Penggunaan media komik untuk meningkatkan minat dan hasil belajar Fisika siswa kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok di Kutai Barat pada materi konsep zat.

(1)

vi

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN MINAT

DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP KATOLIK

W.R. SOEPRATMAN BARONG TONGKOK DI KUTAI BARAT PADA

MATERI KONSEP ZAT

Feronika Cici Novisilta Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Sejauh mana media komik dapat meningkatkan minat siswa pada materi Konsep Zat dan (2) Sejauh mana media komik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Konsep Zat.

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok pada bulan Agustus 2014. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 30 siswa kelas VII. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Komik, (3) Soal Pre- Test dan Post-Test, dan (4) Kuisioner minat siswa. RPP digunakan untuk membantu guru dalam mengarahkan jalannya proses belajar mengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Komik sains digunakan sebagai pengganti buku pelajaran, sedangkan Soal Pre- Test dan Post-Test digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif dan konsep awal dan akhir siswa. Kuisioner minat siswa digunakan sebagai instrumen bantu untuk mengetahui tingkat minat siswa belajar fisika dengan menggunakan media komik sains.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Media Komik terbukti meningkatkan minat siswa pada materi Konsep Zat dan (2) meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Konsep Zat.


(2)

vii

ABSTRACT

THE USE OF COMIC TO ENCOURAGE AND INCREASE STUDENT

LEARNING OUTCOMES IN CLASS VII CATHOLIC JUNIOR HIGH

SCHOOL W.R. SOEPRATMAN BARONG TONGKOK WEST KUTAI

AT MATERIAL PHYSICSCONCEPT OF SUBSTANCE

Feronika Cici Novisilta

Sanata Dharma Univercity 2016

This study aims to determine whether : (1) The extent of the comic medium can increase students interest in the material concept of substance and (2) The extent of the comic medium can increase students learning outcomes in the material concept of substance.

This study had been conducted in Catholic Junior High School W.R. Soepratman Barong Tongkok in August 2014. This study took a sample of 30 students of class VII. The instruments used in this study were (1) Lesson Plan (RPP), (2) Comic, (3) Pre- Test and Post-Test worksheets, and (4) Interest Questionnaire. Lesson plan was used to help teacher directing the teaching and learning process in the classroom. Comic were used as a substitute for textbooks while pre- test and post- test worksheets were used to determine cognitive ability and the initial and final students concept. Interest Questionnaire were used as an assisting instrument to determine the student interest level studying physics by using the medium of comic.

The result shows that: (1) Comic increases students interest in the material concept of substance and (2) Improvies students learning outcomes in the material concept of substance. Keywords: Comic, Interest, Learning Outcomes


(3)

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN MINAT

DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP KATOLIK 2

W.R. SOEPRATMAN BARONG TONGKOK DI KUTAI BARAT PADA

MATERI KONSEP ZAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

FERONIKA CICI NOVISILTA NIM : 091424040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Keluarga tercinta,

Yuventius Gembira S.E. dan Tristonnesia Sahabat dan teman- teman juga anak kos


(7)

v MOTTO

You can do it. You can do anything.


(8)

(9)

(10)

viii

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN MINAT

DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP KATOLIK

W.R. SOEPRATMAN BARONG TONGKOK DI KUTAI BARAT PADA

MATERI KONSEP ZAT

Feronika Cici Novisilta Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Sejauh mana media komik dapat meningkatkan minat siswa pada materi Konsep Zat dan (2) Sejauh mana media komik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Konsep Zat.

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok pada bulan Agustus 2014. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 30 siswa kelas VII. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Komik, (3) Soal Pre- Test dan Post-Test, dan (4) Kuisioner minat siswa. RPP digunakan untuk membantu guru dalam mengarahkan jalannya proses belajar mengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Komik sains digunakan sebagai pengganti buku pelajaran, sedangkan Soal Pre- Test dan Post-Test digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif dan konsep awal dan akhir siswa. Kuisioner minat siswa digunakan sebagai instrumen bantu untuk mengetahui tingkat minat siswa belajar fisika dengan menggunakan media komik sains.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Media Komik terbukti meningkatkan minat siswa pada materi Konsep Zat dan (2) meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Konsep Zat.


(11)

ix

ABSTRACT

THE USE OF COMIC TO ENCOURAGE AND INCREASE STUDENT

LEARNING OUTCOMES IN CLASS VII CATHOLIC JUNIOR HIGH

SCHOOL W.R. SOEPRATMAN BARONG TONGKOK WEST KUTAI

AT MATERIAL PHYSICSCONCEPT OF SUBSTANCE

Feronika Cici Novisilta Sanata Dharma Univercity

2016

This study aims to determine whether : (1) The extent of the comic medium can increase students interest in the material concept of substance and (2) The extent of the comic medium can increase students learning outcomes in the material concept of substance.

This study had been conducted in Catholic Junior High School W.R. Soepratman Barong Tongkok in August 2014. This study took a sample of 30 students of class VII. The instruments used in this study were (1) Lesson Plan (RPP), (2) Comic, (3) Pre- Test and Post- Test worksheets, and (4) Interest Questionnaire. Lesson plan was used to help teacher directing the teaching and learning process in the classroom. Comic were used as a substitute for textbooks while pre- test and post- test worksheets were used to determine cognitive ability and the initial and final students concept. Interest Questionnaire were used as an assisting instrument to determine the student interest level studying physics by using the medium of comic.

The result shows that: (1) Comic increases students interest in the material concept of substance and (2) Improvies students learning outcomes in the material concept of substance.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan

rahmat-Nya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul skripsi ini adalah “

Penggunaan Media Komik Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok di Kutai Barat Pada Materi Konsep

Zat”.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan bersedia mencari penulis agar segera menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi.

2. Dwi Nugraheni Rositawati, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama studi, yang turut memperjuangkan penulis agar bisa meneruskan studi di Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma. 3. Dr. Ignatius Edi Santosa M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) ke-3

yang telah membimbing, memberi arahan, bermurah hati membantu penulis menyelesaikan studi walau telah lewat dari waktu yang telah ditentukan program studi.

4. Papa Yuventius Gembira S.E., Mama Tristonnesia, Kakak Fransiska Yanti Novisilta, dan Nenek Joraq yang selalu mendoakan, memberikan semangat, marah, dan mendorong diri ini baik secara moral dan material.

5. Ina Lisnawati S.Pd, Veronica Lusiana S.Pd, adik- adik mahasiswa dari berbagai program studi maupun angkatan yang telah membantu dan memberikan motivasi.


(13)

xi

6. Seluruh dosen Pendidikan Fisika yang tidak putus memberikan motivasi agar terus berjuang menyelesaikan studi yang berat ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hart menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 23 Agustus 2016


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halam Persetujuan Pembimbing... ... ii

Halam Pengesahan... ... iii

Halam Persembahan... iv

Motto... v

Pernyataan Keaslian Karya... ... vi

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis... vii

Abstrak... viii

Abstract... ix

Kata Pengantar... x

Daftar Isi... xii

Daftar Bagan... xv

Daftar Gambar... xvi

Daftar Tabel... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

1. Manfaat Bagi Siswa... 4

2. Mafaat Bagi Guru... 4

3. Manfaat Bagi Sekolah... . 4


(15)

xiii

BAB II DASAR TEORI... 6

A.Belajar ... ... 6

B.Minat... 8

C.Hasil Belajar... 12

D.Media Pembelajaran... 15

E. Komik... 17

F. Hasil Penelitian tentang Media Komik... 22

G.Materi Konsep Zat... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A.Jenis Penelitian... 28

B.Setting Penelitian... 28

1. Tempat dan Waktu Penelitian... 28

2. Subyek Penelitian... 28

3. Obyek Penelitian... 28

4. Sumber Data... 28

5. Jenis Data... 29

C.Desain Penelitian... 29

D.Instrumen Penelitian... 30

E. Teknik Analisa Data... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 37

A.Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 37

B.Data Hasil... 41

1. Data Pre- Test dan Post- Test Pengetahuan... 41

2. Data Minat... 43

C.Analisa Data... 44

1. Peningkatan Hasil Belajar... 44

2. Peningkatan Situasi Minat... 47

3. Faktor Pendukung Keberhasilan Penerapan Media Pembelajaran dengan menggunakan Komik Sains... 48


(16)

xiv

4. Faktor Penghambat Keberhasilan Penerapan Media Pembelajaran dengan menggunakan Komik Sains dan cara

mengatasinya... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 51

A.Kesimpulan... 51

B.Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA... 52

DAFTAR PUSTAKA GAMBAR... 55

DAFTAR LAMPIRAN a. Lampiran 1a... 56

b. Lampiran 1b... 57

c. Lampiran 2... 58

d. Lampiran 3... 59

e. Lampiran 4... 61

f. Lampiran 5... 65

g. Lampiran 6... 68

h. Lampiran 7... 69

i. Lampiran 8... 73

j. Lampiran 9... 77

k. Lampiran 10... 81

l. Lampiran 11... 90

m. Lampiran 12... 93

n. Lampiran 13... 97

o. Lampiran 14... 98

p. Lampiran 15... 99


(17)

xv

DAFTAR BAGAN


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Panel...17

Gambar 2.2 Contoh Balon Baca...18

Gambar 2.3 Contoh Narasi... ...19

Gambar 2.4 Contoh Efek Suara... ...25

Gambar 2.5 Skema Perubahan Wujud Zat...26

Gambar 2.6 Susunan Partikel Zat Padat...26

Gambar 2.7 Susunan Partikel Zat Cair...27

Gambar 2.8 Susunan Partikel Zat Gas...40

Gambar 4.1 Guru Mengajar...40


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi- Kisi Pre- Test dan Post- Test Komik Sains...32

