Distribusi Tenaga Listrik, InVESTaSI Sub SEKTor KETEnaGaLISTrIKan

pangsa energi primer bbM untuk pembangkit listrik, diarahkan un- tuk terus diturunkan sehingga Bia- ya Pokok Penyediaan BPP te naga listrik juga dapat menurun, meng- ingat BBM merupakan sumber ener gi primer pembangkit yang pa- ling mahal. Porsi BBM dalam baur- an energi pembangkit tahun 2015 direncanakan sebesar 8,85 se- bagaimana APBN-P 2015 dan te rus diturunkan menurun menjadi se ki- tar 2,04 pada tahun 2019 seiring dengan ditingkatkannya porsi batubara melalui PlTU dan eBT melalui PlTP, PlT Bioenergi, PlTA, PlTMH, PlTs, dan PlTBayu. Pembangkitan tenaga listrik me - ru pakan faktor terpenting yang mempengaruhi biaya pe nyedia- an tenaga listrik. oleh ka rena itu, Pemerintah secara ber kesi nam bung- an berupaya untuk memperbaiki baur an energi pembangkitan tenaga lis trik de ngan menekan secara mak- si mal peng gunaan BBM dalam pem - bang kitan tenaga listrik. Pang sa pe ma kai an energi primer dite tap kan da lam UU APBN sebagai asum- si dalam penetapan subsidi lis trik. Pangsa energi primer BBM untuk pembangkitan listrik secara umum turun dari tahun ke tahun. Pa da tahun 2004 pangsa BBM men ca- pai 39 dan realisasi pada ta hun 2013 menurun menjadi 12,54 dan ditargetkan pada akhir tahun 2014 sebesar 9,70. Upaya yang dilakukan untuk menekan penggu - naan BBM antara lain: melalui pro- gram diversiikasi bahan bakar pem bangkit dari BBM ke Non BBM Pro gram percepatan tahap 1 dan 2; Tabel II-2 Target 2019 Penyedia- an Akses dan Infra- struk tur energi SaSaran-3 : MEnyEDIaKan aKSES Dan InFraSTruKTur EnErGI No Indikator Kinerja Target 2019 Satuan 8 akses Infrastruktur Ketenagalistrikan a. rasio elektriikasi 97 b. Infrastruktur Ketenagalistrikan - Pembangunan Pembangkit 42.939 MW - Pembangunan Transmisi 46.688 kms c. Pangsa energi Primer BBM untuk Pembangkit listrik 2,04 la rangan pembangunan pembangkit baru yang menggunakan BBM dan mendorong pengembangan pem- bang kit tenaga listrik dari energi ter- barukan melalui kebijakan Feed in Tariff. Pada dasarnya, kebijakan bauran ener gi primer untuk pembangkitan te naga listrik dalam rUkN adalah ber dasarkan kebijakan energi Na sio- nal keN, sebagaimana dia manatkan dalam Pasal 7 UU 30 tahun 2009 tentang kete naga lis trikan bahwa rUkN disusun berdasarkan pada keN. kebijakan pemanfaatan energi primer setem pat untuk pembangkit tenaga lis trik dapat terdiri dari fosil batu bara lignitbatubara mulut tam- bang, gas marginal maupun non- fosil air, panas bumi, biomassa, dan lain-lain. Pemanfaatan ener gi primer setempat tersebut mem- prio ritaskan pemanfaatan energi ba ru dan terbarukan dengan tetap memperhatikan aspek tek nis, eko- no mi, dan keselamatan ling kung an. Sedangkan pemanfaatan Bahan Bakar Minyak BBM diminimalkan dan dibatasi penggunaannya, ke- cua li untuk menjaga keandalan sis- tem, dan mengatasi daerah krisis pe nyediaan tenaga listrik jangka pendek atau daerah-daerah yang tidak memiliki sumber daya alam lain. Sa lah satu pemenuhan ketahanan ener gi nasional yaitu dengan mela- ku kan upaya-upaya melistriki di beberapa daerah di daerah per ba- tasan dan pulau-pulau terluar di Indonesia, karena dirasa minimnya sentuhan pembangunan bagi pu lau perbatasan dan terluar serta masya- rakat yang bermukim di sa na, hal tersebut dapat dilakukan de ngan menggunakan pembangkit skala kecil yang dapat cepat bero pe rasi meskipun pada awalnya meng gu- na kan bahan bakar mi nyak, seperti pembangunan PlTD. Pembangunan PlTD di dae rah per batasan dan pu- lau-pu lau ter lu ar di Indonesia akan dira sa lebih efektif dan lebih cepat dila kukan dalam rangka pemenuhan ke bu tuh an listrik, dengan catat an se- suai dengan prioritas pengem bang an nasional agar pengendalian peng- gu naan bahan bakar minyak untuk PlTD tersebut dapat diken da likan. Dalam penggunaan energi primer perlu memperhatikan target penu- runan emisi gas rumah kaca sebesar 26 dengan usaha sendiri dan men- capai 41 jika mendapat ban tu an internasional pada tahun 2020 dari kondisi tanpa adanya rencana aksi bussines as usual BAU. Pe ngem- bangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan terus di dorong pemanfaatannya di samping untuk memenuhi kebu tuh an tenaga listrik juga dalam rangka menurunkan ting- kat emisi Co 2 dengan mem be ri kan skema inves ta si yang menarik dan harga jual tenaga listrik yang lebih kompetitif. Ada 3 tiga hal yang menjadi per tim- bangan dalam menyusun Roadmap Energy Mix pada pem bang kit tenaga listrik, yaitu: SaSaran-8 : MEWuJuDKan SubSIDI EnErGI yanG LEbIH TEpaT SaSaran No Indikator Kinerja Target 2019 Satuan 1 subsidi listrik 89,41 Triliun Rp Tabel II-3 Target subsidi listrik 1. Besar kapasitas pembangkit listrik harus dapat memenuhi per- tumbuhan demand yang tinggi; 2. Pengembangan kapasitas pem- bangkit tenaga listrik dilakukan secara optimal dengan prinsip bia ya penyediaan