Merek Minat Beli Landasan Teori

memenuhui sasaran untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan dalam jangka panjang.

2.2.3. Konsep Pemasaran

Sofjan 2007:81 mengemukakan bahwa konsep pemasaran merupakan orientasi perusahaan yang menekankn bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan pasar, dan selanjutnya memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut sehingga dicapai tingkat kepuasan pelanggan yang melebihi dari kepuasan yang di berikan oleh para pesaing. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong 2008:12 konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasaan yang di inginkan dengan lebih baik dari pesaing. Pada hakekatnya, konsep pemasaran menginginkan volume penjualan yang menguntungkan, dan hal tersebut dapat diperoleh apabila perusahaan dapat memberikan kepuasan terhadap konsumen yang lebih dari apa yang di berikan oleh para pesaing.

2.2.4. Merek

Pemberian merek telah menjadi hal penting dalam strategi produk, hal ini di karenakan merek adalah identitas dari sebuah produk yang di produksi oleh sebuah perusahaan. America Marketing Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Sedangkan menuru Buchari 2004:157 suatu merek yang dilancarkan oleh suatu perusahaan merupakan janji konsumen yang sifatnya spesifik, dan benefit yng ditawarkan kepada konsumen. Merek yang baik dan terkenal menjamin adanya mutu dan kualitas. Menurut Kotler Buchari 2004:157-158 merek memiliki enam arti, yaitu: 1. Attributes, ada suatu atribut yang melekat pada merek. Misalnya barang mahal, mutu bagus, tahan lama, dan lain-lain. 2. Benefit, kata atribut diartikan sebagai funcional dan emotional benefit. Istilah tahan lama, dapat dikatakan sebagai funcional benefit sedangkan barang mahal, dapat diartikan sebagai emotional benefit yang penting barang tersebut biar mahal tapi sangat menguntungkan. 3. Value, barang mahal memiliki nilai tinggi bagi pengguna, karena dapat menaikan gengsiprestige kenyamanan dan keselamatan. 4. Culture,ini masalah budaya, y6ang terkesan, terkenal, selalu membeli barang berkualitas tinggi. 5. Personality, memperlihatkan atau memberi kesan kepribadian tertentu. 6. User, memberi kesan bahwa mayoritas pemakai produk tersebut adalah orang dri kelas sosial tertentu. Merek berkaitan dengan atribut atau manfaat dari produk itu sendiri, dalam kasus tertentu merek berkaitan dengan citra tidak nyata intangible image. Kekuatan merek dapat dilihat dari kuat tidaknya ekuitas merek. Merek yang paling berharga memiliki nilai ekuitas merek yang dipandang sebagai aktiva perusahaan yang sangat penting. Nama merek yang terbaik menyatakan sesuatu tentang manfaat produk, mutu produk, mudah diucapkan, dikenali dan diingat.

2.2.5. Ekuitas Merek

Menurut Kotler dan Keller 2009:263 ekuitas merek merupakan nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan. Pemasaran dewasa ini merupakan persepsi konsumen, tidak sekedar pertemuan produk. Beberapa produk dengan kualitas, model, features karakteristik tambahan dari produk yang relatif sama dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar, hal ini dikarenakan perbedaan persepsi dari peroduk atau jasa dibenak konsumen. Membangun persepi dapat dilakukan melalui jalur merek. Merek yang prestisius dapat disebut memiliki ekuitas merek brand equity yang kuat. Suatu produk dengan ekuitas merek yang kuat dapat membentuk ladasan merek yang kuat dan mampu mengembangkan keberasaan suatu merek dalam persaingan apapun dalam waktu yang lama. Menurut Aaker, kumar, dan day 2003:679 ekuitas merek adalah seperangkat asset dan leabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada konsumen. Ekuitas merek brand equity terdiri dari empat dimensi utama yang terdiri dari kesadaran merek brand awareness, asosiasi merek brand association, dan kesan kualitas perceived quality, dan loyalitas merek brand equity.

2.2.5.1. Kesadaran Merek Brand Awareness

Menurut Aaker Astuti dan Cahyadi, 1997:146 Brand awareness adalah kekuatan sebuah merek dalam pikiran pelanggan. Kekuatan tersebut ditunjukan oleh kemampuan pelanggan mengenal dan mengingat sebuah merek. Kesadaran merek dapat membantu mengkaitkan merek dengan asosiasi merek yang di harapkan oleh perusahaan, menciptahan familiarity pelanggan pada merek, dan menunjukan komitmen pada pelanggannya. Tingkat kesadaran merek berkisar dari tingkat recognize the brand yaitu pelanggan dapat mengenal suatu merek, sampai pada tingkat dimana merek menjadi dominant brand recalled, mereka menjadi satu-satunya yang diingat dan menjadi identitas kategori produk. Kesadaran merek tertinggi ditandai dengan ditempatkannya merek dalam level tertinggi di pkiran pelanggan. Masyarakat cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena mereka merasa aman dengan suatu merek yang dikenal. Ataupun mungkin ada asumsi bahwa sebuah merek yang sudah dikenal mempunyai kemungkinan bisa di andalkan, kemantapan dalam bisnis, dan kualitas yang mampu dipertanggungjawabkan. Faktor kesadaran merek brand awareness sangat penting, dimana merek merupkan pertimbangan pertama ketika akan membeli suatu produk. Menurut Sadat 2009:167 Memiliki kesadaran merek yang tinggi tentu saja menjadi harapan semua merek sebab akan memperkuat eksistensi merek di mata pelanggan. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh oleh merek dengan ekuitas tinggi adalah: 1. Menjadi sumber pengembangan asosiasi: Merek yang memiliki tingkat kesadaran tinggi memungkinkan pengembangan asosiasi secara lebih mudah karena telah dikenal oleh pelanggan. 2. Familiar: Kesadaran merek akan mendorong rasa suka pelanggan akan merek. Mereka akan sangat akrab, bahkan menjadi “evangelist” dalam aktivitas sehari – hari. 3. Menimbulkan komitmen: Kesadaran merek yang tinggi memungkinkan keberadaan merek dengan mudah dideteksi oleh pelanggan, sehingga akan mendorong komitmen mereka dalam pembelian. Hal ini terjadi karena merek dipromosikan secara luas, kredebilitas yang telah teruji oleh waktu, jaringan distribusi yang luas, serta manajemen merek yang dikelolah dengan baik. 4. Selalu dipertimbangkan: Pelanggan akan selalu mempertimbangkan nama – nama merek top of mind sebelim memutuskan membeli produk tertentu, meskipun fakta menunjukan bahwa tidak semua merek yang menempati top of mind juga disukai pelanggan. Menurut Astuti dan Cahyadi 2007:151 indicator dari kesadaran merek adalah: a. Kemempuan pelanggan mengenali logo. b. Kemempuan pelanggan mengingat salah satu iklan produk. c. Kemempuan pelanggan mengenali model varian produk

2.2.5.2. Kesan Kualitas Percieved Quality

Menurut Aaker Fadli dan Qomariah, 2008:51 adalah kesan atau persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya. Kesan kualitas yang positif di pikiran pelanggan dapat memberikan berbagai keuntungan bagi pengembangan merek, miasalnya dapat membuat positioning yang jelas dan membuka peluang bagi perluasan merek. Astuti dan Cahyadi, 2007:147 Suatu merek akan dikaitkan dengan kesan kualitas perceived quality tanpa perlu mendasarkan pengetahuan mendetail mengenai spesifikasi produk. Jika sebuah merek sangat dihargai dalam sebuah konteks, asumsinya bisa jadi bahwa merek tersebut mempunyai kualitas yang tinggi. Tentu saja kondisi seperti ini harus terus dijaga melalui pengembangan kualitas secara berkesinambungan. Menurut Sadat 2009:168 ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh merek yang memiliki kesan kualitas yang tinggi, yaitu: 1. Alasan untuk membeli: Kesan kualitas yang terbangun dengan baik di benak pelanggan akan membantu efektivitas program pemasaran. Harus dipahami bahwa informasi yang begitu banyak membuat pelanggan malas untuk merespons lebih jauh, sehingga kesan kualitas yang tinggi akan berperan menuntun pelanggan dalam proses pembelian. 2. Diferensiasi: sebauah merek yang dipersepsi memiliki kualitas tinggi tentu saja menjadi berbeda dengan yang lainnya. 3. Harga Premium: Dalam beberapa kasus, kesan kualitas yang tinggi memungkinkan perusahaan dapat menetapkan harga yang lebih tinggi pada produk –produknya. 4. Perluasan tertentu: Distributor dan para peritel akan memberikan perhatian tersendiri pada merek – merek berkualitas. 5. Perluasan merek: Merek – merek dengan kesan kualitas yang tinggi memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan produknya dalam berbagai kategori, dengan cara menggunakan namamerek sebagai “payung” bagi produk lainnya. Meurut Astuti dan Cahyadi 2007:151 indikator dari kesan kualitas adalah: a. Persepsi pelanggan terhadap kenyamanan mengunakan produk b. Persepsi pelanggan terhadap keandalan produk c. Persepsi pelanggan terhadap ketahanan produk d. Persepsi pelanggan terhadap jaringan layananservice e. Persepsi pelanggan terhadap penampilan produk sebagai suatu produk yang berkualitas.