Tabel 3.2 Skala Pengkategorian Minat...36

Tabel 4.1 Pelaksanaan Tindakan...39

Tabel 4.2 Daftar Nilai Pre- Test dan Post- Test...41

Tabel 4.3 Hasil Pre- Test...42

Tabel 4.4 Hasil Post- Test...43

Tabel 4.5 Kuisioner Minat Siswa...43


(20)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pengetahuan merupakan salah satu hal penting di dalam kehidupan. Dengan adanya pengetahuan, peradaban manusia dapat berkembang seperti yang dapat kita lihat sekarang ini. Untuk mendapatkan pengetahuan, seseorang dapat memperolehnya melalui pendidikan formal dan non formal. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Kardiyat Wiharyanto, 2008: 4). Pendidikan formal bisa didapatkan melalui sekolah, sedangkan pendidikan non formal dapat diperoleh melalui buku bacaan maupun internet.

Sekolah merupakan sumber utama yang memiliki peran paling besar dalam menyediakan dan memberikan pengetahuan. Sekolah memberikan berbagai macam pengetahuan melalui materi pembelajaran yang telah disusun sesuai dengan kurikulum pendidikan. Salah satu mata pelajaran yang disediakan sekolah dalam upaya memberikan pengetahuan adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

IPA merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga Perguruan Tinggi.

Pelajaran IPA menjelaskan mengenai benda- benda alam dengan hukum yang telah pasti, umum, dan berlaku hingga kapanpun dan dimana saja. Oleh karena itu, mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang penting dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari- hari seorang siswa. Mata pelajaran IPA juga diharapkan untuk dapat


(21)

membantu para siswa agar lebih mudah memahami dan mengenal alam dan gejala- gejala alam yang ada di sekitarnya.

Pelajaran IPA dapat dibagi menjadi tiga yaitu Fisika, Kimia dan Biologi. Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Kimia adalah ilmu yang mempelajari benda, ciri- ciri, struktur, komposisi, dan perubahannya yang disebabkan karena interaksi dengan benda lain atau reaksi kimia. Sedangkan Biologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan organisme hidup termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran, dan taksonominya (Wikipedia).

Dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru Fisika di SMP Katolik 2 W.R. Soepratman, dinyatakan bahwa siswa lebih sulit dalam mengikuti pelajaran Fisika dibandingkan dengan pelajaran Kimia dan Biologi. Hal ini dikarenakan di dalam pembelajaran Fisika, siswa dihadapkan dengan lebih banyak soal dan mulai menggunakan rumus dalam menyelesaikannya yang jauh berbeda dibandingkan ketika masih di bangku SD. Pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung, sebagian besar siswa sibuk dengan kegiatan masing- masing. Ada yang sedang berbincang dengan teman yang ada di sebelahnya, mengganggu teman yang lain, menggambar, mendengarkan lagu melalui handphone secara sembunyi- sembunyi, makan dan sebagainya. Hal ini dilakukan siswa dalam upaya untuk mengusir rasa bosan dan mengantuk hingga pelajaran berakhir.

Perilaku tidak suka ini dapat dipengaruhi dari berbagai faktor diantaranya kurang variatifnya metode pembelajaran yang diberikan oleh guru, juga dari sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai dalam menunjang proses belajar dan mengajar itu sendiri. Hal ini dapat berdampak terhadap semakin rendahnya tingkat hasil belajar siswa terhadap pelajaran Fisika.


(22)

Oleh sebab itu, seorang guru diharapkan untuk pandai dalam memilih dan menentukan media pembelajaran yang lebih efektif dalam menyampaikan pelajaran sehingga dapat membangkitkan gairah siswa agar lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Salah satu dari media yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah media komik. Komik merupakan sebuah bahan bacaan yang disukai oleh berbagai lapisan usia mulai dari anak- anak hingga orang dewasa. Penyajian sederhana dan penceritaan sebuah situasi yang ditumpahkan kedalam gambar dapat lebih mudah untuk membangkitkan gairah dan minat untuk membaca. Komik biasanya dilengkapi dengan adanya tokoh, latar belakang, balon baca, panel (kotak yang memisahkan antara adegan satu dengan lainnya), narasi hingga efek suara yang semakin membuat cerita menjadi lebih hidup.

Komik sains yang akan dibuat oleh peneliti sedikit berbeda dari komik kebanyakan. Komik ini cenderung ingin membantu dan memudahkan para siswa dalam memahami gejala- gejala alam yang ada di sekitar dan sering terjadi dalam kehidupannya sehari- hari. Dengan menggunakan bahasa, gambar dan cerita yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada membuat siswa lebih mudah dalam menyerap informasi yang ingin disampaikan oleh peneliti.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengujicobakan media komik sebagai media pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar pada siswa SMP kelas VII.

B.Rumusan Masalah

1. Apakah media komik dapat meningkatkan minat siswa kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok pada materi konsep zat?


(23)

2. Apakah media komik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok pada materi konsep zat?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui sejauh mana media komik dapat meningkatkan minat membaca siswa kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok pada materi konsep zat.

2. Untuk mengetahui sejauh mana media komik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok pada materi konsep zat.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi : 1. Siswa

a. Siswa dapat memahami materi konsep zat lebih mendalam dan berdampak terhadap meningkatnya minat dan hasil belajar.

b. Siswa menjadi lebih berminat dan berpikir bahwa Fisika menyenangkan sehingga meningkatkan hasil belajar.

2. Guru

Guru dapat memperoleh strategi baru dan media pengajaran yang efektif dalam mengajar materi konsep zat.

3. Sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi tentang strategi dan media pengajaran pada pembelajaran Fisika.


(24)

4. Orang Tua

Orang tua dapat memahami bahwa komik juga dapat menjadi media yang efektif dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa selain media pembelajaran yang lainnya.


(25)

6 BAB 2

DASAR TEORI

A.Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi bahkan dalam kandungan hingga liang lahat (Siregar, 2010). Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Istilah belajar menyiratkan peningkatan kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun kolektif, tidak hanya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, melainkan juga untuk mengarahkan perubahan itu sehingga sesuai dengan tujuannya sendiri (Abdullhak, 2011). Menurut Suyono dan Hariyanto, belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono, 2011).

Berdasarkan klasifikasi Apps (1979: 64) ada dua bentuk kemungkinan peristiwa belajar terjadi, yaitu apa yang disebut random learning dan planned learning. Random

learning adalah peristiwa dan hasil belajar yang tidak direncanakan, baik oleh si

pembelajar maupun oleh si sumber belajar atau oleh salah satunya. Sedangkan planned

learning adalah peristiwa dan secara sistematis, terancang, dan direkayasa atau memang

diciptakan untuk mengubah perilaku sasaran didik. Klasifikasi ini sejalan dengan taksonomi Axinn (1976: 22), dimana peristiwa belajar dapat dilihat berdasarkan perspektif kesengajaan peserta dan sumber belajar (Abdullhak, 2011).

Oleh karena itu, banyak tipe- tipe belajar yang digunakan oleh manusia. Gagne memilah dan mencatat beberapa tipe belajar (Siregar, 2010), yaitu:


(26)

1. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata semua reaksi spontan manusia terhadap stimulus sebenarnya menimbulkan respon. Maka dalam hal ini signal learning dapat terjadi.

2. Belajar stimulus respon dapat memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk prilaku tertentu (shaping).

3. Belajar merantaikan (chaining) merupakan cara belajar dengan membuat gerakan- gerakan motorik, sehingga pada akhirnya dapat membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu.

4. Belajar asosiasi verbal (verbal association). Tipe belajar diskriminasi memberikan reaksi yang berbeda- beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan.

5. Belajar konsep (concept learning) adalah belajar yang mengklasifikasikan stimulus, atau menempatkan objek- objek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep.

6. Belajar dalil (rule learning) merupakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terciri dari penggabungan beberapa konsep yang biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat.