listrik terendah least cost, dengan tetap me- me nuhi tingkat keandalan yang ditetapkan; 3. Memperhatikan target pengu rang- an emisi Gas Rumah Kaca GRK. TuJuan - 3 : TErWuJuDnya SubSIDI EnErGI yanG LEbIH TEpaT SaSaran Dan HarGa yanG KoMpETIIF Subsidi listrik tahun 2015 direnca- na kan sebsar Rp 66,15 triliun se- bagaimana APBN-P 2015. Pa da tahun 2019 subsudi listrik diper- ki rakan meningkat menjadi Rp 89,41 triliun, antara lain karena per tumbuhan penjualan listrik atau semakin meningkatnya rumah tang ga yang dilistriki. Penurunan subsidi listrik dapat dilakukan de- ngan penyesuaian tarif tenaga lis trik untuk golongan tertentu, per baikan energi mix pembangkit, pengu rangan losses, dan mekanisme pem berian marjin PT PlN Persero yang lebih terukur. Sesuai dengan Peraturan Menteri esDM Nomor 31 Tahun 2014 tentang Tarif Tenaga listrik Yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan Persero PT Perusahaan listrik Negara, mulai 1 Januari 2015 terdapat 12 dua belas golongan pelanggan tarif non subsidi yang akan diterapkan tariff adjustmentpenyesuaian tarif tenaga listrik, yaitu : 1 rumah Tangga r-1 Tr daya 1.300 VA, 2 rumah Tangga r-1Tr daya 2.200VA, 3 rumah Tangga r-2Tr daya 3.500VA s.d 5.500VA, 4 rumah Tangga r-3 Tr daya 6.600VA keatas, 5 Bisnis B-2Tr, daya 6.600VA s.d 200kVA, 6 Bisnis B-3TM daya diatas 200kVA, 7 Industri I-3TM daya diatas 200kVA, 8 Industri I-4TT daya di atas 30.000kVA, 9 kantor Pemerintah P-1Tr daya 6.600VA s.d 200kVA, 10 kantor Pemerintah P-2TM daya diatas 200kVA, 11 Penerangan jalan Umum P-3Tr dan 12 layanan khusus TrTMTT. Untuk 12 dua belas golongan tarif tersebut, luktuasi BPP karena faktor yang bersifat uncontrollable kurs, inlasi, ICP tidak dibebankan pada subsidi, namun dibebankan kepada pelanggan non subsidi melalui mekanisme tariff adjustment yang perhitungannya dilakukan per bulan. Hal ini berarti sekitar 19 pelanggan dari 61 juta pelanggan yang sudah membayar listrik dengan tariff adjustment. Pelanggan yang sudah membayar listrik dengan tariff adjustment mengkonsumsi 66 listrik dari total penjualan listrik 18 TWhbulan dan memberikan 81 revenue bagi PlN dari total revenue Rp 19,7 Triliunbulan. TuJuan-4: TErWuJuDnya pEnInGKaTan InVESTaSI SEKTor ESDM Investasi merupakan modal dasar penggerak perekonomian, yang mewujudkan kegiatan usaha di sektor esDM. Penyediaan energi dan mineral serta penerimaan sektor esDM yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejateraan rakyat, berawal dari investasi. Investasi ketenagalistrikan mencakup pembangunan pembangkitan, transmisi, gardu induk, gardu distribusi dan jaringan Gambar II-2 Mekanisme Perhitungan Tariff Adjustment sesuai Permen 312014 Gambar II-3 Pola Penerapan Tariff Adjustment bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan 10 bulan 11 bulan 12 bulan 1 Data 1 Data 2 Data 3 Data 4 Data 5 Data 6 Data 7 Data 8 Data 9 Data 10 Data 11 Data 12 Data 1 T B 1 T B 2 T B 3 T B 4 T B 5 T B 6 T B 7 T B 8 T B 9 T B 10 T B 11 distribusi serta usaha penunjang ketenagalistrikan. Pe ran Pemerinah dalam investasi di sub sektor ke- te na gaslitrikan cukup be sar. le bih dari rp 3 triliun per ta hun dia lo- ka si kan APBN untuk infra struk tur pem bangkit listrik. Target investasi kete nagalistrikan tahun 2015 se be- sar Us 11,2 miliar dan mening kat di mana pada 2019 diren canakan se kitar Us 15,9 miliar uta manya ka- rena pembangunan Pro gram Ke te na- galistrikan 35.000 MW. Terdapat beberapa kebijakan sub sek tor ketenagalistrikan yang akan dilakukan dalam rangka men dong- krak investasi, antara lain : a. Penyederhanan Perizinan b. Pendelegasian kewenangan Peri zinan Kepada BKPM Ba dan Koordinasi Penanaman Mo dal dalam rangka Pela yan an Terpadu Satu Pintu PTSP c. Regulasi terkait Prosedur Pembelian Tenaga listrik Harga Patokan Pembelian Tenaga listrik oleh PT PlN Persero serta mekanisme Pemilihan lang sung Penunjukan langsung de ngan maksud antara lain : • Mempercepat negosiasi harga dengan adanya harga patokan; • Mempercepat prosedur per- se tujuan harga antara PlN dan IPP mempercepat waktu ne gosiasi yang selama ini me- makan waktu lama dan ber- larut-larut lebih dari setahun; • Mem berikan kepastianke- ya kinan bagi PlN dalam pe- lak sanaan pembelian tenaga listrik; • Membangun iklim investasi yang lebih kondusif. d. Regulasi terkait Kerjasama Pe- nye diaan Tenaga listrik dan Pe- manfaatan Bersama Jaringan Te naga listrik dalam rangka me- ningkatkan utilitas jaringan de- ngan maksud antara lain : • Meningkatkan utilitas ja ring- an transmisi tenaga listrik dan distribusi tenaga listrik yang se- lama ini tertutup; • Meningkatkan harga marginal se hingga menarik pihak swas t a un tuk men jual excess power Tabel II-4 Investasi Sub Sektor Ketenagalistrikan SaSaran-9 : MEnInGKaTKan InVESTaSI SEKTor ESDM No Indikator Kinerja Target 2019 Satuan 1 Investasi Sub Sektor Ketenagalistrikan 15,9 Miliar Us

