ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PERUSAHAAN PERBANKAN UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2010.

(1)

PERIODE 2008-2010

SKRIPSI

Diajukan oleh :

OKY MARLINA SONG 0813010100/ FE/ EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2012  


(2)

PERIODE 2008-2010

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh : OKY MARLINA SONG

0813010100/ FE/ EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

KUALITAS LABA PERUSAHAAN PERBANKAN UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2008-2010

yang diajukan Oky Marlina Song 0813010100/ FE/ EA

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dr. Sri Trisnaningsih, MSi Tanggal : ………..

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, MSi NIP. 196003301986031003  


(4)

PERIODE 2008-2010

Disusun Oleh : OKY MARLINA SONG

0813010100/ FE/ EA

telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh

Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 30 Maret 2012

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dr. Sri Trisnaningsih, MSi Dra. Ec. Siti Sundari, MSi Sekretaris

Dra. Anik Yuliati, MAks Anggota

Drs. Ec. Muslimin, MSi Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 196309241989031001


(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Bank ... 12

2.2.1.1. Pengertian Bank ... 12


(6)

2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan Bank ... 17

2.2.2.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... 18

2.2.2.4. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Bank ... 19

2.2.2.5. Pihak-Pihak yang Berkepentingan ... 21

2.2.3. Analisis Laporan Keuangan ... 22

2.2.3.1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan ... 22

2.2.3.2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan ... 23

2.2.3.3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan ... 24

2.2.4. Analisis Rasio ... 26

2.2.4.1. Pengertian Analisis Rasio ... 26

2.2.4.2. Tujuan Analisis Rasio ... 27

2.2.5. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Perbankan ... 28

2.2.6. Rasio CAMEL ... 32

2.2.7. Laba ... 38

2.2.7.1. Pengertian Laba ... 38

2.2.7.2. Kualitas Laba ... 39

2.2.8. Pengaruh CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR terhadap Kualitas Laba Perbankan ... 43

2.3. Kerangka Pikir ... 44


(7)

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 51

3.2.1. Objek Penelitian ... 51

3.2.2. Populasi ... 51

3.2.3. Sampel ... 51

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.3.1. Jenis Data ... 53

3.3.2. Sumber Data... 53

3.3.3. Metode Pengumpulan Data... 54

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 54

3.4.1. Uji Normalitas ... 54

3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 55

3.4.3. Teknik Analisis ... 57

3.4.4. Uji Hipotesis ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 60

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 60

4.1.1. PT. Bank ICB Bumiputera Indonesia, Tbk ... 60

4.1.2. PT. Bank Central Asia, Tbk ... 61

4.1.3. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk ... 62


(8)

4.1.8. PT. Bank OCBC NISP, Tbk ... 68

4.1.9. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk ... 70

4.1.10. PT. Bank Permata, Tbk ... 70

4.1.11. PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk ... 72

4.1.12. PT. Bank Bukopin,Tbk ... 73

4.1.13. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk ... 74

4.1.14. PT. Bank Swadesi, Tbk ... 76

4.1.15. PT. Bank Victoria Internasional, Tbk ... 77

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 78

4.2.1. Kualitas Laba (Y) ... 78

4.2.2. Capital Adequacy Ratio - CAR (X1) ... 80

4.2.3. Non Performing Loans - NPL (X2) ... 82

4.2.4. Return on Assets - ROA (X3) ... 83

4.2.5.Efisiensi Operasional – BOPO (X4) ... 85

4.2.6.Loan to Deposit Ratio – LDR (X5) ... 86

4.3. Analisis dan Pengujian Hopotesis ... 88

4.3.1. Uji Normalitas ... 88

4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 88

4.3.2.1. Uji Non Autokorelasi ... 89

4.3.2.2. Uji Non Multikolinearitas ... 89


(9)

4.3.3.3.Analisis dan Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 95

4.3.3.4.Analisis dan Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 96

4.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis Setelah di Ln ... 100

4.4.1. Uji Normalitas ... 100

4.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 101

4.4.2.1. Uji Non Autokorelasi ... 101

4.4.2.2. Uji Non Multikolinearitas ... 102

4.4.2.3. Uji Non Heterokedastisitas ... 103

4.4.3. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 103

4.4.3.1. Persamaan Regresi ... 103

4.4.3.2. Koefisien Determinasi (R2) ... 106

4.4.3.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis Secara Simultan Uji F ... 106

4.4.3.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis Secara Parsial Uji t ... 108

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 112

4.6. Perbedaan Peneliti dengan Penelitian Terdahulu ... 117

4.7. Keterbatasan Penelitian ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

5.1. Kesimpulan ... 122

5.2. Saran ... 123


(10)

(11)

Tabel 4.2. Capital Adequacy Ratio - CAR (X1) ... 81

Tabel 4.3. Non Performing Loans - NPL (X2) ... 82

Tabel 4.4. Return on Assets - ROA (X3) ... 84

Tabel 4.5. Efisiensi Operasional – BOPO (X4) ... 85

Tabel 4.6. Loan to Deposit Ratio – LDR (X5) ... 87

Tabel 4.7. Uji Normalitas ... 88

Tabel 4.8. Uji Non Multikolinearitas ... 90

Tabel 4.9. Uji Non Heterokedastisitas ... 91

Tabel 4.10. Hasil Estimasi Koefisien Regresi ... 92

Tabel 4.11. Koefisien Determinasi... 94

Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Uji F ... 95

Tabel 4.13. Hasil Perhitungan Uji t... 97

Tabel 4.14. Uji Normalitas Setelah di Ln... 101

Tabel 4.15. Uji Non Multikolinearitas Setelah di Ln ... 102

Tabel 4.16. Uji Non Heterokedastisitas Setelah di Ln ... 103

Tabel 4.17. Hasil Estimasi Koefisien Regresi Setelah di Ln ... 104

Tabel 4.18. Koefisien Determinasi Setelah di Ln ... 106

Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Uji F Setelah di Ln ... 107

Tabel 4.20. Hasil Perhitungan Uji t Setelah di Ln ... 109


(12)

(13)

Oleh :

OKY MARLINA SONG

ABSTRAK

Berawal dari krisis pada tahun 1997 ada beberapa bank yang mengalami kesulitan likuiditas yang harus ditutup oleh Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan. Kini perbankan Indonesia dihadapkan kembali dengan krisis keuangan global. Walaupun bisa dikatakan kondisi perbankan nasional secara umum saat ini dalam keadaan yang baik dan stabil, namun faktanya masih terdapat kinerja bank yang dinilai tidak layak oleh Bank Indonesia. Sebagai suatu entitas ekonomi, bank memberi laporan keuangan untuk menunjukkan informasi dan kondisi keuangan bank secara keseluruhan yang disajikan untuk pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam dunia perbankan rasio-rasio yang biasa dianalisis adalah rasio-rasio yang termasuk dalam aspek permodalan, aspek kualitas aktiva, aspek rentabilitas, likuiditas, dan efisiensi operasionalnya. Analisis terhadap kelima aspek tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran kinerja bank yang dapat menjadi suatu indikator bagi investor dan nasabah dalam menilai prospek kedepan bank tersebut.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 – 2010 sebanyak 28 perusahaan dan pengambilan

sampel menggunakan purposive sampling sehingga jumlah sampel yang

digunakan menjadi 15 perusahaan yang memenuhi kriteria. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh

yang signifikan antara Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loans

(NPL), Return on Assets (ROA), Beban Operasional Pendapatan Operasional

(BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap kualitas laba (yaitu

pertumbuhan laba tahun 2008-2010) perusahaan perbankan di Bursa Efek

Indonesia. Secara parsial hanya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) yang

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba (yaitu pertumbuhan laba tahun 2008-2010).


