Etiologi KARSINOMA NASOFARING .1 Definisi

superior dan terletak di bawah os sfenoid, sedangkan bagian belakang nasofaring berbatasan dengan ruang retrofaring, fasia pre-vertebralis dan otot-otot dinding faring. Padadinding lateral nasofaring terdapat orifisium tuba Eustachius dimana orifisium ini dibatasi superior dan posterior oleh torus tubarius, sehingga penyebaran tumor ke lateral akan menyebabkan sumbatan orifisium tuba Eustachius dan akan mengganggu pendengaran. Gambar 1. Anatomi Nasofaring Ke arah postero-superior dari torus tubarius terdapat fossa Rosenmuller yang merupakan lokasi tersering KNF.Pada atap nasofaring sering terlihat lipatan- lipatan mukosa yang dibentuk oleh jaringan lunak submukosa, dimana pada usia muda dinding postero-superior nasofaring umumnya tidak rata. Hal ini disebabkan karena adanya jaringan adenoid.Di nasofaring terdapat banyak saluran getah bening yang terutama mengalir ke lateral bermuara di kelenjar retrofaring Krause kelenjar Rouviere.

2.1.9 Histologi nasofaring

Permukaan nasofaring berbenjol-benjol, karena dibawah epitel terdapat banyak jaringanlimfosid,sehingga berbentuk seperti lipatan atau kripta. Hubungan antara epitel dengan jaringanlimfosid inisangat erat, sehigga sering disebut Limfoepitel” Bloom dan Fawcett 1965 membagi mukosa nasofaringatas empat macam epitel : 1. Epitek selapis torak bersilia Simple Columnar Cilated Epithelium 2. Epitel torak berlapis Stratified Columnar Epithelium . 3. Epitel torak berlapis bersilia Stratified Columnar Ciliated Epithelium 4. Epitel torak berlapis semu bersilia Pseudo-Stratifed Columnar Ciliated Epithelium . Mengenai distribusi epitel ini, masih belum ada kesepakatan diantara para ahli.60 persen darimukosa nasofaring dilapisi oleh epitel berlapis gepeng Stratified Squamous Epithelium, dan 80 dari dinding posterior nasofaring dilapisi oleh epitel ini, sedangkan pada dinding lateraldan depan dilapisi oleh epitel transisional, yang merupakan epitel peralihan antara epitel berlapisgepeng dan torak bersilia.Epitel berlapis gepeng ini umumnya dilapisi keratin, kecuali pada kripta yang dalam. Dipandang dari sudut embriologi, tempat pertemuan atau peralihan dua macam epitel adalah tempatyang subur untuk tumbuhnya suatu karsinoma.

2.1.10 Histopatologi

Klasifikasi gambaran histopatologi yang direkomendasikan oleh WHO sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe, yaitu :

1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi Keratinizing Squamous

Cell Carcinoma. Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi baik, sedang dan buruk.

2. Karsinoma non-keratinisasi Non-keratinizing Carcinoma.

Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa tanpa jembatan intersel.Pada umumnya batas sel cukup jelas.

3. Karsinoma tidak berdiferensiasi Undifferentiated Carcinoma.

Pada tipe ini sel tumor secara individu memperlihatkan inti yang vesikuler, berbentuk oval atau bulat dengan nukleoli yang jelas.Pada umumnya batas sel tidak terlihat dengan jelas. Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi mempunyai sifat yang sama, yaitu bersifat radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi tidak begitu radiosensitif. Klasifikasi gambaran histopatologi terbaru yang direkomendasikan oleh WHO pada tahun 1991, hanya dibagi atas 2 tipe, yaitu : 1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi Keratinizing Squamous Cell Carcinoma. 2. Karsinoma non-keratinisasi Non-keratinizing Carcinoma. Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi berdiferensiasi dan tak berdiferensiasi.

2.1.11 Gejala Klinis

Penting untuk mengetahui gejala dini karsinoma nasofaring dimana tumor masih terbatas di nasofaring, yaitu:

2.1.12 Gejala Dini Gejala Telinga:

1. Kataralissumbatan tuba Eutachius

Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa dengung kadang-kadang disertai dengan gangguan pendengaran.Gejala ini merupakan gejala yang sangat dini.

2. Radang telinga tengah sampai pecahnya gendang telinga.

Keadaan ini merupakan kelainan lanjut yang terjadi akibat penyumbatan muara tuba, dimana rongga teliga tengah akan terisi cairan. Cairan yang diproduksi makin lama makin banyak, sehingga akhirnya terjadi kebocoran gendang telinga dengan akibat gangguan pendengaran.