PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT MEMBELI SEPEDA MOTOR SUZUKI DI SURABAYA.

(1)

  i

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat Membeli Sepeda Motor Suzuki Di Surabaya” dapat diselesaikan dengan dengan lancer.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh mahasiswa jenjang pendidikan strata-1 (Sarjana) Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna memperoleh gelar kesarjanaan.

Dalam penyusunan skripsi ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhajir Anwar, MS., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak Drs. Ec, Pandji Sugiono, MM., selaku Dosen Pembimbing. 5. Ibu Dra. Ec. Luky Susilowati, MP., selaku Dosen Wali.


(2)

  ii

7. Kepada ibuku Indah Ismiati, SE., dan Kakakku Indra Dheni Widjaya, SE. yang selalu mendukungku.

8. Sahabatku Kiki Gracetia, Dimas Yanuar, dan Moch. Afandi, yang selalu mendampingiku hingga penelitian ini dapat diselesaikan.

9. Pihak-pihak yang terkait yang mendukung dan membantu kami dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, Desember 2010


(3)

  iii

DAFTAR ISI………... iii

DAFTAR GAMBAR………... vii

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR LAMPIRAN………... x

ABSTRAKSI………... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Perumusan Masalah………. 7

1.3. Tujuan Penelitian………. 8

1.4. Manfaat Penelitian………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitihan Terdahulu……….. 9

2.2. Landasan Teori……… 10

2.2.1. Pengertian Pemasaran………... 10

2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran………... 11

2.2.3. Konsep Pemasaran……… 12

2.2.4. Merek……… 12

2.2.5. Ekuitas Merek………... 14


(4)

  iv

2.2.7. Tahap - tahap Pengambilan Keputusan Membeli……. 22

2.2.8. Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat Beli………. 23

2.3. Kerangka Konseptual……….. 24

2.4. Hipotesis……….. 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Oprasional………..……… 26

3.2. Pengukuran Variabel………... 28

3.3. Teknik Penentuan Sampel………... 29

3.3.1. Populasi……… 29

3.3.2. Sampel………... 29

3.4. Teknik Pengumpulan Data……….. 30

3.4.1. Jenis Data……….. 30

3.4.2. Sumber Data……….. 31

3.4.3. Pengumpulan Data……… 31

3.5. Teknik Analisis Data Dan Prngujian Hipotesis………... 31

3.5.1. Teknik Analisis………. 31

3.5.2. Pengujian Hipotesis……….. 32

3.5.2.1. Asumsi Model (Structure Equation Modeling)………... 32


(5)

  v

4.1. Deskriptif Hasil Penelitian……….. 40

4.1.1. Analisis Karakteristik Responden……… 40

4.1.2. Deskripsi Variabel Ekuitas Merek (X)………. 41

4.1.2.1. Deskripsi Variabel Kesadaran Merek (X1)… 41 4.1.2.2. Deskripsi Variabel Kesan Kualitas (X2)…… 43

4.1.2.3. Deskripsi Variabel Asosiasi Merek (X3)…… 46

4.1.3. Deskripsi Variabel Minat Beli (Y)……… 47

4.2. Deskripsi Hasil Dan Uji Hipotesis……….. 49

4.2.1. Evaluasi Outlier……… 49

4.2.2. Evaluasi Reabilitas……… 51

4.2.3. Evaluasi Validitas………. 52

4.2.4. Evaluasi Construct Reability Dan Variance Extracted. 53 4.2.5. Evasluasi Normalitas……… 54

4.2.6. Evaluasi Model SEM……… 55

4.2.7. Uji Kausalitas……… 58

4.2.8. Analisis Unidimensi First Order………... 59

4.2.9. Analisis Unidimensi Second Order………... 59

4.3. Pembahasan………. 59

4.3.1. Pembentuk Variabel Laten……… 59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(6)

(7)

  vii

faktor kesadaran merek……….. 32 Gambar 4.1: Model Pengukuran Dan Struktual One Step Approach – Base

Model……….. 56 Gambar 4.2: Model Pengukuran Dan Struktual One Step Approach –


(8)

  viii

Table 1.2. Data top brand index sepeda motor tahun 2009……….. 4

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin………… 40

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………... 41

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……… 41

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Kesadaran Merek (X1)………... 42

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Kesan Kualitas... 43

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Asosiasi Merek……….. 46

Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden Mengenai Variabel Minat Beli……….. 48

Tabel 4.8. Outlier Data………... 50

Tabel 4.9. Reliabilitas Data……….. 51

Tabel 4.10. Validitas Data... 52

Tabel 4.11. Construct Reliability dan Variance Extracted…………... 53

Tabel 4.12. Normalitas Data………... 55

Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step Approach-Base Model………... 56


(9)

  ix

Tabel 4.16. Unidimensi First order………. 59 Tabel 4.17. Unidimensi Second Order………... 59 Tabel 4.18. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis……….. 59 Tabel 4.19. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Kesadaran

Merek (X1)………. 60

Tabel 4.20. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Kesan Kualitas

(X2)………... 61 Tabel 4.21. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Asosiasi merek

(X2)... 62 Tabel 4.21. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Minat Membeli


(10)

  x Lampiran 2 Tabulasi Jawaban Responden Lampiran 3 Data Outlier

Lampiran 4 Data Uji Reabilitas Lampiran 5 Data Uji Normalitas Lampiran 6 Data Uji Hipotesis


(11)

  xi

Adimas Ginanjar Santoso Abstraksi

Memasuki era globalisasi saat ini, perusahaan dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat. Semakin banyaknya varian jenis kendaraan roda dua di pasaran membuat konsumen memiliki berbagai macam pilihan kendaraan roda dua yang sesuai dengan kebutuhan apalagi ditambah dengan munculnya produsen-produsen baru. Saat ini Suzuki menawarkan berbagi varian model sepeda motor sepeda motor mulai dari jenis sepeda motor skuter matic, bebek, maupun sepeda motor sport. Masalah yang dihadapi oleh Suzuki adalah menurunnya penjualan sepeda motor Suzuki yang diduga karena rendahnya minat membeli konsumen terhadap sepeda motor Suzuki yang disebabkan oleh rendahnya ekuitas merek yang dimiliki sepeda motor Suzuki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ekuitas merek terhadap minat beli konsumen.

Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang ada di Surabaya yang potensial terhadap sepeda motor Suzuki. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel secara Accidental Sampling dan untuk pengujian data digunakan analisis SEM (structural Equation model), dengan menggunakan satu variabel bebas yaitu ekuitas merek (X) dan satu variabel terikat yaitu minat beli(Y)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek terhadap minat membeli, hasil penelitian yang diperoleh adalah ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat membeli. Ekuitas merek merupakan serangkaian aset dan liabilitas yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari merek tersebut.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Memasuki era globalisasi saat ini, perusahan dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat. Dalam hal ini sebuah merek menjadi faktor yang penting dalam persaingan dan menjadi aset perusahaan yang paling bernilai. Sebuah perusahaan harus dapat membangun mereknya agar dapat meraih dominasi merek. Produk menjerlaskan atribut inti sebagai suatu komoditi yang di pertukarkan sedangkan merek menjelaskan spesifikasi pelanggannya.

America Marketing Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Merek merupakan identitas dari sebuah produk yang dapat dijadikan sebagai alat ukur apakah produk itu baik dan berkualitas. Merek juga memegang peran yang sangat penting dalam menjembatani harapan konsumen pada saat perusahan menjanjikan sesuatu pada konsumen.

Pemasaran dewasa ini merupakan persepsi konsumen, tidak sekedar pertemuan produk. Beberapa produk dengan kualitas, model, features (karakteristik tambahan dari produk) yang relatif sama dapat memiliki


(13)

kinerja yang berbeda-beda di pasar, hal ini dikarenakan perbedaan persepsi dari produk tersebut dibenak konsumen. Membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek. Merek yang prestisius dapat disebut memiliki nilai ekuitas merek (brand equity) yang kuat.

Mengacu pada kosep Aaker (1996:24) mengenai brand equity, brand

equity adalah seperangkat asset dan leabilitas merek yang berkaitan dengan

suatu merek, nama dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada konsumen. Ekuitas merek (brand equity) terdiri dari empat dimensi utama yang terdiri dari kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association), kesan kualitas (perceived quality), dan loyalitas merek (Brand loyality)

Konsumen sebagai sasaran pemasaran selalu menentukan sendiri apa yang hendak dibelinya, banyk faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membeli. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi prilaku konsumen dalam menilai, memilih, dan membeli suatu produk. Didalam pemasaran sebelum konsumen melakukan pembelian akan suatu produk atau jasa, ada tahap dimana konsumen memiliki minat membeli. Minat beli merupakan keinginan seseorang untuk melakukan pembelian akan produk atau jasa dalam kurun waktu tertentu. Setelah melakukan pembelian, selanjutnya ada proses yang dinamakan tingkah laku pasca pembelian yang didasarkan pada rasa puas dan tidak puas konsumen. Rasa puas dan tidak puas konsumen terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk atau jasa. Apabila produk atau jasa tidak memenuhi


(14)

harapan konsumen, maka konsumen akan merasa tidak puas, sehingga dimasa yang akan datang konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa tersebut.