(14)

By:  

Oky Marlina Song  

ABSTRACT

Starting from the crisis in 1997 there are some banks that have liquidity problems that must be closed by Bank Indonesia as banking authorities. Indonesia is now banks are faced again with the global financial crisis. Although it can be said in general the condition of the national banking system is currently in good condition and stable, but the fact remains that there is a bank's performance is judged worthy by Bank Indonesia.As an economic entity, the bank provides financial reports to show information and overall financial condition of banks that are presented to the parties concerned. In the world of banking ratios are usually analyzed are the ratios that are included in the aspect of capital, asset quality aspect, the aspect of profitability, liquidity, and operational efficiency. Analysis of these five aspects are expected to give a performance of banks that may be an indicator for investors and customers in assessing the future prospects of the bank.

The population in this study is the banking company in Indonesia Stock Exchange from 2008 - 2010 by 28 companies and sampling using a purposive sampling so that the number of samples used by 15 companies that meet the criteria. Analysis technique used is multiple linear regression.

The results showed that there is simultaneously a significant effect between Capital Adequacy Ratio (CAR), Non-Performing Loans (NPL), Return on Assets (ROA), Operating Expenses of Operating Income (BOPO), and the Loan to Deposit Ratio (LDR) to the quality of earnings (the earnings growth in 2008-2010) the banking company in Indonesia Stock Exchange. Variables only partially Capital Adequacy Ratio (CAR) which has positive and significant impact on the quality of earnings (the earnings growth in 2008-2010).


(15)

1.1. Latar Belakang

Berawal dari krisis pada tahun 1997 ada beberapa bank yang mengalami kesulitan likuiditas yang harus ditutup oleh Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan. Kini perbankan Indonesia dihadapkan kembali dengan krisis keuangan global. Berawal dari resesi ekonomi AS berupa kondisi perekonomian internal dan eksternal AS yang tidak kondusif, disusul kemudian dengan kasus subprime mortgage atau kredit macet sektor perumahan. Kondisi tersebut berdampak pada dunia perbankan AS, yang kemudian berdampak pada ambruknya pasar modal AS dengan anjloknya indeks saham di New York Stock Exchange (NYSE). Krisis yang terjadi di Amerika akan berakibat terhadap penurunan pertumbuhan global, karena bagaimanapun juga pilar atau pondasi ekonomi dunia masih didominasi oleh AS. Kondisi perekonomian Indonesia sesungguhnya sudah terkena dampak krisis keuangan global tersebut yang ditandai dengan mengetatnya likuiditas valas, turunnya kinerja pasar modal, tekanan inflasi, melemahnya perekonomian di sektor riil, dan mengetatnya likuiditas rupiah. Namun pengaruhnya belum terlalu signifikan khususnya di sektor perbankan (akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi-13.html).


(16)

Walaupun bisa dikatakan kondisi perbankan nasional secara umum saat ini dalam keadaan yang baik dan stabil, namun faktanya masih terdapat kinerja bank yang dinilai tidak layak oleh Bank Indonesia. Sejak tahun 2004 sampai saat ini Bank Indonesia (BI) telah menutup 13 bank yang terdiri dari 4 Bank Umum dan 9 Bank BPR, contoh nama bank yang saat ini ditutup adalah Bank IFI. Bank Indonesia mengumumkan penutupan bank tersebut karena tidak mampu menambah jumlah modal hingga waktu yang telah ditetapkan. Sebelum ditutup, kecukupan modal bank tersebut menurun di bawah 8 %. Modal bank juga merosot akibat tingginya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan / NPL) yang mencapai 24 %. Bank Indonesia berpendapat penutupan tidak akan menimbulkan efek sistemik, sebab bank tersebut hanya mempunyai pinjaman ke bank lain sebesar Rp 8 miliar. Jumlah ini terbilang kecil dibandingkan dengan bank lain. Selain itu saat ini sebanyak 106 bank diantaranya memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio / CAR) di atas 12 % per Oktober 2009. Dari total jumlah bank tersebut masih terdapat 11 bank yang masih memiliki modal dasar di bawah Rp 100 miliar (http://m.vivanews.com/news/read/50242).

Terjaminnya kinerja suatu perbankan tentu menjadi dasar kepercayaan nasabah dalam melakukan transaksi dengan bank tersebut. Kepercayaan masyarakat dapat dipenuhi dengan disajikannya laporan keuangan yang memadai. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak internal dan pihak


(17)

eksternal. Sebagai suatu entitas ekonomi, bank memberi laporan keuangan untuk menunjukkan informasi dan kondisi keuangan bank secara keseluruhan yang disajikan untuk pihak-pihak yang berkepentingan (Kasmir, 2010 : 253)

Laporan keuangan biasanya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan (Standar Akuntansi Keuangan No. 1 per 1 Juli 2009). Laporan laba rugi merupakan salah satu komponen penting dalam laporan keuangan. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja keuangan perusahaan pada suatu periode yang mencerminkan aktivitas operasi perusahaan (Wild, dkk., 2008 : 24).

Informasi mengenai laba tidak saja ingin diketahui oleh manajer tetapi juga investor dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laba periode tertentu bersama-sama dengan informasi keuangan lainnya kemudian dievaluasi perkembangannya untuk dibandingkan dengan data sebelumnya. Para pengguna informasi ini juga ingin mengetahui bagaimana kinerja perusahaan di masa depan.

Bagi investor, informasi laba di masa depan bisa mempengaruhi keputusan investasi mereka. Investor tentu mengharapkan laba perusahaan di masa depan lebih baik dibandingkan sebelumnya. Laba bagi investor juga berkaitan dengan dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan. Calon investor pun mengharapkan hal yang serupa. Sebelum menanamkan modalnya pada suatu perusahaan, investor akan mempertimbangkan


(18)

prospek perusahaan di masa depan. Sedangkan bagi pihak manajemen, prediksi laba satu tahun ke depan merupakan bagian dari rencana bisnis tahunan perusahaan. Prediksi tersebut kemudian dibandingkan dengan laba aktual sehingga diperoleh selisih lebih atau selisih kurang. Perbedaan inilah yang nantinya menjadi perhatian manajemen dalam evaluasi tahunan. Sifat laba yang berubah-ubah dari tahun ke tahun membuat informasi ini sangat bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan apabila dapat diprediksi. Prediksi terhadap laba di masa depan dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Menurut Jones dalam Nesti Hapsari (2004), analisis laporan keuangan adalah proses pencarian akhir dari laporan keuangan untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak. Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Analisis rasio menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan. Dengan analisis rasio ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan di bidang keuangan. Disamping itu, analisis rasio keuangan dapat dipakai sebagai sistem peringatan dini (early warning system) terhadap kemunduran kondisi keuangan dari suatu perusahaan. Analisis rasio dapat membimbing investor membuat keputusan atas pertimbangan tentang apa yang akan dicapai oleh perusahaan dan bagaimana prospek yang akan dihadapi di masa yang akan datang serta untuk memprediksikan apakah suatu perusahaan menuju kegagalan atau kesuksesan bisnis.


(19)

Dalam dunia perbankan rasio-rasio yang biasa dianalisis adalah rasio-rasio yang termasuk dalam aspek permodalan, aspek kualitas aktiva, aspek rentabilitas, likuiditas, dan efisiensi operasionalnya. Analisis terhadap kelima aspek tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran kinerja bank yang dapat menjadi suatu indikator bagi investor dan nasabah dalam menilai prospek kedepan bank tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010 ”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dalam penelitian yang menjadi rumusan masalah adalah: “ Apakah rasio CAMEL (CAR - Capital Adequacy Ratio, NPL - Non Performing Loans,

ROA - Return on Assets, BOPO – Beban Operasional Pendapatan

Operasional, dan LDR - Loan to Deposit Ratio) berpengaruh terhadap kualitas laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? “

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:


(20)

Untuk menguji secara empiris apakah rasio CAMEL berpengaruh terhadap kualitas laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh atau diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat mengembangkan suatu pemikiran yang kritis, menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas serta mempertinggi kemampuan penulis dalam menilai dan menganalisis pengaruh rasio CAMEL terhadap kualitas laba perusahaan perbankan. 2. Bagi Universitas

Memberikan sumbangan informasi, menambah literatur, dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Perusahaan

Memberikan informasi untuk menentukan kebijakan-kebijakan strategis lainnya dalam meningkatkan kualitas laba perusahaan. Kualitas laba yang dimaksud adalah pertumbuhan laba perusahaan. 4. Bagi Penyedia Dana (Investor)


(21)

Memberikan gambaran dalam menentukan keputusan investasi bagi calon investor dengan mengetahui kinerja perbankan dari analisis rasio-rasio keuangan perbankan.


