagai prosedur dan proses. Beberapa ciri kimia menurut Tresna Wijaya (1988: 174-175) adalah sebagai berikut:

a. Kimia lebih bersifat abstrak sehingga diperlukan teknik pembelajaran kimia untuk membayangkan atau menciptakan gambaran yang lebih konkrit. Gambaran yang lebih konkrit dapat membantu siswa mengingat materi yang dibahas dalam ilmu kimia seperti ion, molekul, dan ikatan. b. Bahan pembelajaran kimia dimulai dari materi yang mudah menuju materi

yang sukar sehingga pembelajaran kimia akan menjadi lebih mudah jika berurutan dimulai dari konsep yang mudah ke konsep yang lebih sulit. c. Mempelajari kimia bukan sekedar menyelesaikan soal-soal karena ilmu

kimia pada hakikatnya mempelajari teori-teori, aturan-aturan, fakta, deskripsi, dan istilah kimia. Untuk menyelesaikan butir soal kimia siswa harus memahami teori-teori, aturan-aturan, fakta, deskripsi, dan istilah kimia yang berkaitan dengan butir soal yang diberikan oleh pendidik. Menurut Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi, mata pembelajaran kimia di SMA/MA memiliki kompetensi inti agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:


(26)

a. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

b. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

c. Memahami menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

d. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Guru perlu mengetahui tahapan kognitif yang sedang dialami siswa agar pembelajaran kimia di jenjang SMA/MA menjadi lebih optimal. Langkah ini dilakukan agar guru dapat melakukan pengelolaan kelas yang baik, memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, dan menyusun media sumber belajar yang dapat membantu mengatasi keabstrakan materi sehingga siswa akan lebih mudah mencerna materi belajar kimia. Menurut


(27)

Piaget setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru lahir sampai menginjak usia dewasa mengalami empat perkembangan kognitif. Empat perkembangan kognitif Piaget yang dimaksud dalam Trianto (2009: 30) ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap Perkiraan Usia Kemampuan-kemampuan Utama

Sensorimotor 0 sampai 2 tahun

Terbentuknya konsep

“kepermanenan objek” dan kemajuan gradual dari perilaku reflektif ke perilaku yang mengarah pada tujuan.

Praoperasional 2 sampai 7 tahun

Pekembangan kemampuan

menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi.

Operasi Konkret 7 sampai 11 tahun

Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat-balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.

Operasi Formal 11 tahun sampai dewasa

Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.

Gagne mengemukakan bahwa belajar merupakan perpaduan seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme. Behaviorisme merujuk pada cara berpikir seseorang tergantung pada kemampuan atau keterampilan intelektual yang dimiliki sejalan dengan bertambahnya umur, sedangkan kognitivisme merujuk pada meningkatnya efektivitas pembelajaran apabila strategi kognitif yang digunakan. Dalam Sutiman dan Eli Rohaeti (2012: 34) langkah-langkah


(28)

instruksional Gagne untuk mendukung terlaksananya pembelajaran kimia dengan optimal meliputi:

a. Mengaktifkan motivasi

b. Memberitahukan tujuan-tujuan pembelajaran c. Mengarahkan perhatian

d. Merangsang ingatan

e. Memberikan bimbingan pembelajaran f. Meningkatkan retensi

g. Mengatur transfer belajar

h. Membangkitkan perbuatan dan memberikan umpan balik.

Proses pembelajaran hakikatnya meliputi tiga aspek yaitu input, transformasi, dan output(Suharsimi Arikunto, 2005: 20).

a. Input atau bahan mentah yang akan diolah tidak lain adalah siswa. Siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal yaitu kemampuan, kepribadian, sikap, dan kecerdasan.

b. Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “mesin pengolah bahan mentah menjadi bahan jadi”, akan memegang peranan yang sangat penting. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan antara lain kurikulum, metode pembelajaran dan cara penilaian, sarana pendidikan/media, sistem administrasi, guru dan personal lainnya.


(29)

c. Output adalah tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih siswa setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan.

Bagan tentang hakikat proses pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hakikat Proses Pembelajaran

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran guna memperoleh hasil yang pembelajaran optimal (Sugihartono dkk, 2007: 81). Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dalam kegiatan pembelajaran (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1997: 82). Macam-macam metode pembelajaran yang lazim digunakan dalam pembelajaran sains menurut Sugihartono dkk (2007: 81-84) adalah sebagai berikut:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode penyampaian materi dari guru kepada siswa dengan cara guru menyampaikan materi melalui bahasa lisan baik verbal maupun non verbal. Metode ceramah murni cenderung pada bentuk komunikasi satu arah. Kedudukan siswa adalah sebagai penerima materi pembelajaran dan guru sebagai sumber belajar. Metode ini banyak menuntut keaktifan guru


(30)

sebagai sumber belajar. Guru dituntut dapat menyampaikan materi dengan kalimat yang mudah dipahami siswa. Keberhasilan metode ceramah ini tidak semata-mata karena kehebatan guru dalam bermain kata-kata atau kalimat, tetapi juga didukung oleh alat-alat pembantu lain seperti gambar-gambar, foto, benda, barang tiruan, film, peta dan sebagainya.

Kelebihan metode ceramah menurut Winarno Surakhmad (1986: 99-100) yaitu:

1) Guru dapat menguasai seluruh arah pembicaraan dalam pembelajaran. 2) Siswa di dalam pembelajaran tergabung dalam kelompok sederhana Sedangkan kelemahan utama dari metode ceramah yaitu:

1) Guru tidak mudah mengetahui sejauh mana siswa telah mengerti (memahami) materi yang disampaikan.

2) Pada siswa dapat terbentuk konsep yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh guru pada pembelajaran.

b. Metode Latihan

Metode latihan adalah metode penyampaian materi melalui upaya penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu. Melalui penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu ini diharapkan siswa dapat menyerap materi secara lebih optimal.

Kelebihan metode pemberian latihan menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1997: 108-109) yaitu:


(31)

1) Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alat-alat (mesin permainan dan atletik), dan terampil menggunakan peralatan olah raga. 2) Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, jumlah,

pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol) dan sebagainya.

3) Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta dan sebagainya.

4) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.

5) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.

6) Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.

Sedangkan kelemahan metode latihan adalah sebagai berikut:

1) Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian.

2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanaan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.

4) Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis. 5) Dapat menimbulkan verbalisme.


(32)

c. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian materi pembelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Penggunaan metode ini bertujuan untuk memotivasi siswa mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran atau guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab.

Kelebihan metode tanya jawab menurut Winarno Surakhmad (1986: 101-102) yaitu:

1) Tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat monolog.

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran sehingga nampak mana siswa yang belum jelas atau belum mengerti.

3) Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang dapat dibawa ke arah suatu diskusi.

Kelemahan utama dari metode tanya jawab yaitu dapat menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan. Lebih-lebih jika siswa memberi jawaban atau mengajukan pertanyaan yang menimbulkan masalah baru yang menyimpang dari pokok persoalan.

d. Metode Karyawisata

Metode karyawisata adalah metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung siswa langsung ke objek di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung.


(33)

Kelebihan metode karyawisata menurut Winarno Surakhmad (1986: 116) yaitu:

1) Siswa dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka ragam dari dekat.

2) Siswa dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan.

3) Siswa dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba, dan membuktikan secara langsung. 4) Siswa dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara

atau mendengarkan ceramah yang diberikan on the spot.

5) Siswa dapat mempelajari sesuatu secara integral dan komprehensif. Kelemahan utama dari metode karyawisata yaitu:

1) Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak. 2) Memerlukan pengawasan yang lebih ketat.

3) Tidak selalu murah. e. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan cara guru memperlihatkan suatu proses atau kerja yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Metode ini menghendaki guru lebih aktif daripada siswa.

Kelebihan metode demonstrasi menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1997: 102-103) yaitu:

1) Dapat membuat pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme.


(34)

2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 3) Proses pembelajaran lebih menarik.

4) Siswa dirangsang aktif untuk mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.

Sedangkan kelemahan dari metode demonstrasi yaitu:

1) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak efektif.

2) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.

3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau pembelajaran yang lain.

f. Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta memecahkan masalah secara kelompok. Metode ini dapat mendorong siswa untuk mampu mengemukakan pendapat secara konstruktif serta membiasakan siswa untuk bersikap toleran pada pendapat orang lain.

g. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

Metode pemberian tugas dan resitasi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa. Guru menugaskan siswa membaca materi tertentu, selanjutnya guru dapat menambahkan tugas lain misalnya membaca buku lain sebagai pembanding. Tugas biasanya diikuti dengan resitasi.


(35)

Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan pendidik.

Kelebihan metode pemberian tugas dan resitasi menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1997: 102-103) yaitu:

1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas pembelajaran individual ataupun kelompok.

2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan pendidik. 3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.

4) Dapat mengembangkan kreativitas siswa.

Sedangkan kelemahan metode pemberian tugas dan resitasi yaitu:

1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain.

2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.

3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.

h. Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses atau percobaan. Penerapan metode ini bertujuan agar siswa dapat sepenuhnya terlibat dalam perencanaan eksperimen, pengumpulan fakta, pengendalian variabel dan


(36)

upaya dalam menghadapi masalah secara nyata. Penjelasan lebih lengkap tentang metode eksperimen disajikan di halaman 21.

Banyaknya pilihan metode pembelajaran yang dapat diterapkan maka perlu dipilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan dan tujuan pendidikan sehingga metode pembelajaran yang digunakan dapat digunakan mengoptimalkan proses belajar.

Kedudukan metode dalam pembelajaran yang dijelaskan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1997: 82-85) yang dapat dipahami agar dapat memilih metode dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik

Sebagai salah satu komponen pembelajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan pembelajaran. Tidak ada satupun kegiatan pembelajaran yang tidak menggunakan metode pembelajaran, ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar pembelajaran. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar (Sardiman. A.M., 1988: 90).

Guru jarang menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan pembelajaran yang membosankan. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.


(37)

b. Metode Sebagai Strategi Pembelajaran

Tidak semua siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap siswa terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam kegiatan pembelajaran guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan (Roestiyah, 2008: 1).

c. Metode Sebagai Alat untuk Mencapai Tujuan

Guru tidak dapat membawa kegiatan pembelajaran menurut kehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan, itu sama artinya dengan perbuatan yang sia-sia. Metode yang digunakan dan tujuan jarang bertolak belakang artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. 3. Metode Pembelajaran yang Digunakan dalam Penelitian

Menurut Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1990, tujuan pendidikan pada lembaga pendidikan menengah adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya.

Diperlukan metode pembelajaran yang sesuai untuk mendukung kedua tujuan pendidikan pada lembaga pendidikan menengah tersebut agar kedua tujuan


(38)

tersebut dapat berjalan beriringan secara optimal. Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendukung tujuan tersebut adalah metode eksperimen dan metode diskusi.

a. Metode Eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1997: 95). Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Siswa juga dapat terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking). Penggunaan metode eksperimen menuntut siswa menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajarinya (Roestiyah, 2008: 80). Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1997: 95). Di dalam metode eksperimen dikenal istilah proses inkuiri.

Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Proses inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (W.Gulo, 2008: 85).


(39)

Keberhasilan proses inkuiri dalam metode eksperimen akan tergantung pada pendahuluan. Keberhasilannya tergantung pada bahan yang dikemukakan sebagai stimulus. Tahap pendahuluan ini disebut dengan tahap apersepsi atau

advanced organizer. Tahap apersepsi bercirikan penyajian materi yang terkait dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Ketidakterkaitan materi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa menyebabkan pembelajaran terasa asing dan tidak menarik bagi siswa (W.Gulo, 2008: 97).

Menurut Mulyati Arifin (1995: 111) fungsi dari metode eksperimen merupakan penunjang proses pembelajaran untuk menemukan prinsip-prinsip tertentu atau menjelaskan prinsip-prinsip yang dikembangkan.

