EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPESTAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABELDITINJAU DARI REATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20

(1)

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI

KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : HAFIFAH S850907111

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2008


(2)

PERSETUJUAN

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI

KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Disusun oleh :

HAFIFAH S850907111

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal : ...

Pembimbing I

Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 132 046 017

Pembimbing II

Drs. Imam Sujadi, M.Si NIP. 132 320 663

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 132 046 017


(3)

PENGESAHAN

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI

KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Disusun oleh :

HAFIFAH S850907111

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Pada Tanggal : ...

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc NIP. 130 794 455

. . .

Sekretaris Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D NIP. 131 791 750

. . .

Anggota Penguji 1. Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 132 046 017 2. Drs. Imam Sujadi, M.Si

NIP. 132 320 663

. . .

. . .

Mengetahui Direktur PPS UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. NIP. 131 472 192

Surakarta, . . . Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 132 046 017


(4)

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini, saya

Nama : Hafifah

NIM : S850907111

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul “EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009” adalah karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 9 Januari 2009

Yang membuat pernyataan


(5)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Drs. Suranto,M.Sc,Ph.D Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk

menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika.

2. Dr. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan, dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikannya.

3. Drs. Imam Sujadi, M.Si. selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis ini yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Teman – teman mahasiswa angkatan 2007 Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan cepat.

Atas segala jasa dari semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini, kiranya Allah memberikan limpahan pahala kepadanya. Amin

Surakarta, 9 Januari 2009


(6)

MOTTO

Tak ada kehidupan yang berdasarkan kebahagiaan semata, namun kehidupan sebenarnya adalah hasrat dan kekuatan tekad”

(Kahlil Gibran)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S. Alam Nasyrah: 6)

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berpegang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka suatu bangunan yang tersusun kokoh”


(7)

PERSEMBAHAN

Tesis penulis persembahkan kepada :

 Suamiku tercinta, atas kasih sayang dan pengertiannya

 Anakku yang selalu jadi sumber motivasiku dan kehidupanku

 Teman-teman Pend. Mat. PPs UNS angkatan 2007, terimakasih untuk tali ukhuwah dan kerjasamanya

 Bp. Mardiyana dan Bp. Imam Sujadi dosen pembimbingku sekaligus sumber motivasiku

 Dik Unggul terkasih sebagai sahabat dalam suka maupun duka dan juga yang setia mendampingi dan membantuku saat aku dalam kesulitan

 Endah dan Lia yang senantiasa selalu membantu dalam terselesaikannya karya ini


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 9

1. Prestasi Belajar ... 9

2. Model Pembelajaran ... 11

3. Model Pembelajaran Langsung ... 12

4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 16

5. Model Pembelajaran Kooperatif STAD ... 19

6. Kreativitas Belajar Peserta didik ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 26


(9)

D. Perumusan Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ... 32

2. Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 34

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian ... 35

2. Rancangan Penelitian ... 37

3. Teknik Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen ... 37

E. Teknis Analisis Data 1. Uji Keseimbangan ... 45

2. Uji Homogenitas ... 46

3. Uji Normalitas ... 48

4. Pengujian Hipotesis ... 49

5. Uji Komparasi Ganda ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 56

B. Uji Keseimbangan ... 60

C. Pengujian Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas... 61

2. Uji Homogenitas ... 62

D. Pengujian Hipotesis ... 63

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 65

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis ... 68

2. Implikasi Praktis ... 69

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Penentuan Nilai Perkembangan Individu Berdasar Nilai

... 21

Tabel 2 Tabel Tingkat Penghargaan Kelompok ... 22

Tabel 3 Tabel Rancangan Penelitian ... 37

Tabel 4 Tabel Rangkuman Analisis ... 53

Tabel 5 Tabel Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64

Tabel 6 Tabel Analisi Uji Normalitas ... 61

Tabel 7 Tabel Analisis Uji Homogenitas ... 62

Tabel 8 Tabel Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 63

Tabel 9 Tabel Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom... 64

Tabel 10 Tabel Data Induk Penelitian... 165

Tabel 11 Tabel Uji Reliabilitas Angket ... 151

Tabel 12 Tabel Uji Konsistensi Internal Angket ... 154

Tabel 13 Tabel Uji Reliabilitas Tes Matematika ... 157

Tabel 14 Tabel Uji Konsistensi Internal Tes Matematika ... 160

Tabel 15 Tabel Uji Daya Pembeda Tes Matematika ... 163

Tabel 16 Tabel Uji Tingkat Kesukaran ... 164

Tabel 17 Tabel Mencari tobs Uji Keseimbangan ... 168

Tabel 18 Tabel Mencari Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 170

Tabel 19 Tabel Mencari Normalitas Model Pembelajaran STAD ... 174

Tabel 20 Tabel Mencari Normalitas Model Pembelajaran Langsung ... 176


(11)

Tabel 22 Tabel Mencari Normalitas Kreativitas sedang... 179

Tabel 23 Tabel Mencari Normalitas Kreativitas Rendah ... 181

Tabel 24 Tabel Homogenitas Model Pembelajaran ... 183

Tabel 25 Tabel Homogenitas angket Kreativitas ... 185

Tabel 26 Tabel Rangkuman Uji Normalitas ... 187

Tabel 27 Tabel Rangkuman Uji Homogenitas ... 187

Tabel 28 Tabel Uji Analisis Dua Jalan Sel Tak Sama ... 188

Tabel 29 Tabel Rataan dan Jumlah Rataan ... 189

Tabel 30 Tabel Besaran-besaran ... 190

Tabel 31 Tabel Jumlah Kuadrat dan Rataan Kuadrat ... 190


(12)

DAFTAR GAMBAR


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 73

Lampiran 2 RPP ... 77

Lampiran 3 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika ... 121

Lampiran 4 Soal Tes Matematika ... 122

Lampiran 5 Kunci Jawaban dan Penyelesaian... 128

Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Kreativitas Belajar Peserta didik,... 138

Lampiran 7 Angket Kreativitas Belajar Peserta didik ... 139

Lampiran 8 Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar Matematika ... 143

Lampiran 9 Lembar Validasi Angket Kreativitas Belajar Peserta Didik ... 147

Lampiran 10 Uji Instrumen Angket Kreativitas Peserta Didik... 151

Lampiran 11 Uji Instrumen Soal Tes Matematika ... 157

Lampiran 12 Data Induk Penelitian ... 165

Lampiran 13 Persyaratan Analisis ... 168


(14)

ABSTRAK

Hafifah. “EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009”. Tesis: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika pada kompetensi SPLDV dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran langsung. (2) Untuk mengetahui apakah peserta didik yang kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas sedang dan rendah, peserta didik yang kreativitas sedang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas rendah. (3) Untuk mengetahui apakah perbedaan prestasi dari masing-masing model pembelajaran konsisten pada masing-masing-masing-masing tingkat kreativitas belajar dan perbedaan prestasi belajar dari masing-masing tingkat kreativitas belajar konsisten pada masing-masing model pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Kota Surakarta tahun pelajaran 2008/2009. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random

sampling. Sampel penelitian adalah peserta didik SMP Negeri 14 Surakarta yang

terdiri dari satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol, serta SMP Negeri 17 Surakarta yang terdiri dari satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Banyak anggota sampel seluruhnya adalah 150 peserta didik. Uji coba instrumen angket dan prestasi belajar matematika dilakukan di SMP Negeri 15 Surakarta dengan 36 responden.