(22)

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu 1) Nurhafita dan Tintri (2010) Judul Penelitian:

Effect on the Quality of Earnings Ratio CAMEL (Case Study of Registered Commercial Banks in Indonesia Stock Exchange)

Rumusan Masalah:

Penelitian ini meneliti bagaimana pengaruh rasio CAMEL terhadap kualitas laba industri perbankan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

Kesimpulan:

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio CAMEL (CAR, ROA, BOPO, NPL, dan LDR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba industri perbankan di Indonesia. Sedangkan secara parsial hanya rasio ROA yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba industri perbankan di Indonesia.


(23)

2) Zahara dan Siregar (2009) Judul Penelitian:

Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Praktik Manajemen Laba di Bank Syariah.

Rumusan Masalah:

Apakah rasio CAMEL yang terdiri dari CAR (Capital Adequacy

Ratio), RORA (Return on Risked Assets), ROA (Return on Assets),

NPM (Net Profit Margin), dan LDR (Loan to Deposit Ratio) berpengaruh terhadap praktik manajemen laba di Bank Syariah.

Kesimpulan:

Hasil penelitian ini menunjukkan bukti empiris bahwa secara rata-rata tidak terdapat indikasi praktik manajemen laba yang signifikan pada bank syariah di Indonesia berdasarkan laporan keuangan publikasi tahun 2005 hingga 2006. Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba, tetapi tidak signifikan. Rasio RORA (Return on Risked Assets) dan ROA (Return

on Assets) berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba dan

juga tidak signifikan. Rasio NPM (Net Profit Margin) berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik manajemen laba. Sedangkan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba dan juga tidak signifikan.


(24)

3) Respati dan Yandono (2008) Judul Penelitian:

Tinjauan tentang Variabel-variabel CAMEL terhadap Laba Usaha pada Bank Umum Swasta Nasional

Rumusan Masalah:

1. Bagaimana pengaruh variabel-variabel CAMEL terhadap laba usaha pada Bank Umum Swasta Nasional yang go public di Bursa Efek Indonesia?

2. Variabel mana yang berpengaruh dominan dari beberapa variabel sistem CAMEL meliputi CAR, ATM, ETA, NPL, PPAP, LEA, RORA, NPM, NIM, ROA, ROE, BOPO, LDR, dan CBSTD terhadap laba usaha pada Bank Umum Swasta Nasional?

Kesimpulan:

Hasil metode stepwise menghasilkan tujuh variabel pada CAMEL meliputi ROE, ETA, ROA, NPM, BOPO, NIM, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap laba usaha pada Bank Umum Swasta Nasional, dan ditunjukkan pula dengan uji t bahwa CAR, ATM, NPL, PPAP, LEA, RORA, dan CBSTD tidak berpengaruh signifikan terhadap laba usaha pada Bank Umum Swasta Nasional (Tbk). Hasil temuan penelitian ini memberikan informasi bahwa pada periode dimana dilakukan penelitian menunjukkan bahwa ROA mempunyai pengaruh signifikan


(25)

yang tidak searah terhadap laba usaha pada Bank-bank Umum Swasta Nasional.

4) Puspawati (2007) Judul Penelitian:

Pengaruh Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Rumusan Masalah:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari rasio keuangan (CAR, assets quality, ROA, dan liquidity) dalam memprediksi pertumbuhan laba satu tahun ke depan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta?

2. Rasio keuangan (CAR, assets quality, ROA, dan liquidity) manakah yang memiliki pengaruh dominan dalam memprediksi pertumbuhan laba satu tahun ke depan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta?

Kesimpulan:

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:

1. Secara simultan rasio keuangan CAR (Capital Adequacy Ratio),


(26)

signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun ke depan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

2. Secara parsial hanya rasio keuangan ROA (Return on Assets) yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun ke depan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, dimana pengaruh ROA (Return on Assets) terhadap pertumbuhan laba adalah positif, sedangkan rasio keuangan CAR

(Capital Adequacy Ratio), assets quality, dan liquidity tidak

berpengaruh signifikan.

3. Rasio keuangan ROA (Return on Assets) merupakan rasio yang paling dominan pengaruhnya terhadap pertumbuhan laba satu tahun ke depan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

5) Merkusiwati (2007) Judul Penelitian:

Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan Rumusan Masalah:

1. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997-2000 terhadap kinerja perusahaan (ROA - Return on Assets) tahun 1998-2001?


(27)

2. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja perusahaan (ROA - Return on Assets) tahun 1998?

3. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja perusahaan (ROA - Return on Assets) tahun 1999?

4. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1999 terhadap kinerja perusahaan (ROA - Return on Assets) tahun 2000?

5. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 2000 terhadap kinerja perusahaan (ROA - Return on Assets) tahun 2001?

Kesimpulan:

CAMEL pada tahun 1997-2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA

Return on Assets tahun 1998-2001. CAMEL tahun 1997 tidak

berpengaruh signifikan terhadap ROA – Return on Assets tahun 1998. CAMEL pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap ROA –

Return on Assets tahun 2000. CAMEL pada tahun 2000 berpengaruh

signifikan terhadap ROA tahun 2001. 2.2. Landasan Teori

2.2.1. Bank

2.2.1.1.Pengertian Bank

Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana masyarakat dan


(28)

menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2010 : 11).

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito, kemudian menyalurkan dana tersebut berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat dan atau bentuk jasa perbankan lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2010 : 12).

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan yang meliputi tiga kegiatan utama, yaitu:

a. Menghimpun dana; b. Menyalurkan dana; dan

c. Memberikan jasa bank lainnya. 2.2.1.2.Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan. Secara lebih spesifik fungsi bank adalah:


(29)

Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan demikian juga pihak bank mau menempatkan atau menyalurkan dananya kepada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan.

2. Agent of Development

Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.

3. Agent of Services

Fungsi bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.


(30)

Kutipan di atas diambil dari buku yang disusun oleh 3 orang pengarang, yaitu Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso, yang diterbitkan tahun 2000, halaman 6.

2.2.1.3.Jenis Bank

Praktik perbankan dewasa ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan yang ditinjau dari berbagai segi (Kasmir, 2010 : 20-32) antara lain:

1. Jenis Bank menurut Fungsinya a. Bank Umum

Bank Umun didefinisikan oleh Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang-Undang No. 10 tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.


(31)

2. Jenis Bank dari Segi Kepemilikannya a. Bank milik Pemerintah

Akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula. b. Bank milik Swasta Nasional

Bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya dan pembagian keuntungannya dipegang oleh pihak swasta.

c. Bank milik Asing

Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu Negara.

d. Bank milik Campuran

Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, di mana kepemlikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia.

3. Jenis Bank dari Segi Status a. Bank Devisa


(32)

Bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

b. Bank non Devisa

Bank yang masih melakukan kegiatan transaksi dalam batas-batas suatu Negara.

4. Jenis Bank dari Segi Cara Menentukan Harga a. Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional

Bank yang menetapkan bunga sebagai harga jual dan untuk jasa-jasa bank lainnya.

b. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah

Bank yang menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain dengan berpedoman pada Al-Quran dan sunnah rasul.

2.2.2 Laporan Keuangan Bank

2.2.2.1.Pengertian Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan bank merupakan gambaran keadaan keuangan suatu bank pada suatu periode tertentu (Martono, 2004 : 62). Sedangkan menurut Kasmir (2010 : 253) laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan pada suatu waktu.


(33)

Secara umum ada empat bentuk laporan keuangan yang pokok yaitu laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas. Laporan neraca dan laporan laba rugi yang umum digunakan untuk analisis (Martono, 2004 : 62).