Semakin banyaknya varian jenis kendaraan roda dua di pasaran membuat konsumen memiliki berbagai macam pilihan kendaraan roda dua yang sesuai dengan kebutuhan apalagi ditambah dengan munculnya produsen-prodesen baru. Setiap kendaraan roda dua yang diproduksi oleh para produsen tersebut tentunya mempunyai cirri khas yang berbeda-beda. Para produsen roda dua harus mengetahui apa yng diinginkan konsumen, karena jika tidak bisa mengikuti keinginan konsumen maka konsumen akan beralih ke merek lain.

Pasar kendaraan roda dua tergolong menjanjikan bagi para marketer. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah sorum-sorum sepeda motor yang tersebar di berbagai wilayah kota-kota di Indonesia. Menurut data yang dilansir AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), penjualan sepeda motor di tahun 2009 mencapai 5.881.777 unit sepeda motor. Tingginya penjualan tersebut menunjukan bahwa minat kosumen akan kendaraan roda dua tersebut cukup tinggi.

Kemunculan kendaraan roda dua membuktikan bahwa sepeda motor bukan hanya alat transportasi gerak cepat, melainkan alat transportasi yang praktis dan terjangkau. Sepeda motor merupakan jenis kendaraan yang bias dimiliki oleh berbgaai kalangan ekonomi, mulai dari kalangan atas,


(15)

menengah, bahkan kalangan ekonomi bawahpun juga tidak sedikit yang memiliki kendaraan roda dua.

Dalam perindustrian sepeda motor di Indonesia, dari produsen yang tergabung dalam AISI, posisi pertama pangsa pasar sepeda motor di Indonesia pada tahun 2009 masih di tempati Honda yaitu 45,95%, kemudian di ikuti oleh Yamaha yang hanya selisih tipis dengan honda di posisi ke dua yaitu 45,57%, di posisi ke tiga di tempati oleh Suzuki dengan 7,40%, kemudian di posisi ke empat di tempati oleh Kawasaki dengan 1,04%, dan merek-merek lain yang yang juga tergabung dalam AISI hanya memperoleh pangsa pasar 0,04%. (www.kompas.com)

Saat ini Suzuki menawarkan berbgai varian model sepeda motor sepeda motor mulai dari jenis sepeda motor skuter matic, bebek, maupun sepeda motor sport. Meskipun menawarkan berbagai macam vairian mode, penjualan sepeda motor Suzuki masih saja kalah bersaing dengan Honda dan Yamaha. Bahkan penjualan nasional sepeda motor Suzuki justru mengalami penurunan ditahun 2009. Penurunan penjualan nasional tersebut ternyata juga diikuti oleh penurunan penjualan di Surabaya. Hal tersebut dapat dilihat dari data penjualan sepeda motor sebagai berikut:

Table 1.1 data penjualan sepeda motor tahun 2008 dan 2009

Merek Penjualan 2008 (unit) Penjualan 2009 (unit) Nasional Surabaya Nasional Surabaya Honda 2.874.576 52.254 2.704.097 56.219 Yamaha 2.465.546 36.875 2.674.892 41.229

Suzuki 793.548 6.916 438.158 6.016

Kawasaki 44.690 628 61.217 523

Sumber: www.google.com data penjualan sepeda motor (aisi dan suarasurabaya)


(16)

Dari data penjualan sepeda motor Suzuki di atas, penurunan penjualan tersebut diduga karena karena rendahnya minat membeli konsumen terhadap sepeda motor Suzuki yang disebabkan oleh rendahnya ekuitas merek yang dimiliki sepeda motor Suzuki. Rendahnya nilai ekuitas merek tersebut dapat dilihat dengan tidak adanya jenis sepeda motor Suzuki yang masuk dalam kategori “Top” dalam jajaran top brand index.

Table 1.2 data top brand index sepeda motor tahun 2009

Sepeda Motor Bebek Sepeda Motor Matic Sepeda Motor Sport

Merek TBI Merek TBI Merek TBI

Honda supra 36,2% Yamaha Mio 67,2% Honda Mega Pro 16,0%

Yamaha Jupiter 13,8% Honda Vario 19,2% Honda Tiger 15,7%

Yamaha Vega 13,0% Suzuki Spin 3,7% Yamaha RX-King 12,0%

Honda Revo 6,2% Yamaha Nouvo 3,3% Suzuki Tunder 10,3%

Suzuki Smash 5,0% Kawasaki Ninja 6,9%

Suzuki Shogun 4,3% Yamaha Vixion 6,9%

Sumber: Majalah Marketing / Februari 2009 Keterangan:

Top: cetak miring

Konsumen akan cenderung berminat membeli merek yang sudah dikenal dengan baik dan memiliki keyakinan yang kuat akan merek tersebut sebagai merek yang terpercaya. Keyakinan tersebut akan mengantarkan konsumen melakukan pembelian. Jika konsumen memiliki keyakinan yang rendah pada merek dan membeli merek tersebut namun tidak didasarkan pada karakteristik produk, harga, kenyamanan dan dengan sedikit memperdulikan merek, maka kemungkinan ekuitas merek produk tersebut rendah. Sedangkan jika konsumen cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapkan pada persaingan harga yang menawarkan produk yang lebih unggul, misalkan dalam hal harga dan kepraktisan, maka merek tersebut memiliki ekuitas yang tinggi.


(17)

Para pemimpin puncak dan marketer pasti menyadari bahwa merek merupakan asset yang nilainya sangat besar. Dari sudut pandang konsumen, yang mereka beli ketika malakukan pembelian bukanlah produk. Mereka membeli kepercayaan yang terkandung dari sebuah merek, yaitu kepercayaan akan kualitas ataupun hal-hal lain yang ditawarkan merek dari sudut pandang konsumen. Dengan kondisi seperti ini, mengukur kekuatan merek dari sudut pandang konsumen dan kemudian mengelolahnya dengan sangat krusial dalam upaya membangun merek.

Konsumen cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena mereka merasa aman dengan suatu merek yang dikenal. Ataupun mungkin ada asumsi bahwa sebuah merek yang sudah dikenal mempunyai kemungkinan bisa di andalkan, kemantapan dalam bisnis, dan kualitas yang mampu dipertanggungjawabkan. Faktor kesadaran merek (brand awareness) sangat penting, dimana merek merupkan pertimbangan pertama ketika akan membeli suatu produk.

Suatu merek akan dikaitkan dengan kesan kualitas (perceived

quality) tanpa perlu mendasarkan pengetahuan mendetail mengenai

spesifikasi produk. Jika sebuah merek sangat dihargai dalam sebuah konteks, asumsinya bisa jadi bahwa merek tersebut mempunyai kualitas yang tinggi.

Nilai yang mendasari merek seringkali didasarkan pada asosiasi-asosiasi spesifik yang berkaitan dengannya. Jika suatu merek diposisikan dalam atribut kunci untuk kelas produk tertentu (seperti keunggulan


(18)

teknologi atau dukungan layanan), maka para kompetitor akan kesulitan untuk menyerang, karena dalam hal ini adalah bagaimana asosiasi tersebut dapat menampilkan keistimewaan produk..

PT. Indomobil Suzuki Internasional Tbk selaku produsen sepeda motor Suzuki, harus jelih menanggapi masalah ini. Bukan hanya mempertahankan pelanggan, namun juga bagaimana menarik pelanggan baru, agar dapat meningkatkan volume penjualan sehingga perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Seperti diketahui penjualan sepeda motor Suzuki sangat sulit bersaing dengan Honda dan Yamaha, padahal Suzuki merupakan pemain lama dalam perindustrian sepeda motor di Indonesia.

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dan kajian yang lebih mendalam tentang sejauh mana pengaruh ekuitas merek terhadap minat dalam membeli peroduk, untuk kemudian dijadikan sebagai penelitihan dengan judul “PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT MEMBELI SEPEDA MOTOR SUZUKI DI SURABAYA”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasrkan ulasan latar belakang di atas , maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

 Apakah ada pengaruh ekuitas merek terhadap minat membeli sepeda motor Suzuki di Surabaya?


(19)

1.3. Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek terhadap minat membeli sepeda motor Suzuki di Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bermanfaat bagi peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang di terima dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat.

b. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidng manajemen pemasaran.

c. Penelitihan ini di harapkan bisa menjadi bahan acuhan bagi peneliti lain yang akan mengembangkan penelitian serupa lebih lanjut.

d. Memberikan informasi sebagai pertimbangan yang ingin membeli sepeda motor Suzuki.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan acuan perbandingan dalam penelitian ini peneliti mempunyai acuan yang relevan dengan penelitian ini yaitu:

1. Penelitian tahun 2007 oleh Sri Wahjuni dan I Gede Cahyadi dengan judul: Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa Perecaya Diri

Pelangan Di Surabaya Atas Keputusan Membeli Sepeda Motor Honda.