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah angket Kreativitas belajar matematika dan tes prestasi belajar matematika pada kompetensi SPLDV dalam bentuk pilihan ganda. Sebelum angket Kreativitas belajar dan tes prestasi belajar matematika digunakan sebagai penelitian terlebih dahulu instrumen tersebut dilakukan uji coba. Pada uji coba tes prestasi dilakukan uji konsistensi internal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Sedangkan pada angket Kreativitas belajar dilakukan uji konsistensi internal dan reliabilitas. Dari hasil uji coba instrumen diperoleh nilai reliabilitas angket Kreativitas belajar dengan metode Alpha 0,90, sedangkan pada tes prestasi belajar matematika di uji dengan metode KR-20 diperoleh 0,95. Data yang digunakan untuk uji keseimbangan adalah nilai raport mata pelajaran matematika semester II kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada saat peserta didik kelas VII tahun ajaran 2007/2008. Data variabel prestasi belajar matematika dikumpulkan menggunakan metode tes prestasi belajar matematika pada kompetensi SPLDV, sedangkan data variabel Kreativitas belajar matematika dikumpulkan menggunakan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Sebagai persyaratan


(15)

penelitian dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t dan sebagai persyaratan analisis data dilakukan uji normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan metode Bartlett.

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh hasil: (1) Ada perbedaan prestasi belajar peserta didik pada kompetensi SPLDV antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dan model pembelajaran langsung (Fa = 26,46 > 3,84 = F0.05; 1; 150 ) (2) Tidak terdapat perbedaan antara peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi, sedang dan rendah (Fb = 0,60 < 3,00 = F0.05; 2; 150) (3) Perbedaan prestasi dari masing-masing model pembalajaran yang digunakan tidak konsisten pada masing-masing kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi

belajar peserta didik pada kompetensi SPLDV (Fab = 0,28 < 3,00 = F0.05; 2; 150). Dari hasil perhitungan analisis variansi dapat disimpulkan bahwa: (1)

Prestasi belajar peserta didik pada kompetensi SPLDV dengan menggunakan Terdapat pengaruh yang berbeda antara model pembelajaran kooperatif STAD terhadap prestasi belajar matematika, pada tingkat signifikansi 5. Model pembelajaran Langsung menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada model pembelajaran kooperatif STAD. (2) Kreativitas belajar matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika, pada tingkat signifikansi 5. Lebih jauh dapat disimpulkan bahwa peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah. (3) Tidak ada interaksi antara model pembalajaran yang digunakan dengan kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik pada kompetensi SPLDV.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia telah banyak disadari oleh berbagai pihak, terutama oleh pemerhati pendidikan di Indonesia. Menurut survey The Third International Mathematics and Science Study Repeat (TIM SS-R) pada

tahun 2006 yang diselenggarakan oleh TIAEEA (The International Association for Evaluation Educational Achievement) kemampuan matematika anak SMP Indonesia

pada posisi 34 dari 38 negara. (dikutip dari www.kampungpos.com, tanggal 7 Juni 2007).

Sejalan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan global, serta juga sehubungan dengan kondisi tersebut, tidak ada pilihan lain bagi pemerintah kecuali melakukan berbagai pembaharuan dan penyempurnaan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP diamanatkan adanya suatu pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, yang mana belajar adalah lebih merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu dari pada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu.

Salah satu penyebab kesulitan belajar peserta didik dalam belajar matematika adalah karena belum semua guru mampu memilih pendekatan atau model pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk suatu kompetensi tertentu. Kadang guru sendiri belum menguasai berbagai jenis model pembelajaran yang tepat untuk masing-masing kompetensi. Akibatnya, terdapat


(17)

kecenderungan penggunaan model pembelajaran yang bersifat monoton, yaitu guru menggunakan model yang sama hampir pada setiap kompetensi yang diajarkan.

Matematika merupakan cabang ilmu yang agak sulit cara mempelajarinya. Oleh karena itu, diperlukan cara yang tepat dalam penyampaiannya. Sehingga guru dituntut untuk harus berusaha sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran, agar menghasilkan peserta didik yang berkepribadian dan berkembang dengan mantap sesuai dengan sikap ilmiah yang terkandung ketika mempelajari matematika.

Dalam proses pembelajaran yang biasa dilakukan, kebanyakan didominasi oleh guru. Guruhanya mentransfer pengetahuan secara satu arah, peserta didik belajar

hanya dengan mendengarkan dan mencatat materi pelajaran, peserta didik tidak memahami konsep karena peserta didik hanya menghafal rumus sehingga tidak ada kebermaknaan dalam mempelajari materi tersebut yang sebenarnya banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran yang menjamin keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran adalah pembelajaran Langsung (direct instruction). Di dalam model pembelajaran ini, pembelajaran berpusat pada guru

tetapi dominasi guru sudah berkurang karena guru hanya memberi informasi pada saat-saat yang diperlukan. Tetapi ternyata model pembelajaran Langsung inipun masih kurang dapat mengaktifkan peserta didik secara optimal karena sebagian peserta didik masih mengharapkan bantuan dari guru. Cara berkomunikasi guru pun sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, cara berkomunikasi yang kaku cenderung menghasilkan pembelajaran yang pasif.


(18)

menyebutkan bahwa salah satu standar kompetensi lulusan untuk Matematika SMP/MTs adalah memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerja sama.

Kreativitas peserta didik dalam belajar berperan penting dalam meraih prestasi belajar. Namun pada kenyataannya, berpikir kreatif dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah pada umumnya belum dikembangkan. Sebagai contoh belum dikembangkannya proses berpikir kreatif yaitu: peserta didik tidak dirangsang untuk mengajukan pertanyaan, peserta didik tidak dibiasakan untuk menggunakan daya imajinasinya, peserta didik tidak terbiasa mengemukakan masalah dan mencari berbagai pilihan penyelesaian terhadap suatu permasalahan. Apabila proses berpikir kreatif dikembangkan dengan baik maka dapat mendukung prestasi yang optimal karena berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan yang ada pada peserta didik yang perlu dikembangkan untuk dapat berprestasi, selain kemampuan intelektual umum. Peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi akan lebih rajin mengerjakan latihan soal, mencari buku referensi lain yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, berdiskusi dengan teman atau guru apabila mengalami kesulitan, lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Salah satu model pembelajaran yang sangat berguna untuk membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dam kemampuan membantu teman adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif STAD didasarkan pada kebersamaan melalui proses gotong royong yang membantu peserta didik untuk memahami materi pelajaran. Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe


(19)

STAD meliputi presentasi kelas, kerja tim, kuis skor perbaikan individual dan penghargaan tim. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pembelajaran biasa karena pada presentasi kelas tersebut peserta didik harus bekerja terlebih dulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pengajaran guru.

Selain itu pada presentasi kelas tersebut peserta didik harus benar-benar fokus pada materi yang disampaikan karena akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik dan skor kuis mereka menentukan skor kelompoknya. Dalam metode ini kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 peserta didik yang mewakili heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin dan suku. Fungsi utama dari belajar kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil dalam kuis dan peserta didik dapat mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban serta membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman satu kelompok berbuat kesalahan. Adanya kuis individu membuat peserta didik bertanggung jawab untuk memahami materi tersebut. Skor perkembangan individu untuk mengetahui adanya perbaikan dari tiap individu penghargaan kelompok akan semakin memotivasi peserta didik untuk berbuat yang terbaik.

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel adalah materi pelajaran matematika untuk peserta didik SMP kelas VIII semester II. Pada kompetensi ini membahas tentang pembuatan model matematika dan cara penyelesaiannya. Pada kompetensi SPLDV salah satu kesulitan yang dihadapi peserta didik adalah dalam memahami


(20)

peserta didik hanya diam dan tidak menanyakan kepada peserta didik lain atau guru yang mengajar sehingga kesulitan tersebut semakin melekat pada diri peserta didik. Oleh karena itu digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penekanan kreativitas peserta didik selama proses belajar mengajar. Peserta didik yang cerdas dapat membantu proses pemahaman bagi peserta didik yang lamban. Mengingat pentingnya kreativitas peserta didik dalam memahami materi dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang dapat menumbuhkan kreativitas peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Banyak guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang monoton, padahal ada beberapa kompetensi di mana model tersebut kurang tepat untuk diterapkan, sehingga kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik disebabkan karena kurang tepatnya pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan topik bahasan. Oleh karena itu akan diteliti apakah penggunaan model pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik.