Adapun kelebihan penggunaan metode eksperimen :

1) Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa. 2) Siswa dapat mengamati suatu proses.

3) Siswa dapat mengembangkan inkuiri.

4) Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien.

5) Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah.

6) Siswa dapat melatih keterampilan untuk diri sendiri. 7) Siswa dapat melatih kerja sama dalam kelompoknya. 8) Dapat meningkatkan motivasi siswa.

9) Dapat meningkatkan perhatian siswa.

10) Dapat meningkatkan pemahaman dan pengembangan pengertian. 11) Siswa dapat mengembangkan pola berpikir ilmiah dan berpikir kritis.


(40)

12) Siswa dapat mengembangkan perhatian terhadap ilmu kimia.

Sedangkan kelemahan-kelemahan yang dapat terjadi pada penggunaan metode eksperimen menurut Winarno Surakhmad (1965 : 103) antara lain:

1) Tidak cukup alat, mengakibatkan tidak semua siswa mendapat kesempatan untuk melakukan eksperimen

2) Memerlukan waktu yang lama

3) Kurangnya persiapan dan pengalaman pada diri siswa akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan eksperimen.

Untuk itu, dalam mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode eksperimen perlu adanya prosedur umum yang dilakukan agar metode eksperimen dapat berjalan sesuai rencana pembelajaran dan mencapai tujuan pendidikan. Menurut Roestiyah (2008: 81) bila siswa akan melaksanakan suatu eksperimen perlu memperhatikan prosedur sebagai berikut :

1) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.

2) Kepada siswa perlu diterangkan pula tentang :

a) Alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam percobaan. b) Agar tidak mengalami kegagalan siswa perlu mengetahui

variabel-variabel yang harus dikontrol dengan ketat.

c) Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung. d) Seluruh proses atau hal-hal yang penting saja yang akan dicatat.

e) Perlu menetapkan bentuk catatan atau laporan berupa uraian, perhitungan, grafik dan sebagainya.


(41)

3) Selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.

4) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan ke kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab.

b. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Proses diskusi dalam pembelajaran ditandai dengan interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja (Syaiful Bahri Djamarah, 1997: 99).

Menurut Joyce dalam W.Gulo (2008: 132), tujuan-tujuan pembelajaran yang dapat dicapai melalui diskusi baik tujuan instruksional maupun tujuan iringan sesuai pada Gambar 2.

Dari Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa tujuan instruksional dari pembelajaran metode diskusi adalah memperoleh pandangan yang konstrukstif terhadap ilmu pengetahuan, kedisiplinan berinkuiri serta keaktifan memproses dan memimpin kelompok. Tujuan instruksional diartikan dengan tujuan utama yang akan secara langsung membentuk siswa ke arah tujuan-tujuan tersebut.


(42)

Keterangan :

: Tujuan Instruksional : Tujuan Iringan

Gambar 2. Tujuan Pembelajaran Menurut Joyce

Apabila siswa mampu berkontribusi baik dalam suatu diskusi maka tujuan-tujuan akan secara langsung dapat dirasakan oleh anggota dari diskusi kelompok tersebut. Sedangkan tujuan iringan dari diskusi menurut Joyce adalah penghargaan terhadap martabat manusia dan komitmen terhadap kemajemukan, kebebasan sebagai siswa, komitmen terhadap inkuiri sosial serta afiliasi dan kehangatan hubungan antarpribadi. Tujuan iringan dari diskusi merupakan tujuan sampingan yang dapat diperoleh oleh pesera didik setelah tujuan-tujuan instruksional tercapai. Tujuan iringan akan cenderung memberi dampak terhadap pribadi siswa dan membentuk karakter siswa sesuai dengan tujuan-tujuan iringan tersebut. Dengan adanya diskusi, siswa bukan hanya diharapkan mampu memperoleh pengetahuan kognitif saja namun juga mengembangkan kemampuan bersosialnya.

Pelaksanaan diskusi dapat berjalan optimal apabila guru melakukan pemantauan untuk mengetahui kesulitan masing-masing kelompok dan memberi

Diskusi Kelompok Kedisiplinan berinkuiri Keaktifan memproses dan memimpin kelompok Afiliasi dan kehangatan hubungan antarpribadi Komitmen terhadap inkuiri sosial Kebebasan sebagai siswa Penghargaan terhadap martabat manusia dan komitmen terhadap

kemajemukan

Pandangan yang konstruktif terhadap


(43)

pengarahan kepada mereka (W.Gulo, 2008: 132). Peran guru yang mendampingi diskusi juga akan mempengaruhi keberhasilan dari metode diskusi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Guru selayaknya mampu memantau dan mengidentifikasi permasalahan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa sehingga dalam memberi pengarahan ke siswa, guru mampu memberikan petunjuk yang tepat agar siswa terpancing ke arah kesimpulan dari tujuan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Kelebihan metode diskusi menurut Syaiful Bahdi Djamarah dan Aswan Zain (1997: 99) meliputi:

a. Merangsang kreativitas siswa dalam membentuk ide, gagasan, dan terobosan baru dalam pemecahan masalah.

b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. c. Memperluas wawasan.

d. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan masalah.

Kelemahan dari metode diskusi antara lain:

a. Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.

b. Pembicaraan dapat didominasi oleh yang suka berbicara.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode diskusi agar berjalan optimal menurut Nanang Sudjana (2005: 80) adalah :

a. Persiapan/perencanaan diskusi


(44)

2) Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu dan jumlahnya disesuaikan dengan sifat diskusi itu sendiri.

3) Penentuan dan perumusan masalah yang akan didiskusikan harus jelas. 4) Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berlarut-larut. b. Pelaksanaan diskusi

1) Membuat struktur kelompok (pimpinan, sekretaris, anggota). 2) Membagi-bagi tugas dalam diskusi.

3) Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi. 4) Mencatat ide-ide/saran-saran yang penting.

5) Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta. 6) Menciptakan situasi yang menyenangkan.

c. Tindak lanjut diskusi

1) Membuat hasil-hasil/kesimpulan dari diskusi.

2) Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi seperlunya.

3) Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan datang.

4. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan Siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas tujuan pembelajaran yang akan dicapai (Abdul Majid, 2009: 176). Lembar Kegiatan


(45)

Siswa memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh (Trianto, 2009:223). Lembar Kegiatan Siswa merupakan petunjuk untuk hands of science activity (Susilowati, 2013).

Donna Sattertwhait (2010: 7) mengemukakan hands of science activity

sebagai berikut:

Hands on science activities represent a strategy of teaching in which the students usually work in a groups, interact with peers to manipulate various object, ask questions that focus observations, collect data and attempt to explain naturan phenomena. This is actually essence of science.

(Petunjuk dalam kegiatan sains merepresentasikan strategi pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi dengan anggota kelompoknya untuk memanipulasi berbagai objek, mengajukan pertanyaan pada fokus pengamatan, mengumpulkan data dan berusaha untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. Ini merupakan esensi dari ilmu.)

Menurut Trianto (2009: 223) komponen-komponen Lembar Kegiatan Siswa meliputi:


(46)

a. Tujuan

Tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat dicantumkan dalam lembar kegiatan siswa sehingga siswa dan guru tidak akan keluar jauh dari materi yang disampaikan saat berlangsung proses pembelajaran di kelas.

b. Landasan Teori

Landasan teori atau dasar teori yang memuat teori-teori atau hukum-hukum yang mendukung percobaan secara singkat, namun sudah menyangkut substansi yang esensial.

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran dideskripsikan secara singkat.

d. Langkah Percobaan

Langkah-langkah percobaan yang akan dilakukan dijelaskan secara rinci untuk mengurangi kesalahpahaman siswa.

e. Data Hasil Pengamatan

Semua data yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan dari percobaan yang dilakukan ditulis untuk mempermudah siswa dalam mengerjakan prosedur selanjutnya.

f. Pertanyaan dan Kesimpulan

Pertanyaan tentang hasil pengamatan yang mengacu pada kesimpulan ditulis untuk memancing siswa agar dapat menuliskan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan sebagai bahan diskusi.


(47)

Komponen-komponen Lembar Kegiatan Siswa di atas masih bersifat umum, oleh sebab itu guru memiliki keleluasaan menyusun Lembar Kegiatan Siswa yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya. Hal paling penting adalah Lembar Kegiatan Siswa yang disusun oleh guru mampu membantu siswa mencapai tujuan pembelajarannya.

Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. Untuk mempersiapkan lembar kegiatan siswa guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus terpenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/tidaknya sebuah kompetensi dasar dikuasai oleh siswa (Abdul Majid, 2009: 177).

5. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk bertingkah laku (Hamzah B. Uno, 2013: 23). Motivasi secara umum terbagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, berikut uraian motivasi menurut Richard I. Arens (2007: 138):

When behavior is sparked internally by one’s own interest or curiosity or just for the pure enjoyment of an experience, this is called intrinsic motivation. Lingering to watch the sun go behind the horizon on a beautiful evening is an example of intrinsic motivation. In contrast, extrinsic motivation kicks in when individual are influenced to action from external or enviromental factors, such as reward, punishment, or


(48)

social pressure. Intrinsic and extrinsic motivation are both important in classroom.

(Apabila perilaku dipicu oleh minat atau keinginan tahuan seseorang atau semata-mata karena kesenangan akan pengalaman, hal ini disebut motivasi intrinsik. Berlama-lama menatap matahari terbenam di cakrawala pada sore hari yang indah merupakan contoh motivasi intrinsik. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik terjadi ketika seseorang dipengaruhi untuk bertindak karena faktor dari luar atau lingkungan, seperti hadiah, hukuman, atau tekanan sosial. Motivasi intrinsik dan ektrinsik penting di kelas.)

Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan, (ii) dorongan, dan (iii) tujuan (Dimyati dan Mujiyono, 2006: 80). Menurut Oemar Hamalik (2004 : 175), fungsi motivasi adalah :

a. Mendorong timbulnya kekuatan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

b. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Motivasi yang rendah atau kuat tersebut


(49)

dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar (Dimyati dan Mujiyono, 2006: 80).

Indikator motivasi belajar menurut Hamzah B.Uno (2013: 23) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d. Adanya penghargaan dalam pembelajaran. e. Adanya kegiatan menarik dalam pembelajaran.

f. Adanya lingkungan pembelajaran yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Kualitas dari pembelajaran tidak hanya dapat dilihat dari besarnya motivasi belajar dari siswa, tetapi juga dapat dilihat dari motivasi-motivasi lain, misalnya motivasi berprestasi.

Motivasi berprestasi adalah motivasi yang mendorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain, yang dapat diukur melalui berusaha untuk unggul dalam kelompoknya, menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam meraih keberhasilan, menyukai tantangan, menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses, dan menyukasi situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, dan resiko tingkat menengah (Djaali dan Pudji Muljono, 2008: 114).


(50)

6. Prestasi Belajar

Prestasi berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan. Prestasi dapat dilihat dari berbagai sudut, misalnya prestasi belajar, prestasi akademis, dan prestasi kerja. Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan melalui mata pembelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh pendidik.

Menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993: 9-10), adapun dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu :

a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah pancaindera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri atas faktor intelektif dan faktor kecakapan nyata (kecerdasan, bakat, dan prestasi yang dimiliki), faktor non intelektif (sikap kebiasaan, minat kebutuhan, emosi), serta faktor kematangan fisik dan psikis.

b. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)

1) Faktor sosial, terdiri atas : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya, seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.


(51)

3) Faktor lingkungan fisik, seperti : fasilitas rumah dan fasilitas belajar. 4) Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.

Dilihat dari faktor-faktor tersebut, prestasi belajar siswa di sekolah dapat ditingkatkan melalui banyak faktor. Dalam hal ini, guru memiliki peran penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa salah satunya dengan memilih metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan di sekolah menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

7. Pengetahuan Awal

Pengetahuan awal merupakan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa yang sedang belajar. Pengetahuan awal kimia siswa tidak hanya diperoleh di sekolah tetapi pengalaman keseharian juga dapat dijadikan sebagai pengetahuan awal.

Menurut Piaget (dalam Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2010: 118), dalam diri siswa terjadi dua proses pada saat pembelajaran, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi. Proses organisasi informasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau yang sudah ada sebelumnya dalam otak. Proses adaptasi adalah proses yang terdiri dari dua kegiatan. Pertama, menggabungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang diterima dan kedua adalah mengubah struktur pengetahuan yang dimiliki dengan struktur pengetahuan baru sehingga terjadi keseimbangan.

Usaha menyatukan pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan pengalaman baru, akan membantu mengintegrasikan pengalaman kimia yang


(52)

didapatkan siswa dari waktu ke waktu secara menyatu sehingga tidak ada mata rantai pengalaman yang hilang (missing links). Dari pernyataan tersebut, dapat dikemukakan pentingnya pengetahuan awal bagi siswa.

8. Ikatan Kimia

Di antara atom-atom di alam, hanya atom gas mulia yang stabil sedangkan atom yang lain tidak stabil. Atom-atom yang tidak stabil tersebut cenderung bergabung dengan atom lain untuk mendapatkan kestabilan. Pada dasarnya, sifat unsur ditentukan oleh konfigurasi elektronnya. Contoh konfigurasi elektron pada beberapa unsur stabil yaitu:

2He : 2 10Ne : 2 8 18Ar : 2 8 8 36Kr : 2 8 18 8 54Xe : 2 8 18 18 8 86Rn : 2 8 18 32 18 8

Dari konfigurasi tersbut, Kossel dan Lewis membuat kesimpulan bahwa konfigurasi elektron oleh atom-atom akan stabil bila jumlah elektron terluarnya 2 (duplet) atau 8 (oktet). Untuk mencapai keadaan stabil seperti gas mulia, maka atom-atom membentuk konfigurasi elektron seperti elektron gas mulia. Untuk membentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia, dapat dilakukan dengan cara berikatan dengan atom-atom lain. Jenis ikatan dari atom-atom agar dapat mencapai kestabilan adalah:


(53)

a. Ikatan Ion

Ikatan ion terjadi karena atom-atom yang mempunyai energi ionisasi rendah (mudah melepas elektron) akan melepaskan elektronnya dan membentuk ion positif. Elektron yang dilepas akan ditangkap oleh atom yang mempunyai afinitas elektron besar (mudah menarik elektron) untuk membentuk ion negatif. Ion positif dan ion negatif yang terbentuk, selanjutnya akan saling tarik-menarik dengan gaya elektrostatis membentuk senyawa yang netral.

Contoh :

1) 20Ca : 2 8 8 2 (konfigurasi elektron tidak stabil)

Agar stabil, atom Ca melepas sebuah elektronnya sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan atom Ar (konfigurasi elektron 10Ne : 2 8 ).

20Ca Ca22+ + 2e -(2 8 8 2) (2 8 8 )

Proses pembentukan ion positif (ionisasi) tersebut mudah terjadi karena atom Ca mempunyai energi ionisasi yang rendah.

2) 17Cl : 2 8 7 (konfigurasi elektron tidak stabil)

Agar stabil, cara yang memungkinkan adalah menjadikan konfigurasi elektron seperti 18Ar : 2 8 8 dengan mengikat sebuah elektron, sehingga atom Cl menjadi ion Cl-.

Cl + e- Cl -( 2 8 7) ( 2 8 8)


(54)

Selanjutnya, sebuah ion Ca2+ akan tarik menarik dengan 2 ion Cl -membentuk senyawa CaCl2.

Ca → Ca2++ 2e

-2 Cl + -2e- → 2Cl- Ca + 2 Cl → Ca2++ 2 Cl

-Adapun sifat-sifat dari senyawa ion diantaranya adalah : a) Kristalnya keras tapi rapuh

b) Mempunyai titik lebur dan titik didih yang tinggi

c) Kebanyakan dari senyawa ionik larut dalam air (tergantung harga Ksp) d) Lelehan dan larutannya dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan

padatannya tidak mampu menghantarkan arus listrik. b. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi karena pemakaian bersama pasangan elektron. Pasangan elektron ini dapat berasal dari masing-masing atom yang berikatan. Ikatan yang terbentuk disebut sebagai ikatan kovalen. Apabila pasangan elektron yang yang digunakan berasal dari salah satu atom yang berikatan, maka ikatan yang terbentuk disebut dengan ikatan kovalen koordinasi.

Untuk menggambarkan bagaimana ikatan kovalen terjadi, digunakan rumus titik elektron (struktur Lewis). Rumus ini menggambarkan peranan elektron valensi dalam membentuk ikatan. Gabungan atom-atom melalui ikatan kovalen akan membentuk molekul.


(55)

1) Molekul H2

1H : 1 (elektron valensi = 1)

Struktur Lewis dari 1H adalah H maka terbentuknya ikatan kovalen pada molekul H2sebagai berikut

H + H H H

Adapun gambar molekul H2 yang terbentuk karena adanya ikatan kovalen ditunjukkan dengan ilustrasi berikut .

H H 2) Molekul CH4

6C : 2 4 (elektron valensi = 4) 1H : 1 (elektron valensi = 1)

Struktur Lewis dari 6C adalah C dan 1H adalah H maka terbentuknya ikatan kovalen pada molekul H2sebagai berikut

H

C + H H C H

H

Adapun gambar molekul CH4 yang terbentuk karena adanya ikatan kovalen ditunjukkan dengan ilustrasi berikut .

H H C H


(56)

c. Ikatan Logam

Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, antara lain mengkilap, dapat menghantarkan arus listrik dan kalor dengan baik, mudah ditempa, ulet, dan dapat diulur menjadi kawat. Logam tersusun dalam suatu kisi kristal yang terdiri dari ion-ion positif logam di dalam lautan elektron. Lautan elektron tersebut merupakan elektron-elektron valensi dari masing-masing atom yang saling tumpang tindih. Masing-masing elektron valensi dapat bergerak bebas mengelilingi inti atom yang ada di dalam kristal tersebut, yang bergerak dari satu inti atom ke inti atom yang lain yang disebut elektron terdislokalisasi. Gaya tarikan inti atom-atom logam dengan lautan elektron mengakibatkan terjadinya ikatan logam. Lautan elektron pada kristal logam memegang erat ion-ion positif pada logam sehingga bila dipukul atau ditempa, logam tidak akan pecah atau tercerai berai, tetapi akan bergeser. d. Bentuk Molekul

Bentuk molekul dapat dijelaskan menggunakan berbagai pendekatan, misalnya teori orbital bastar (hibridisasi orbital), teori medan kristal (Crystal Field Theory), dan teori tolakan pasangan elektron (Valence Shell Electron Pair Repulsion atau VSEPR). Teori VSEPR lebih mudah digunakan dalam menjelaskan bentuk molekul-molekul sederhana.

Di dalam molekul senyawa umumnya terdapat atom yang dianggap sebagai atom pusat, misalnya pada senyawa H2O sebagai atom pusatnya adalah atom oksigen dan pada molekul PCl3 atom fosfor sebagai pusatnya. Pasangan elektron yang berada di sekitar atom pusat dibedakan pasangan


(57)

elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB). Pasangan elektron bebas mempunyai gaya tolak lebih besar daripada pasangan elektron ikatan. Adanya gaya tolak yang kuat pada pasangan elektron bebas ini mengakibatkan pasangan elektron bebas akan menempati ruang yang lebih luas daripada pasangan elektron ikatan.

Pasangan-pasangan elektron di dalam suatu molekul akan menempatkan diri sedemikian rupa sehingga gaya tolak-menolak pasangan elektron itu serendah mungkin. Agar kedudukan pasangan elektron itu menghasilkan gaya tolak-menolak yang paling rendah, maka pasangan elektron tersebut akan berada pada jarak yang saling berjauhan satu sama lain.

Untuk meramalkan bentuk molekul, pertama harus diketahui terlebih dahulu jumlah pasangan-pasangan elektron yang berada di sekitar atom pusat. Untuk menentukan jumlah pasangan elektron dapat dilakukan dengan menggambar rumus Lewisnya. Jumlah Pasangan Elektron Bebas (PEB) maupun Pasangan Elektron Ikatan (PEI) dicari kemudian diramalkan tolakan antar pasangan elektron. Besar tolakan antar pasangan elektron yang dapat digunakan untuk meramalkan bentuk molekul adalah : PEB-PEB>PEB-PEI>PEI-PEI. Macam-macam bentuk molekul dapat dilihat pada Tabel 2.


(58)

Tabel 2. Bentuk Molekul dari Teori VSEPR

Sumber : http://sulflakes.livejournal.com/6616.html

Cara yang paling praktis adalah menghitung semua elektron valensi dari atom pusat dan elektron-elektron yang digunakan untuk membentuk ikatan dari atom-atom yang mengelilinginya. Langkah-langkah berikut ini dapat digunakan untuk meramalkan bentuk molekul.


(59)

1) Membuat rumus Lewis elektron dari senyawa yang akan diramalkan bentuk molekulnya.

2) Tentukanlah :

a) Jumlah elektron valensi atom pusat (atom pusat yang dikelilingi oleh dua atau lebih atom lain).

b) Jumlah elektron yang berasal dari atom-atom di sekitar atom pusat yang membentuk ikatan.

c) Pasangkan elektron dari langkah 2.b dan 2.c hingga atom pusat memenuhi aturan oktet atau duplet. Periksa apakah atom-atom di sekitar atom pusat juga sudah memenuhi aturan oktetatau duplet.

d) Pasangan elektron terikat menentukan bentuk sesungguhnya dari molekul tersebut.

e) Pasangan elektron bebas mempunyai gaya tolak-menolak lebih kuat, maka akan mengambil sudut yang besar.

Hibridisasi adalah peleburan orbital-orbital dari tingkat energi yang berbeda menjadi orbital-orbital yang setingkat.

Contoh :

a) Molekul CH4

Pada tingkat dasar, atom C (nomor atom = 6) mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut.

6C :


(60)

Dengan konfigurasi elektron seperti itu, atom C hanya dapat membentuk 2 ikatan kovalen padahal fakta menunjukkan atom C mampu membentuk 4 ikatan kovalen, dapat dianggap bahwa 1 elektron dari orbital 2s dipromosikan ke orbital 2p, sehingga C mempunyai 4 elektron tunggal sebagai berikut.

6C : menjadi6C :

1s2 2s2 2p2 1s2 2s 2p

Keempat elektron tersebut akan digunakan oleh elektron-elektron dari atom lain untuk dapat berikatan dengan atom C sehingga akan dicapai kestabilan.

e. Ikatan Kovalen Polar dan Non-polar

Pada molekul-molekul diatomik seperti H2, Cl2, O2, dan N2, pasangan elektron yang digunakan bersama berada di antara dua atom dalam jarak yang sama. Ikatan yang terbentuk pada molekul-molekul tersebut dinamakan ikatan kovalen non-polar.

Atom klorin mempunyai kekuatan gaya tarik elektron yang jauh lebih kuat daripada hidrogen. Hal ini dapat dilihat dari harga keelektronegatifannya. Harga keelektronegatifan klorin 3,0 dan hidrogen 2,1. Oleh karena pasangan elektron lebih tertarik ke atom klorin, maka klorin menjadi kutub negatif dan hidrogen menjadi kutub negatif. Peristiwa terjadinya kutub akibat adanya pasangan elektron yang lebih tertarik ke salah satu atom disebut dengan polarisasi, dan ikatan yang terbentuk dinamakan ikatan kovalen polar.