II.3. SaSaran STraTEGIS

Sasaran merupakan kondisi yang diingin dicapai oleh Direkorat Jenderal Ketenagalistrikan se ti ap tahun. Sasaran ditetapkan ber da sar- kan tujuan yang ingin di capai selama 5 tahun. Sasaran str ategis Direktorat jenderal kete na ga lis trik an kesDM selama 5 tahun mulai 2015-2019 adalah sebagai be ri kut:

1. SaSaran-3 : MEnyEDIaKan aKSES Dan InFraSTruKTur

EnErGI

a. Rasio Elektriikasi

rasio elektriikasi dideinisikan se - ba gai perbandingan antara jum lah rumah tangga yang sudah me- nikmati tenaga listrik dengan jum lah rumah tangga secara kese lu ruh an. Adapun data rumah Tangga secara keseluruhan adalah mengacu pa da sensus BPS. Sedangkan data yang dipergunakan untuk meng hi tung rumah tangga yang sudah me nik mati tenaga listrik mengacu pada sen sus BPs meliputi pelanggan PlN dan non PlN. Perkembangan rasio elektriikasi secara nasional dari tahun ke ta- hun mengalami kenaikan. Rasio elek triikasi pada tahun 2015 di- ren canakan sebesar 87,35 dan di targetkan tahun 2019 menjadi se- besar 97. Berikut rencana rasio elektriikasi per Provinsi di Indonesia tahun 2016 sampai dengan 2019 : Indikator Kinerja Target Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 Akses infrastruktur ketenagalistrikan a. rasio elektriikasi 87,35 90,15 92,75 95,15 97 b. Infrastruktur Ketenagalistrikan - Pembangunan Pembangkit 3.782 4.212 6.389 9.237 19.319 MW - Pembangunan Transmisi 11.805 10.721 10.986 7.759 5.417 Kms c. Pangsa energi Primer BBM untuk Pembangkit listrik

8,85 6,97

4,66 2,08 2,04 Tabel II-5 Target 2015 - 2019 Penyediaan Akses dan Infrastruktur energi Tabel II-6 Rencana Rasio elektriikasi per Provinsi di Indonesia tahun 2016- 2019 Berikut target rasio elektriikasi tahun 2015-2019 per provinsi pada masing- masing pulau utama: