Dalam merefleksikan identitas kolektifnya, straight edger dapat mengalami pengalaman yang disebut Giddens dalam Juliana, 2010, sebagai “fateful
moment”, di mana mereka mencapai titik kesadaran diri dan mengevaluasi kembali inner wishes keinginan batin mereka. Momen ini bisa menjadi titik
transisi di mana sXer mungkin menyadari “ketidakpuasan” pada scene straight edge Haenfler, 2004.
Haenfler 2004 juga berargumen bahwa pada masa muda, gerakan straight edge membantu individu melalui waktu yang penting dan sulit ketika pertama kali
ter-ekspos minuman keras, obat-obatan, dan perilaku seksual. Straight edger yang sudah dewasa menghabiskan bertahun-tahun di dalam subkultur, dan mungkin
mulai merasa dibatasi dalam pilihannya, sehingga sebagian besar sXers mencela identitas kolektif mereka dalam tahun-tahun terakhir masa muda mereka.
Menurut Polletta Jasper dalam Juliana, 2010, penyebab signifikan dalam berhentinya partisipasi sXe adalah, bahwa makna dari identitas kolektif tidak lagi
terkait dengan identitas pribadi sXer. Dengan kata lain, [mereka]” berhenti percaya bahwa gerakan mewakili’ [mereka] Lahickey, dalam Juliana 2010.
Straight edge merupakan desired self, pergeseran ideologi kemudian dicari karena melemahnya sense of belonging, sehingga menambah tekanan teman
sebaya, dan konotasi konstriktif dari Straight Edge, sehingga pada akhirnya berakhir pada keluarnya individu dari kelompok straight edge Juliana, 2010.
D. Dinamika Kompenen Identitas Sosial pada Kelompok Straight Edge
Kelompok tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Bergabungnya individu dalam sebuah kelompok tidak terlepas dari proses
Universitas Sumatera Utara
adaptasi terhadap perilaku, norma, dan budaya kelompok itu sendiri. Termasuk pula dalam kelompok straight edge.
Moreland Levin dalam Burn, 2004 mengasumsikan, seiring berjalannya waktu, perubahan juga terjadi pada hubungan antara kelompok dan tiap-tiap
anggotanya, ini disebut group socialization. Tiga proses yang terjadi dalam menguraikan group socialization menurut Burn 2004 adalah evaluation,
commitment, dan role transition. Adapun tahapan sosialisasi kelompok menurut Levine dan Moreland dalam
Burn, 2004 terdiri dari 5 tahap, yaitu investigation, socialization, maintance, presocialization, dan remembrance. Proses dimulai saat individu mencari
kelompok yang mampu memenuhi kebutuhannya, bersosialisasi dengan nilai kelompok, dan mempertahankan kepuasan dirinya akan kelompok. Penyesuaian
terus terjadi, dan ketidakpuasan baik individu terhadap kelompok, ataupun kelompok pada individu, menyebabkan anggota kelompok untuk keluar dari
kelompok. Jika kelompok menawarkan manfaat bagi individu, misalkan saja tempat
berlindung dari peer pressure, akan menumbuhkan “commitment” pada individu untuk bergabung dan tetap bertahan pada kelompok. Namun menurut Burn
2004, jika kelompok pada akhirnya menawarkan sesuatu yang tidak menguntungkan, pada akhirnya akan menurunkan komitmen anggota untuk
bertahan pada kelompok. Perubahan yang terjadi peran pada individu, disebut dengan role transition yang terjadi sejalan dengan menurunnya komitmen pada
anggota. Peralihan peran sangat dinamis mulai dari bukan anggota non member,
Universitas Sumatera Utara
menjadi anggota penuh full member, menjadi anggota yang belum sepernuhnya diterima quasi-members atau sebaliknya dari full member menjadi non member.
Pergeseran peran dalam kelompok straight edge jika ditinjau dari pernyataan, Levine dan Moreland dalam Hogg 2002 melalui model proses sosialisasi
kelompok dapat mendeskripsikan dan memahami individu dalam kelompok. Teori model proses sosialisasi kelompok ini berfokus pada dinamika hubungan antara
individu dan anggota kelompok. Model sosialisasi kelompok dapat digunakan untuk kelompok formal ataupun informal, kelompok besar atau kecil, serta untuk
kelompok yang bersifat jangka panjang atau sementara.
Perubahan peran pula yang mendiskripsikan ketidakstabilan peran dan identitas pada member straight edge. Sesuai dengan pernyataan Snow dalam
Juliana, 2010, identitas straight edge tidak stabil. Justru berubah-ubah, tidak pasti, dan dapat bersifat sementara. Terlepas dari itu, walaupun beberapa straight
edger mengalami perubahan ideologi ataupun pergeseran ideologi terkait dengan identitas straight edge yang terkesan “membatasi”, namun ada pula member
straight edge yang merasa semakin terikat dengan kuat pada identitasnya. Dengan kata lain, sosialisasi membantu kita menemukan identitas diri kita.
Juliana 2010 menyatakan bahwa pemuda sadar atau tidak sadar mencari identitas di lingkungan straight edge. Dengan kata lain, partisipasi subkultur
menyebabkan pemuda secara umum mengubah identitas mereka. Straight Edge menciptakan tempat untuk eksperimen identitas, bagi
pemuda untuk mengeksplorasi pertanyaan, Siapakah aku? Haenfler, 2004. Tajfel dalam Taylor, Peplau Sears, 2009 menambahkan bahwa dengan
Universitas Sumatera Utara
berpartisipasi dalam aktifitas kelompok, terbentuklah social identity, dimana ini merupakan bagian dari konsep diri individu yang berasal dari keanggotaannya
dalam satu kelompok sosial atau kelompok-kelompok sosial dan nilai serta signifikasi emosional yang dilekatkan dalam keanggotaan itu.
Snow dalam Juliana, 2010 menyatakan bahwa identitas sosial tidaklah stabil. Sosialisasi kelompok dapat merubah peran role individu pada kelompok,
dan keberhasilan dalam memperoleh identitas sosial dalam kelompok. Maka proses sosialisasi dan proses pencarian identitas tidak bisa dipisahkan dalam
pencarian identitas sosial. Pengetahuan tentang diri berasal dari banyak sumber, dan banyak dari pengetahuan diri kita berasal dari sosialisasi Taylor, Peplau,
Sears, 2009.
Universitas Sumatera Utara
E. Kerangka Berfikir