Kesamaan penelitihan ini dengan peneliatian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan 4 dimensi ekuitas merek, sedangkan perbedaannya adalah analisis yang digunakan dalam penelitin sebelumnya adalah Regresi sedangkan dalam penelitian ini menggunakan SEM. Variabel dependent yang digunakan dalam penelitihan sebelumnya adalah rasa percaya diri pelanggan atas keputusan pembelian sedangkan dalam penelitian ini menggunakan minat beli sebagai variable dependent. Hasil penelitian sebelumnya adalah 4 dimensi ekuitas merek memiliki pengaruh signifikan baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap rasa percaya diri pelanggan.

2. penelitian tahun 2007 oleh Epy Ponco Istiyono dengan judul: Pengaruh Ekuitas Merek Berbasis Pelnggan Telkomnet Instan Terhadap Minat


(21)

sebelumnya terletak pada kesamaan variabel dependent dan variabel independentnya yaitu pada variabel dependentnya menggunaka minat beli konsumen sedangkan varuiabel independentnya menggunakan ekuitas merek. Bedanya penelitihan ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini responden (sampel) dilakukan di Surabaya sedangkan di penelitian sebelumnya di lakukan di Makasar. Hasil dari penelitian sebelumnya adalah ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Pemasaran

Apabila masyarakat berbicara mengenai pemasaran, pada umumnya yang dimaksud adalah permintaan atau pembelin dan harga. Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang ini, walaupun masing-masing memberikan penekanan yang berbeda namun pada intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada kebutuhan dan keinginan konsumen.

Menurut Sofjan (2007:5) pemasaran sebagai kegiatan manusia yang di arahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Sedangkan menurut Kotler (2000:9) pemasaran yaitu suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang


(22)

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan individu atau kelompok yang di arahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk yang bernilai melalui proses pertukaran.

2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Sofjan (2007:12) bahwa manajemen pemasaran merupakan kegiatan menganalisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program-program yang dibuat untuk membentuk, membangun, dan memelihara keuntungan dari pertukaran melalui sasaran pasar guna mencapai tujuan organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang.

Hal ini juga di dukung oleh Kotler (2000:9) bahwa manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan organisasi.

Dari kedua definisi tersebut dapat dikatakan bahwa manajemen pemasaran adalah serangkaian perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian guna menciptakan pertukaran barang atau jasa yang


(23)

memenuhui sasaran untuk mencapai tujuan organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang.

2.2.3. Konsep Pemasaran

Sofjan (2007:81) mengemukakan bahwa konsep pemasaran merupakan orientasi perusahaan yang menekankn bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan pasar, dan selanjutnya memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut sehingga dicapai tingkat kepuasan pelanggan yang melebihi dari kepuasan yang di berikan oleh para pesaing.

Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008:12) konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasaan yang di inginkan dengan lebih baik dari pesaing.

Pada hakekatnya, konsep pemasaran menginginkan volume penjualan yang menguntungkan, dan hal tersebut dapat diperoleh apabila perusahaan dapat memberikan kepuasan terhadap konsumen yang lebih dari apa yang di berikan oleh para pesaing.

2.2.4. Merek

Pemberian merek telah menjadi hal penting dalam strategi produk, hal ini di karenakan merek adalah identitas dari sebuah produk yang di produksi oleh sebuah perusahaan. America Marketing Association


(24)

mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing.

Sedangkan menuru Buchari (2004:157) suatu merek yang dilancarkan oleh suatu perusahaan merupakan janji konsumen yang sifatnya spesifik, dan benefit yng ditawarkan kepada konsumen. Merek yang baik dan terkenal menjamin adanya mutu dan kualitas.

Menurut Kotler (Buchari 2004:157-158) merek memiliki enam arti, yaitu:

1. Attributes, ada suatu atribut yang melekat pada merek. Misalnya

barang mahal, mutu bagus, tahan lama, dan lain-lain.

2. Benefit, kata atribut diartikan sebagai funcional dan emotional benefit.

Istilah tahan lama, dapat dikatakan sebagai funcional benefit sedangkan barang mahal, dapat diartikan sebagai emotional benefit yang penting barang tersebut biar mahal tapi sangat menguntungkan. 3. Value, barang mahal memiliki nilai tinggi bagi pengguna, karena dapat

menaikan gengsi/prestige kenyamanan dan keselamatan.

4. Culture,ini masalah budaya, y6ang terkesan, terkenal, selalu membeli

barang berkualitas tinggi.

5. Personality, memperlihatkan atau memberi kesan kepribadian tertentu.

6. User, memberi kesan bahwa mayoritas pemakai produk tersebut adalah


(25)

Merek berkaitan dengan atribut atau manfaat dari produk itu sendiri, dalam kasus tertentu merek berkaitan dengan citra tidak nyata (intangible image). Kekuatan merek dapat dilihat dari kuat tidaknya ekuitas merek. Merek yang paling berharga memiliki nilai ekuitas merek yang dipandang sebagai aktiva perusahaan yang sangat penting. Nama merek yang terbaik menyatakan sesuatu tentang manfaat produk, mutu produk, mudah diucapkan, dikenali dan diingat.

2.2.5. Ekuitas Merek

Menurut Kotler dan Keller (2009:263) ekuitas merek merupakan nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan.

Pemasaran dewasa ini merupakan persepsi konsumen, tidak sekedar pertemuan produk. Beberapa produk dengan kualitas, model, features (karakteristik tambahan dari produk) yang relatif sama dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar, hal ini dikarenakan perbedaan persepsi dari peroduk atau jasa dibenak konsumen.

Membangun persepi dapat dilakukan melalui jalur merek. Merek yang prestisius dapat disebut memiliki ekuitas merek (brand equity) yang kuat. Suatu produk dengan ekuitas merek yang kuat dapat membentuk


(26)

ladasan merek yang kuat dan mampu mengembangkan keberasaan suatu merek dalam persaingan apapun dalam waktu yang lama.

Menurut Aaker, kumar, dan day (2003:679) ekuitas merek adalah seperangkat asset dan leabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada konsumen. Ekuitas merek (brand equity) terdiri dari empat dimensi utama yang terdiri dari kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association), dan kesan kualitas (perceived quality), dan loyalitas merek (brand equity).

2.2.5.1. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Menurut Aaker (Astuti dan Cahyadi, 1997:146) Brand awareness adalah kekuatan sebuah merek dalam pikiran pelanggan.

Kekuatan tersebut ditunjukan oleh kemampuan pelanggan mengenal dan mengingat sebuah merek. Kesadaran merek dapat membantu mengkaitkan merek dengan asosiasi merek yang di harapkan oleh perusahaan, menciptahan familiarity pelanggan pada merek, dan menunjukan komitmen pada pelanggannya. Tingkat kesadaran merek berkisar dari tingkat recognize the brand yaitu pelanggan dapat mengenal suatu merek, sampai pada tingkat dimana merek menjadi dominant brand recalled, mereka menjadi satu-satunya yang diingat dan

menjadi identitas kategori produk. Kesadaran merek tertinggi ditandai dengan ditempatkannya merek dalam level tertinggi di pkiran pelanggan.


(27)

Masyarakat cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena mereka merasa aman dengan suatu merek yang dikenal. Ataupun mungkin ada asumsi bahwa sebuah merek yang sudah dikenal mempunyai kemungkinan bisa di andalkan, kemantapan dalam bisnis, dan kualitas yang mampu dipertanggungjawabkan. Faktor kesadaran merek (brand awareness) sangat penting, dimana merek merupkan pertimbangan pertama ketika akan membeli suatu produk.

Menurut Sadat (2009:167) Memiliki kesadaran merek yang tinggi tentu saja menjadi harapan semua merek sebab akan memperkuat eksistensi merek di mata pelanggan. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh oleh merek dengan ekuitas tinggi adalah:

1. Menjadi sumber pengembangan asosiasi: Merek yang memiliki tingkat kesadaran tinggi memungkinkan pengembangan asosiasi secara lebih mudah karena telah dikenal oleh pelanggan.

2. Familiar: Kesadaran merek akan mendorong rasa suka pelanggan akan merek. Mereka akan sangat akrab, bahkan menjadi “evangelist” dalam aktivitas sehari – hari.

3. Menimbulkan komitmen: Kesadaran merek yang tinggi

memungkinkan keberadaan merek dengan mudah dideteksi oleh pelanggan, sehingga akan mendorong komitmen mereka dalam pembelian. Hal ini terjadi karena merek dipromosikan secara luas, kredebilitas yang telah teruji oleh waktu, jaringan distribusi yang luas, serta manajemen merek yang dikelolah dengan baik.