7. Belajar memecahkan masalah (problem solving) merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaidah yang lebih tinggi (higher order rule).

Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti baik dari teks, dialog, pengalaman fisis dan lain- lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Menurut Suparno (1997) proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut :


(27)

1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.

2. Konstruksi arti adalah proses yang terus- menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah.

3. Belajar bukan hanya kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru.

4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan ( disequilibrium ) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

6. Hasil belajar seseorang tergantung dari paa yang telah diketahui si pelajar : konsep- konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

B.Minat

Menurut Sukardi, minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Bernard dalam Sardiman (2007:76) menyatakan bahwa minat timbul tidak secara tiba- tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar maupun bekerja. Jadi, jelas bahwa minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan keinginan. Dalam kaitannya dengan belajar, Hansen (1995:1) menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan


(28)

kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan (Susanto, 2013).

Dari beberapa gambaran definisi minat di atas, dapat ditegaskan bahwa minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipillihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama kelamaan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.

Gagne membedakan sebab timbulnya minat pada diri seseorang menjadi dua macam, yaitu minat spontan yang merupakan minat yang timbul secara spontan dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar dan minat terpola yang merupakan minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan- kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan belajar- mengajar baik di lembaga sekolah maupun diluar sekolah (Susanto, 2013).

Elizabeth B. Hurlock (2007) mengatakan bahwa pada semua usia, minat memainkan peran yang penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap, terutama selama masa kanak-kanak. Jenis pribadi anak sebagian besar ditentukan oleh minat yang berkembang selama masa kanak-kanak. Di samping itu, pengalaman belajar dari anak juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan minat anak. Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses dan pencapaian hasil belajar. Apabila materi pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan tertarik untuk belajar sehingga mengakibatkan keengganan belajar yang menyebabkan tidak adanya kepuasan dari pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila pelajaran yang menarik siswa maka akan lebih mudah direncanakan karena minat menambah aktivitas belajar. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, maka dapatlah diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar yaitu dengan cara menjelaskan hal-hal


(29)

yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita kaitannya dengan materi pelajaran yang dipelajari. Elizabeth juga mengatakan bahwa ciri-ciri minat yaitu:

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental

Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman sebayanya. Mereka yang lambat matang, karena sebagaimana dikemukakan terlebih dahulu, menghadapi masalah sosial karena minat mereka minat anak, sedangkan minat teman sebaya mereka minat remaja.

b. Minat bergantung pada kesiapan belajar

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka secara fisik dan mental. Sebagai contoh, mereka tidak dapat mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan bola tersebut.

c. Minat bergantung pada kesempatan belajar

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak-anak. Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah. Minat mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan bertambah luasnya lingkup social mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas

Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik misalnya, tidak mungkin mempunyai


(30)

minat yang sama pada olahraga seperti teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.

e. Minat dipengaruhi pengaruh budaya

Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.

f. Minat berbobot emosional

Bobot emosional – aspek afektif – dari minat menemukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan memperkuatnya.

g. Minat itu egosentris

Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematika, sering berlandaskan keyakinan, kepandaian di bidang matematika di sekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan di dunia usaha.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat yang timbul dalam diri seseorang terdiri dari faktor yang berasal dari dalam diri (faktor intrinsik) maupun faktor yang yang berasal dari luar individu itu sendiri (faktor ekstrinsik). Minat dari dalam diri individu terdiri dari rasa tertarik atau rasa senang pada kegiatan, perhatian terhadap suatu kegiatan, dan adanya aktivitas atau tindakan akibat rasa senang maupun perhatian. Sedangkan untuk minat yang berasal dari luar individu terdiri atas pengaruh dari lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan. Lingkungan keluarga yang memberikan pengaruh misalnya keadaan sosial ekonomi, serta cara orang tua mendidik anak merupakan sebagian contoh


(31)

faktor keluarga yang dapat mempengaruhi minat siswa. Pengaruh lingkungan sekolah misalnya kurikulum, metode mengajar yang digunakan guru, serta aturan dan disiplin sekolah. Adapun faktor masyarakat meliputi teman bergaul serta kegiatan siswa di masyarakat.

Menurut Crow and Crow yang dikutip (Dimyati Mahmud, 2001:56) menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang yaitu :

1. Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.

2. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan lingkungan dimana mereka berada.

3. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek.

C.Hasil Belajar

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Tujuan Instruksional Khusus, berdasarkan pada Taksonomi Bloom tentang tujuan perilaku (Bloom, 1956) meliputi tiga aspek: kognitif, afektif, dan psikomotorik yang menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga aspek tersebut, aspek kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Berikut merupakan tipe hasil belajar yang berdasarkan dari ketiga aspek tersebut (Dahar, 2011).


(32)

1. Aspek Kognitif

a. Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Tipe hasil belajar ini termasuk dalam aspek kognitif yang berada pada tingkat yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.

b. Pemahaman

Tipe hasil belajar ini menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan misalkan menerjemahkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Korea. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian- bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya. Tingkat ketiga yang merupakan tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi yang mengharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus maupun masalahnya.

c. Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

d. Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur- unsur atau bagian- bagian sehingga jelas hirarkinya atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.


(33)

e. Sintesis

Penyatuan unsur- unsur atau bagian- bagian kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Dengan kemampuan sintesis, orang mungkin menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya atau operasionalnya.

f.Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin di lihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dll.

2. Aspek Afektif

Aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.

Ada beberapa jenis kategori dalam aspek afektif sebagai hasil belajar menurut Nana Sudjana (2012), yaitu:

a. Receiving/ attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan

stimulasi dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.

b. Responding/ jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi

yang datang dari luar.

c. Valuing/ penilaian, yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala

atau stimulus tadi.

d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah di milikinya.


(34)

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3. Aspek Psikomotorik

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:

a. Gerakan refleks ( keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). b. Keterampilan pada gerakan- gerakan dasar.

c. Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain- lain.

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. e. Gerakan- gerakan skill, mulai dari keterampilan ssederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks.

f.Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non- decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

D.Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Rossie dan Breidle (1966), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya (Sanjaya, 2010).

Secara umum fungsi media pembelajaran adalah alat bantu penyampaian pesan pembelajaran. Arsyad mengidentifikasi manfaat media, yaitu: (1) memperjelas penyajian pesan dan informasi; (2) meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga


(35)

menimbulkan motivasi belajar dan interaksi secara langsung; (3) mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu; dan (4) memberikan kesamaan pengalaman belajar pada siswa (Sumanto, 2012).

Menurut Wina Sanjaya, secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan seperti yang dijelaskan berikut ini :

1. Menangkap Suatu Objek atau Peristiwa- Peristiwa Tertentu 2. Memanipulasi Keadaan, Peristiwa, atau Objek Tertentu 3. Menambah Gairah dan Motivasi Belajar

4. Media Pembelajaran Memiliki Nilai Praktis sebagai berikut:

a. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. b. Media dapat mengatasi batas ruang kelas.

c. Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan.

d. Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat.

f. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik.

g. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru. h. Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.

i. Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal- hal yang konkret sampai yang abstrak.

Media yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar berbeda-beda dalam bentuk dan dalam penggunaannya. Salah satunya adalah komik. Berikut adalah penjelasan mengenai komik sebagai media dalam pembelajaran.


(36)

E.Komik

1. Definisi Komik

Kata komik berasal dari bahasa Inggris “comic” yang memiliki arti segala sesuatu

yang lucu serta bersifat menghibur (Kamus Lengkap Inggris- Indonesia, 1991). Pada tahun 1985, Will Eisner yang dikenal sebagai Master Komik Dunia dalam buku

Comics & Sequential Art mendefinisikan komik sebagai seni sekuensial “susunan

gambar dan kata- kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide”. Menurut Scott McCloud dalam bukunya yang berjudul Understanding Comics (1993), “Comics” is the word worth defining is it refers to the medium itself, not a

specific object as “Comic book” or “Comic Strip” do and we can all visualize a comic. Selain itu, Scott juga mengemukakan bahwa seni sequential dan komik sebagai

“juxtaposed pictorial and other images in deliberate sequence, intended to convey information and/or to produce an aesthetic response in the viewer”.

2. Komponen Komik

a) Panel

Panel adalah kotak yang membatasi gambar yang berada di tiap adegan. Panel terbagi menjadi 2 macam, yaitu panel tertutup yang memiliki garis pembatas panel dan panel terbuka yang tidak memiliki garis pembatas (lihat gambar 2.1).

Gambar 2.1 Contoh panel

(Sumber : http://japratheredranger.blogspot.com/2013/05/life-is-sequential-art.html, 2013)


(37)

b) Balon baca (Speech Bubbles)

Bentuk visual yang didalamnya terdapat dialog dari karakter. Balon baca bermacam- macam jenisnya disesuaikan dengan fungsinya, seperti pada saat berbicara biasa, berpikir, atau bicara dalam hati, berbisik, dan berteriak (lihat gambar 2.2).

