Kataralissumbatan tuba Eutachius Radang telinga tengah sampai pecahnya gendang telinga.

2. CT-Scan leher dan kepala Merupakan pemeriksaan yang paling dipercaya untuk menetapkan stadium tumor dan perluasan tumor.Pada stadium dini terlihatasimetri torus tubarius dan dinding posterior nasofaring. Scan tulang dan foto torak untuk mengetahui ada tidaknya metatasis jauh. 3. Pemeriksaan serologi, berupa pemeriksaan titer antibodi terhadapvirus Epsten-Barr EBV yaitu lg A anti VCA dan lg A anti EA. 4. Pemeriksaan aspirasi jarum halus, bila tumor primer di nasofaringbelum jelas dengan pembesaran kelenjar leher yang diduga akibatmetastaisis KNF. 5. Diagnosa pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring. Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : dari hidung atau dari mulut. 6. Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya blind biopsy . Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukkan melalui hidung.Kemudian dengan kaca laring di lihat daerah nasofaring. Biopsi dilakukan dengan melihat tumor melalui kaca tersebut atau memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut, masa tumor akan terlihat lebih jelas. 7. Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal untuk mendeteksi adanya metatasis.

2.1.16 Penatalaksanaan

1. Radioterapi Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting dalam penatalaksanaan karsinoma nasofaring.Penatalaksanaan pertama untuk karsinoma nasofaring adalah radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi. Syarat-sarat bagi penderita yang akan di radioterapi: • Keadaan umum baik • Hb 10 g • Leukosit 3000mm3 • Trombosit 90.000 mm3 Tujuan pre operatif terapi: 1. Mencegah metastasis ke perifer 2. Mengecilkan volume tumor sehingga menjadi operable 3. Perdarahan berkurang karena vaskularisasi tumor berkurang Tujuan post operasi: Mengatasi sisa sel Ca Efek radiasi terhadap beberapa jaringan: Kulit 1. Dermatitis akut : Terkelupasnya selaput lendir fibrinous, kulit hitam merah dan edema. Epilasi permanen dengan dekstruksi epidermis, ulserasi, nyeri. 2. Dermatitis Kronis : Kulit kering, hipertrofikeratosis, veruka vulgaris. Ca 3. Late Dermatitis Accute effect : Pigmintasi, atrofi, talengiektasi, ulserasi dan epitelioma. Sistem hemopoetik dan darah Efek langsung pada sel darah pada jaringan hemopoitik Sistem Pencernaan 1. Reaksi eritematus pada selaput lendir yang nyeri 2. Disfagia 3. Reaksi fibrinous pada selaput lendir dengan nyeri yang lebih hebat 4. Nausea, muntah, diare, ulserasi dan perforasi Dosis di tingkatkan