(28)

4. Selalu dipertimbangkan: Pelanggan akan selalu mempertimbangkan nama – nama merek top of mind sebelim memutuskan membeli produk tertentu, meskipun fakta menunjukan bahwa tidak semua merek yang menempati top of mind juga disukai pelanggan.

Menurut Astuti dan Cahyadi (2007:151) indicator dari kesadaran merek adalah:

a. Kemempuan pelanggan mengenali logo.

b. Kemempuan pelanggan mengingat salah satu iklan produk. c. Kemempuan pelanggan mengenali model varian produk

2.2.5.2. Kesan Kualitas (Percieved Quality)

Menurut Aaker (Fadli dan Qomariah, 2008:51) adalah kesan atau persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya.

Kesan kualitas yang positif di pikiran pelanggan dapat memberikan berbagai keuntungan bagi pengembangan merek, miasalnya dapat membuat positioning yang jelas dan membuka peluang bagi perluasan merek. (Astuti dan Cahyadi, 2007:147)

Suatu merek akan dikaitkan dengan kesan kualitas (perceived quality) tanpa perlu mendasarkan pengetahuan mendetail mengenai

spesifikasi produk. Jika sebuah merek sangat dihargai dalam sebuah konteks, asumsinya bisa jadi bahwa merek tersebut mempunyai kualitas


(29)

yang tinggi. Tentu saja kondisi seperti ini harus terus dijaga melalui pengembangan kualitas secara berkesinambungan.

Menurut Sadat (2009:168) ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh merek yang memiliki kesan kualitas yang tinggi, yaitu: 1. Alasan untuk membeli: Kesan kualitas yang terbangun dengan baik

di benak pelanggan akan membantu efektivitas program pemasaran. Harus dipahami bahwa informasi yang begitu banyak membuat pelanggan malas untuk merespons lebih jauh, sehingga kesan kualitas yang tinggi akan berperan menuntun pelanggan dalam proses pembelian.

2. Diferensiasi: sebauah merek yang dipersepsi memiliki kualitas tinggi tentu saja menjadi berbeda dengan yang lainnya.

3. Harga Premium: Dalam beberapa kasus, kesan kualitas yang tinggi memungkinkan perusahaan dapat menetapkan harga yang lebih tinggi pada produk –produknya.

4. Perluasan tertentu: Distributor dan para peritel akan memberikan perhatian tersendiri pada merek – merek berkualitas.

5. Perluasan merek: Merek – merek dengan kesan kualitas yang tinggi memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan produknya dalam berbagai kategori, dengan cara menggunakan namamerek sebagai “payung” bagi produk lainnya.


(30)

Meurut Astuti dan Cahyadi (2007:151) indikator dari kesan kualitas adalah:

a. Persepsi pelanggan terhadap kenyamanan mengunakan produk b. Persepsi pelanggan terhadap keandalan produk

c. Persepsi pelanggan terhadap ketahanan produk d. Persepsi pelanggan terhadap jaringan layanan/service

e. Persepsi pelanggan terhadap penampilan produk sebagai suatu produk yang berkualitas.

2.2.5.3. Asosiasi Merek (brand association)

Nilai yang mendasari merek seringkali didasarkan pada asosiasi-asosiasi spesifik yang berkaitan dengannya. Jika suatu merek diposisikan dalam atribut kunci untuk kelas produk tertentu (seperti keunggulan teknologi atau dukungan layanan), maka para kompetitor akan kesulitan untuk menyerang, karena dalam hal ini adalah bagaimana asosiasi tersebut dapat menampilkan keistimewaan produk. Menurut Aaker (fadli dan Qomariah, 2008:51) asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek.

Scott M. Davis (Sadat 2009:169) mengemukakan bahwa asosiasi merek akan menggambarkan kekuatan manfaat yang ditawarkan sebuah merek kepada pelanggan. Asosiasi positif yang melekat pada merek dapat memudahkan pelanggan memproses dan mengingat kembali berbagai informasi mengenai merek yang berguna dalam proses


(31)

keputusan membeli. Dari sisi perusahaan, asosiasi memungkinkan untuk memperluas produk dan pasar.

Berebagai assosiasi merek yang diingat konsumen dapat menghasilkan suatu bentuk citra merek (brand image) di benak konsumen. Konsumen yang biasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap citra merek (brand imge) yang di sebut juga dengan kepribadian merek (brand personality) yang kemudian bisa membentuk kesetiaan konsumen terhadap merek tertentu (brand loyality).

Menurut Aaker (Fadli dan Qomariah 2008:51) terdapat lima keuntungan dari asosiasi merek, yaitu:

1. Membantu proses penyusunan informasi yang dapat meringkas sekumpulan fakta yang dapat dengan mudah dikenal kopnsumen. 2. Perbedan, yang mempunyai peran penting dalam menilai keberadaan

atau fungsi dibandingkan lainnya.

3. Alasan untuk membeli, yang sangat membentu konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli produk atau tidak.

4. Perasaan positif yang merangsang tumbuhnya perasaan positif terhadap produk.

5. menjadi landasan perluasan merek yang dinilai kuat.

Menurut Astuti dan Cahyadi (2007:151) indiktor dari asosiasi merek adalah:


(32)

b. Mudah dalam perawatan

c. Di produsir oleh perusahaan yang kredebilitasnya tinggi

2.2.6. Minat Beli

Menurut Priyati (2002:71) mengemukakan minat beli adalah kesediaan seseorang untuk merencanakan pembelian suatu merek tertentu dalam kuru waktu tertentu. Sedangkan menurut Howard (1994:41) minat membeli adalah pernyatan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari membeli suatu merek tertentu dalam satu periode waktu tertentu.

Didalam pemasaran dikenal bahwa konsumen sebelum melakuakan pembelian, ada tahap dimana kosumen memiliki minat membeli akan suatu produk dan jasa, kemudian konsumen melakukan keputusan untuk membeli, selanjutnya ada proses yang dinamakan tingkah laku pasca pembelian yang didasarkan pada rasa puas dan tidak puas konsumen. Rasa puas dan tidak puas konsumen terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk atau jasa. Apabila produk atau jasa tidak memenuhi harapan konsumen, maka konsumen akan merasa tidak puas, sehingga dimasa yang akan datang konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa tersebut.

Munurut Ferdinand (2006:242) indikator dari minat beli adalah sebagai berikut:


(33)

2. keinginan segera membeli atau memiliki suatu produk

3. keinginan preferensial: Preferensi dimana produk tertentu inilah yang diinginkan seseorang bersedia mengabaikan pilihan lain.

2.2.7. Tahap-Tahap Pengambiln Keputusan Membeli

Menurut Kotler (1987:204) ada lima tahap dalam proses pengambilan keputusan membeli, yaitu:

1. pengenalan masalah atau kebutuhan, proses pembelian diawali dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadan yang diinginkan.

2. pencarian informasi, seorang konsumen yang akan tergugah minatnya mungkin akan atau mungkin tidak akan mencari informasi yang lebih banyak lagi.

3. penilaian alternatif, konsumen memproses informasi tentang pilihan beberapa merek untuk membuat keputusan pembelian akan merek. 4. keputusan membeli, tahap penilaian keputusan menyebabkan

konsumen membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek yang tergabung dalam prangkat pilihannya.

5. prilaku pasca pembelian, setelah melakukan pembelian konsumen akan mengalami beberapa tingkat rasa kepuasaan, ketidak puasan, ataupun rasa bosan terhadap merek yang telah dibeli.


(34)

2.2.8. Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat beli Konsumen

Recall share is the percentage of costomers who name the brand

when they are asked to name the first brand that comesti mind when they

consider buying a particular type of product. This indicates the consumers

top of mind awarness and preference and gives a measure of advantge to

that brand over others in the market. Advertisting share is the percentage

of media space or time a brand has of total media share for that industry,

often measured simply as dollars spent on advertisting. This is likely to

lead to a change in recall share. Advertisting share is another measure of

the current competition that a firm faces (Aaker, 2003:678)

Ketika merek ditanya untuk pertama kali yang ada di pikiran ketika mempertimbangkan untuk membeli sebuah produk hal ini menunjukan bahwa merek utama dapat menimbulkan minat untuk membeli. Periklanan adalah ruang media untuk sebuah merek, kekuatan hubungan antara ekuits merek dengan variabel objektif akan melengkapi dasar untuk diprioritaskan oleh calon pembeli.

Intentions are formed by the effects of the consumers attitude

toward the brend theire confidencien their judgement of it’s quality, and

low confidence is expected to have a negative effect. These are, of course,

crucially important links in persuading consumers to buy (Howard,

1994:41). Minat adalah bentuk dari efek prilaku konsumen membangun suatu merek dan kepercayaan dalam pertimbangan tentang kualitas dan kepercayaan rendah diduga bisa mempunyai efek yang negativ. Oleh


(35)

karena itu hubungan dengan merek yang kuat meyakinkan konsumen untuk membeli.

konsumen akan memilih yanbg biasa memberikn kepuasan tinggi, jika konsumen merasa puas akan kualitas suatu produk maka minat membeli konsumen akan meningkat. Ekuitas merek yang tinggi di benak konsumen dapat meningkatkan kepercayaan konumen atas kualitas suatu produk dan tudak menutup kemungkinan konsumen akan merekomendasikan produk tersebut pada orang lain.