Gambar 2.2 Contoh Balon Baca (Sumber : http://de.fotolia.com/id/23504838,)

c) Narasi

Kotak dialog yang menerangkan waktu, tempat, dan situasi (lihat gambar 2.3).

Gambar 2.3 Contoh Narasi

(Sumber : http://eikavio.wordpress.com/2011/09/01/komik-sebagai-komunikasi-visual/, 2011)


(38)

d) Ikon

Gambar yang mempresentasikan seseorang, tempat, benda, ekspresi, atau ide. e) Efek suara

Efek suara yang menerangkan suatu situasi, misalnya “RING” pada telepon atau “DHUARR!!” pada suara ledakan (lihat gambar 2.4).

Gambar 2.4 Contoh Efek Suara

(Sumber : http://id.gofreedownload.com/free-vector/vector-misc/comics-word-vector-206953/#.U1yMr2f6vIU,)

3. Model Komik

Secara garis besar menurut Soejono Trimo (1997:37) media komik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu komik strip dan buku komik. Komik strip adalah suatu bentuk komik yang terdiri dari beberapa lembar bingkai kolom yang dimuat dalam suatu harian atau majalah, biasanya disambung ceritanya. Sedangkan buku komik adalah komik yang berbentuk buku (Lestari, 2009).

4. Jenis- Jenis Komik

Dalam hal ini, Marcel Bonneff yang merupakan penulis yang berasal dari Prancis membahas mengenai komik Indonesia dalam buku berjudul Les Bandes

Desinees Indonesiennes pada tahun 1976 membagi komik kedalam beberapa jenis,


(39)

a) Komik wayang

Komik wayang bagi orang asing merupakan jenis asli komik Indonesia, apalagi komik ini dimaksudkan untuk menyaingi komik impor di pasar dan membatasi pengaruh negatifnya. Karakter utama komik wayang adalah hasil tradisi lama yang lahir dari sumber Hindu, yang kemudian diolah dan di perkaya dengan unsur lokal, beberapa diantaranya berasal dari kesusastraan Jawa Kuno seperti Mahabarata dan Ramayana.

b) Komik Silat

Komik silat atau pencak berarti teknik beladiri, sebagaimana halnya karate dari Jepang, atau kun Tao dari China. Komik silat ini banyak mengambil ilham dari seni beladiri dan juga legenda rakyat. Pada umumnya kisah dalam komik silat berceritakan pengalaman petualangan para pendekar dalam membela kebenaran dan menerangi kejahatan, dan kebaikanlah yang akan memenangkannya.

c) Komik Humor

Dalam penampilannya selalu menceritakan hal yang lucu dan membuat pembacanya tertawa. Baik karakter tokoh yang biasanya digambarkan dengan fisik yang lucu atau jenaka maupun tema yang diangkat, dan dengan memanfaatkan banyak segi anekdotis, komik humor langsung menyentuh kehidupan sehari- hari sehingga memudahkan orang untuk memahaminya. d) Komik Roman Remaja

Dalam bahasa Indonesia, kata roman jika digunakan sendiri selalu berart kisah cinta, dan kata remaja digunakan untuk menunjukkan bahwa komik ini ditujukan bagi kaum muda, dimana ceritanya tentu saja harus romantic. Adapun


(40)

sumber ilhamnya bermacam- macam. Tema yang diambil pun berkisar tentang kehidupan kaum muda dan liku- liku kehidupannya.

e) Komik Didaktis

Komik didaktis merujuk kepada komik yang bermaterikan ideology, ajaran- ajaran agama, kisah- kisah perjuangan tokoh, materi sains, dan materi lainnya yang memiliki nilai- nilai pendidikan bagi para pembacanya. Komik memilliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi hiburan dan juga dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk tujuan edukatif.

Sebutan komik berbeda- beda untuk tiap negara yang terkenal dengan produksi komiknya. Untuk Negara Jepang sebagai penghasil komik paling laris di pasaran menyebut komik sebagai Manga yang berarti komik Jepang. Sedangkan untuk Korea yaitu Manhwa dan China dengan sebutan Manhua.

Untuk Manga sendiri dapat di bagi berdasarkan genre/ tema ceritanya, yaitu: a) Serial cantik (romansu) yang menceritakan tentang kisah percintaan. Contoh:

Candy, Mangaka’s Love.

b) Aksi (akushon) yang menceritakan tentang pertempuran, perkelahian, atau kekerasan. Contoh: Inuyasha, Naruto.

c) Fantasi (fantajii) yang menceritakan tentang benda- benda aneh atau memiliki kekuatan di luar logika, dunia yang tidak terlihat atau lain. Contoh: Sugar Rune.

d) Historis (hisutorikaru) yang menceritakan tentang sejarah seseorang, benda, ataupun suatu tempat. Contoh: Buddha, Samurai X.

e) Seni bela diri (budoo) yang menceritakan tentang berbagai seni bela diri. Contoh: Kung Fu Boy.


(41)

f) Misteri (nazo) yang menceritakan tentang sebuah misteri. Contoh: Kindaichi, Detektif Conan.

g) Olahraga (supootsu) yang menceritakan tentang berbagai olahraga. Contoh: +One, Slam Dunk.

h) Supernatural (choo shizen) yang menceritakan tentang orang- orang dalam manga tersebut memiliki kekuatan di luar logika. Contoh: Happy Ice Cream, Tokyo Mew Mew (Wikipedia, 2013).

F. Hasil Penelitian tentang Media Komik

Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Siti

Aisah yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Komik dalam Pembelajaran Terhadap

Penguasaan Konsep Materi Perusahaan dan Badan Usaha di MTs Daarul Hikmah

Pamulang”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media komik memiliki pengaruh terhadap penguasaan konsep materi perusahaan dan badan usaha siswa di sekolah. Hal ini terbukti dari terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah) yang tinggi dan kuat antara penggunaan media komik dalam pembelajaran dengan penguasaan konsep dari materi yang diajarkan pada MTs Daarul Hikmah Pamulang, dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,757. Hubungan yang tinggi dan kuat tersebut dinyatakan dengan adanya kontribusi yang positif antara variabel penggunaan media komik dalam pembelajaran IPS terhadap penguasaan konsep materi Perusahaan dan Badan Usaha siswa melalui koefisien determinasinya. Dari perhitungan koefisien determinasi sebagaimana telah di paparkan oleh Siti Aisah selaku peneliti pada BAB IV diketahui bahwa nilai koefisien determinasinya adalah 57,30% yang menandakan bahwa penelitian tersebut sukses.


(42)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa. Namun demikian, perlu di buktikan pada penelitian dengan materi IPA ini.

G.Materi Konsep Zat

1. Konsep : Zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa.

Apakah benda-benda memerlukan tempat? Misal tersedia air yang berada di dalam gelas. Tuanglah air tersebut ke dalam kaleng. Apakah air menempati kaleng? Ternyata air memerlukan tempat atau wadah. Selanjutnya jika air dalam wadah itu ditimbang ternyata memiliki massa. Demikian halnya dengan udara ternyata juga menempati ruang dan memiliki massa.

Di sekitar kita terdapat benda-benda yang dapat dikelompokkan kedalam tiga wujud zat. Beberapa benda seperti besi, kayu, aluminium termasuk zat padat. Air, minyak termasuk zat cair, sedangkan gas elpiji, udara termasuk zat gas. Pada prinsipnya terdapat tiga wujud zat yaitu : zat padat, zat cair dan zat gas.

2. Perubahan Wujud Zat

Setelah selesai melakukan kegiatan olah raga tentu kita akan merasakan haus. Rasa haus itu akan terpuaskan setelah meminum es teh dikantin. Tahukah anda bagaimana cara membuat es? Ketika air dimasukkan ke dalam freezer akan mengalami perubahan wujud yaitu dari cair menjadi padat. Dapatkah anda menjelaskan perubahan wujud yang terjadi ketika air dipanaskan kemudian mendidih? Perubahan wujud apa pula yang terjadi pada kapur barus yang dimasukkan pada almari pakaian? Temukan jawabannya!


(43)

Perubahan wujud zat digolongkan menjadi enam peristiwa sebagai berikut:

a. Membeku

Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi padat. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contoh : air menjadi es, lilin cair yang didinginkan. b. Mencair

Peristiwa perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contoh : gula menjadi caramel, lilin yang dipanaskan. c. Menguap

Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contoh: air didalam panci apabila di panaskan terus menerus lama kelamaan airnya akan habis dan menjadi uap air.

d. Mengembun

Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contoh : Embun pada pagi hari dan embun pada gelas yang berisi air es.

e. Menyublim

Peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contoh : kapur barus semakin lama semakin mengecil. f.Mengkristal

Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi padat. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contoh : berubahnya uap menjadi salju.