2.2.2.2.Tujuan Laporan Keuangan Bank

Menurut Kasmir (2010 : 253-254) tujuan pembuatan laporan keuangan bank adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan.

b. Memberikan gambaran kinerja manajemen bank dalam satu periode. c. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah dan jenis-jenis

aktiva yang dimiliki.

d. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang.

e. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah dan jenis modal pada waktu tertentu.

f. Memberikan informasi mengenai jumlah dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh bank.

g. Memberikan informasi mengenai jumlah dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan oleh bank pada periode tertentu.


(34)

2.2.2.3.Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Dalam IAI (2007 : 24), dinyatakan terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu:

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan bila dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka dimasa lalu.

3. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.


(35)

4. Dapat dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingan laporan keuangan perusahaan untuk mengevaluasi posisi kinerja dan perubahan posisi keuangan secara relatif.

2.2.2.4.Jenis-jenis Laporan Keuangan Bank

Berdasarkan kutipan yang diambil dari buku yang disusun oleh Kasmir, yang diterbitkan tahun 2010, halaman 257, jenis-jenis laporan keuangan bank adalah sebagai berikut:

a. Neraca

Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) bank pada tanggal tertentu yang penyusunannya didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo.

b. Laporan Komitmen dan Kontinjensi

Laporan komitmen dan kontinjensi merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak


(36)

dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.

c. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu.

d. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kas.

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai posisi bank serta aktivitas-aktivitas lain seperti kegiatan wali amanat, penitipan harta, dan penyaluran kredit kelolaan.

f. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi

Laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya.


(37)

2.2.2.5.Pihak-pihak yang Berkepentingan

Adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah sebagai berikut (Kasmir, 2010 : 255-256) :

a. Pemegang Saham

Kepentingan pemegang saham terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode.

b. Pemerintah

Bagi pemerintah laporan keuangan bank berguna untuk mengetahui kemajuan suatu bank, kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang telah ditetapkan, dan untuk mengetahui sejauh mana peranan perbankan dalam pengembangan sektor-sektor industri tertentu.

c. Manajemen

Bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan dan juga untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.


(38)

Bagi karyawan laporan keuangan bank berguna untuk mengetahui kondisi keuangan bank yang sebenarnya, sehingga mereka juga merasa perlu mengharapkan peningkatan kesejahteraan apabila bank mengalami keuntungan dan sebaliknya perlu melakukan perbaikan jika bank mengalami kerugian.

e. Masyarakat Luas

Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu jaminan terhadap uang yang disimpan di bank.

2.2.3. Analisis Laporan Keuangan

2.2.3.1.Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan (Wild, dkk., 2008 : 3).

Menurut Jumingan (2006 : 1), analisis laporan keuangan berkaitan erat dengan bidang akuntansi seperti kegiatan mencatat, menganalisis, menyajikan, dan menafsirkan data keuangan dari lembaga perusahaan dan lembaga lainnya di mana aktivitasnya berhubungan dengan produksi dan pertukaran barang atau jasa.


(39)

Untuk dapat menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan, para analisis selain harus memahami betul kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, juga harus mampu mengaplikasikan berbagai teknik/alat analisis laporan keuangan.

Dengan mengadakan analisis laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan, manajer akan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaannya, sehingga dapat diketahui hasil-hasil keuangan yang telah dicapai di waktu yang lalu dan waktu yang sedang berjalan. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, diusahakan agar dalam penyusunan rencana untuk waktu yang akan datang, kelemahan-kelemahan tersebut dapat diperbaiki.

Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang analisis keuangan memerlukan adanya ukuran

(yardstick) tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis

keuangan adalah rasio. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan (Bambang Riyanto. 1995 : 329).

2.2.3.2.Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Prastowo (1995 : 32), tujuan dari analisis laporan keuangan antara lain:


(40)

1. Sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger.

2. Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang.

3. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya, atau sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.

2.2.3.3.Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Prastowo (1995 : 32) secara umum, metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Metode Analisis Horizontal

Metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Metode analisis horizontal disebut juga sebagai metode analisis dinamis, karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode).

2. Metode Analisis Vertikal

Metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk


(41)

tahun yang sama. Metode analisis vertikal disebut juga sebagai metode analisis statis, karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun yang sama.

Sedangkan menurut Munawir (2004 : 36), teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, yaitu metode dan

teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.

2. Trend Percentage Analysis, yaitu suatu metode atau teknik analisis

untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau turun.

3. Common Size Statement, yaitu suatu metode analisis untuk

mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya.

4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, yaitu suatu analisis

untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.

5. Cash Flow Statement Analysis, yaitu suatu analisis untuk


(42)

mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.

6. Analisis Rasio, yaitu metode analisis untuk mengetahui hubungan

dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

7. Gross Profit Analysis, yaitu suatu analisis untuk mengetahui

sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.

8. Analisis Break Even, yaitu suatu analisis untuk menentukan tingkat

penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Selain itu, analisis break-even juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan atau kerugian pada tingkat penjualan. 2.2.4. Analisis Rasio

2.2.4.1.Pengertian Analisis Rasio

Menurut Prastowo (1995 : 54), rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak digunakan. Rasio ini juga merupakan alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan simpton (gejala-gejala yang tampak) dari suatu keadaan. Analisis rasio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar


(43)

pembanding yang tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri.

Sedangkan menurut Martono (2004 : 65), rasio merupakan indeks yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya, dan menggunakan alat analisis berupa rasio yang dapat menjelaskan atau memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan kepada penganalisis.

Penganalisis dalam menganalisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua jenis perbandingan, yaitu:

1. Analis dapat memperbandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama (perbandingan internal). Rasio keuangan juga dapat diperhitungkan berdasarkan laporan proforma atau proyeksi, dan dibandingkan dengan rasio sekarang atau masa lalu.

2. Analis membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama (perbandingan ekternal) yang memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan sehingga analis dapat memberikan pertimbangan realistis.


(44)

Menurut Skousen (1991 : 595), tujuan analisis rasio dapat dilihat dari sudut pandang pemakainya, sebagai contoh kreditor berkepentingan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban pada periode berjalan dan memerlukan informasi mengenai hubungan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Semua pemakai sangat berkepentingan dalam profitabilitas dan mengharapkan untuk memperoleh informasi mengenai hubungan laba dengan kewajiban dan aktiva pemilik.

Selain itu menurut Prastowo (1995 : 54), analisis rasio juga bertujuan untuk menilai efektivitas keputusan yang telah diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya.

2.2.5. Jenis-jenis Rasio Keuangan Perbankan

Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank dan kinerja suatu bank dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh bank tersebut. Laporan ini sangat berguna bagi pihak internal dan pihak eksternal guna mengetahui kondisi dan kinerja bank tersebut.

Agar laporan keuangan bank dapat dibaca sehingga menjadi berguna bagi pihak internal dan eksternal, maka perlu dilakukan analis terlebih dahulu dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sesuai dengan standar yang berlaku.

Menurut Martono (2004 : 81), jenis-jenis rasio keuangan perbankan antara lain:


(45)

1. Rasio Likuiditas

Bank dapat dikatakan likuid apabila bank tersebut memiliki

cash asset sebesar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi

likuiditasnya, bank tersebut memiliki cash asset yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya tetapi mempunyai aset atau aktiva lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya, bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan

cash asset baru melalui berbagai bentuk hutang.

Dalam rasio likuiditas, rasio yang dapat diukur antara lain:

a. Quick Ratio, untuk mengetahui kemampuan bank dalam

membiayai kembali kewajibannya kepada para nasabah yang menyimpan dananya dengan aktiva lancar yang lebih likuid yang dimilikinya.

b. Banking Ratio, untuk mengetahui kemampuan bank dalam

membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya.

c. Loan to Assets Ratio, untuk mengukur kemampuan bank dalam

memenuhi permintaan para debitur dengan aset bank yang tersedia. 2. Rasio Solvabilitas (Capital)


(46)

Analisis solvabilitas digunakan untuk: (1) ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan. (2) sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, (3) alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, dan (4) dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi.

Pada rasio permodalan, yang dapat diukur adalah capital

adequacy ratio, untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada

untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.

3. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Rasio yang dapat diukur antara lain:

a. Return on Assets (ROA), rasio ini mengukur kemampuan bank di


(47)

b. Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO), rasio ini mengukur perbandingan biaya operasi atau biaya intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank.

c. Gross Profit Margin, rasio ini mengukur kemampuan bank dalam

menghasilkan laba dari operasi usahanya yang murni.

d. Net Profit Margin, rasio ini mengukur kemampuan bank dalam

menghasilkan laba bersih sebelum pajak ditinjau dari sudut pendapatan operasinya.

4. Rasio Risiko Usaha Bank

Bisnis perbankan juga dihadapkan pada berbagai risiko. Risiko-risiko ini dapat diukur secara kuantitatif antara lain dengan:

a. Deposit Risk Ratio, rasio ini memperlihatkan risiko yang

menunjukkan kemungkinan kegagalan bank dalam memenuhi kewajiban kepada para nasabah yang menyimpan dananya diukur dengan jumlah permodala yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan.

b. Interest Rate Risk Ratio, rasio ini memperlihatkan risiko yang

mengukur kemungkinan bunga yang diterima oleh bank lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang dibayarkan oleh bank.


(48)

Rasio efisiensi usaha berguna untuk mengukur kinerja manajemen suatu bank apakah telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna. Rasio-rasio yang digunakan antara lain:

a. Leverage Multiplier Ratio, rasio ini untuk mengukur kemampuan

manajemen suatu bank di dalam mengelola aktiva yang dikuasainya, mengingat atas penggunaan aktiva tetap tersebut bank harus mengeluarkan sejumlah biaya yang tetap.

b. Asset Utilazation Ratio, rasio ini untuk mengukur kemampuan

manajemen suatu bank dalam memanfaatkan aktiva yang dikuasai untuk memperoleh total income.

c. Operating Ratio, rasio ini untuk mengukur rata-rata biaya

operasionalnya dan biaya non operasional yang dikeluarkan bank untuk memperoleh pendapatan.

2.2.6. Rasio CAMEL

Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu CAMEL (Capital, Assets, Management,

Earnings, dan Liquidity). Empat dari lima aspek tersebut masing-masing

capital, assets, earnings, dan liquidity dinilai dengan menggunakan rasio

keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perbankan. Selain itu, rasio keuangan juga


(49)

bermanfaat dalam memprediksi laba perusahaan. Dalam hal ini akan dijelaskan rasio CAMEL dalam hubungannya dengan rasio keuangan.

1. Capital

Modal (capital) adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping memenuhi peraturan yang ditetapkan. Permodalan sering disebut juga sebagai analisa solvabilitas yaitu sebagai ukuran kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank (Dendawijaya, 2000 : 122).

Fungsi modal bank yang paling utama adalah untuk memberikan perlindungan terhadap nasabah atas kemungkinan terjadinya kerugian yang melebihi jumlah yang diperkirakan oleh bank (Martono, 2002 : 84).

Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia perihal kewajiban modal (capital) minimum bagi bank umum, diukur dari prosentase tertentu dari aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) yang dapat dilihat dengan:

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang


(50)

risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2005 : 121).

Capital Adequacy Ratio merupakan indikator terhadap

kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. CAR menurut standar BIS (Bank for International

Settlements) minimum sebesar 8%, jika kurang dari itu maka akan

dikenakan denda oleh Bank Sentral (Nurhafita dan Tintri, 2010 : 3).

2. Assets Quality

Menurut Dendawijaya (2001 : 144), assets quality adalah semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan yang sesuai dengan fungsinya, yang meliputi:

1. Kredit yang diberikan bank dan telah dicairkan. 2. Surat-surat berharga.


(51)

4. Tagihan pada bank lain.

Penilaian kualitas aktiva produktif terdiri dari (Dendawijaya, 2001:153)

1. Perbandingan (rasio) antara penyisihan penghapusan aktiva produktif dan jumlah aktiva produktif yang diklasifikasikan.

2. Perbandingan (rasio) antara penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk dan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk.

Menurut Dahlan Siamat (2001 : 134), aktiva produktif adalah semua penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh pengahsilan sesuai dengan fungsinya. Pengelolaan dana dalam aktiva produktif merupakan sumber pendapatan yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional bank termasuk biaya bunga dan biaya tenaga kerja.

Penilaian asset yang digunakan adalah menggunakan rasio NPL (Non Performing Loans). Rasio Non Performing Loans (NPL) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kelangsungan hidup bank sangat tergantung pada kesiapan bank tersebut dalam menghadapi kerugian sebagai akibat adanya kredit bermasalah.


(52)

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai NPL di atas 5% maka bank tersebut tidak sehat.

3. Earnings

Earnings adalah kemampuan bank untuk mendapatkan

keuntungan (laba) dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam prosentase assets dan modal (Muljono T., 1999 : 130). Laba yang diperoleh bank atas usaha yang dilakukan dari waktu ke waktu haruslah mampu digunakan sebagai sumber dana (internal generated

funds) guna menutupi kerugian-kerugian yang mungkin timbul di

kemudian hari. Dengan demikian, akan dapat dipertahankan suatu struktur permodalan yang kuat, khususnya bagi kepentingan pemeliharaan stabilitas posisi solvabilitasnya.

Penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank didasarkan pada dua rasio dengan bobot yang sama, yaitu:

1. Rasio perbandingan laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha (ROA) dalam periode yang sama. Ratio Return on Assets (ROA) ini merupakan penilaian atas dasar kemampuan bank dalam memperoleh laba atau penghasilan dari assets yang dimiliki. Hal ini digunakan untuk


(53)

menilai sejauh mana assets yang dimiliki oleh bank dapat menghasilkan return.

2. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama.

Rasio ini merupakan perbandingan antara biaya operasional yang menjadi beban bank terhadap pendapatan operasional bank selama periode tertentu yang bertujuan menilai efisiensi dan efektivitas bank dalam menekan biaya operasional (operating expense) bank, karena dengan menekan pengeluaran untuk biaya operasional maka laba akan meningkat.

4. Liquidity

Liquidity adalah kemampuan suatu bank untuk

menyediakan alat likuid untuk membayar segala kewajibannya serta penyediaan berbagai jenis likuid untuk meningkatkan kredit dan menambah harta lainnya.

Menurut Oliver G. Wood dan Robert J. Porter pengertian likuiditas suatu bank adalah sebagai berikut:

“Bank’s liquidity its ability to met deposit withdrawls, maturing it is liabilities and loan request without delay”.


(54)

Ada beberapa kriteria yang secara murni dapat dipakai sebagai alat ukur dari suatu bank yang dikatakan likuid (Muljono, 1999 : 249) yaitu:

1. Bank yang bersangkutan mempunyai cash assets baik yang ada di rekening Bank Sentral atau rekening bank-bank lain yang jumlahnya seimbang dengan perkiraan kebutuhan likuiditasnya. 2. Apabila cash assets yang dimiliki tersebut kurang

memadai, tetapi bank yang bersangkutan juga memiliki assets lain terutama surat-surat berharga yang dapat ditunaikan dengan segera tanpa mengalami kerugian.

3. Bank yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk memperoleh cash assets dengan menciptakan hutang-hutang baru dengan segera.

Penilaian atas likuiditas bank didasarkan pada rasio Loan to

Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio menyatakan seberapa

jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.


(55)

Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.

2.2.7. Laba

2.2.7.1.Pengertian Laba

Menurut Baridwan (1992 : 31), laba merupakan kenaikan modal yang berasal dari transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu periode.

Sedangkan menurut Stice et al (2004 : 226), laba merupakan jumlah yang diberikan kepada investor dan kondisi perusahaan diakhir periode masih sama baiknya atau kayanya.

Menurut Harahap (1998 : 58) ada beberapa definisi yang dapat dilihat dari sudut pandang masing-masing diantaranya adalah:

a. Commite on Terminology mendefinisikan laba sebagai jumlah yang

berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan operasi.

b. Menurut APB Statement mengartikan bahwa laba sebagai kelebihan penghasilan atas biaya selama periode akuntansi.