2. Pada umumnya prestasi belajar matematika peserta didik masih rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan kreativitas peserta didik. Selain hal itu, banyak peserta didik


(21)

yang menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit, dan membosankan. Untuk itu akan diteliti apakah kreativitas peserta didik dapat meningkatkan prestasi belajar matematika peserta didik.

3. Banyak peserta didik dalam belajar matematika kurang aktif mengikuti proses belajar dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikan dengan peserta didik lain sehingga kemungkinan rendahnya prestasi belajar disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap topik bahasan yang dipelajari.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Kreativitas belajar peserta didik dibatasi pada kreativitas belajar matematika pada peserta didik kelas VIII semester gasal SMP kota Surakarta.

2. Prestasi belajar matematika peserta didik yang dimaksud adalah hasil belajar peserta didik yang dicapai melalui proses belajar mengajar matematika pada akhir penelitian untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut.


(22)

1. Apakah prestasi pembelajaran matematika pada kompetensi SPLDV dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Langsung?

2. Apakah peserta didik yang kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas sedang, peserta didik yang kreativitas sedang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas rendah?

3. Apakah perbedaan prestasi dari masing-masing model pembelajaran konsisten pada masing-masing tingkat kreativitas belajar dan perbedaan prestasi belajar dari masing-masing tingkat kreatifitas belajar konsisten pada masing-masing model pembelajaran?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika pada kompetensi SPLDV dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran Langsung.

2. Untuk mengetahui apakah peserta didik yang kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas


(23)

sedang dan rendah, peserta didik yang kreativitas sedang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas rendah

3. Untuk mengetahui apakah perbedaan prestasi dari masing-masing model pembelajaran konsisten pada masing-masing tingkat kreativitas belajar dan perbedaan prestasi belajar dari masing-masing tingkat kreativitas belajar konsisten pada masing-masing model pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan teori pembelajaran matematika dan model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika yang dianggap sulit oleh peserta didik SMP.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini daharapkan dapat:

a. Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam menentukan model pembelajaran yang tepat, yang dapat digunakan sebagai alternatif selain model yang biasa digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dalam rangka upaya peningkatan kualitas pendidikan.

b. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih memperhatikan kreativitas belajar matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar a) Belajar dan Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi diri seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan seseorang secara optimal. Proses belajar merupakan suatu proses transformasi masukan input menjadi output.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Sedangkan H.J Gino (2000: 31) menyatakan bahwa, “Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui pengamatan, melihat, mamahami sesuatu yang dipelajari”.

Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan kognitif, efektif, maupun psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut hasil belajar atau prstasi belajar.


(25)

Prestasi belajar dapat diketahui melalui evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan setelah mengikuti proses pembelajaran. Karena hasil tes tersebut menggambarkan capaian-capaian yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti suatu proses pembelajaran, maka tinggi rendahnya capaian tersebut sangat dipengaruhi oleh terjadi tidaknya proses belajar pada diri peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes/angka nilai yang diberikan oleh guru.

Jadi yang dimaksud prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap berkat pengalaman dan latihan yang dinyatakan dengan perubahan tingkah laku.

b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik merupakan cerminan kualitas pembelajaran yang telah mereka ikuti. Makin tinggi prestasi belajar peserta didik menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran makin baik pula.

Menurut Slameto (2003: 54 - 72) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar yaitu:

1) Faktor internal, yang terdiri dari tiga faktor berikut.


(26)

b. Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, kreativitas, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani. 2) Faktor eksternal

a. Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah yang meliputi model pembelajaran, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c. Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Di antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, kreativitas peserta didik dan model pembelajaran akan sangat menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik. Makin tepat pemilihan model pembelajaran yang digunakan akan memberikan pengaruh yang makin baik pula terhadap capaian prestasi belajar peserta didik, demikian juga sebaliknya.

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah bagian dari proses pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk


(27)

mencapai tujuan. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola yang digunakan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi dirinya sebagai pembelajar. Model pembelajaran pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pengajaran dengan cara tertentu yang dianggap paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan model yang sesuai dengan tujuan dan materi tersebut. Untuk menentukan dan memilih model, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan, kemudian model pembelajaran yang dianggap paling efektif dan efisien dipilih. Jadi, pemilihan model pembelajaran harus memenuhi kriteria efisiensi dan keefektifan. Kriteria yang lain dalam memilih model pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik.

Model pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita yang sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama guru dan peserta didik. Sangat sulit untuk menentukan suatu model pembelajaran yang sempurna, yang dapat memecahkan semua masalah pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik dalam mempelajari materi yang diajarkan. Agar peserta didik lebih produktif dalam belajar, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kreativitas mereka sendiri sehingga pemilihan model pembelajaran juga harus mengikuti kebutuhan atau kondisi peserta didik.


(28)

3. Model Pembelajaran Langsung

Soeparman Kardi dalam Agus Susanto (2007: 23) mengemukakan bahwa pembelajaran Langsung adalah suatu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

Dalam pembelajaran Langsung, guru tidak terus bicara, tetapi guru hanya memberi informasi kepada bagian atau saat-saat diperlukan. Misalnya, pada permulaan pelajaran, pada topik yang baru, pada waktu memberikan contoh-contoh soal dan sebagainya, selanjutnya murid diminta menyelesaikan soal-soal di papan tulis atau di meja masing-masing. (Martinis Yamin dan Bansu Ansari, 2008: 66)

Pembelajaran ini berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan peserta didik. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang harus diberikan pada peserta didik.

Killen dalam Martinis Yamin dan Bansu Ansari (2008: 66) mengemukakan bahwa model pembelajaran Langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu.

Ciri-ciri pembelajaran Langsung adalah sebagai berikut : a) Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar b) Adanya sintaksis atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar mendukung berLangsungnya terjadinya proses pembelajaran

Sebagaimana yang diungkapkan Kratochwill dan Cook dalam Agus Sutanto (2007: 22), peserta didik dapat mencapai tahap yang lebih tinggi dalam kelas bilamana mereka diajari secara Langsung oleh guru daripada mereka belajar sendiri. Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran Langsung dikutipkan sebagai berikut :


(29)

With direct instruction, teachers tell, demonstrate, explain, and assume the major responsibility for a lesson’s progress and they adapt the work to their students age and abilities. Student achievement seems to be superior with direct instruction, particularly with regard to factual information.

(Pembelajaran Langsung guru bercerita, mendemonstrasikan, menerangkan, dan memikul tanggung jawab utama pada kemajuan peserta didik dan mereka menyesuaikan kegiatan/tugas sesuai dengan usia dan kemampuan peserta didik. Prestasi peserta didik nampak lebih meningkat dengan menerapkan pembelajaran Langsung terutama sekali dalam hal informasi yang faktual).

Adapun fase-fase pada model pembelajaran Langsung dalam Martinis Yamin dan Bansu Ansari (2008: 67) adalah:

a) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik b) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan c) Membimbing pelatihan

d) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik e) Memberikan latihan dan penerapan konsep

Selanjutnya Cruickshank, Bainer, dan Metcalf dalam Agus Susanto (2007: 22) mengatakan:

Direct instruction teachers provide strong academic direction, have high expectations that students can and will learn, make students feel psychologically safe, urge them to cooperate hold them accountable for work and closely monitor and control students behaviour. Good leaders of direct instruction are enthusiastic, warm and accepting, humorous, supportive, encouraging, businesslike, adaptable or flexible and knowledgeable.