(44)

Gambar 2.5 Skema Perubahan Wujud Zat

3. Teori Partikel Zat

Zat tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil. Partikel-partikel itu yang dinamakan molekul. Mengapa zat mempunyai bentuk tetap? Mengapa zat cair mempunyai bentuk yang berubah-ubah sesuai dengan wadahnya? Bagaimana bentuk zat gas? Untuk lebih jelasnya ikuti penjelasan berikut ini.

a. Partikel Zat dapat Bergerak

Ternyata saat minyak wangi belum disemprotkan kamu tidak akan mencium aroma minyak wangi itu. Tetapi setelah disemprotkan kamu dapat mencium aroma minyak wangi itu. Hal ini membuktikan sekaligus menunjukkan bahwa zat gas memiliki jarak antarpartikel lebih jauh dan bergerak bebas.


(45)

b. Susunan dan Gerak Partikel Pada Berbagai Wujud Zat 1) Zat Padat

Gambar 2.6 Susunan Partikel Zat Padat

Zat padat mempunyai sifat bentuk dan volumenya tetap. Bentuknya tetap dikarenakan partikel-partikel pada zat padat saling berdekatan, tersusun teratur dan mempunyai gaya tarik antar partikel sangat kuat. Volumenya tetap dikarenakan partikel pada zat padat dapat bergerak dan berputar pada kedudukannya saja.

2) Zat Cair

Gambar 2.7 Susunan Partikel Zat Cair

Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volumenya tetap. Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikel-partikel pada zat cair berdekatan tetapi renggang, tersusun teratur, gaya tarik antar partikel agak lemah. Volumenya tetap dikarenakan partikel pada zat cair mudah berpindah tetapi tidak dapat meninggalkan kelompoknya.


(46)

3) Zat Gas

Gambar 2.8 Susunan Partikel Zat Gas

Zat gas mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volume berubah-ubah. Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikel-partikel pada zat gas berjauhan, tersusun tidak teratur, gaya tarik antar partikel sangat lemah. Volumenya berubah- ubah dikarenakan partikel pada zat gas dapat bergerak bebas meninggalkan kelompoknya (Sugiyarto, 2008).


(47)

28 BAB 3

METODOLOGI

A.Jenis Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan kualitiatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan dengan angka-angka maupun kata-kata. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai perkembangan minat yang dialami siswa kelas VII selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran dengan mengunakan media komik sains (Setyosari, 2010).

B.Setting Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok di Kabupaten Kutai Barat pada bulan Juli hingga Agustus 2014.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok di Kabupaten Kutai Barat yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 17 anak laki- laki dan 13 anak perempuan.

3. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah minat dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok di Kabupaten Kutai Barat.

4. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Sumber data primer di ambil dari hasil nilai kognitif siswa berupa nilai test yang telah dikerjakan oleh siswa.


(48)

Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari hasil pengamatan yang dikumpulkan peneliti selama tindakan berlangsung dan kuisioner.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dala penelitian ini merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari hasil test formatif dan penilaian aktifitas siswa pada saat proses pembelajaran.

C.Desain Penelitian

Tabel 3.1 Bagan Desain Penelitian

Pengenalan karakter siswa, pengamatan terhadap minat dan hasil belajar siswa sebelum diberi media komik sains. Observasi I

Pengambilan data pre test

Observasi II Proses

Pengelompokan (pembelajaran dengan media komik sains)

Proses pembelajaran dengan media komik sains

Akhir Penelitian Pengambilan data post test, kuisioner

Analisis data test (pretest dan post test) dan non test (lembar observasi, kuisioner)


(49)

D.Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pembelajaran

Pada penelitian ini digunakan tiga macam instrumen pembelajaran yaitu, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Komik Sains.

a. Silabus

Silabus bertujuan untuk membantu guru dalam membuat rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pembelajaran tertentu yang mencakup standard kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus yang digunakan dalam penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 49. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bertujuan untuk membantu guru dalam mengarahkan jalannya proses belajar mengajar didalam kelas. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terdiri atas:

1) Indentitas (Satuan Pendidikan, Kelas/ Semester, Mata Pelajaran, dan Alokasi Waktu)

2) Standar Kompetensi 3) Kompetensi Dasar 4) Indikator

5) Tujuan Pembelajaran 6) Materi Pembelajaran 7) Metode Pembelajaran 8) Media Pembelajaran

9) Langkah- Langkah Kegiatan Pembelajaran 10)Sumber Pembelajaran


(50)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan dalam penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 51.

c. Komik sains

Dalam penelitian ini, Komik Sains digunakan sebagai pengganti buku pelajaran untuk memudahkan siswa dalam memahami materi Konsep Zat yang akan diajarkan. Komik sains yang digunakan dalam penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 83.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yakni teknik test dan teknik non test.

a. Teknik test meliputi: Pre- test dan Post test.

Pre- Test digunakan sebelum pembelajaran dimulai. Pre- Test digunakan

untuk mengetahui kemampuan kognitif dan konsep awal siswa terhadap materi pembelajaran yang akan diberikan. Sedangkan post- test, digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dan konsep akhir siswa setelah dilakukan treatmen dengan menggunakan komik sains. Pertanyaan dalam pre- test dan post-

test disusun dalam bentuk pilihan ganda dan uraian dimana pertanyaan yang

diberikan mengacu pada aspek kognitif yang meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis. Prosedur penyusunan pre- test dan

post- test meliputi : (1) aspek yang diukur dalam penelitian, (2) indikator hasil

belajar, dan (3) menentukan skor soal. Kisi- kisi pre- test dan post- test dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:


(51)

Tabel 3.1 Kisi- Kisi Pre- Test dan Post- Test Komik Sains No . Aspek yang Diukur Indikator Hasil Belajar

Pre-Test dan Post- Test Jumlah Butir Soal No. Pertanyaan Pilihan Ganda Essai

1 Pengetahuan Siswa mampu menyebutkan pengertian dari zat beserta contoh

Jelaskan pengertian beserta contoh dari zat padat, zat cair, dan zat gas

3 2,9 1

2 Pemahaman Siswa mampu menggambarkan skema beserta nama dari perubahan wujud zat Gambarkan skema perubahan wujud zat beserta nama dari perubahan wujud tersebut

3 1,4 5

3 Aplikasi Siswa dapat menyebutkan perubahan wujud zat di kehidupan sehari- hari

Sebutkan perubahan wujud zat yang terjadi pada telur dan pudding!

a. Mencair dan menguap b. Menyublim c. Menguap d. Membeku

3 5,8 3

4 Analisis Siswa mampu menjelaskan perbedaan susunan molekul pada zat Jelaskan perbedaan susunan molekul yang terdapat pada zat padat, zat cair, dan zat gas

3 3,7 2

5 Sintesis Siswa dapat menyebutkan perubahan wujud zat beserta contoh

Perubahan wujud zat digolongkan menjadi enam peristiwa. Sebutkan disertai contoh!


(52)

Dalam memberikan skor juga dipergunakan pedoman dasar yang diuraikan seperti berikut :

A.Pilihan Ganda

Setiap soal masing-masing diberi skor 5 apabila benar.

B. Essai

Setiap soal masing-masing diberi skor berbeda dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Soal no 1, skor maksimal 10: skor 0, jika tidak menjawab

skor 2.5, jika dapat menjawab soal tetapi kurang benar

skor 5,apabila dapat menjawab satu anakan soal skor 7.5, jika dapat menjawab dua anakan soal skor 10, jika jawaban benar seluruhnya

b. Soal no 2, skor maksimal 10: skor 0, jika tidak menjawab

skor 2.5, jika dapat menjawab soal tetapi kurang benar

skor 5,apabila dapat menjawab satu anakan soal skor 7.5, jika dapat menjawab dua anakan soal skor 10, jika jawaban benar seluruhnya

c. Soal no 3, skor maksimal 10: skor 0, jika tidak menjawab

skor 5, jika sebagian jawaban benar skor 10, jika jawaban benar seluruhnya d. Soal no 4, skor maksimal 10: skor 0, jika tidak menjawab

skor 5, jika sebagian jawaban benar skor 10, jika jawaban benar seluruhnya


(53)

e. Soal no 5, skor maksimal 10: skor 0, jika tidak menjawab

skor 10, jika sebagian jawaban benar skor 10, jika jawaban benar

b. Teknik non test hanya terdiri dari kuisioner untuk mengetahui nilai kuantitatif minat belajar dari siswa.

E.Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari proses dan hasil pembelajaran dianalisis secara deskriptif kuantitatif yang merupakan angka hasil belajar siswa yang meliputi penentuan rata-rata kelas, ketuntasan belajar individual dan ketuntasan belajar secara klasikal dari hasil test dan data kualitatif berupa prosentase hasil observasi, kuisioner, dan wawancara yangdideskripsikan.

