63
5.1. Tugas dan Fungsi Mucikari
Dalam pelaksanaan kegiatan PSK di Diskotik Super Nibung Raya, dengan menekankan prinsip – prinsip dasar adalah sebagai
berikut: 1.
Ada pola tertentu. Sesuatu yang mengalir dari titik – titik yang satu ke titik – titik lainnya, saluran atau jalur yang harus dilewati tidak
terjadi secara acak, artinya bisa memilih sekehendaknya secara acak.
2. Rangkaian “ikatan – ikatan” itu menyebabkan sekumpulan titik –
titik yang ada bisa dikategorikan atau digolongkan sebagai “satu kesatuan” yang berbeda dengan “satu kesatuan” yang lain.
3. ikatan – ikatan yang menghubungkan satu titik ke titik – titik lainnya
harus bersifat reletif permanent ada unsur – unsur waktu, yaitu masalah ‘durasi’
4. Ada ‘hukum’ yang mengatur saling keterhubungan masing – masing
titik di dalam jaringan, ada hak dan ada kewajiban yang mengatur masing – masing titikanggota, hubungan titik yang satu terhadap
titik – titik yang lain, hubungan semua titik dengan titik – titik pusat dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
64 Khusus dalam melihat peran mucikari dalam penelitian ini, mereka
bertugas sebagai perantara antara pelanggan dan PSK yang menjadi lindungan mereka selama ini, akan tetapi mereka juga tetap memberikan
kebebasan kepada anak asuh mereka untuk menentukan siapa dan bagaimana hubungan yang dijalankan dengan pelanggan itu dilaksanakan,
akan tetapi tetap mengingatkan efek dari hal tersebut. Seperti kutipan pernyataan salah seorang mucikari di Nibung Raya, sebagai berikut:
“Keselamatan diri PSK itu menjadi salah satu tugas saya, maka pemilihan calon pelanggan tetap dijadikan sebagai faktor yang menunjukkan pola kerja
yang selama ini dijalankan. Kalau memang ada pelanggan yang ingin membawa anak – anak keluar dari area Diskotik Super Nibung Raya, jika
terjadi tidak kejahatan terhadap PSK, ataupun tertangkap oleh petugas Kamtibms tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya. Tetap dengan
pertimbangan rasional bukan hanya berdasarkan berapa besarnya bayaran yang didapat”.
Menyadari bahwa dalam jangka panjang PSK yang menjadi lingkungan mereka sebagai asset yang harus dijaga dan dirawat. Dalam
keadaan tertentu, mucikari yang sering disebut ‘Mami’ juga memainkan peran penting dalam memberikan pertimbangan terhadap perkembangan
keadaan di area tersebut. Hubungan sosial atau saling keterhubungan, menurut Van Zanden merupakan interaksi sosial yang berkerlanjutan
relatif cukup lama atau permanen yang akhirnya di antara mereka terikat satu sama lain dengan atau oleh seperangkat harapan yang relatif
setabil Zenden, 1990.
Universitas Sumatera Utara
65 Berdasarkan hal ini, hubungan sosial, termasuk hubungan antara
mucikari dan PSK bisa dipandang sebagai sesuatu yang seolah – olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang mengubungkan antara satu
orang titik dengan orang – orang lain di mana melalui jalur atau saluran tersebut bisa dialirkan sesuatu, misalnya barang, jasa atau
informasi. Hubungan sosial antara dua orang mencerminnkan adanya pengharapan peran dari masing – masing lawan interaksinya. Tingkah
laku yang diwujudkan dalam suatu interaksi sosial itu sistematik, meskipun para pelakunya belum tentu menyadarinya. Ada pengulangan
tingkah laku untuk hal – hal yang sama dan dalam situasi yang sama, ini menandakan adanya suatu keteraturan dan adanya ‘sesuatu yang
membuat tingkah laku yang di wujudkan menjadi ‘teratur’. Mucikari pada dasarnya pasti ingin mencari keuntungan dari
PSK. Apabila terjadi sesuatu pada PSK misalnya sakit, pasti mucikari akan merasakan rugi karena dia tidak dapat mendapat keuntungan dari
ketidakmampuan PSK melaksanakan aktivitas komersialisasi seks yang mereka jalani. Kesehatan menjadi salah satu faktor penting yang
diperhatikan mucikari, karena dengan kesehatan yang baik, mengakibatkan penampilan yang segar dan sehat hingga para pelanggan
akan bersemangat menggunakan jasa PSK yang menjadi tanggung
Universitas Sumatera Utara
66 jawabnya tersebut. Hubungan antar pribadi secara mendalam antara
mucikari dan PSK tidak terjalin secara mendalam, tetap berpedoman pada hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak.
5.2. Pemilik Lokalisasi