(Pembelajaran Langsung guru memberi petunjuk akademik yang kuat mempunyai harapan tinggi terhadap apa yang dapat dan akan dipelajari peserta didik, membuat peserta didik secara psikologis merasa aman, mendorong mereka untuk bekerja sama,


(30)

mebuat mereka untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, mengawasi secara dekat dan mengendalikan sikap peserta didik).

Beberapa keuntungan dari pembelajaran Langsung adalah :

a) Dengan pembelajaran Langsung kita dapat mengontrol isi dan urutan informasi yang diterima peserta didik, sehingga kamu dapat mencapai suatu fokus hasil yang dicapai peserta didik

b) Dapat digunakan secara efektif baik pada kelas besar maupun kelas kecil

c) Salah satu pendekatan yang lebih efektif untuk mengajarkan konsep yang eksplisit pada peserta didik yang lemah

d) Pembelajaran ini menekankan pada pendengaran dan observasi, keduanya dapat membantu peserta didik yang lebih suka belajar dengan cara ini

e) Guru dapat menguasai seluruh arah kelas. Dalam hal ni guru dapat menentukan arah dengan jalan sendiri apa yang akan dibicarakan

f) Organisasi kelas sederhana.

g) Model pembelajaran Langsung merupakan model pembelajaran sederhana. Beberapa keterbatasan model pembelajaran Langsung adalah:

a) Agak berat bagi peserta didik untuk dapat mengasimilasi informasi melalui mendengar, observasi, dan mencatat (note-taking), karena tidak semua peserta didik mempunyai keterampilan ini

b) Sangat susah melayani perbedaan antara peserta didik, pengetahuan awal, tingkat pemahaman, gaya belajar, atau minat belajar selama pembelajaran

c) Pembelajaran ini sangat tergantung dari gaya berkomunikasi oleh guru. Komunikasi yang kaku cenderung menghasilkan pembelajaran yang pasif


(31)

d) Peserta didik kurang aktif dan lebih banyak mengharapkan bantuan guru

e) Peserta didik kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

Aspek kunci agar pembelajaran efektif:

a) Katakan pada peserta didik bahwa belajarlah apa yang mampu dipelajari b) Sajikan materi pelajaran secara urutan logis

c) Berikan contoh yang tepat saat menjelaskan

d) Jelaskan kembali segala sesuatu jika peserta didik mendapatkan kebingungan e) Jelaskan arti dari istilah-istilah baru

f) Jawablah pertanyaan peserta didik sampai mereka puas.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan belajar peserta didik secara bersama dalam suatu kelompok sehingga terjadi interaksi antar peserta didik dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah belajar.

Hal ini sesuai yang dikemukaan oleh Robert slavin (1995:2) bahwa belajar kelompok merupakan model pembelajaran yang mana peserta didik bekerja dalam satu tim (kelompok kecil) yang saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan cara saling membantu satu sama lainnya dalam dunia pendidikan. Pengelompokan peserta didik didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kebanyakan melibatkan peserta didik yang berbeda-beda menurut kemampuan, jenis kelamin dan


(32)

1. Prinsip-Prinsip pembelajaran kooperatif: a. Keheterogenan kelompok

Pengelompokan peserta didik didasarkan pada perbedaan-perbedaan menurut kemampuan, jenis kelamin dan suku. Adanya keheterogenan kelompok ini proses belajar kooperatif dapat berjalan dengan efektif.

b. Keterampilan bekerja sama

Dalam suatu kerja sama dibutuhkan adanya keterampilan-keterampilan khusus yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok. Keterampilan tersebut dapat berupa keterampilan berkomuikasi, keterampilan berdiskusi, keterampilan dalam memecahkan masalah dan sebagainya.

c. Sumbangan dari ketua kelompok

Ketua kelompok dipilih berdasarkan dari kemampuan yang lebih dibandingkan dengan anggota yang lain dalam kelompoknya. Adanya sumbangan dari ketua kelompok yang berupa informasi, pengetahuan, keterampilan, penjelasan dan sebagainya yang diberikan kepada anggota kelompok yang lain dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian hasil belajar.

d. Ketergantungan pribadi yang positif

Setiap anggota kelompok membutuhkan pengembangan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dan dapat dilakukan dengan cara berinteraksi dan bekerjasama satu sama lain. Artinya, dalam proses belajar setiap peserta didik saling bergantung satu sama lain. Adanya ketergantungan pribadi yang positif


(33)

antar peserta didik dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

e. Otonomi kelompok

Setiap kelompok berusaha untuk menjadi yang terbaik. Sehingga setiap anggota kelompok bertanggung jawab sepenuhnya terhadap nama kelompoknya. Dalam hal ini, jika terdapat kelompok yang mengalami kesulitan maka kelompok tersebut bertanya pada gurunya, bukan pada kelompok yang lain.

2. Kelebihan pembelajaran koooperatif:

a. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik.

b. Dapat meningkatkan rasa percaya diri dari peserta didik.

c. Dapat menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki peserta didik.

d. Dapat memperbaiki hubungan antar pribadi dari peserta didik.

e. Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif (kerjasama). 3. Kelemahan pembelajaran koooperatif:

a. Pelaksanaan memerlukan persiapan yang rumit.

b. Apabila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk.

c. Apabila ada peserta didik yang malas atau yang ingin berkuasa dalam kelompoknya menyebabkan kegiatan belajar kelompok tidak berjalan dengan baik.


(34)

5. Model Pembelajaran Kooperatif STAD

Ide utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah memotivasi peserta didik saling memberi semangat dan membantu satu sama lain untuk menguasai materi yang diajarkan. Apabila peserta didik menginginkan timnya mendapat penghargaan mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar/materi tersebut. Mereka bekerjasama dengan membandingkan jawaban, berdiskusi apabila ada perbedaan atau kesulitan dan kesalahpahaman dan saling membantu untuk memecahkan masalah dan untuk menguasai materi yang mereka pelajari agar masing-masing individu dalam tim tersebut berhasil dalam kuis.

Tahap pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Mohammad Nur (2005:20-22) antara lain meliputi:

a. Presentasi Kelas atau Tahap Penyajian Materi

Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi kelas paling sering menggunakan pengajaran Langsung atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini peserta didik bekerja lebih dulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri sebelum pengajaran guru. Presentasi kelas dalam STAD meliputi pendahuluan, inti yang dapat berisi komponen presentasi bahan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran. Pendahuluan dengan mengatakan kepada peserta didik apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting. Presentasi berupa penyampaian materi kepada peserta didik. Latihan terbimbing dengan meminta seluruh peserta didik untuk


(35)

mengerjakan soal atau contoh-contoh soal atau membahas jawaban dari pertanyaan-pertanyaan guru.

b. Kerja Kelompok

Kelompok terdiri dari empat atau lima peserta didik yang mewakili heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi utama kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis. Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, kelompok berkumpul mempelajari lembar kegiatan yang didapatkan dari guru. ketika peserta didik mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja kelompok yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan apabila teman sesama kelompok membuat kesalahan.

Kerja kelompok merupakan hal yang sangat penting dalam STAD. Pada setiap saat penekanan diberikan pada anggota kelompok agar melakukan yang terbaik buat kelompoknya, dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Kelompok tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan kelompok yang menunjukkan saling peduli dan hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil-hasil belajar, seperti hubungan antar tim, harga diri, dan penerimaan terhadap kebanyakan peserta didik.

c. Pelaksanaan Kuis Individual

Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua periode latihan kelompok, para peserta didik tersebut dikenai kuis individual.