Hal ini di dukung pula oleh penelitian (Istiyono, dkk 2007) yang menyatakan bahwa ekuitas merek berpangaruh positif pada minat membeli konsumen.


(36)

2.3. Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Sesuai dengan perumusan masalah dari landasan teotri maka hipotesis yang di angkat dari penelitian ini adalah:

 Diduga ekuitas merek (X) berpangaruh positif terhadap minat membeli (Y) sepeda motor Suzuki.

Kesadaran Merek (X1)

Kesan Kualitas (X2)

Asosiasi Merek (X3)

Ekuitas Merek (X)

Minat Beli (Y)


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Devinisi Oprasional Dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Devinisi Oprasioal Variabel

Variabel beserta devinisi oprasional yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ekuitas Merek (X)

Ekuitas merek adalah seperangkat asset yang dimiliki perusahaan yang berkaitan dengan merek, nama, dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Dimensi Ekuitas merek menurut Aaker (1997) adalah:

1. Kesadaran Merek (X1)

Merupakan penerimaan merek dalam pikiran (ingatan) pelanggan yang ditunjukan dari mengenali kembali sebuah merek. Indikator dari kesadaran merek menurut Wahjuni (2007:151) adalah sebagai berikut:

X1.1. Kemempuan pelanggan mengenali logo sepeda motor Suzuki X1.2. Kemampuan pelanggan mengingat salah satu iklan sepeda motor


(38)

X1.3. Kemampuan pelanggan mengingat variasi model sepeda motor Suzuki

2. Kesan Kualitas (X2)

Persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk. Indikator dari kesan kualitas meurut Wahjuni (2007:151) adalah sebagai berikut:

X2.1. Persepsi pelanggan terhadap kenyamanan mengendari sepeda motor Suzuki

X2.2. Persepsi pelanggan tenteng keadalan sepeda motor Suzuki X2.3. Persepsi pelanggan tentang ketahanan sepeda motor Suzuki. X2.4. Persepsi pelanggan terhadap jaringan layanan perbaikan dan

suku cadang sepeda motor Suzuki

X2.5. Persepsi pelanggan terhadap penampilan sepeda motor Suzuki sebagai produk yang berkualitas

3. Asosiasi Merek (X3)

Merupakan hal yang berkaitan dengan merek pada saat konsumen mengingat sebuah merek. Indikator dari asosiasi merek menurut Wahjuni (2007:152) adalah sebagai berikut:

X3.1. Sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor dengan inovasi dan desain teknologi


(39)

X3.2. Sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor yang mudah perawatannya

X3.3. Sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor yang diprodusir oleh perusahaan yang kredibilitasnya tanggi

Minat beli (Y)

Merupakan pikiran seseorang yang mengandung keinginan untuk membeli produk tertentu. Indicator minat beli menurut Ferdinand Agusty (2006:242) adalah sebagai berikut:

Y1.1. Intensitas pencarian informasi: mencerminkan seseorang yang secara intens mencari informasi mengenai sepeda motor Suzuki Y1.2. Keinginan segera membeli: mencerminkan seseorang yang

berkeinginan segera membeli sepeda motor Suzuki

Y1.3. Keinginan preferensial: mencerminkan dimana sepeda motor Suzuki yang di inginkan seseorang untuk dibeli dan mengabaikan pihak lain

3.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran nariabel yang digunakan penelitian ini mengunakan skala interval. Menurut Riduwan (2004:84), skala interval merupakan skala yang menunjukan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan Semantic Differential Scale (skala perbedaan simatik)


(40)

Riduwan (2004:90) menyatakan bahwa skala tersebut berusaha untuk mengukur sikap dan karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseoran, yaitu responden menilai prilaku objek dengan bipolar dari 2 kutub kata sifat yang saling berlawanan. Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap suatu konsep atau objek tertentu. Skala data yang digunakan adalah 1 sampai 7

3.3. Teknik Penetuan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan orang atau objek dan individu maupun kelompok yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan membentuk dalam suatu riset khusus. Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang ada di Surabaya yang berpotensi untuk membeli sepeda motor Suzuki.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari keseluruhan populasi yang menjadi obyek sesungguhnya dari suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik pengambilan

sampel secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pada kriteria atau ciri – ciri karakteristik dari responden, yaitu:

1. konsumen dengan usia minimal 18 tahun


(41)

3. Konsumen yang pernah mengendarai sepeda motor Suzuki

Sedangkan penentuan sample mengguanakan pedoman dari Ferdinand (2002:48) yaitu:

a. 100 – 200 sampel untuk yeknik maksimum likelihood estimation. b. Tergolong pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah

5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

c. Tergabtung pada jumlah indicator dikali 5 – 10 bila terdapat 20 indikator besarnya sample adalah 100 – 200.

d. Dalam penelitian ini sampel diambil dari konsumen yang berniat membeli ataupun pernah melihat promosi sepeda motor Suzuki di Surabaya dengan jumlah 14 indikator x 8 = 112 responden.

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

Data Primer

Dalam penelitian ini data yang dipakai berupa data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari jawaban responden, seperti penyebaran kuisoner

Data Skunder


(42)

3.4.2. Sumber Data

a. Data penelitian ini diperoleh melalui jawaban responden melalui kuisoner, yang merupakan jawaban atas masalah yang diteliti.

b. Diperoleh dari internet.

3.4.3. Pengumpulan Data

a. Kuisoner

Merupakan daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban dari responden.

b. Wawancara

Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengmatan langsung terhadap konsumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan mencatat kegiatan yang ada.

c. Dokumentasi

Merupakan data dari artikel-artikel yang bersumber dari media internet.

3.5. Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah structural Equation model (SEM). Model pengukuran faktor sikap, minat dan prilaku konsumen menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh masing-masing variable bebas terhadap


(43)

analisis SEM model pengukuran dengan contoh dimensi faktor kesadaran merek dilakukan sebagai berikut:

X1.1 = λ1 kesadaran merek + er_1

X1.2 = λ1 kesadaran merek + er_2

X1.3 = λ1 kesadaran merek + er_3

Demikian juga faktor lain seperti kesan kualitas, asosiasi merek, dan juga minat beli.

Bila persamaan dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji undimensionalitasnya melalui Confirmatory Factor Analysis. Maka model pengukurannya akan Nampak sebagai berikut:

Gambar 3.1: Gambar pengukuran model SEM dengan contoh demensi faktor kesadaran merek

3.5.2. Pengujian Hipotesis

3.5.2.1.Asumsi Model (Structure Equation Modeling)

Pada permodelan SEM terdapat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan data yang dianalisis adalah sebagai berikut:

Kesadaran Merek

(X1) X1.1

X1.2

X1.3

Er_1

Er_2


(44)

1. Ukuran Sampel

Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan SEM adalah minimum berjumlah 100 atau dengan 5 perbandingan observasi estimasi parameter.

2. Uji Normalitas Sebaran Dan Linieritas

1. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.

2. Menggunakan Critical Ratio di peroleh dengan membagi koevisien sampel dengan standart error-nya dan skeness value yang biasa disajikan dalam statistik deskriptif dimna nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Pada tingkat signifikasi 1%, jika nilai Z lebih besar dri nilai Z-score lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.

3. Normal probability plot (SPSS 10.1)

4. Linearitas dengan mengamati scatter plots dari data yaitu dengan

memilih pasangan data dan dilihat pola penyebaran untuk menduga ada tidaknya linearitas.

3. Evaluasi Atas Outlier

1. Mengamati nilai Z-score: kriterianya diantara ± 3,0 non outlier 2. Multivaariate ouilier diuji dengan kriteria jarak Mahalonobos pada


(45)

sebesar jumlah variabel besarnya. Ketentuan : bila Mahalonobis > dan nilai x adalah multivariate outlier.

3. Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim

baik secara univariat maupun multivariate yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimiliknya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainya.

4. Deteksi Multicpllinierity dan Singularit

Dengan mengamati Determinant matriks covariance. Dengan ketentuan apabila determinan sampel matriks mendekati angka 0 [kecil], maka terjadi Multikolonieritas dan singularitas (Tabachnick & fidel, 1998).

5. Uji Validitas dan Reabillitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu yang akuratnya pengukuran atas apa yng seharusnya diukur. Sedangkan reabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebah konstruk yang umum.

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dan setiap laten variable/construct akan diuji melihat loading factor dan


(46)

Sedangkan reabilitas uji dengan construct reability dan varience-extracted dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Standardize Loading Construct Reliability =

{[Standardize Loading] + ∑ ej}

∑ Standardize Loading Varience Extacted =

{[Standardize Loading] + ∑ ej}

Sementara ej dapat dihitung dengan formula uj = 1 – [standardize loading]. Secara umum, nilai construct reability yng dapat diterima

adalah 0,7 dan variance extracted 0,5 (Hair et.al, 1998). Standardize loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.0,1 dengan melihat nilai

estimasi setiap construct standardize regression weight terdapat setiap butir sebagai indikatornya.

3.5.3. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dan bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikan pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p [probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila nilai t hitung lebih besar daripada tabel berarti signifikan.

3.5.4. Pengujian Model Dengan One Stop Approach

Dalam metode SEM, model pengukuran dan model struktur parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak


(47)

mengalami kesulitan dalam memenuhi fit model. One Stop Approach to SEM digunakan apabila model diyakini landasan teori yang kuat serta validitas dan reabilitas yang sangat baik.

3.5.5. Evaluasi Model

Hair et.el, 1998 menjelaskan bahwa pala “confirmatory” menunjukan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teori dan data empiris. Jika model teoritas menggambarkan “goog fit” dengan data. AMOS dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan Structural equation modeling.

Pengujuan terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai criteria goodness of fit, yakni Chi-square, probability, RMSEA, GFI, TLI,

CFI, AGFI CMIN/DF.

Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step apporoach to SEM.

Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Beberapa indeks kesesuaian dn out-off value untuk digunakan dalam menguji apakh sebuah model dapat diterima atau tidak ditolak adalah:

1. X 2- CHI - SQUARE STATISTIC

Alat uji paling fundamental untuk mengukur model fit adalah lokehood ratio Chi-square statistic. Chi-square ini bersifat sangat


(48)

sensitive terhadap besarnya smpel yang digunakan. Semakin kecil semakin baik model itu.

2. RMSEA – The Root Mean Square Error Of Approqimation

RMSEA adalah sebuah indek yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-square dalm sampel yang besar. Nilai RMSEA

menunjukan goodness-fo-fit yang dapat diharapkan bila model

diestimasi dalam populasi. 3. GFI – Goodness of Fit Index

GFI adalah analog R2 dalam regresi berganda. GFI adalah sebuah ukuran non-statical yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dan varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan.

4. AGFI – Adjusted Goodness – of Fit Index

AGFI adalah criteria yang memperhitungkan proposal tertimbang dan varians dalam sebuah matriks konvarians dalam sebuah matriks konfarians sampel.

5. CMIN/DF

The minimum sampel discrepancy function (CMIN) dibagi

dengan degree of freedom-nya akan menghasilkan indeks CMIN/DF,

yang umumnya dilapaorkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah modal. Dalam hal ini


(49)

CMIN tudak lain adalah statistic chi-square, X2 dibagi DF-nya sehingga disebut X2 – relative.

6. TLI – Tucker Lewis Index

TLI adalah sebuah alternative incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model.

7. CFI – Comparative Fit Index

Besaran indeks ini adalah tentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi – a very good fit. Keunggulan dan indeks ini bahwa indeks ini besaranya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan suatu model. Indeks CFI adalah identik dengan Realitive Noncentrality Index (RIN). Dengan demikian indeks-indeks yang dapat digunakan untuk mengukur kelayakan sebuah model adalah seperti yang diringkas dalam tabel berikui ini:

Tabel 1: Goodness of Fit Index GOODNESS

OF INDEX KETERANGAN OUT-OF VALUE

Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi dengan civarience sampel (apakah model sesuai dengan data)

Diharapkan kecil, 1 s.d 5 atau paling baik diantara 1 & 2

Probability Uji signifikan terhadap perbedaan matriks covariance yang diestimasi

Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0.05


(50)

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-square apa sampel besar

≤ 0.08

GFI Menghitung proporsi

tertimbang varians dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R dalam regresi berganda]

≥ 0.90

AGFI GFI yang disesuaikan

terhadap DF

≥ 0.90 CMIN/DF Kesesuaian antara data dan

model

≤ 2.00

TL Pembandingan antara model

yang diuji terhadap baseline model

≥ 0.95

CFI Uji kelayakan model yang

tidak sensitive terhadap besarnya sampel dan kerumitan model

≥ 0.94


(51)

40

4.1. Deskriptif Hasil Penelitian

4.1.1. Analisis Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti dibawah ini.

a. Jenis Kelamin

Dari 111 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 92 83%

2 Wanita 19 17%

111 100%

Sumber : Data kuesioner diolah

b. Usia

Dari 111 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui usia para responden yaitu pada table dibawah ini.


(52)

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 18-25 43 39%

2 26-35 31 28%

3 36-49 28 25%

4 ≥50 9 8%

Total 111 100%

Sumber : Data kuesioner diolah

c. Pekerjaan

Dari 111 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis pekerjaan para responden yaitu pada table dibawah ini.

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Pegawai negri 26 23%

2 Pegawai swasta 39 35%

3 Wiraswasta 8 7%

4 Pelajar / mahasiswa 20 18%

5 Lain - lain 19 17%

Total 111 100%

Sumber : Data kuesioner diolah

4.1.2. Deskripsi Variabel Ekuitas Merek (X) 4.1.2.1. Deskripsi Variabel Kesadaran Merek (X1)

Berdasarkan hasil penyebaran koesoner yang dilakukan kepada para responden yang berjumlah 111 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:


(53)

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Kesadaran Merek (X1)

No Pertanyaan

Skor Jawaban

Skor 1 2 3 4 5 6 7 1 Logo sepeda motor Suzuki

mudah dikenali

0 0 0 8 48 34 21 111

0% 0% 0% 7% 43% 31% 19% 100%

2 Iklan sepeda motor Suzuki mudah diingat

0 0 0 6 45 53 7 111

0% 0% 0% 5% 41% 48% 6% 100%

3

Variasi model sepeda motor Suzuki mudah diingat

0 0 0 15 50 39 7 111

0% 0% 0% 14% 45% 35% 6% 100% Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :

a.Indikator pertama dari kesadaran merek, yaitu logo sepeda motor Suzuki mudah dikenali, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 48 responden atau 43% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 34 atau 31%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 48 responden atau 43%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 34 atau sebanyak 31%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

b.Indikator kedua dari kesadaran merek, yaitu iklan sepeda motor Suzuki mudah diingat, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 53 responden atau 48% kemudian terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 45 atau 41%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 53 responden atau 48%, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 45 atau sebanyak 41%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.


(54)

c.Indikator ketiga dari kesadaran merek, yaitu varian sepeda motor Suzuki mudah diingat, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 50 responden atau 45% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 39 atau 35%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 50 responden atau 45%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 39 atau sebanyak 35%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

4.1.2.2. Deskripsi Variabel Kesan Kualitas (X2)

Berdasarkan hasil penyebaran koesoner yang dilakukan kepada para responden yang berjumlah 111 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Kesan Kualitas

No Pertanyaan

Skor Jawaban

Skor 1 2 3 4 5 6 7 1 Sepeda motor Suzuki

nyaman untuk dikendarai

0 0 0 14 54 34 9 111

0% 0% 0% 13% 49% 30% 8% 100% 2

Sepeda motor Suzuki memiliki keandal disegala medan

0 0 0 12 48 44 7 111

0% 0% 0% 11% 43% 40% 6% 100% 3 Sepeda motor Suzuki tahan

lama / tidak mudah rusak

0 0 0 10 52 43 5 111

0% 0% 0% 10% 47% 39% 4% 100% 4

Jaringan layanan dan suku cadang sepeda motor Suzuki mudah ditemui

0 0 0 23 44 40 4 111

0% 0% 0% 21% 40% 36% 3% 100%

5

Penampilan sepeda motor Suzuki menunjukan bahwa sepeda motor Suzuki sebagai produk yang berkualitas

0 0 0 3 52 51 5 111

0% 0% 0% 3% 47% 46% 4% 100%


(55)

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Indikator pertama dari kesan kualitas, yaitu sepeda motor Suzuki nyaman untuk dikendarai, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 54 responden atau 49% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 34 atau 30%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 54 responden atau 49%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 34 atau sebanyak 30%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

b. Indikator kedua dari kesan kualitas, yaitu sepeda motor Suzuki memiliki keandalan disegala medan, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 48 responden atau 43% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 44 atau 40%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 48 responden atau 43%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 44 atau sebanyak 40%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

c. Indikator ketiga dari kesan kualitas, yaitu sepeda motor Suzuki tahan lama / tidak mudah rusak, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 52 responden atau 47% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 43 atau 39%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 52 responden atau 47%, kemudian yang menjawab sangat setuju


(56)

sebanyak 43 atau sebanyak 39%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

d. Indikator keempat dari kesan kualitas, yaitu jaringan layanan dan suku cadang sepeda motor Suzuki mudah untuk ditemui, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 44 responden atau 40% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 40 atau 36%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 44 responden atau 40%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 40 atau sebanyak 36%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

e. Indikator kelima dari kesan kualitas, yaitu penampilan sepeda motor Suzuki menunjukan bahwa sepeda motor Suzuki sebagai produk yang berkualitas mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 52 responden atau 47% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 51 atau 46%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 52 responden atau 47%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 51 atau sebanyak 46%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.


(57)

4.1.2.3. Deskripsi Variabel Asosiasi Merek (X3)

Berdasarkan hasil penyebaran koesoner yang dilakukan kepada para responden yang berjumlah 111 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Asosiasi Merek

No Pertanyaan

Skor Jawaban

Skor 1 2 3 4 5 6 7 1

Sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor dengan inovasi model dan teknologi

0 0 0 15 53 33 10 111 0% 0% 0% 13% 48% 30% 9% 100% 2

Sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor yang gampang perawatannya

0 0 0 10 43 47 11 111

0% 0% 0% 9% 39% 42% 10% 100%

3

Sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor yang diprodusir oleh perusahaan yang kredibilitasnya tinggi

0 0 0 8 47 49 5 111

0% 0% 0% 7% 42% 45% 6% 100%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Indikator pertama dari asosiasi merek, yaitu jaringan layanan dan suku cadang sepeda motor Suzuki mudah untuk ditemui, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 53 responden atau 48% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 33 atau 30%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 53 responden atau 48%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 33 atau sebanyak 30%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

b. Indikator kedua dari asosiasi merek, yaitu sepeda motor Suzuki merupakn sepeda motor yang gampang perawatannya, mendapat


(58)

respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 47 responden atau 42% kemudian terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 43 atau 39%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 47 responden atau 42%, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 43 atau sebanyak 39%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

c. Indikator keempat dari asosiasi merek, yaitu sepeda motor Suzuki merupakan sepeda motor yang diprodusir oleh prusahaan yang kredibilitasnya tinggi, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 49 responden atau 45% kemudian terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 47 atau 42%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 49 responden atau 45%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 47 atau sebanyak 42%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

4.1.3. Deskripsi Variabel Minat Beli (Y)

Berdasarkan hasil penyebaran koesoner yang dilakukan kepada para responden yang berjumlah 111 orang diperoleh jawaban sebagai berikut:


(59)

Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden Mengenai Variabel Minat Beli No Pertanyaan

Skor Jawaban

Skor 1 2 3 4 5 6 7 1

Akhir – akhir ini saya selalu mencari informasi tentang sepeda motor Suzuki

0 0 0 19 49 35 8 111

0% 0% 0% 17% 45% 31% 7% 100% 2 Saya ingin segera membeli

sepeda motor Suzuki

0 0 0 7 41 49 14 111

0% 0% 0% 6% 37% 44% 13% 100%

3 Saya hanya ingin membeli sepeda motor Suzuki

0 0 0 19 58 30 4 111

0% 0% 0% 17% 53% 27% 3% 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Indikator pertama dari minat membeli, yaitu intensitas pencarian informasi mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 49 responden atau 45% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 35 atau 31%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 49 responden atau 45%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 35 atau sebanyak 31%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

b. Indikator kedua dari minat membeli, yaitu keinginan segera membeli mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 49 responden atau 44% kemudian terbanyak kedua pada skor 5 dengan jumlah responden 41 atau 37%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 49 responden atau 44%, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 41 atau sebanyak 37%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.


(60)

c. Indikator ketiga dari minat membeli, yaitu keinginan preferensial mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 58 responden atau 53% kemudian terbanyak kedua pada skor 6 dengan jumlah responden 30 atau 27%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 58 responden atau 53%, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 30 atau sebanyak 27%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 0 atau 0%.

4.2. Deskripsi Hasil Analisis Dan Uji Hipotesis 4.2.1. Evaluasi Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998).

Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996).

Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi


(61)

dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut :

Tabel 4.8. : Outlier Data

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 34.625 78.017 56.315 10.701 111

Std. Predicted

Value -2.027 2.028 0.000 1.000 111

Standard Error of Predicted Value

7.423 16.506 11.963 1.841 111

Adjusted

Predicted Value 24.843 87.504 56.206 12.051 111

Residual -57.681 59.760 0.000 30.755 111

Std. Residual -1.752 1.815 0.000 0.934 111

Stud. Residual -1.854 1.959 0.001 1.009 111

Deleted

Residual -66.263 69.636 0.110 35.954 111

Stud. Deleted

Residual -1.879 1.989 0.002 1.015 111

Mahalanobis

Distance [MD] 4.602 26.660 13.874 4.508 111

Cook's Distance 0.000 0.070 0.011 0.013 111

Centered

Leverage Value 0.042 0.242 0.126 0.041 111

(a) Dependent Variable : NO. RESP

Terdapat Outlier Apabila

Mahalanobis

Distance : > 36.123 =CHIINV(0,001.14)

Sumber : Lampiran

Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan 2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai chi-square

pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi multivariate outliers. Nilai

2


(62)

Mahalanobis diperoleh nilai 26,660 kurang dari 2 tabel 36,123 tersebut. Dengan demikian, tidak terjadi multivariate outliers.

4.2.2. Evaluasi Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s

Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation

digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir - butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha

yang dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.9. Reliabilitas Data

Konstrak Indikator

Item to Total Correlation Koefisien Cronbach's Alpha

Brand Awareness

X11 0.700

0.414

X12 0.722

X13 0.626

Quality Image

X21 0.620

0.520

X22 0.629

X23 0.656

X24 0.507

X25 0.522

Brand Assocition

X31 0.772

0.358

X32 0.604

X33 0.603

Purchase Intention

Y1 0.525

0.087

Y2 0.678

Y3 0.587

: tereliminasi

Sumber : Lampiran

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ≥ 0,5. Indikator


(63)

yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil cukup baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair et.al.,1998].

4.2.3. Evaluasi Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading faktor

dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.10. Validitas Data

Konstrak Indikator Faktor Loading

1 2 3 4 Brand

Awareness

X11 0.294

X12 0.995

X13 0.250

Quality Image

X21 0.341

X22 0.296

X23 0.117

X24 0.137

X25 0.281

Brand Assocition

X31 0.996

X32 0.201

X33 0.273

Purchase Intention

Y1 0.084

Y2 0.226

Y3 0.996


(64)

Berdasarkan hasil confirmatory faktor analysis terlihat bahwa faktor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya cukup baik.

4.2.4. Evaluasi Construct Reliability Dan Variance Extracted

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted

dapat dilihat dalam tabel 4.16.

Tabel 4.11. Construct Reliability dan Variance Extracted

Konstrak Indikator Standardize Factor Loading SFL Kuadrat Error

[εj] Construct Reliability

Variance Extrated Brand

Awareness

X11 0.294 0.086 0.914

0.560 0.380

X12 0.995 0.990 0.010

X13 0.250 0.063 0.938

Quality Image

X21 0.341 0.116 0.884

0.227 0.063

X22 0.296 0.088 0.912

X23 0.117 0.014 0.986

X24 0.137 0.019 0.981

X25 0.281 0.079 0.921

Brand Assocition

X31 0.996 0.992 0.008

0.533 0.369

X32 0.201 0.040 0.960

X33 0.273 0.075 0.925

Purchase Intention

Y1 0.084 0.007 0.993

0.467 0.350

Y2 0.226 0.051 0.949

Y3 0.996 0.992 0.008

Batas Dapat Diterima


(65)

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan variance extracted menunjukkan instrumen kurang reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.

4.2.5. Evaluasi Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%) yaitu sebesar  2,58. Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara

 2,58 dan itu berarti asumsi normalitas terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya. Hasil analisis tampak pada tabel berikut :


(66)

Tabel 4.12. Normalitas Data

Variable min max kurtosis c.r.

X11 4 7 -0.824 -1.773

X12 4 7 -0.211 -0.453

X13 4 7 -0.446 -0.958

X21 4 7 -0.357 -0.767

X22 4 7 -0.398 -0.855

X23 4 7 -0.312 -0.671

X24 4 7 -0.813 -1.749

X25 4 7 -0.298 -0.641

X31 4 7 -0.412 -0.886

X32 4 7 -0.440 -0.945

X33 4 7 -0.274 -0.590

Y1 4 7 -0.546 -1.173

Y2 4 7 -0.442 -0.950

Y3 4 7 -0.243 -0.523

Multivariate -3.494 -0.870

Batas Normal ± 2,58

Sumber : Lampiran

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. multivariate berada diantara ± 2,58 itu berarti asumsi normalitas terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler dan Chou (1987) bahwa jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood estimation (MLE) walau distribusi datanya tidak normal masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.

4.2.6. Analisis Model SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model

dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one-step approach to SEM).


(67)

One-stepapproach to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik. (Hair.et.al, 1998).

Hasil estimasi dan fit model one-step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS 4.01 terlihat pada gambar dan tabel Goodness of Fit dibawah ini.

