3. Klasifikasi Pelat TINJAUAN PUSTAKA

25 2. 2. 3. 2. Klasifikasi Pelat Pelat diklasifikasikan berdasarkan cara pelat tersebut “didukung”. Dengan sistem pendukung tersebut, pelat akan melendut dalam satu arah atau dua arah. Pada pelat satu arah, biasanya pelat hanya ditumpu pada kedua sisinya yang saling berhadapan. Pada pelat dua arah, pelat ditumpu pada ke empat sisinya. Tetapi bila perbandingan antara sisi panjang Ly dan sisi pendek Lx lebih besar dari 2, maka pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat satu arah, di mana beban pelat hanya dipikul dalam arah bentang pendek. ◙ Pelat Satu Arah Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja. Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever luifel dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan. Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L lihat gambar di bawah, maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang L tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok pada saat pengecoran beton tidak berubah dari tempat semula maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi. seperti terlihat pada gambar di bawah. Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok.Tepat pada Universitas Sumatera Utara 26 lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat dengan kawat binddraad. Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat kedudukan tulangan pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan perbedaan suhu beton. Gambar. 2. 7. Penulangan Pelat Kantilever Gambar. 2. 8. Penulangan Pelat dengan 2 Tumpuan Universitas Sumatera Utara 27 Distribusi Gaya Distribusi gaya dalam pada pelat satu arah di atas dua atau lebih tumpuan dapat dianggap sebagai balok di atas dua atau lebih tumpuan. Untuk struktur statis tertentu, besar reaksi perletakannya dapat ditentukan dengan persamaan keseimbangan statika: ΣF x =0, ΣF y =0, dan ΣF z =0. Untuk struktur statis tak tentu, besar reaksi perletakannya dapat ditentukan dengan cara Clayperon, cara Cross dan lain-lain. Selain cara tersebut di atas, boleh direncanakan dengan cara berikut ini, asalkan batasan-batasan berikut dipenuhi. a Jumlah bentang 2 b Selisih antara bentang terpanjang dan terpendek lebih kecil atau sama dengan sepertiga bentang terpanjang c Beban yang bekerja adalah beban terbagi rata d Penggunaan kofisien momen dapat berdasarkan: ◙ untuk momen lapangan : bentang teoritis l di antara dua tumpuan ◙ untuk momen tumpuan : bentang teoritis l rata-rata di kiri dan kanan Universitas Sumatera Utara 28 Gambar. 2. 9. Penulangan Pelat ◙ Pelat dua arah Suatu pelat dapat dikatakan dua arah jikalau rasio antara sisi terpendek pelat Lx dengan sisi terpanjang pelat Ly lebih besar dari 0,5 Lx 0,5 Ly. Sistem penulangan pada penulangan dua arah meninjau dari momen kritis yang terjadi pada pelat tersebut, namun tidak lupa untuk mengkaji pelat tersebut dari sisi gesernya. Momen-momen yang ditinjau pun momen tumpuan arah x dan y, momen lapangan arah x dan y; dan momen tumpuan akibat jepit tak terduga arah x dan y. Universitas Sumatera Utara 29 Pelat dengan tulangan pokok 2 arah ini akan dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang 2 arah. Contoh pelat 2 arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 sisi yang saling sejajar. Karena momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang lx dan bentang ly, maka tulangan pokok juga dipasang pada 2 arah yang saling tegak lurusbersilangan, sehingga tidak perlu tulangan lagi. Tetapi pada pelat di daerah tumpuan hanya bekerja momen lentur 1 arah saja, sehingga untuk daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan bagi, seperti terlihat pada gambar dibawah. Bentang ly selalu dipilih atau = lx, tetapi momennya Mly selalu atau = Mlx, sehingga tulangan arah lx momen yang besar dipasang di dekat tepi luar urutan ke-1 Momen jepit tak terduga Mtix diasumsikan setengah momen lapangan di panel yang berbatasan, maka: Pada arah X = Mtix = 0,5 Mlx momen lapangan arah x Pada arah Y = Mtiy = 0,5 Mly momen lapangan arah y Tebal minimum yang disyaratkan dari SNI 03-2847-2002 untuk pelat dua arah adalah: Untuk kondisi 1: 0,2 ≤∝ � ≤ 2 ℎ = � � �0,8 + � � 1500� 36 + 5 �� � − 0,2 Universitas Sumatera Utara 30 Untuk kondisi 2: 2 � � ℎ = � � �0,8 + � � 1500� 36 + 9 � Untuk kondisi 3: � � 0,2 Untuk kondisi 3 ini pelat dapat diasumsikan sebagai pelat satu arah. Nilai aalpha m sendiri diperoleh dari rasio kekakuan balok dan pelat: � = � �� � � � �� � � Dengan E cb = modulus elastisitas balok beton E cs = modulus elastisitas kolom beton I b = momen inersia bruto terhadap sumbu penampang yang terdiri dari balok dan pelat disetiap sisi balok memanjang dengan jarak sama dengan proyeksi balok diatas atau dibawah pelat diambil yang terbesar tetapi tidak melebihi empat kali tebal pelat ACI 13.2.4 I b = momen inersia bruto penampang pelat diambil terhadap sumbu pusat dan sama dengandengan h 3 12 dikalikan lebar pelat, dimana lebar sama seperti untuk α Perhitungan Pelat dua arah Two Way Slab, hampir sama dengan perhitungan pada pelat satu arah One Way Slab, hanya saja pada tulangan pelat Universitas Sumatera Utara 31 dua arah tidak menggunakan sistem tulangan pembagi, karena tulangan pada arah pembagi menggunakan momen yang terjadi pada pelat tersebut.

2. 3. Struktur Bawah