(56)

c. FASB Statement mendefinisikan accounting income atau laba akuntansi sebagai perubahan laba equity (net assets) dari suatu entity selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal dari bukan pemilik. Dalam

income termasuk seluruh perubahan dalam equity selain penerimaan

dari pemilik dan pembayaran kepada pemilik.

Menurut Suwardjono (2005 : 509) definisi laba disebutkan sebagai tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan kapital dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa atau pemilik kapital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik kapital mula-mula (awal perioda).

2.2.7.2.Kualitas Laba

Menurut Schipper dan Vincent (2003), kualitas laba menunjukkan tingkat kedekatan laba yang dilaporkan dengan Hicksian income, yang merupakan laba ekonomik yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi dalam satu perioda dengan menjaga kemampuan perusahaan pada awal dan akhir perioda tetap sama. Sesuai dengan Schipper dan Vincent, kualitas laba akuntansi ditunjukkan oleh kedekatan atau korelasi antara laba akuntansi dan laba ekonomik (Suwardjono, 2006 : 463). Demikian juga, Hodge (2003 : 37) memberikan definisi kualitas laba sebagai “The extent to which


(57)

net income reported on the income statement differs from “true” (unbiased and accurate) earnings”.

Dalam literatur penelitian akuntansi, terdapat berbagai pengertian kualitas laba dalam perspektif kebermanfaatan dalam pengambilan keputusan (decision usefulness). Schipper dan Vincent (2003) mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan: sifat runtun-waktu dari laba, karakteristik kualitatif dalam rerangka konseptual, hubungan laba-kas-akrual, dan keputusan implementasi. Empat kelompok penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan sifat runtun waktu laba, kualitas laba meliputi: persistensi, prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas. Atas dasar persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang persisten yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak bersifat transitori. Persistensi sebagai kualitas laba ini ditentukan berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan khususnya dalam penilaian ekuitas. Kemampuan prediksi menunjukkan kapasitas laba dalam memprediksi butir informasi tertentu, misalnya laba di masa datang. Dalam hal ini, laba yang berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi laba di masa datang. Berdasarkan konstruk variabilitas, laba berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai variabilitas relatif rendah atau laba yang smooth.


(58)

2. Kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, perubahan akrual total, estimasi abnormal atau discretionary accruals

(akrual abnormal atau kebijakan), dan estimasi hubungan akrual-kas. Dengan menggunakan ukuran rasio kas operasi dengan laba, kualitas laba ditunjukkan oleh kedekatan laba dengan aliran kas operasi. Laba yang semakin dekat dengan aliran kas operasi mengindikasi laba yang semakin berkualitas. Dengan menggunakan ukuran perubahan akrual total, laba berkualitas adalah laba yang mempunyai perubahan akrual total kecil. Pengukuran ini mengasumsikan bahwa perubahan total akrual disebabkan oleh perubahan discretionary accruals. Estimasi

discretionary accruals dapat diukur secara langsung untuk menentukan

kualitas laba. Semakin kecil discretionary accruals semakin tinggi kualitas laba dan sebaliknya. Selanjutnya, keeratan hubungan antara akrual dan aliran kas juga dapat digunakan untuk mengukur kualitas laba. Semakin erat hubungan antara akrual dan aliran kas, semakin tinggi kualitas laba.

3. Kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Rerangka Konseptual (Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978). Laba yang berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yaitu yang memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas atau konsistensi. Pengukuran masing-masing kriteria kualitas tersebut secara terpisah sulit atau tidak dapat


(59)

dilakukan. Oleh sebab itu, dalam penelitian empiris koefisien regresi harga dan return saham pada laba (dan ukuran-ukuran terkait yang lain misalnya aliran kas) diinterpretasi sebagai ukuran kualitas laba berdasarkan karakteristik relevansi dan reliabilitas.

4. Kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi meliputi dua pendekatan. Dalam pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan negatif dengan banyaknya pertimbangan, estimasi, dan prediksi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan. Semakin banyak estimasi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan dalam mengimplementasi standar pelaporan, semakin rendah kualitas laba, dan sebaliknya. Dalam pendekatan kedua, kualitas berhubungan negatif dengan besarnya keuntungan yang diambil oleh manajemen dalam menggunakan pertimbangan agar menyimpang dari tujuan standar (manajemen laba). Manajemen laba yang semakin besar mengindikasi kualitas laba yang semakin rendah, dan sebaliknya.

Kutipan di atas diambil dari internet dengan alamat

(http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_print.php?nid=144).

Kualitas laba dalam penelitian ini diartikan sebagai pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan perbankan. Pertumbuhan laba adalah selisih antara jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan pada tahun berjalan dengan jumlah laba yang dihasilkan pada tahun sebelumnya dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya.


(60)

2.2.8. Pengaruh CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR terhadap Kualitas Laba Perbankan

1. CAR – Capital Adequacy Ratio

Kondisi permodalan diukur dengan CAR (Capital Adequacy Ratio). Semakin besar nilai CAR maka laba yang diperoleh semakin besar sehingga berpengaruh terhadap laba (Nurhafita dan Tintri, 2010). 2. NPL – Non Performing Loans

Penilaian terhadap rasio NPL yaitu semakin besar nilai NPL maka semakin kecil laba yang dihasilkan. Hubungan NPL dengan variabel lain yaitu dengan meningkatnya NPL akan mengurangi jumlah modal bank, selain itu meningkatnya NPL akan mempengaruhi perkembangan deviden dan laba perusahaan, secara tidak langsung menunjukkan adanya hubungan dengan efisiensi dalam memperoleh laba (Nurhafita dan Tintri, 2010).

3. ROA – Return on Assets

Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Rentabilitas


(61)

merupakan perbandingan antara laba usaha dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Penilaian unsur ini didasarkan pada rasio laba terhadap total asset (Return on Assets). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Nurhafita dan Tintri, 2010). Hubungan ROA dengan variabel lain yaitu tinggi rendahnya rasio ROA dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat efisiensi manajemen dalam menjalankan operasi yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya laba.

4. BOPO – Beban Operasional Pendapatan Operasional

Semakin besar rasio BOPO yang dimiliki oleh bank maka akan berpengaruh terhadap pencapaian laba yang tinggi. Hubungan efisiensi operasional terhadap variabel lain yaitu tinggi rendahnya efisiensi operasional memberikan dampak pada rendahnya likuiditas, dan penyaluran kredit yang rendah menyebabkan rendahnya profitabilitas yang berdampak pada rendahnya laba yang dihasilkan (Nurhafita dan Tintri, 2010).

5. LDR – Loan to Deposit Ratio

Tingginya rasio LDR akan menyebabkan rendahnya likuiditas yang dapat berpengaruh pada meningkatnya laba (Nurhafita dan Tintri, 2010). LDR yang tinggi atau tidak melebihi standar tentu akan meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan meningkatkan kegiatan


(62)

bank dalam penyaluran kredit kepada masyarakat yang berdampak pada meningkatnya profitabilitas bank. Namun tingkat LDR yang tinggi tentu saja memiliki jumlah resiko yang tinggi, apabila bank tidak dapat menanggulanginya maka akan mengalami kerugian.

2.3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan frame work bagi peneliti untuk membentuk pola analisis yang sistematik sehingga dapat diketahui secara tegas landasan yang digunakan untuk melakukan analisis data serta dapat diketahui hasil-hasil yang diharapkan.

Dalam kerangka pikir ini, menggambarkan tentang pengukuran kinerja perbankan dengan menggunakan rasio keuangan bank untuk memprediksi pertumbuhan laba perbankan, yaitu dengan menggunakan CAMEL.

Berikut ini kerangka pikir yang akan menjadi pedoman dalam keseluruhan penelitian yang dilakukan.