Gambar. 4.1

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL

Brand Awarenewss, Brand Image, Brand Association, & Purchase Intention Model Specification : One Step Approach - Base Model

Brand Image 1 Brand Equity 0,005 d_bi X21 er_4 1 1 1 Brand Asociation 0,005 d_bs X31 0,005 er_8 X32 er_9 1 1 1 1 X22 er_5 1 X23 er_6 X24 er_7 1 1

X33 1 er_10

Purchase Intention 0,005 d_pi Y1 er_11 Y2 er_12 Y3 0,005 er_13 1 1 1 1 1 Brand Awareness d_ba X11 er_1 X12 0,005 er_2 X13 er_3 1 1 1 1 1 X25 er_14 1

Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-StepApproach-Base Model

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model

Cmin/DF 1.553 ≤ 2,00 baik

Probability 0.001 ≥ 0,05 kurang baik

RMSEA 0.071 ≤ 0,08 baik

GFI 0.870 ≥ 0,90 kurang baik

AGFI 0.828 ≥ 0,90 kurang baik

TLI 0.510 ≥ 0,95 kurang baik

CFI 0.575 ≥ 0,94 kurang baik


(68)

Dari hasil evaluasi terhadap model one step base model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, belum seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini masih perlu dimodifikasi sebagaimana terdapat di bawah ini.

Gambar. 4.2

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL

Brand Awarenewss, Brand Image, Brand Association, & Purchase Intention Model Specification : One Step Approach - Modification Model

Brand Image 1 Brand Equity 0,005 d_bi X21 er_4 1 1 1 Brand Asociation 0,005 d_bs X31 0,005 er_8 X32 er_9 1 1 1 1 X22 er_5 1 X23 er_6 X24 er_7 1 1

X33 1er_10

Purchase Intention 0,005 d_pi Y1 er_11 Y2 er_12 Y3 0,005 er_13 1 1 1 1 1 Brand Awareness d_ba X11 er_1 X12 0,005 er_2 X13 er_3 1 1 1 1 1 X25 er_141

Tabel 4.14. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Modifikasi

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model

Cmin/DF 1.050 ≤ 2,00 baik

Probability 0.363 ≥ 0,05 baik

RMSEA 0.021 ≤ 0,08 baik

GFI 0.911 ≥ 0,90 baik

AGFI 0.900 ≥ 0,90 baik

TLI 0.956 ≥ 0,95 baik

CFI 0.964 ≥ 0,94 baik


(1)

   

63

Tabel 4.21. Tabulasi Data Frekuensi Validitas Indikator Minat Membeli (X2)

Indikator Frekuensi Skala Faktor loading Y1 Intensitas pencarian informasi 49 5 0,084 Y2 Keinginan segera membeli 49 6 0,226 Y3 Keinginan preferensial 58 5 0,996 Sumber : Lampiran

Dari table dapat diketahui bahwa indicator dari minat beli yang

memiliki frekuensi dominan adalah Y3 (keingina preferensial) sebesar 58, sedangkan bila dilihat dari hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa

factor loading tertinggi juga berada pada Y1 sebesar 0,996. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen cenderung berminat membeli apabila

dapat mewujudkan keinginan preferensial, sedangkan kedepan konsumen

akan tetap cenderung berminat membeli apabila dapat mewujudkan

keinginan preferensial, oleh karena itu pihak pengelola harus dapat

memperbaiki kekurangan-kekurangan sepeda motor Suzuki agar dapat

mewujudkan keingin preferensial konsumen, sehingga minat beli

konsumen akan semakin tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menganalisis

pengaruh ekuitas merek terhadap minat membeli diperoleh hasil bahwa

ekuitas merek tidak berpengaruh terhadap minat beli karena nilai

probabilitas kausalnya ≥ 0,10

Hal ini tidak sesuai dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh


(2)

   

64

beli konsumen. Hal ini juga tidak didukung oleh teori dari Aaker

(2003:678) yang menyatakan bahwa:

Recall share is the percentage of costomers who name the brand when they are asked to name the first brand that comesti mind when they consider buying a particular type of product. This indicates the consumers top of mind awarness and preference and gives a measure of advantge to that brand over others in the market. Advertisting share is the percentage of media space or time a brand has of total media share for that industry, often measured simply as dollars spent on advertisting. This is likely to lead to a change in recall share. Advertisting share is another measure of the current competition that a firm faces.

Ketika merek ditanya untuk pertama kali yang ada di pikiran ketika

mempertimbangkan untuk membeli sebuah produk hal ini menunjukan

bahwa merek utama dapat menimbulkan minat untuk membeli.

Periklanan adalah ruang media untuk sebuah merek, kekuatan hubungan

antara ekuits merek dengan variabel objektif akan melengkapi dasar

untuk diprioritaskan oleh calon pembeli.

Tetapi dalam hai ini berbeda dengan fakta yang terjadi, ekuitas

merek dianggap sebagai hal yang biasa. Harga sepeda motor yang cukup

tinggi menjadi penyebab kurang berminatnya konsumen untuk membeli

sepeda motor Suzuki, padahal harga purna jual sepeda motor suzuki

terbilang cukup rendah bila dibandingkan dengan pesaingnya. Untuk itu


(3)

   

65

cukup tinggi yang untuk disesuikan dengan rendahnya harga purna jual

sepeda motor Suzuki agar konsumen lebih berminat untuk membeli


(4)

66 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM

untuk menguji pengaruh ekuitas merek terhadap minat membeli sepeda

motor Suzuki di Surabaya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

Ekuitas merek tidak berpengaruh terhadap konsumen untuk berminat

dalam membeli sepeda motor Suzuki. Ekuitas merek merupakan

serangkaian aset dan liabilitas yang dapat menambah atau mengurangi

nilai dari merek tersebut.

5.2. Saran

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan saran

yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam

pengambilan keputusan, yaitu:

Perlu memperhatikan harga jual sepeda motor suzuki yang cukup tinggi

yang untuk disesuikan dengan rendahnya harga purna jual agar konsumen


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David, 2003, Marketing Research, Eighth Edition, Wiley International, Unitate State

Alma, Buchari, 2004, Manajemen Pemasaran Dan Pemasaran jasa, Alpabeta, Bandung

Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988. Structural Equation Modeling in Practice : A Review and Recommended Two-Step Approach, Psycological

Bulletin. 103 (3) : 411-23.

Assauri, Sofjan, 2007, Manajemen Pemasaran, Rajawali Pers, Jakarta

Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling,

Sociological Methods and Research. 16 (1) : 78-117

Ferdinand, Agusty, 2002, Structural Equotion Modeling Dalam Penelitihan

Manajemen, BP UNIDIP, Semarang.

Ferdinan, Agusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Edisi Dua BP UNIDIP, Semarang

Hair, J.F. et . al, 1998, Multivariate Data Analysis, Fifty Edition, Prentice Hall International Inc, New Jersey.

Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of

Marketing. 60 (4) : 52-70.

Howard, Jhon, 1994, Buyer Behavior In Marketing Strategy, Prentice Hall, New Jersey

Istiyono dkk, 2007, Pengaruh Ekuitas Merek Berbasis Pelanggan Telkomnet


(6)

Kolter, Philliph, 1987, Dasar – Dasar Pemasaran, Intermedia, Jakarta.

, 2000, Manajemen Pemasaran, Edisi Milinium, Prentice Hall, Jakarta.

Kolter & Amstrong, 2008, Prinsip – Prinsip Pemasaran, Edisi 12, Erlangga, Jakarta.

Kolter & Keller, 2009, Manajemen Pemasaran, Jilid I Edisi 13, Erlangga, Jakarta.

Priyanti, 2002, Analisis Minat Beli Konsumen Surat Kabar Jawa Post Di

Surabaya, Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Sosial, Vol 2 No 2, Januari

Purwanto, BM, 2003. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on Salesperson's Internal States and Performance ? An Application of Multigroup Structural Equation Modeling [MSEM], Jurnal Manajemen,

Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN "Veteran" Yogyakarta. 6 (8) : 1-20

Qomariah & Fadly, Inneke, 2008, Analisis Pengaruh Faktor – Faktor Ekuitas

Merek Sepeda Motor Merek Honda terhadap Keputusan Pembelian,

Jurnal Manajemen Bisnis, Vol 1 No 2, Mei.

Riduwan, 2004, Metode dan Teknik Penyusunan Tesis, Alfabeta, Bandung.

Sadat, Andi M, 2009, Brand Belief, Salemba Empat, Yogjakarta

Supardi, 2005, Metodelogi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Ull press, Yogyakarta

Tabadunk, B.G, and Field, L,S, 1996 Using Multivariate Statistic, Third Edition, Harper Collins, Collage Publisher, New York

Wahyuni & Cahyadi, Sri, 2007, Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa

Percaya diri pelanggan di Surabaya atas keputusan membeli sepeda motor Honda, Majalah Ekonomi, tahun XVII, no.2, Agustus