Menurut Slameto (2001) data tentang nilai hasil belajar (kognitif) siswadihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Hasil penelitian dianalisis 3 kali yaitu analisis untuk menghitung rata-rata kelas, menentukan ketuntasan belajar secara individual dan menentukan ketuntasan belajar secara klasikal.

a. Menentukan rata-rata kelas

Menurut Sudjana (1990) untuk mengetahui nilai rata-rata kelas pada masing-masing siklus sebagai berikut:


(54)

Keterangan :

= Nilai rata-rata (mean)

ΣX = Jumlah nilai seluruh siswa

N = Banyaknya siswa yang mengikuti test b. Menentukan ketuntasan belajar secara klasikal

Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal menurut Ali (1993) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

P = nilai ketuntasan belajar

Σn1 = jumlah siswa tuntas belajar secara klasikal n = jumlah total siswa

c. Test – T untuk kelompok Dependen

Menurut Suparno (2006), rumus yang digunakan untuk mengetes dua kelompok yang dependent, atau satu kelompok yang ditest dua kali, yaitu pada pre test dan post test. Kelompok dependent adalah kelompok yangsaling tergaantung, berkaitan, atau bahkan sama. Apabila , maka data yang didapat signifikan.


(55)

Dimana :

D = perbedaan antara skor tiap subyek = Xi1– Xi2

N = jumlah pasang skor ( jumlah pasangan ) Df = N – 1

d. Penilaian pada lembar kuisioner yang diberikan

Kuisioner berjumlah 10 pernyataan terkait minat belajar siswa. Lima butir kuisioner berupa kuisioner negatif dan 5 butir lainnya merupakan kuisioner postif. Tiap soal dinilai dari angka 1 hingga 4, dengan ketentuan semakin tinggi semakin baik hasil yang diperoleh pada kuisioner positif dan semakin rendah yang dinilai pada kuisioner negatif maka semakin baik hasil yang diperoleh. Penilaian dilakukan dengan perhitungan:

Berdasarkan perbandingan hasil persentase yang diperoleh peneliti dapat mengemukakan dampak penggunaan media komik terhadap minat belajar siswa. Penilaian kuisioner untuk mengetahui tingkatan minat menggunakan skala berikut:

Tabel 3.2 Skala Pengkategorian Minat

KATEGORI SKALA Kuisioner

+ -

Sangat Tinggi Tinggi

Rendah


(56)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan dilakukannya observasi awal untuk mengetahui pokok permasalahan yang ada di kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok. Observasi awal dilakukan pada tanggal 14 Juli 2014, dalam observasi ini peneliti melakukan wawancara dengan guru Fisika kelas VII. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas VII pada tahun lalu terhadap mata pelajaran Fisika masih rendah. Hal ini ditandai dengan rendahnya nilai hasil ulangan semester 1, yaitu lebih dari 50 % siswa mengikuti remidi. Selain itu nilai rata-rata ulangan harian materi sistem pencernaan juga masih di bawah KKM; yaitu berkisar antara 50 hingga 65.

Permasalahan ini kiranya telah memenuhi syarat untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas. Untuk mengetahui pokok permasalahan yang menyebabkan masih rendahnya nilai hasil belajar siswa kelas VII tersebut maka dilakukan observasi kelas.

Observasi kelas dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Juli 2014. Berdasarkan hasil observasi kelas tersebut diperoleh beberapa masalah yang dapat diasumsikan sebagai penyebab rendahnya nilai hasil belajar siswa. Masalah-masalah tersebut adalah siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas, hal ini terlihat dari sedikitnya siswa yang aktif bertanya, yaitu hanya 2 orang. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru hanya siswa yang duduk di depan. Sedangkan siswa lainnya sibuk sendiri. Selain itu metode yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut juga merupakan metode yang masih sederhana, yaitu ceramah. Setelah mempersilakan siswa membuka halaman buku yang berisi materi pada saat itu, guru sibuk menerangkan materi. Hal ini


(57)

membuat kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga siswa tidak dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa juga cenderung bosan dengan buku pelajaran yang sebagian besar hanya berisi tulisan dengan banyak rumus dan sedikit gambar. Sedangkan, pada usia siswa kelas VII masih senang dan suka dengan sesuatu yang bergambar dan penuh warna.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut maka peneliti bekerja sama dengan guru Fisika kelas VII memutuskan untuk menggunakan media Komik Sains dalam kegiatan pembelajaran pada Konsep Zat. Media ini merupakan media pembelajaran yang tergolong masih sangat baru dimana materi pelajaran yang biasanya diambil langsung dari buku paket diubah dan dibuat menjadi sebuah cerita bergambar dengan cerita tambahan yang berdasarkan contoh dari kehidupan sehari- hari sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media Komik Sains ini berpedoman pada rencana pembelajaran yang sebelumnya telah disusun peneliti.

Sebelum dilangsungkannya proses belajar dan pembelajaran peneliti menyusun silabus untuk kompetensi dasar menjelaskan mekanisme dari konsep zat, menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran, menyusun lembar observasi aspek afektif dan psikomotor siswa selama kegiatan pembelajaran, membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi pemahaman siswa mengenai materi konsep zat dengan menggunakan media komik, mendesain alat evaluasi pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang akan dan telah diajarkan, dan membuat kuisioner untuk mengetahui tingkat presentase minat siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan.

Penelitian ini dimulai dengan diadakannya pre-test pada siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok untuk mengukur sejauh mana pemahaman


(58)

siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Hasil pre-test siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok menunjukkan bahwa pengetahuan siswa mengenai materi konsep zat tergolong masih sangat rendah sehingga dibutuhkan upaya untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata siswa yang hanya 24,8; dan persentase KKM adalah 0%.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini dilakukan oleh guru mata pelajaran yang berperan sebagai pengajar. Penjabaran mengenai pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan Tanggal Waktu Jumlah Siswa yang Hadir I 8 Agustus 2014 2 x 45 menit 30 orang

II 9 Agustus 2014 1 x 45 menit 30 orang

Pada tahap pra pembelajaran pengajar masuk ke dalam kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok, memberi salam dan mempresensi kehadiran siswa. Kemudian memberikan apersepsi berupa visualisasi benda- benda yang ada di sekitar untuk memberi gambaran mengenai materi yang akan dibahas. Selain itu pengajar memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Setelah itu pengajar menyampaikan gambaran materi secara umum sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Setelah menjelaskan mengenai gambaran umum materi yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut, pengajar membagikan komik yang telah disediakan dengan bantuan beberapa orang siswa.


(59)

Siswa diminta untuk membaca secara individual mengenai permasalahan-permasalahan yang disajikan oleh pengajar dalam lembar komik yang dibagikan. Kegiatan membaca tersebut dilaksanakan selama 5 - 10 menit. Ada beberapa orang siswa yang memilih untuk membaca komik bersama temannya. Setelah kegiatan membaca selesai, siswa diminta untuk berdiskusi dengan siswa lain dengan mencari contoh konkret lain dari zat yang telah disebutkan, juga contoh lain dari perubahan wujud zat yang telah disebutkan pada komik. Terlihat beberapa orang siswa dan siswi mondar- mandir dan sibuk sendiri.

Gambar 4.2 Siswa membaca Komik Sains

Sebagai formalisasi pengajar menunjuk secara acak beberapa orang siswa sebagai perwakilan untuk menjawab beberapa pertanyaan berdasarkan apa yang telah dia baca


(60)

dan hasil diskusi dengan temannya. Kegiatan presentasi ini hanya diberi waktu 10 menit. Pada saat proses belajar dan pembelajaran para siswa dan siswi tidak terlalu ribut karena mereka masih beradaptasi dengan teman- teman dan sekolah yang baru. Hal ini memudahkan pengajar dalam menyampaikan materi pengajaran.

Pengajar mengevaluasi hasil diskusi siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Selain itu pengajar juga memberikan penghargaan kepada siswa yang berdiskusi dengan serius dan yang dapat menemukan contoh lain dan yang tidak biasa.