Apabila dalam suatu molekul terdapat beda keelektronegatifan antar atom-atom penyusunnya, maka akan terjadi kepolaran. Semakin besar


(61)

perbedaan harga keelektronegatifan antara kedua atom, semakin polar ikatannya.

Kepolaran tidak secara serta merta menjadikan molekulnya menjadi polar. Sebagai contoh molekul CO2 yang mempunyai dua ikatan kovalen polar C O. Ikatan kovalen polar pada molekul CO2 dapat digambarkan sebagai vektor yang arahnya menuju ke muatan negatif (atom O). Oleh karena jenis ikatan kovalen polar tersebut sama dan arahnya berlawanan (resultan vektor = 0), maka akan saling meniadakan. Sehingga, meskipun molekul CO2 mempunyai ikatan kovalen polar, tetapi molekulnya bersifat non-polar. Meskipun H2O mempunyai dua ikatan polar yang sama, tetapi arahnya tidak berlawanan (resultan vektor ≠ 0) sehingga tidak saling meniadakan. Oleh karena itu, molekul H2O bersifat polar.

f. Gaya Van Der Waals

Definisi gaya van der waals adalah jumlah gaya tarik menarik atau tolak menolak antar molekul yang dapat disebabkan gaya elektrostatis ion dengan molekul netral atau muatan lain. Gaya van der waals meliputi gaya dipol permanen, gaya dipol terimbas, dan gaya dispersi (gaya London). Gaya dipol permanen terbentuk karena ikatan antar molekul-molekul yang memiliki dipol. Gaya dipol terimbas terjadi ikatan antar molekul yang memiliki dipol dengan molekul di sekitarnya yang tidak memiliki dipol. Gaya dispersi terjadi karena kondisi dimana suatu elektron dalam molekul bergerak ke salah satu bagian atau ujung dari suatu molekul dan


(62)

menyebabkan adanya dipol, keadaan ini mempengaruhi molekul di sekitarnya dan terimbas.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Nafi’ah dengan judul Efektivitas Metode Eksperimen dalam Proses Pembelajaran Konsep Asam Basa untuk Siswa SMU Kelas II Cawu 2 yang diajukan sebagai tugas akhir bukan skripsi tahun 2000. Kesimpulan dari penelitian Nafi’ah tersebut adalah penggunaan metode eksperimen efektif dalam pembelajaran konsep asam basa SMU Kelas II Cawu 2.

Penelitian kedua dilakukan oleh Irma Suryandari dengan judul Efektivitas Metode Gabungan Eksperimen, Demonstrasi, dan Diskusi dalam Proses Pembelajaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Siswa Kelas II Cawu 1 SMU yang diajukan sebagai tugas akhir bukan skripsi tahun 2000. Kesimpulan dari penelitian Irma Suryandari tersebut adalah penggunaan metode gabungan eksperimen, demonstrasi, dan diskusi efektif dalam proses pembelajaran laju reaksi untuk siswa kelas II cawu 1 SMU.

C. Kerangka Berfikir

Prestasi, motivasi, dan sikap merupakan faktor-faktor yang dapat dijadikan patokan tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran. Kualitas pada saat proses pembelajaran berlangsung akan berbanding lurus dengan tingkat ketercapaian faktor-faktor keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hal


(63)

ini dapat dilihat dari terpenuhinya faktor-faktor pendukungnya. Faktor internal yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor sekolah yang dimaksud meliputi metode pembelajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pembelajaran dan waktu sekolah, standar pembelajaran, keadaan gedung, dan tugas rumah. Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kualitas pembelajaran. Metode pembelajaran yang baik merupakan metode yang memberi hasil belajar bermakna bagi siswa, oleh karena itu akan lebih baik jika metode yang digunakan melibatkan aktivitas siswa secara langsung.

Metode eksperimen dan metode diskusi merupakan salah satu metode yang menuntut partisipasi siswa yang aktif di dalam pembelajaran, sehingga diharapkan gabungan metode ini dapat memberi pembelajaran bermakna bagi siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ada perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran metode eksperimen dan diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa dengan siswa kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran metode diskusi tanpa lembar kegiatan siswa pada materi ikatan di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015.


(64)

2. Ada perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas eksperimen sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode eksperimen dan diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa pada materi ikatan kimia di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015.

3. Ada perbedaan motivasi belajar kimia siswa kelas kontrol sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode diskusi tanpa lembar kegiatan siswa pada materi ikatan di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015. 4. Ada perbedaan prestasi belajar kimia siswa kelas eksperimen sebelum dan

sesudah pembelajaran dengan metode eksperimen dan diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa pada materi ikatan kimia di SMA Negeri 1 Pakem tahun pelajaran 2014/2015.

Hipotesis yang telah disebutkan di atas selanjutnya disebut sebagai hipotesis alternatif (Ha) dari penelitian ini. Hipotesis alternatif atau hipotesis tandingan adalah hipotesis yang menyatakan ada efek, ada pengaruh, atau adanya perbedaan (Getut Pramesti, 2014: 3)


(65)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Disain Penelitian

Penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen dan tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol (Muhadi, 2011: 21).

Nana Sudjana dan Ibrahim (2012: 19) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen yaitu :

1. Adanya variabel bebas yang dimanipulasikan.

2. Adanya pengendalian/pengontrolan variabel lain kecuali variabel bebas. 3. Adanya pengamatan/pengukuran terhadap variabel terikat sebagai efek

dari variabel bebas.

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan disain pretest-posttest. Disain pretest-posttest merupakan desain penelitian dengan melakukan pengamatan kepada subjek penelitian sebelum dan sesudah perlakuan. Subjek yang diambil dalam penelitian ini dilakukan tanpa acak. Dilakukan tanpa acak artinya subjek dari kedua sampel yaitu siswa memang telah dikelompokkan sebagaimana mestinya sehingga peneliti tidak mungkin mengubah siswa kelas yang berada di kedua kelas sampel.