2.2.5.3. Asosiasi Merek brand association

Nilai yang mendasari merek seringkali didasarkan pada asosiasi-asosiasi spesifik yang berkaitan dengannya. Jika suatu merek diposisikan dalam atribut kunci untuk kelas produk tertentu seperti keunggulan teknologi atau dukungan layanan, maka para kompetitor akan kesulitan untuk menyerang, karena dalam hal ini adalah bagaimana asosiasi tersebut dapat menampilkan keistimewaan produk. Menurut Aaker fadli dan Qomariah, 2008:51 asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Scott M. Davis Sadat 2009:169 mengemukakan bahwa asosiasi merek akan menggambarkan kekuatan manfaat yang ditawarkan sebuah merek kepada pelanggan. Asosiasi positif yang melekat pada merek dapat memudahkan pelanggan memproses dan mengingat kembali berbagai informasi mengenai merek yang berguna dalam proses keputusan membeli. Dari sisi perusahaan, asosiasi memungkinkan untuk memperluas produk dan pasar. Berebagai assosiasi merek yang diingat konsumen dapat menghasilkan suatu bentuk citra merek brand image di benak konsumen. Konsumen yang biasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap citra merek brand imge yang di sebut juga dengan kepribadian merek brand personality yang kemudian bisa membentuk kesetiaan konsumen terhadap merek tertentu brand loyality. Menurut Aaker Fadli dan Qomariah 2008:51 terdapat lima keuntungan dari asosiasi merek, yaitu: 1. Membantu proses penyusunan informasi yang dapat meringkas sekumpulan fakta yang dapat dengan mudah dikenal kopnsumen. 2. Perbedan, yang mempunyai peran penting dalam menilai keberadaan atau fungsi dibandingkan lainnya. 3. Alasan untuk membeli, yang sangat membentu konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli produk atau tidak. 4. Perasaan positif yang merangsang tumbuhnya perasaan positif terhadap produk. 5. menjadi landasan perluasan merek yang dinilai kuat. Menurut Astuti dan Cahyadi 2007:151 indiktor dari asosiasi merek adalah: a. Inovasi desian produk b. Mudah dalam perawatan c. Di produsir oleh perusahaan yang kredebilitasnya tinggi

2.2.6. Minat Beli

Menurut Priyati 2002:71 mengemukakan minat beli adalah kesediaan seseorang untuk merencanakan pembelian suatu merek tertentu dalam kuru waktu tertentu. Sedangkan menurut Howard 1994:41 minat membeli adalah pernyatan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari membeli suatu merek tertentu dalam satu periode waktu tertentu. Didalam pemasaran dikenal bahwa konsumen sebelum melakuakan pembelian, ada tahap dimana kosumen memiliki minat membeli akan suatu produk dan jasa, kemudian konsumen melakukan keputusan untuk membeli, selanjutnya ada proses yang dinamakan tingkah laku pasca pembelian yang didasarkan pada rasa puas dan tidak puas konsumen. Rasa puas dan tidak puas konsumen terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk atau jasa. Apabila produk atau jasa tidak memenuhi harapan konsumen, maka konsumen akan merasa tidak puas, sehingga dimasa yang akan datang konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa tersebut. Munurut Ferdinand 2006:242 indikator dari minat beli adalah sebagai berikut: 1. Intensitas pencarian informasi suatu produk 2. keinginan segera membeli atau memiliki suatu produk 3. keinginan preferensial: Preferensi dimana produk tertentu inilah yang diinginkan seseorang bersedia mengabaikan pilihan lain.

2.2.7. Tahap-Tahap Pengambiln Keputusan Membeli