B. Data Hasil

1. Data Pre- Test dan Post- test Pengetahuan

Data yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran Fisika pada materi Konsep Zat dengan menggunakan media Komik Sains siklus I dan II mencakup data hasil belajar aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Penjabaran secara lebih rinci mengenai data hasil belajar siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Daftar Nilai Pre Test dan Post Test Siswa Kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok

No. Nama

PRE – TEST POST – TEST Nilai Siswa Ketuntasan Nilai Siswa Ketuntasan

TT T TT T

1. MDS 34 v - 79,5 - v

2. MOC 20 v - 77,5 v

3. MSJ 20 v - 66.5 v - 4. MAD 28,5 v - 82 - v

5. MS 22 v - 57 v -

6. MM 25 v - 80 - v

7. MSO 26 v - 70,5 v - 8. MRL 35,5 v - 75 - v

9. MST 23 v - 77 - v

10. MT 20 v - 49,5 v -

11. MC 30 v - 50 v -

12. MRE 28,5 v - 84,5 v - 13. NTS 31,5 v - 49,5 v -


(61)

14. NXE 20 v - 80 v 15. NGT 18,5 v - 45 v -

16. NMN 26 v - 45 v -

17. OD 18 v - 75 v -

18. OTP 21 v - 81 - v

19. PNKP 24 v - 81 - v

20. PILW 24,5 v - 82 - v 21. PFA 20,5 v - 59 v - 22. PKA 30,5 v - 80 - v

23. PLK 25 v - 45 v -

24. PMH 32 v - 83 - v

25. RD 32 v - 67,5 v - 26. RA 9,5 v - 72,5 v -

27. RN 25 v - 81,5 - v

28. RJW 25 v - 77,5 - v 29. RRD 29,5 v - 81 - v

30. RSN 20 v - 67 v -

Total Nilai 745 2101,5

Tabel 4.3 Hasil Pre-Test siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok

Indikator Keterangan Pencapaian  Menjelaskan pengertian zat

 Mengelompokkan zat berdasarkan jenis dan sifat yang dimilikinya

 Melakukan penyelidikan terhadap terjadinya perubahan wujud zat

 Memberikan contoh perubahan wujud zat berdasarkan pengalaman sehari- hari

Rata-rata 24,8

Persentase

KKM (75) 0%

Nilai Tertinggi 34,5


(62)

Tabel 4.4 Hasil Post-Test siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok

Indikator Keterangan Pencapaian  Menjelaskan pengertian zat

 Mengelompokkan zat berdasarkan jenis dan sifat yang dimilikinya

 Melakukan penyelidikan terhadap terjadinya perubahan wujud zat

 Memberikan contoh perubahan wujud zat berdasarkan pengalaman sehari- hari

Rata-rata 70,05

Persentase

KKM (75) 50%

Nilai Tertinggi 84,5

Nilai Terendah 45

2. Data Minat

Tabel 4.5 Kuisioner Minat Siswa

No. Nama Presentase Kategori Minat Keterangan

1. MDS 36 3 Sangat Minat 2. MOC 35 2 Sangat Minat 3. MSJ 35 4 Sangat Minat 4. MAD 34 3 Sangat Minat 5. MS 34 3 Sangat Minat 6. MM 36 4 Sangat Minat 7. MSO 33 3 Sangat Minat 8. MRL 34 3 Sangat Minat 9. MST 33 3 Sangat Minat 10. MT 37 3 Sangat Minat 11. MC 32 3 Sangat Minat 12. MRE 32 3 Sangat Minat

13. NTS 30 3 Minat

14. NXE 35 4 Sangat Minat 15. NGT 35 3 Sangat Minat 16. NMN 40 3 Sangat Minat 17. OD 32 3 Sangat Minat 18. OTP 34 3 Sangat Minat 19. PNKP 32 3 Sangat Minat 20. PILW 33 3 Sangat Minat


(63)

21. PFA 35 4 Sangat Minat 22. PKA 38 3 Sangat Minat 23. PLK 35 3 Sangat Minat 24. PMH 36 3 Sangat Minat 25. RD 30 3 Sangat Minat 26. RA 36 3 Sangat Minat 27. RN 31 3 Sangat Minat 28. RJW 35 3 Sangat Minat 29. RRD 36 3 Sangat Minat

30. RSN 27 3 Minat

C. Analisa Data

1. Peningkatan Hasil Belajar

Tabel 4.6 Uji T Nilai Pre- test dan Post-Test Siswa No. Nama Pre – Test Post– Test D = Pre - Post D2

1. MDS 34 79,5 -45,5 2070,25 2. MOC 20 77,5 -57,5 3306,25 3. MSJ 20 66,5 -46,5 2162,25 4. MAD 28,5 82 -53,5 2862,25

5. MS 22 57 -35 1225

6. MM 25 80 -55 3025

7. MSO 26 70,5 -44,5 1980,25 8. MRL 35,5 75 -39,5 1560,25

9. MST 23 77 -54 2916

10. MT 20 49,5 -29,5 870,25

11. MC 30 50 -20 400

12. MRE 28,5 84,5 -56 3136 13. NTS 31,5 49,5 -18 324

14. NXE 20 80 -60 3600

15. NGT 18,5 45 -26,5 702,25

16. NMN 26 45 -19 361

17. OD 18 75 -57 3249

18. OTP 21 81 -60 3600

19. PNKP 24 81 -57 3249 20. PILW 24,5 82 -57,5 3306,25 21. PFA 20,5 59 -38,5 1482,25 22. PKA 30,5 80 -49,5 2450,25

23. PLK 25 45 -20 400

24. PMH 32 83 -51 2601

25. RD 32 67,5 -35,5 1260,25 26. RA 9,5 72,5 -63 3969 27. RN 25 81,5 -56,5 3192,25 28. RJW 25 77,5 -52,5 2756,25 29. RRD 29,5 81 -51,5 2652,25


(64)

30. RSN 20 67 -47 2209

Total Nilai

745 2101,5 -1356,5 90287,5

= 745/30 = 24.83 ; = 2101.5/30 = 70.05 ; N = 30

=

=

= -7.839

Df = N – 1 = 30 – 1 = 29 

T

crit= 2.045 ( two tailed test )

dengan level signifikan = 0.05. Dari hasil analisa uji T, didapatkan hasil Karena , maka signifikan. Berarti kedua kelompok berbeda.

Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai yang menandakan bahwa peserta didik telah berhasil mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya


(65)

penerimaan, dan aspek lain yang ada pada individu (Sudjana, 1990). Dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Setelah dilaksanakannya kegiatan pembelajaran materi konsep zat selama dua kali pertemuan dengan menggunakan media Komik Sains, yaitu pada hari jumat 8 Agustus 2014 dan Sabtu 9 Agustus 2014 siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok Siswa mampu menjelaskan pengertian zat, mampu mengelompokkan zat berdasarkan jenis dan sifat yang dimilikinya, mampu melakukan penyelidikan terhadap terjadinya perubahan wujud zat, dapat memberikan contoh perubahan wujud zat berdasarkan pengalaman sehari- hari.

Dari tabel 4.2 di atas, peneliti dapat menyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok dengan menggunakan media Komik Sains pada materi Konsep Zat mengalami peningkatan. Rata-rata nilai tes siswa sebesar 70,05 dan persentase ketuntasan KKM sebesar 50%. Namun hasil belajar tersebut masih belum memenuhi target yang diharapkan peneliti, yaitu 70% siswa tuntas KKM dengan skor rata-rata kelas sebesar 75. Tetapi apabila diperhatikan, nilai post test siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pre test. Hal tersebut di perkuat dengan hasil perhitungan dengan menggunakan uji T yang menyatakan bahwa , maka signifikan. Berarti kedua kelompok berbeda.

Walaupun beberapa orang siswa belum bisa mencapai dan tuntas KKM, sebagian besar dari mereka telah dapat menjelaskan dan memberikan jawaban yang hampir benar juga dapat memberikan contoh yang lain selain dari yang telah di jelaskan dalam media komik.


(66)

Belum tercapainya target yang diharapkan peneliti tersebut diduga disebabkan penerapan media pembelajaran dengan menggunakan Komik Sains yang belum optimal. Siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran didominasi hanya oleh siswa yang tergolong pintar. Hal ini terlihat dari hasil catatan peneliti dan rekan observer, dimana masih ada siswa yang mondar-mandir di dalam kelas, tidak terlibat dalam kegiatan diskusi,dan sibuk sendiri.

2. Peningkatan Situasi Minat

Data kuisioner diperoleh setelah kegiatan pembelajaran Fisika pada materi Konsep Zat dengan menggunakan media Komik Sains telah selesai. Presentase situasi minat siswa apabila dilihat dari tabel, dapat dideskripsikan bahwa pada poin pertama dari kuisioner minat siswa terhadap pembelajaran Fisika dengan menggunakan media komik sains yang berisi pernyataan negatif mendapatkan nilai terendah dengan nilai 89 yang menandakan bahwa siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik pada saat pelajaran Fisika. Sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh poin kuisioner kelima yang berisi pernyataan positif dengan total nilai 110 yang menandakan siswa senang mengikuti pelajaran Fisika dengan menggunakan media komik sains.

Dari tabel kuisioner tersebut, peneliti juga melihat bahwa minat belajar siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok dengan menggunakan media Komik Sains pada materi Konsep Zat memiliki prensentase yang sangat tinggi. Rata-rata nilai kuisioner minat siswa sebesar 34 dengan persentase minat sebesar 93%. Hal ini memenuhi target yang diharapkan peneliti, yaitu 90% siswa sangat minat terhadap media komik sains. Oleh karena itu peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman memiliki minat yang sangat tinggi terhadap pembelajaran Fisika dengan menggunakan media Komik Sains pada materi Konsep Zat.