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir

CAR – Capital Adequacy Ratio

(X1)

NPL – Non Performing Loan


(63)

Analisis Regresi Linier Berganda

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

Diduga bahwa terdapat pengaruh antara rasio CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR terhadap kualitas laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

BOPO – Beban Operasional Pendapatan

Operasional (X4)

LDR – Loan to Deposit Ratio

(X5)

ROA – Return on Assets

(X3) 

Kualitas Laba Perbankan (Y)


(64)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian tentang pengaruh rasio CAMEL terhadap kualitas laba perusahaan perbankan ini mempunyai beberapa variabel yang digolongkan menjadi dua jenis yaitu variabel dependen atau variabel terikat dan variabel independen atau variabel bebas. Kualitas laba (pertumbuhan laba) sebagai

variabel dependen (Y) dan variabel independennya adalah CAR - Capital

Adequacy Ratio (X1), NPL – Non Performing Loans (X2), ROA - Return on

Assets (X3), BOPO – Beban Operasional Pendapatan Operasional (X4), dan

LDR – Loan to Deposit Ratio (X5).

Definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kualitas Laba (Y)

Kualitas laba yang digunakan dalam penelitian yaitu pertumbuhan laba tahun 2008 sampai tahun 2010. Pertumbuhan laba adalah selisih antara jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan pada tahun berjalan dengan jumlah laba yang dihasilkan pada tahun sebelumnya dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya. Satuan yang digunakan adalah prosentase. Skala pengukuran data yang digunakan adalah rasio.


(65)

Rumus yang digunakan:

Pertumbuhan Laba tahun (n) = 100%

) 1 ( ) 1 ( ) ( x Laba Laba Laba n Tahun n Tahun n Tahun   

b. Capital Adequacy Ratio – CAR (X1)

Analisis capital digunakan untuk menilai penyediaan modal

minimum atau kecukupan modal bank (capital adequacy) didasarkan

pada perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko. Untuk analisis ini menggunakan sebuah rasio

yang disebut Capital Adequacy Ratio (CAR), dimana nilai CAR suatu

bank dapat dihitung dengan rumus:

CAR = x100%

Risiko Menurut Tertimbang Aktiva Modal

(Martono, 2004 :90) Satuan yang digunakan adalah prosentase. Skala pengukuran data yang digunakan adalah rasio.

c. Non Performing Loans – NPL (X2)

Rasio Non Performing Loans (NPL) menunjukkan kemampuan

manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kelangsungan hidup bank sangat tergantung pada kesiapan bank tersebut dalam menghadapi kerugian sebagai akibat adanya kredit


(66)

NPL = x100%

Kredit Total

Bermasalah Kredit

Satuan yang digunakan adalah prosentase. Skala pengukuran data yang digunakan adalah rasio.

d. Return on Assets – ROA (X3)

Earnings digunakan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba atau dengan kata lain analisis rasio adalah alat untuk menganalisis atau mengukur efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan dan juga untuk mengukur tingkat

kesehatan suatu bank. Rasio yang digunakan adalah Net Income on Total

Assets atau yang sering pula disebut Return on Total Assets (ROA) yaitu

untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam mengelola asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba secara keseluruhan. Rumus yang digunakan:

ROA = x100%

Aktiva Total

Pajak Sebelum Laba

      (Martono, 2004 : 91)

Satuan yang digunakan adalah prosentase. Skala pengukuran data yang digunakan adalah rasio.


(67)

e. Beban Operasional Pendapatan Operasional – BOPO (X4)

Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

BOPO = 100%

tanOperasional x

Pendapa

l Operasiona Beban

(Dendawijaya, 2005 : 119)

Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Satuan yang digunakan adalah prosentase. Skala pengukuran data yang digunakan adalah rasio.

f. Loan to Deposit Ratio – LDR (X5)

Loan to deposit ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut:

LDR = x100%

Ketiga Pihak Dana Total Diberikan Yang Kredit Jumlah

(Santoso, dkk. 2006 : 116)

Satuan yang digunakan adalah prosentase. Skala pengukuran data yang digunakan adalah rasio.


(68)

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Objek

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah

perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tahun 2008 sampai tahun 2010.

3.2.2. Populasi

Menurut Sumarsono (2002 : 44) populasi merupakan kelompok subjek atau objek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subjek atau objek yang lain dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan listing selama tahun 2008-2010 yaitu sebanyak 28 perusahaan perbankan.

3.2.3. Sampel

Menurut Sumarsono (2002 : 44) sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah

teknik non probability sampling dengan metode purposive sampling yaitu


(69)

Adapun pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan sampel tersebut antara lain:

1. Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun

berturut-turut, yaitu tahun 2008-2010.

2. Bank tidak sedang dibekukan atau termasuk dalam status pengawasan.

3. Bank yang memberikan laporan keuangan yang lengkap, valid dan

telah diaudit kebenarannya serta seluruh prospektusnya terdapat di Bursa Efek Indonesia.

4. Perusahaan perbankan yang tidak mengalami defisit dan tidak

dieliminasi melalui kuasi reorganisasi.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan sampel tersebut di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 perusahaan pada periode 2008-2010 adalah sebagai berikut:

1. PT. Bank Bumiputra Indonesia, Tbk.

2. PT. Bank Central Asia, Tbk.

3. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.

4. PT. Bank Mandiri, Tbk.

5. PT. Bank Mega, Tbk.

6. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk.

7. PT. Bank Pan Indonesia, Tbk.

8. PT. Bank OCBC NISP, Tbk.

9. PT. Bank Niaga, Tbk.

10. PT. Bank Permata, Tbk.


(70)

12. PT. Bank Bukopin, Tbk.

13. PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. 14. PT. Bank Swadesi, Tbk.

15. PT. Bank Victoria Internasional, Tbk. 3.3.Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Nur Indriantoro, 2002 : 147).

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data dokumentasi yang sudah ada di Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan perusahaan perbankan seperti neraca, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank yang terdaftar di Perpustakaan Bursa Efek Indonesia.


(71)

3.3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan studi kepustakaan. Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mempelajari dan menggunakan laporan keuangan pihak emiten yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Sedangkan studi kepustakaan adalah studi literatur yang digunakan untuk mencari dan mendapatkan data, informasi, dan teori yang relevan dengan bahasan dari buku-buku literatur.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal atau tidak dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya dengan uji statistik non parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S) (Sumarsono, 2004 : 40), uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

1. Jika nilai signifikan (nilai probabilitas) lebih kecil dari 5 %, maka data

berdistribusi adalah tidak normal.

2. Jika nilai signifikan (nilai probabilitas) lebih besar dari 5 %, maka data


(72)

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier

Unbiosed Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji

t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar.

Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier

berganda yaitu:

1. Tidak boleh ada autokorelasi.

2. Tidak boleh ada multikolinearitas.

3. Tidak boleh ada heterokedastisitas.

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka

persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias (Gujarati, 1997 : 218).

1. Autokorelasi

Gujarati (1995 : 201), mendefinisikannya sebagai korelasi yang terjadi diantara anggota observasi yang terletak berderetan secara series dalam

bentuk waktu (jika data time series) atau korelasi antara tempat yang

berderet atau berdekatan kalau datanya cross sectional. Jadi dalam hal


(73)

Artinya nilai residual (Y observasi-Y prediksi) pada waktu ke-t et tidak

boleh ada hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya et-1.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi menurut Santoso (2001 : 219) diperoleh kriteria sebagai berikut:

1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3. Angka D-W diantara -2 sampai +2 tidak ada autokorelasi.

2. Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang ”sempurna” atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi (Gujarati, 1995 : 157). Identifikasi ada atau tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan menghitung Varience Inflation Faktor (VIF).

VIF =

2 R I

I

VIF menyatakan tingkat pembengkaan varians. Apabila VIF lebih besar dari 10 hal ini terdapat multikolinearitas pada persamaan regresi linier.

3. Heterokedatisitas

Pada regresi linier, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel independen. Hal ini dapat dideteksi dengan menggunakan korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas.