(66)

B. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu : 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan pada variabel terikat atau variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2003: 3). Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran metode eksperimen dan metode diskusi menggunakan lembar kegiatan siswa dengan metode diskusi tanpa lembar kegiatan siswa.

Metode eksperimen adalah cara penyajian pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengamati dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1997: 95). Metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1997: 99). Lembar Kegiatan Siswa adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang berubah karena adanya variabel bebas atau variabel yang dipengaruhi (Sugiyono, 2003: 3). Variabel terikat pada penelitian ini adalah motivasi dan prestasi belajar kimia siswa .

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa dalam belajar untuk bertingkah laku (Hamzah B.Uno, 2013: 23). Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan


(1)

Lampiran 25. Uji-t Beda Subjek

Uji-t Beda Subjek

T-Test

Group Statistics

Metode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Motivasi 1 32 2.1250 9.96364 1.76134

2 32 4.0938 9.85495 1.74212

T

hitung

= -0,795 dan sig = 0,430

Sig (= 0,430) >

ɑ (= 0,05) berarti antara gain skor motivasi belajar peserta didik kelas

eksperimen dengan gain skor motivasi belajar peserta didik kelas kontrol tidak terdapat

perbedaan yang signifikan. Rata-rata gain skor motivasi belajar peserta didik kelas

eksperimen sebesar 68 point tidak lebih tinggi daripada rata-rata gain skor motivasi belajar

peserta didik kelas kontrol 131 poin.

Ringkasan Hasil Uji t Antar Kelompok

Variabel

Sumber

t

0

p

Motivasi Belajar Kimia

Kelas Eksperimen – Kelas Kontrol

-0,795

0,430

Independent Samples Test

Motivasi

Equal variances assumed

Equal variances not assumed

Levene's Test for Equality of Variances

F .025

Sig. .876

t-test for Equality of Means T -.795 -.795

Df 62 61.993

Sig. (2-tailed) .430 .430

Mean Difference -1.96875 -1.96875

Std. Error Difference 2.47736 2.47736

95% Confidence Interval of the Difference

Lower -6.92092 -6.92094


(2)

Lampiran 26. Uji-t Sama Subjek

Uj- t Sama Subjek (Kelas Eksperimen)

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Motivasi_awal 1.4122E2 32 16.17392 2.85917

Motivasi_akhir 1.4334E2 32 16.35022 2.89034

Paired Samples Test

Pair 1

Motivasi_awal -Motivasi_akhir

Paired Differences Mean -2.12500

Std. Deviation 9.96364

Std. Error Mean 1.76134

95% Confidence Interval of the Difference

Lower -5.71728

Upper 1.46728

T -1.206

Df 31

Sig. (2-tailed) .237

T

hitung

= -1,206 dan sig = 0,237

Sig (= 0,237) >

ɑ (= 0,05) berarti tidak ada perbedaan signifikan antara motivasi awal peserta

didik dengan motivasi belajar akhir peserta didik pada kelas Eksperimenwalaupun rata-rata

gain skor naik sebesar .

Ringkasan Hasil Uji t Sama Subjek

Sumber

Rerata

t

0

p

Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik

Kelas Eksperimen

Awal

141,21875

-1,206

0,237


(3)

Uji t Sama Subjek (Kelas Kontrol)

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Motivasi_awal 1.4112E2 32 14.43506 2.55178

Motivasi_akhir 1.4522E2 32 13.10930 2.31742

Paired Samples Test

Pair 1

Motivasi_awal -Motivasi_akhir

Paired Differences Mean -4.09375

Std. Deviation 9.85495

Std. Error Mean 1.74212

95% Confidence Interval of the Difference

Lower -7.64684

Upper -.54066

T -2.350

Df 31

Sig. (2-tailed) .025

T

hitung

= -2,350 dan sig = 0,025

Sig (= 0,025) <

ɑ (= 0,05) berarti ada perbedaan signifikan antara motivasi awal peserta didik

dengan motivasi belajar akhir peserta didik pada kelas sampel B dengan rata-rata gain skor

naik sebesar .


(4)

Lampiran 27. Uji Anakova Satu Jalur

Uji Anakova Satu Jalur

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Prestasi_belajar

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3282.594a 2 1641.297 13.931 .000

Intercept 3069.208 1 3069.208 26.051 .000

Pengetahuan_awal 819.953 1 819.953 6.960 .011

Kelas 1262.058 1 1262.058 10.712 .002

Error 7186.640 61 117.814

Total 303015.000 64

Corrected Total 10469.234 63

a. R Squared = ,314 (Adjusted R Squared = ,291)

Jika F

hitung

> F

tabel

atau sig <

ɑ berarti perbedaannya signifikan

Jika F

hitung

< F

tabel

atau sig >

ɑ berarti perbedaannya tidak signifikan

Digunakan taraf kepercayaan 95%

Tingkat signifikansi (

ɑ) = 100%

- taraf kepercayaan = 100% - 95% = 5% = 0,05

F

hitung

= 10,712 dan sig = 0,002

Sig (= 0,002) <

ɑ (= 0,05) berarti antara prestasi belajar kimia kelas

eksperimen dengan

prestasi belajar kimia kelas kontrol terdapat perbedaan yang signifikan.

Ringkasan Hasil Uji Anakova Satu Jalur

Sumber

JK

db

RK

F

0

p

Antar A

1262,058

1

1262,058

10,712

0,002

Dalam

7186,640

61

117,814

-


(5)

-Lampiran 28. Uji Linieritas

Uji Linieritas

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Pengetahuan_awa

la . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Prestasi_belajar

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .439a .193 .180 11.67345

a. Predictors: (Constant), Pengetahuan_awal

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2020.536 1 2020.536 14.828 .000a

Residual 8448.698 62 136.269

Total 10469.234 63

a. Predictors: (Constant), Pengetahuan_awal

b. Dependent Variable: Prestasi_belajar

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta


(6)

Ringkasan Hasil Uji Lnieritas

Sumber

F

0

r

0,439

r

2

0,193