(67)

Dari penjabaran di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor dari dalam diri siswa sendiri maupun dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa berupa minat, kecerdasan, bakat, dan motivasi. Sedangkan faktor dari luar diri siswa meliputi orang tua dan lingkungan sekolah (Sudjana, 1990). Peningkatan hasil belajar siswa yang menjadi lebih baik dari awal dilaksanakannya pembelajaran hingga akhir menunjukkan bahwa dengan menggunakan media komik pada materi Konsep Zat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok.

3. Faktor Pendukung Keberhasilan Penerapan Media Pembelajaran menggunakan Komik Sains

Dalam penelitian ini terdapat berbagai faktor yang turut mendukung keberhasilan penerapan media Komik Sains pada materi konsep zat yang dilaksanakan di kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok. Beberapa faktor pendukung tersebut secara lebih rinci akan dibahas dalam pembahasan berikut:

a. Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar memberikan dampak yang cukup penting untuk keberhasilan penerapan media pembelajaran Komik Sains. Kondisi ruang kelas yang cukup besar dengan ventilasi yang cukup membuat siswa merasa betah belajar di dalam kelas, sehingga siswa menjadi fokus untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

b. Siswa

Kondisi siswa kelas VII D sangat heterogen, ada siswa yang aktif dan ada pula siswa yang pasif; ada siswa yang tergolong pintar dan adapula siswa yang tergolong kurang pintar. Selain itu siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R.


(68)

Soepratman Barong Tongkok berasal dari berbagai wilayah, berbagai Sekolah Dasar yang berbeda, dengan latar belakang pengetahuan yang tentunya berbeda pula. Kondisi siswa yang seperti ini sangat membantu keberhasilan penerapan pembelajaran dengan menggunakan media Komik Sains, dimana siswa yang baru saja menginjak jenjang Sekolah Menengah Pertama yang merupakan peralihan dari Sekolah Dasar membuat mereka masih lebih senang dengan media pembelajaran yang bergambar juga lebih mudah dipahami karena pemilihan jalan cerita dari komik yang dibuat oleh peneliti mengambil tema kehidupan sehari- hari sehingga siswa lebih bisa membayangkan kondisi yang terjadi.

c. Komik

Komik memberikan pengaruh yang cukup besar dalam keberhasilan penelitian ini. Karena memiliki isi cerita yang tidak membosankan juga diangkat dari fenomena yang sedang terjadi. Penggunaan media Komik Sains juga membantu siswa agar tidak terlalu kaget dan bosan dengan membaca buku yang hanya berisi tulisan dengan sedikit gambar.

d. Pengajar atau Peneliti

Kesiapan dari guru dan peneliti juga merupakan faktor yang mendukung keberhasilan media pembelajaran Komik Sains. Selain harus mempersiapkan instrumen dalam kegiatan pembelajaran guru juga harus menguasai materi yang akan disampaikan. Pengajar juga harus bisa mengendalikan dan mengkondisikan kelas. Ketika ada siswa yang masih cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran, pengajar langsung mengambil tindakan dengan meminta siswa tersebut untuk bertanya, menjawab pertanyaan atau membantu menjelaskan kepada siswa lain. Selain itu pengajar juga melakukan pendekatan secara individual kepada siswa sehingga siswa tidak merasa canggung dalam kegiatan pembelajaran.


(69)

4. Faktor Penghambat Keberhasilan Penggunaan Media Komik Sains dan Cara Mengatasinya

Dalam pelaksanaannya tentu saja penelitian ini juga mengalami berbagai hambatan. Hambatan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Alokasi Waktu

Materi konsep zat merupakan materi yang memang tergolong mudah sehingga siswa tidak membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk berdiskusi juga bertanya mengenai materi ini. Namun pembelajaran IPA Terpadu pada Sekolah Menengah Pertama yang terdiri dari IPA Fisika, IPA Kimia, dan IPA Biologi menyebabkan peneliti sedikit kesulitan dalam menentukan hari yang tepat untuk melakukan penelitian. Apabila didasarkan dari buku paket IPA Terpadu, pada tanggal 8 Agustus 2014 seharusnya merupakan jadwal untuk pelajaran IPA Kimia dan jadwal untuk pembelajaran IPA Fisika akan dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2014. Sedangkan peneliti harus pulang pada tanggal 12 Agustus 2014, mengurus perpanjangan studi, dan mengikuti perkuliahan di Yogyakarta.

Untuk mengatasi hal ini maka peneliti, pengajar dan pihak sekolah mengganti jadwal pembelajaran IPA Kimia pada tanggal 8 dan 9 Agustus 2014 dengan IPA Fisika agar peneliti dapat melakukan penelitian dan mengambil data. b. Pengelolaan Kelas

Perhatian pengajar menjadi terpecah antara mengontrol kondisi kelas agar berdiskusi dengan tertib dan memberikan penjelasan didepan kelas, hal ini menyebabkan banyak siswa yang ribut dan sibuk sendiri di dalam kelas. Maka oleh sebab itu pengajar berkeliling kelas sembari memberikan penjelasan serta menambah volume dan intonasi suara sehingga seluruh siswa dapat mendengarkan dan menjadi lebih tertib.


(1)

Lampiran 12

95


(2)

(3)

Lampiran 13

97

DAFTAR NILAI PRE TEST DAN POST TEST SISWA KELAS VII D SMP KATOLIK 2 W. R. SOEPRATMAN BARONG TONGKOK

KKM Sekolah Menengah Pertama = 75

No. Nama Lengkap PRE – TEST POST – TEST Nilai

Siswa

Ketuntasan Nilai Siswa

Ketuntasan

TT T TT T

1. MDS 34 v - 79.5 - v

2. MOC 20 v - 77.5 v

3. MSJ 20 v - 66.5 v -

4. MAD 28.5 v - 82 - v

5. MS 22 v - 57 v -

6. MM 25 v - 80 - v

7. MSO 26 v - 70.5 v -

8. MRL 35.5 v - 75 - v

9. MS 23 v - 77 - v

10. MT 20 v - 49.5 v -

11. MC 30 v - 50 v -

12. MRE 28.5 v - 84.5 v -

13. NTS 31.5 v - 49.5 v -

14. NE 20 v - 80 v

15. NGT 18.5 v - 45 v -

16. NMN 26 v - 45 v -

17. OD 18 v - 75 v -

18. OTP 21 v - 81 - v

19. PNKP 24 v - 81 - v

20. PILW 24.5 v - 82 - v

21. PFA 20.5 v - 59 v -

22. PKA 30.5 v - 80 - v

23. PLK 25 v - 45 v -

24. PMH 32 v - 83 - v

25. RD 32 v - 67.5 v -

26. RA 9.5 v - 72.5 v -

27. RN 25 v - 81.5 - v

28. RJW 25 v - 77.5 - v

29. RRD 29.5 v - 81 - v

30. RSN 20 v - 67 v -

Total Nilai 745 2101.5


(4)

(5)

Lampiran 15

99


(6)

100 No. Nama

Lengkap

Presentase Kategori Minat Keterangan

1. MDS 36 3 Sangat Minat

2. MOC 35 2 Sangat Minat

3. MSJ 35 4 Sangat Minat

4. MAD 34 3 Sangat Minat

5. MS 34 3 Sangat Minat

6. MM 36 4 Sangat Minat

7. MSO 33 3 Sangat Minat

8. MRL 34 3 Sangat Minat

9. MS 33 3 Sangat Minat

10. MT 37 3 Sangat Minat

11. MC 32 3 Sangat Minat

12. MRE 32 3 Sangat Minat

13. NTS 30 3 Minat

14. NE 35 4 Sangat Minat

15. NGT 35 3 Sangat Minat

16. NMN 40 3 Sangat Minat

17. OD 32 3 Sangat Minat

18. OTP 34 3 Sangat Minat

19. PNKP 32 3 Sangat Minat

20. PILW 33 3 Sangat Minat

21. PFA 35 4 Sangat Minat

22. PKA 38 3 Sangat Minat

23. PLK 35 3 Sangat Minat

24. PMH 36 3 Sangat Minat

25. RD 30 3 Sangat Minat

26. RA 36 3 Sangat Minat

27. RN 31 3 Sangat Minat

28. RJW 35 3 Sangat Minat

29. RRD 36 3 Sangat Minat

30. RSN 27 3 Minat

Presentase minat siswa terhadap pembelajaran Fisika dengan menggunakan media komik sains pada materi konsep zat

TABEL INTERVAL SKOR MINAT No. Interval Skor

(%)

Kategori Minat

1. 1 - 10 Tidak Minat

2. 11 - 20 Kurang Minat

3. 21 – 30 Minat