(36)

ini menjamin agar peserta didik secara individual bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.

d. Nilai Perkembangan Individual

Setiap peserta didik dapat menyumbang poin maksimum kepada kelompok nya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang peserta didik pun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu. Setiap peserta didik diberikan sebuah skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata peserta didik pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian peserta didik memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

Tabel 1

Tabel Penentuan Nilai Perkembangan Individu Berdasar Nilai

Apabila suatu skor kuis adalah…… Seorang peserta didik mendapat……

Nilai sempurna tidak memandang berapa pun skor dasar.

30 poin perbaikan Lebih dari sepuluh poin diatas skor dasar. 30 poin perbaikan Skor dasar sampai sepuluh poin diatas skor

dasar.

20 poin perbaikan Sepuluh poin dibawah sampai satu poin

dibawah skor dasar.

10 poin perbaikan Lebih dari sepuluh poin dibawah skor

perbaikan.


(37)

e. Penghargaan Kelompok

Kelompok dapat memperoleh penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria tertentu. Ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan didasarkan skor tim rata-rata. Ketiga tingkat itu adalah:

Tabel 2

Tabel Tingkat Penghargaan Kelompok Kriteria Rata-Rata Kelompok (X) Penghargan

X ≤ 20 TIM BAIK

20 < X ≤ 25 TIM HEBAT X > 25 TIM SUPER

Seluruh kelompok dapat memperoleh penghargan tersebut, didalam sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim yang kriteria diatas terpenuhi. Kriteria di atas dibuat sedemikian rupa sehingga untuk mendapatkan kelompok hebat, sebagian besar peserta didik mendapat skor di atas skor dasar mereka, dan untuk mendapatkan kelompok super, sebagian besar anggota kelompok paling sedikit mendapatkan sepuluh poin diatas skor dasar mereka. Bila perlu kriteria ini dapat diubah.

Guru seharusnya mempersiapkan sejenis penghargaan atau hadiah untuk kelompok yang mencapai tingkat tim hebat atau tim super. Penghargaan tersebut dapat berupa sertifikat dengan ukuran besar untuk tim super dan yang lebih kecil untuk tim hebat, sedangkan tim baik dapat diberikan sekedar ucapan selamat di kelas. Selain berupa sertifikat guru juga dapat menyiapkan selebaran satu


(38)

halaman, memberi peserta didik lencana atau pin untuk dipakai, perlakuan simpatik, atau bentuk apapun yang sesuai sebagai penghargaan atau hadiah.

6. Kreativitas Belajar Peserta didik a. Pengertian kreativitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 599), kreativitas diartikan sebagai 1) kemampuan untuk mencipta, daya cipta 2) tentang kreasi.

Beberapa pendapat para ahli tentang kreativitas dalam Utami Munandar (2004) adalah sebagai berikut :

1) Stenberg (2004: 19) mengungkapkan bahwa “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Bersama-sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif”.

2) Guilford (2004: 224) mengungkapkan bahwa, “Kreativitas merupakan kemampuan berpikir yang meliputi kelancaran, keluwesan, atau flexibility, orisinalitas dalam berpikir”.

3) Baron (2004: 21) berpendapat bahwa”Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan / menciptakan sesuatu yang baru”.

4) Haefele (2004: 21) menyatakan bahwa “Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial”.

5) Utami Munandar (2004: 12) mengatakan bahwa “kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya”.


(39)

Utami Munandar (2004: 12) mengungkapkan bahwa “Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungannya yang mendorong (press) individu ke perilaku kreatif”.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dijelaskan mengenai pengertian dari kreativitas dalam Utami Munandar (2004).

1) Kreativitas ditinjau dari segi pribadi

Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi individu dngan lingkungannya, dan yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap, atau perilakunya. Seorang individu yang kreatif mempunyai sifat yang mandiri. Dirinya tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya.

2) Kreativitas sebagai proses

Torrance (2004: 27) mengemukakan bahwa “Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, manila dan manguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya”. 3) Kreativitas sebagai produk

Menurut Stein (2004: 21), suatu produk baru dapat disebut kreatif jika mendapat pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu.

S.C Utami Munandar (2004: 21) menyatakan bahwa, “Tidak keseluruhan produk itu harus baru tetapi kombinasinya, unsru-unsurnya bisa saja sudah ada sebelumnya”.


(40)

Menurut Rogers (2004: 21-22), kriteria untuk produk kreatif adalah: 1) Produk itu harus nyata (observable)

2) Produk itu harus baru

3) Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kretivitas merupakan kemampuan suatu individu yang dapat melahirkan sesuatu yang unik, baru atau suatu gagasan atau objek dalam suatu bentuk atau susunan baru dan original dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Ciri-ciri Sikap Kreatif

Menurut Schaefer yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2004: 70), sikap kreatif dioperasionalkan dalam dimensi sebagai berikut:

1) Keterbukaan terhadap pengalaman baru. 2) Kelenturan dalam berpikir.

3) Kebebasan mengungkapkan diri. 4) Menghargai fantasi.

5) Minat terhadap kegiatan kreatif. 6) Kepercayaan terhadap gagasan sendiri. 7) Mandiri.


(41)

Utami Munandar (2004: 35) mengatakan bahwa biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan kreativitas yang kreatif.

Individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui ciri-ciri sebagai berikut: 1) Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam

2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik

3) Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah 4) Bebas dalam menyatakan pendapat

5) Mempunyai rasa keindahan yang dalam

6) Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/ sudut 7) Mempunyai daya imajinasi

8) Orisinal dalam ungkapan dan dalam pemecahan masalah

9) Memiliki dedikasi yang bergairah, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian Henny Ekana Chrisnawati (2005) dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Kemampuan Problem Solving Peserta didik SMK

(Teknik) Swasta di Surakarta kelas I Ditinjau dari Motivasi Belajar Peserta didik, diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Kedua metode yakni metode kooperatif tipe STAD dan metode konvensional memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan problem solving


(42)

2. Tingkat motivasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran matematika memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan problem solving pada mata pelajaran matematika.

3. Tidak terdapat interaksi antara penggunaan metode pengajaran dan motivasi belajar matematika peserta didik mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan problem solving pada mata pelajaran matematika.

Penelitian Sony Irianto (2006) dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif STAD dan TGT Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Peserta didik SMP di Purwokerto, diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi balajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan pembelajaran konvensional.

2. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh perbedaan tingkat kreativitas.

3. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan mengenai prestasi belajar matematika yang disebabkan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, pembelajaran konvensional, dan tingkat kreativitas.

Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang telah disebutkan di atas adalah : penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti


(43)

dan penelitian yang telah disebutkan di atas menitikberatkan pada pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika peserta didik.

Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang telah disebutkan di atas adalah : penelitian yang telah disebutkan di atas membandingkan model pembelajaran baru dengan model pembelajaran konvensional, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti akan membandingkan dua model pembelajaran yang baru, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran Langsung.

C. Kerangka Berpikir

Berhasil atau tidaknya pencapaian prestasi belajar peserta didik ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah model pembelajaran dan kreativitas peserta didik. Untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu diperlukan model tertentu pula. Dengan demikian, guru dituntut memiliki kemampuan untuk memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Dalam penelitian ini digunakan dua model yaitu model pembelajaran Langsung (untuk kelas kontrol) dan model pembelajaran kooperatif STAD (untuk kelas eksperimen). Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Langsung seringkali peserta didik mencoba untuk menyelesaikan kesulitan yang ada sendiri tanpa mengkomunikasikannya dengan peserta didik lain atau guru. Sehingga guru dan peserta didik lain juga tidak dapat membetulkan apabila terjadi kekeliruan atau miskonsepsi tentang materi yang baru saja disampaikan. Selain itu pada model


(44)

sedang peserta didik mencatat materi dari guru tanpa harus mengembangkan materi tersebut. Hal ini memerlukan suatu inovasi dalam suatu proses belajar mengajar yaitu dengan belajar kelompok atau gotong- royong.

Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang dapat memaksimalkan potensi peserta didik, dapat meningkatkan minat peserta didik untuk ikut serta dalam proses membangun pengetahuan, dan mampu membuat semua peserta didik dengan kemampuan yang beragam ikut berpatisipasi. Dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat menjadi faktor yang akan ikut meningkatkan prestasi belajar matematika peserta didik. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang memungkinkan peserta didik untuk berpartisipasi aktif diharapkan dapat mendorong peserta didik mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya.

Kreativitas adalah kemampuan berfikir untuk membuat kombinasi baru dalam menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada dalam menyelesaikan masalah. Pada umumnya peserta didik yang cerdas menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari peserta didik yang kurang cerdas, peserta didik yang cerdas mempunyai lebih banyak gagasan-gagasan baru, merumuskan lebih banyak penyelesaian masalah. Kreativitas yang dilakukan oleh peserta didik saat proses belajar mengajar di kelas maupun kreativitas di rumah akan mempengaruhi hasil belajar yang diperolehnya. Peserta didik yang melakukan kreativitas belajar dengan mengulangi pelajaran yang diberikan guru di kelas, mengerjakan tugas dan mempersiapkan pelajaran yang akan diajarkan menunjukkan prestasi belajar yang baik. Dengan ditunjang kreativitas belajar yang tinggi, peserta


(45)

didik akan lebih mudah memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam proses belajar maupun dalam pemecahan masalah belajar matematika, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Tercapainya tujuan belajar dengan baik akan memberikan prestasi belajar matematika yang baik pula.

Penggunaan model pembelajaran harus diperhatikan kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran, karakteristik materi, keadaan peserta didik (tingkat intelektual, karakteristik peserta didik, banyaknya peserta didik dalam kelas dan aktivitas peserta didik), kesiapan guru dan ketersediaannya sarana dan prasarana sekolah. Cepat atau lambatnya peserta didik dalam memahami penjelasan dari guru dipengaruhi oleh kreativitas peserta didik. Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam diagram sebagai berikut :

Gambar 1

Gambar Kerangka Pemikiran Penelitian Model Pembelajaran

Prestasi Belajar Matematika Kreativitas Peserta didik


(46)

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Prestasi belajar peserta didik pada kompetensi SPLDV dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada model pembelajaran Langsung.

2. Peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah. 3. Terdapat interaksi antara model pembalajaran yang digunakan dan kreativitas

belajar peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik pada kompetensi SPLDV.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian di SMP Negeri Kota Surakarta dengan subyek penelitian peserta didik kelas VIII tahun pelajaran 2008/2009.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua tahun pelajaran 2008/2009. adapun tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

1. Bulan Februari 2008 : Konsultasi judul

2. Bulan Maret- April 2008 : Konsultasi Draf Proposal 3. Bulan April 2008 : Seminar Draf Proposal 4. Bulan Mei-Juni 2008 : Konsultasi Instrumen 5. Bulan Juni 2008 : Ujian Proposal b. Tahap Pelaksanaan

1. Bulan Juli-Agustus 2008 : Ijin Penelitian dan melengkapi instrument. 2. Bulan Agustus-Oktober 2008: pelaksanaan penelitian dan konsultasi Bab I, II,

III.


(48)

Bulan November - Desember 2008 : pengolahan data hasil penelitian dan penyusunan laporan penelitian

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi-experimental research). Hal ini dikarenakan peneliti tidak memungkinkan untuk mengendalikan dan memanipulasi semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2004: 79) bahwa tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Pada penelitian ini yang dilakukan adalah membandingkan prestasi belajar dari kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran Langsung.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2004: 115). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta pada tahun pelajaran 2008/2009.


(49)

2. Sampel

Suharsimi Arikunto (2004: 117), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk melakukan genelalisasi terhadap seluruh populasi yang ada. Menurut Budiyono (2004: 34) mengemukakan bahwa karena berbagai alasan, seperti tidak mungkin, tidak perlu, atau tidak mungkin dan tidak perlu semua subyek atau hal lain yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan perlu diteliti (diamati), maka hanya perlu mengamati sampel saja. Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 117), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada.

3. Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling dengan cara memandang populasi sebagai kelompok-kelompok. Dalam hal ini kelas dipandang sebagai satuan kelompok kemudian tiap kelas diacak dengan undian. Pengambilan sampel secara random sampling dengan cara undian untuk mengambil dua sekolahan yaitu terpilih SMP Negeri 14 Surakarta dan SMP Negeri 17 Surakarta. Dari kedua SMP kemudian dilakukan pengundian lagi untuk menentukan kelas manakah yang akan dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pengambilan sampel secara acak pada populasi dimaksudkan agar setiap kelas pada populasi dapat terwakili. Setelah dilakukan pengundian masing-masing sekolah terpilih dua kelas sebagai tempat penelitian sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(50)

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat satu variabel terikat dan dua variabel bebas, yaitu :

a. Variabel Terikat

1. Prestasi Belajar Matematika

(i) Definisi Operasional : Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha peserta didik dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh peserta didik pada periode tertentu.

(ii) Indikator : Nilai tes prestasi belajar matematika (iii) Skala Pengukuran : skala interval

b. Variabel Bebas

Budiyono (2004: 29) menyebutkan bahwa variabel bebas adalah variabel independen atau variabel penyebab. Ada dua variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Model Pembelajaran

(i) Definisi operasional : Model pembelajaran adalah suatu cara yang dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar, yang meliputi model pembelajaran STAD


(51)

untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran Langsung pada kelas kontrol.

(ii) Indikator : Pemberian perlakuan model pembelajaran STAD pada kelas eksperimen dan model pembelajaran Langsung pada kelas kontrol.

(iii) Skala pengukuran : Skala nominal. 2. Kreativitas Belajar Matematika

(i) Definisi Operasional : Kreativitas belajar matematika adalah kemampuan berfikir yang dimiliki pembelajaran untuk membuat kombinasi baru dalam menghasilkan gagasan jawaban atau pertanyaan berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada dalam menyelesaikan masalah yang ditunjukkan dengan kreativitas belajar pembelajaran tinggi, sedang dan rendah.

(ii) Indikator : skor angket kreativitas belajar

(iii) Skala Pengukuran: skala interval kemudian diubah menjadi skala ordinal yang terdiri dari 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.

kelompok tinggi : skor >X+ 2 1

s,

kelompok sedang : X– 2 1

s < skor  X+ 2 1

s,

kelompok rendah : skor ≤ X– 2 1

s.


(52)

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Tabel rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3

Tabel Rancangan Penelitian B

A b1 b2 b3

a1 a2

(ab)11 (ab)21

(ab)12 (ab)22

(ab)33 (ab)23

Keterangan :

A = Model pembelajaran

a1 = Model pembelajaran kooperatif tipe STAD a2 = Model pembelajaran Langsung

B = Kreativitas belajar peserta didik

b1 = Kreativitas belajar peserta didik kategori tinggi b2 = Kreativitas belajar peserta didik kategori sedang b3 = Kreativitas belajar peserta didik kategori rendah

3. Teknik Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen

Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(53)

a. Metode Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 236), metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Metode Dokumentasi dalam penelitian ini adalah nilai rapor peserta didik kelas VII semester 2 yang digunakan untuk mengetahui keseimbangan keadaan prestasi belajar dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Metode Angket

Menurut Budiyono (2004: 34), metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk pilihan ganda. Metode angket ini digunakan untuk mengetahui kreativitas belajar Matematika peserta didik.