(74)

Rumus korelasi Rank Spearman:

Σdi2 rs = 1 – 6

N (N2 – 1)

(Gujarati, 1995 : 188)

Dimana:

N = Jumlah sampel

di = Beda rank diantara variabel ke-1

3.4.3. Teknik Analisis

Data yang diperoleh disusun kembali, dikelompokkan sesuai dengan tujuan analisis dan diolah menggunakan metode statistik dalam bentuk Analisis Regresi Linier Berganda dengan rumus sebagai berikut:

Y = β0 + β1 . X1 + β2 . X2 + β3 . X3 + β4 . X4 + β5 . X5 + e

Keterangan:

Y = Pertumbuhan Laba

X1 = Capital Adequacy Ratio – CAR

X2 = Non Performing Loans – NPL

X3 = Return on Assets – ROA

X4 = Beban Operasional Pendapatan Operasional – BOPO

X5 = Loan to Deposit Ratio – LDR

β0 = Konstanta

β1 - β5 = Koefisien Regresi


(75)

3.4.4. Uji Hipotesis

Uji kebenaran dari hipotesis penelitian, maka diperlukan pengujian hipotesis yang terdiri dari:

b. Uji Kecocokan Model

Untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh secara bersama terhadap variabel terikat dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0 (tidak terdapat pengaruh yang

signifikan X1, X2, X3, X4, X5 terhadap Y)

2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan

derajat bebas (n-k), dimana n = jumlah pengamatan, dan k = jumlah variabel.

3. Dengan rumus

R2 / k Fhitung =

(1 – R2) / (n – k -1)

Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi

K = Banyaknya variabel bebas n = Jumlah sampel


(76)

c. Uji t

Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat digunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut:

1. H0 : βj = 0 (secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan

X1, X2, X3, X4, X5 terhadap Y)

H0 : βj ≠ 0 (secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan X1, X2,

X3, X4, X5 terhadap Y)

2. Dalam penilaian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan

derajat bebas (n-k), dimana n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel.

3. Dengan nilai t hitung:

bj

thitung =

se ( bj )

Keterangan:

thitung = t hasil perhitungan bj = Koefisien regresi


(77)

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. PT. Bank ICB Bumiputera Indonesia, Tbk

PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk didirikan berdasarkan Akta

No. 49 tanggal 31 Juli 1989 dari Ny. Sri Rahayu, SH, Notaris di Jakarta. Anggaran Dasar telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI melalui Surat Keputusan No. C-2.7223.HT.01.01.TH.89 tertanggal 9 Agustus 1989 serta diumumkan dalam Berita Negara RI No. 75 tanggal 19 September 1989, Tambahan No. 1917. Anggaran Dasar PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan terakhir sesuai dengan akta pernyataan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa No. 18 tanggal 15 Desember 2005 dari Amrul Partomuan Pohan, SH, LLM, Notaris di Jakarta.

Ruang lingkup kegiatan PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk adalah melakukan usaha di bidang perbankan. PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 4 Januari 1990. Sesuai Surat Keputusan Bank Indonesia No. 30/146/KEP/DIR tanggal 5 Desember 1997, status PT. Bank Bumiputera Indonesia, Tbk menjadi bank devisa.


(78)

4.1.2. PT. Bank Central Asia, Tbk

PT. Bank Central Asia, Tbk didirikan di Negara Republik

Indonesia dengan Akta Notaris Raden Mas Soeprapto tanggal 10 Agustus 1955 No. 38 dengan nama “N.V. Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting Factory”. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. J.A.5/89/19 tanggal 10 Oktober 1955 dan diumumkan dalam Tambahan No. 595 pada Berita Negara No. 62 tanggal 3 Agustus 1956. Nama Bank telah diubah beberapa kali, terakhir berdasarkan Akta Wargio Suhardjo, SH, pengganti Notaris Ridwan Suselo, tanggal 21 Mei 1974 No. 144, nama Bank diubah menjadi PT. Bank Central Asia.

Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, termasuk perubahan yang dilakukan sehubungan dengan Penawaran Umum Perdana saham Bank pada bulan Mei 2000, yang antara lain, mengubah status Bank menjadi perusahaan terbuka dan nama Bank menjadi PT. Bank Central Asia, Tbk. Perubahan ini dilakukan dengan Akta Notaris Hendra Karyadi, SH, tanggal 29 Desember 1999 No. 62, yang disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. C-21020 HT.01.04.TH.99 tanggal 31 Desember 1999 dan diumumkan dalam Tambahan No. 1871 pada Berita Negara No. 30 tanggal 14 April 2000. Perubahan yang menyatakan pernyataan kembali seluruh pasal dalam Anggaran Dasar telah diterima oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. C-21311 HT.01.04.TH.2006 tanggal 20 Juli 2006 dan


(1)

121   

   

2. Sampel penelitian yang dolah sedikit yaitu hanya 45 data.

3. Periode penelitian yang singkat selama tiga tahun, yaitu tahun 2008

sampai dengan tahun 2010.

4. Tidak memperhitungkan kondisi ekonomi, ukuran perusahaan

perbankan, dan konsentrasi perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji F dapat

diketahui bahwa secara simultan variabel Capital Adequacy Ratio

(CAR), Non Performing Loans (NPL), Return on Assets (ROA),

Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan perbankan. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara rasio CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR terhadap kualitas laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terbukti kebenarannya.

2. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji t dapat


(3)

123   

   

pertumbuhan laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada maka saran yang dapat diberikan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut :

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan model

teknik analisis yang lain, misalkan analisis regresi sederhana atau analisis korelasi.

2. Menambah variabel lain yang lebih banyak akan memberikan tingkat

keakuratan penilaian kualitas kinerja bank terhadap kualitas laba.

3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan turut mempertimbangkan

kondisi ekonomi, ukuran perusahaan perbankan, dan konsentrasi perbankan.

4. Menambah periode penelitian yang lebih panjang sehingga

dimungkinkan diperolehnya keakuratan penelitian yang lebih baik lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Dan Skripsi Program

Studi Akuntansi. Penerbit Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Baridwan, Zaki, 1992, Intermediate Accounting. Edisi 7, Penerbit BPFE,

Yogyakarta.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Penerbit PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007, Standart Akuntansi Keuangan, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta.

Kasmir, 2010, Manajemen Perbankan. Edisi Revisi 2008, Penerbit PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Martono, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi Pertama, Penerbit

EKONISIA, Yogyakarta.

Muljono, Teguh Pudjo, 1995, Aplikasi Akuntansi Manajemen dalam Praktek

Perbankan, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Munawir, 2002, Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4,

Penerbit BPFE,Yogyakarta.

Siamat, Dahlan, 2004, Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat, Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Stice, Stice, Skousen, 2004, Intermediate Accounting. Edisi 15, Penerbit Salemba

Empat, Jakarta.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi. Edisi Revisi, Penerbit Fakultas

Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.


(5)

Santoso, dkk., 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Santoso, dkk., 2006, Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi Dua, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta.

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Cetakan Kedua, PT Elex media Computindo, Jakarta

www.bi.go.id www.idx.co.id

http://junaidichaniago.wordpress.com

http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_print.php?nid=144

http://m.vivanews.com/news/read/50242  akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi-13.html

Jurnal :

Tintri, Darma dan Rindy Nurhafita. 2010, “Effect on the Quality of Earnings Ratio

CAMEL (Case Study of Registered Commercial Banks in Indonesia Stock Exchange)”, Jurnal Universitas Gunadarma, 2010.

Harianto Respati dan Prayudo Eri Yandono. 2008, “Tinjauan tentang

Variabel-Variabel CAMEL terhadap Laba Usaha pada Bank Umum Swasta Nasional”, Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 12 No. 2 Mei 2008, hal. 283 – 295.

Zahara dan Sylvia Veronica Siregar. 2009, “Pengaruh Rasio CAMEL terhadap

Praktik Manajemen Laba di Bank Syariah”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 12 No. 2 Mei 2009, hal. 87 – 102.

Merkusiwati. 2007, “Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan”,

Buletin Studi Ekonomi Vol. 12 No. 1 Tahun 2007.


(6)

Skripsi :

Puspawati. 2007, “Pengaruh Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan

Laba pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi UPN ”Veteran” Jatim, Surabaya.