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untk mengetahui kualitas item angket. Sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji konsistensi internal.

1. Uji Validitas Isi

Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu untuk mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara individual dapat pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi,


(54)

isi dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Crocker dan Algina dalam Budiyono (2004: 60) sebagai berikut :

a. Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur (pada tes prestasi dapat berupa serangkain tujuan pembelajaran atau pokok-kompetensiyang diwujudkan dalam kisi-kisi),

b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domain-domain tersebut,

c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butir-butir soal dengan domain performans yang terkait.

d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang diperoleh dari proses pencocokan pada langkah c).

Dalam penelitian ini disebut valid jika pada kerangka terstruktur (lembar validasi ) tanda ( ) lebih dari 3.

2. Reliabilitas

Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan hanya 1 atau 0) yaitu sebagai berikut :

               

2

2 11 1 1 t i s s n n r dengan : 11


(55)

n = cacah butir instrumen

2

i

s = variansi skor butir ke-i, i = 1, 2, ..., n

2

t

s = variansi total (Budiyono, 2004 : 69)

Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang diperoleh telah melebihi 0,70 (r11  0,70)

3. Konsistensi Internal

Untuk mengetahui korelasi butir soal angket digunakan rumus korelasi momen produk Karl Pearson

  

 

 

2

2 2

2

Y Y

n X X

n

Y X XY

n rxy

Keterangan :

xy

r = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

n = cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)

X = skor untuk butir ke-i

Y = skor total ( dari subyek uji coba)

(Budiyono, 2004: 65) Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang.

c. Metode Tes


(56)

keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut duji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item angket. Sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji daya pembeda, tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh.

1. Uji Validitas Isi

Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu untuk mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara individual dapat pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi, maka uji validitas yang dilakukan pada metode tes ini adalah uji validitas isi dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Crocker dan Algina dalam Budiyono (2004: 60) sebagai berikut :

a. Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur (pada tes prestasi dapat berupa serangkain tujuan pembelajaran atau pokok-kompetensiyang diwujudkan dalam kisi-kisi),

b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domain-domain tersebut,

c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butir-butir soal dengan domain performans yang terkait.

d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang diperoleh dari proses pencocokan pada langkah c).


(57)

Dalam penelitian ini disebut valid jika pada kerangka terstruktur (lembar validasi ) tanda ( ) lebih dari 3.

2. Reliabilitas

Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson yang diberi nama K-R 20 sebagai berikut :

               

2

2 11 1 t i i t s q p s n n r dengan : 11

r = indeks reliabilitas instrumen

n = cacah butir instrumen

i

p = proporsi cacah subjek yang menjawab benar pada butir ke-i

qi = 1 – pi, i = 1, 2, ..., n

2

t

s = variansi total

Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang diperoleh telah melebihi 0,70 (r11>0,70)

(Budiyono, 2004: 69) 3. Konsistensi Internal

Untuk mengetahui korelasi butir soal angket digunakan rumus korelasi momen produk Karl Pearson

  

 

 

  2 2 2

2 X n Y Y

X n Y X XY n rxy


(58)

Keterangan :

xy

r = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

n = cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)

X = skor untuk butir ke-i

Y = skor total ( dari subyek uji coba)

(Budiyono, 2004: 65) Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang.

4. Daya Pembeda

Suharsimi Arikunto (2004: 211) mengemukakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh peserta didik yang pandai saja.

Untuk kelompok kecil (kurang dari 100 orang), seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi dua kelompok sama besar, yaitu 50% kelompok pandai atau kelompok atas dan 50% kelompok bawah.

Rumus untuk menentukan indeks daya pembeda adalah:

B B A A

J B J B

D 

dengan:


(59)

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar Bb= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA= banyaknya kelompok atas

JB = banyaknya kelompok bawah Klasifikasi daya pembeda: D : 0,0 – 0,2 : jelek

D : 0,2 – 0,4 : cukup D : 0,4 – 0,7 : baik

D : 0,7 – 1,00 : baik sekali

Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah D  0,2

(Suharsimi Arikunto, 2004: 213-214)

5. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:

s

J B P

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyak peserta tes yang menjawab soal benar

Js = Jumlah seluruh peserta tes

(Suharsimi Arikunto, 2004:212)  


(60)

E. Teknik Analisis Data 1. Uji Keseimbangan

Sebelum peneliti melakukan eksperimennya, terlebih dahulu harus menguji kesamaan rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini bertujuan agar hasil dari eksperimen adalah benar akibat perlakuan yang telah diberikan bukan karena adanya pengaruh yang lain. Untuk menguji kesamaan rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut digunakan uji-t, dengan prosedurnya adalah sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis

H0: 1 2 (kedua populasi seimbang)

H1 : 1  2 (kedua populasi tidak seimbang) b. Tingkat signifikansi :  0,05

c. Statistik uji

2 n n s 1 n s 1 n s 2 n n t ~ n 1 n 1 ) X X ( t 2 1 2 2 2 2 1 1 2 p 2 1 2 1 2 1           p s Dengan:

t = harga statistik yang diuji t ~ t

n1n2 2

1

X = rata-rata nilai ujian semester kelas X semester 1 kelas eksperimen

2


(61)

2 1

s = Variansi dari kelas eksperimen

2 2

s = Variansi dari kelas kontrol n1 = cacah anggota kelas eksperimen n2 = cacah anggota kelas kontrol

p

s2 = variansi gabungan

p

s = deviasi baku gabungan

1 = rataan dari kelompok eksperimen

2 = rataan dari kelompok kontrol d. Daerah kritik: DK = { t|t < -tα/2 atau t > tα/2 } e. Keputusan uji: H0 ditolak jika t  DK f. Kesimpulan

Kedua populasi seimbang jika H0 diterima. (Budiyono, 2004: 151)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas populasi digunakan Uji Bartlett. Prosedur uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett

adalah sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis H0:

2 1

 = 22= ...= 2

k


(62)

b. Tingkat signifikansi :  0,05 c. Statistik uji

     

k j j j s f RKG f c 1 2 2 log log 303 , 2  dengan : ) 1 ( ~ 2

2  k

k = Banyaknya cacah sampel

f = Derajat kebebasan untuk RKG = N – k fj = Derajat kebebasan untuk sj2 = nj– 1 j = 1, 2, …, k

N = Banyaknya seluruh nilai (ukuran) nj = Banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j

c =

 

          

f f k j 1 1 1 3 1 1

RKG =

j j

f SS

;

 

 

2

2 2 1 j j j j j

j n s

n X X

SS

  

d. Daerah Kritik

DK = {2 |2 2;k1}

e. Keputusan uji H0 ditolak jika

2

  DK atau H0 diterima jika

2


(63)

f. Kesimpulan

Populasi-populasi homogen jika H0 diterima.

(Budiyono, 2004: 176-17).

3. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas. Untuk menguji normalitas populasi digunakan metode Lilliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors adalah sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal b. Tingkat signifikansi :  0,05

c. Statistik uji

   

| |F zi S zi Maks

L 

dengan :

F(zi) = P(Zzi) Z ~ N(0,1)

S(zi) = proporsi cacah z  zi terhadap banyaknya zi

zi =

s X Xi ) ( 


(64)

d. Daerah kritik

DK = { L | L > L,n} dengan n adalah ukuran sampel

L,n diperoleh dari Tabel Lilliefors

e. Keputusan uji

H0 ditolak jika L  DK atau H0 diterima jika L  DK f. Kesimpulan

Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima

(Budiyono, 2004: 169).

4. Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dengan model sebagai berikut :

ijk ij j

i

ijk   () 

X

dengan :

ijk

X = data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j

μ = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)

i

 = efek baris ke-i pada variabel terikat

j

 = efek baris ke-j pada variabel terikat

 

 ij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat ijk

 = deviasi data amatan terhadap rataan populasinya

 

μij yang berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi 2


(1)

38 90 8100 93 8649 87 7569

39 90 8100 93 8649 87 7569

40 90 8100 93 8649 87 7569

41 93 8649 93 8649 87 7569

42 93 8649 93 8649 87 7569

43 93 8649 93 8649 90 8100

44 97 9409 97 9409 90 8100

45 97 9409 97 9409 90 8100

46 97 9409 97 9409 90 8100

47 97 9409 90 8100

48 97 9409 93 8649

49 97 9409 93 8649

50 93 8649

51 93 8649

52 93 8649

53 93 8649

54 97 9409

55 97 9409

X 4122 3887 4544

X2 349508 330897 378300

ni 49 46 55

N 150

k 3

f 147

SSi 2755,2653 2445,5000 2882,9818

 SSi 8083,7471

fi 48 45 54

Si 2

57,4014 54,3444 53,3886

log Si2 1,7589 1,7352 1,7274

fi log Si2 84,4283 78,0820 93,2822

RKG 54,9915

c 1,0091

f log RKG 255,8234

 fi log S12 255,7924

X2 0,0707

X2

0,05;2 5,991

Keputusan Homogen

e. Daerah kritik

X

20,05;2

= 5,991 ; DK = {

2

2

> 5,991 }

2

= 0,0707

DK

f.

Keputusan Uji : H

0

diterima


(2)

Tabel 26

Tabel Rangkuman Uji Normalitas

Lobs LTabel Kesimpulan

STAD 0,1020 0,1023 Normal

Langsung 0,0942 0,1023 Normal

Kreativitas Belajar Tinggi

0,0864 0,1279 Normal

Kreativitas Belajar Sedang

0,1205 0,1306 Normal

Kreativitas Belajar Rendah

0,1053 0,1195 Normal

Tabel 27

Tabel Rangkuman Uji Homogenitas

X2obs X

2

Tabel Kesimpulan

Model Pembelajaran 1,2184 3,841 Homogen


(3)

Uji ANAVA Dua Jalan Sel Tak Sama

1. (a) H

0A

:

α

i

= 0 untuk setiap i = 1, 2

H

1A

: paling sedikit ada satu

α

i

yang tidak nol

(b) H

0B

:

β

j

= 0 untuk setiap i = 1, 2, 3

H

1B

: paling sedikit ada satu

β

j

yang tidak nol

(c) H

0AB

: (

αβ

)

ij

= 0 untuk setiap i = 1, 2, 3

H

1AB

: paling sedikit ada satu (

αβ

)

ij

yang tidak nol

2.

α = 0.05

3. Komputasi

Tabel 28

Tabel Untuk Mencari Uji Analisis Dua Jalan Sela Tak Sama

Nilai Prestasi Kelas Eksperimen Nilai Prestasi Kelas Kontrol kreativitas

Belajar Tinggi

kreativitas Belajar Sedang

kreativitas Belajar Rendah

kreativitas Belajar Tinggi

kreativitas Belajar Sedang

kreativitas Belajar Rendah

1 70 70 70 73 77 73

2 70 70 70 77 77 77

3 70 70 70 77 77 77

4 77 73 70 77 77 77

5 77 77 77 77 77 77

6 77 77 77 83 80 77

7 77 80 77 83 80 80

8 80 80 77 83 80 80

9 80 80 77 87 83 80

10 80 80 77 87 83 83

11 80 87 77 87 83 87

12 80 87 77 87 87 87

13 80 87 77 87 87 87

14 80 87 77 87 87 87

15 80 87 77 90 87 87

16 80 87 77 93 87 87


(4)

18 87 90 80 93 93 93

19 87 90 80 97 93 93

20 87 90 80 97 93 93

21 87 80 97 93 93

22 90 83 97 93 93

23 90 87 97 93 93

24 90 87 97 97 97

25 87 97 97

26 87 97

27 87

28 90

29 90

30 90

31 90

n 24 20 31 24 26 25

X 1939 1636 2479 2103 2251 2145

80,7917 81,8000 79,9677 87,6250 86,5769 85,8000

 X2 157481,00 134770,00 199411,00 185627,00 196127,00 185289,00 C 156655,04 133824,80 198240,03 184275,38 194884,65 184041,00 SS 825,96 945,20 1170,97 1351,63 1242,35 1248,00

Tabel 29

Tabel Rataan dan Jumlah Rataan

kreativitas Belajar Tinggi

kreativitas Belajar Sedang

kreativitas

Belajar Rendah total Kelas Eksperimen 80,7917 81,8000 79,9677 242,5594 Kelas Kontrol 87,6250 86,5769 85,8000 260,0019

total 168,4167 168,3769 165,7677 502,5613


(5)

Tabel Besaran-besaran

h

n

24,5848

1 G2/pq 42094,65

2

ij ij

SS

, 6784,10

3

i i

q

A

2

42145,36

4

j j

p

B

2

42096,95

5

ij ij

AB

,

2

42148,72

Tabel 31

Tabel Jumlah Kuadrat dan Rataan Kuadrat

JKA =

n

h{(3) –(1)} 1246,62 dkA = p-1 1

JKB =

n

h{(4) –(1)} 56,65 dkB = q-1 2

JKAB =

n

h{(1)+(5)–(3)-(4)} 26,00 dkAB = (p-1)(q-1) 2

JKG = (2) 6784,10 dkG = N – pq 144

JKT = JKA+JKB+JKAB+JKG 8113,37 dkT = N - 1 149

RKA 1246,62

RKB 28,33

RKAB 13,00

RKG 47,11

Fa 26,46 F0.05;1;154 3.84

Fb 0,60 F0.05;2;154 3.00


(6)

Tabel 32

Tabel Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan

JK dK RK Fobs Fa Keputusan

Metode (A) 1246,62 1 1246,62 26,46 3,84 Ho ditolak Kreativitas (B) 56,65 2 28,33 0,60 3,00 Ho diterima Interaksi (AB) 26,00 2 13,00 0,28 3,00 Ho diterima

Galat 6784,10 144 47,11

Total 8113,37 149

4. Keputusan Uji

H

0A

ditolak ; H

0B

diterima ; H

0AB

diterima

5. Kesimpulan

a. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara peserta didik yang

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan kooperatif tipe STAD dengan

peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Langsung.

b. Peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai

prestasi belajar matematika yang sama dibandingkan peserta didik dengan

kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan

kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika

yang sama dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika

rendah.

c. Tidak terdapat interaksi antara model pembalajaran yang digunakan dan

kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik pada

kompetensi SPLDV.


Dokumen yang terkait

Eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe stad pada pokok bahasan fungsi ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas viii Smp negeri kota surakarta Tahun pelajaran 2008 2009

0 3 100

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII SMP N 1 WONOSARI KLATEN.

0 0 8

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL ELABORASI DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (Siswa Kelas VIII MTs N I Gondangrejo).

0 1 7

Efikasi diri dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student

0 12 254

Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII Semester I SMP Negeri 5 Pemalang Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

0 0 1

Eksperimentasi Model Pembelajaran Snowball Throwing Dengan Pendekatan Saintifik Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 0 17

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DENGAN MIND MAPPING PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN KUDUS TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 1 2

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING KOOPERATIF (PISK) PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER I SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 22

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS ASSITED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

0 0 16

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF SETTING KOOPERATIF (PISK) PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER I SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013 2014 | Utami | Jurnal P

0 1 11