Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Hasil Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran

di atas secara langsung maupun tidak, menurut persyaratan yang tinggi terhadap sistem kerja auditor. Berdasarkan pentingnya audit internal pada akuntansi keuangan pemerintahan dalam penanggulangan praktek kecurangan, maka penulis tertarik untuk memilih judul “Pentingnya Audit Internal Dalam Mendeteksi Kecurangan pada Inspektorat Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara “.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, masalah - masalah yang akan dikemukakan penulis sebagai dasar penelitian adalah bagaimana pentingnya audit internal dalam mendeteksi kecurangan pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat menjawab masalah yang ada di perumusan masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Menjaga keuangan pemerintahan KabupatenKota dengan mencegah dan mendeteksi tindakan korupsi dan tindakan untuk mencari keuntungan secara tidak beretika. Universitas Sumatera Utara 2. Memfasilitasi pengelolaan keuangan pemerintahan KabupatenKota secara sehat 3. Membantu pemerintah KabupatenKota dalam memberikan akuntabilitas kepada masyarakat.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada birokrasi pemerintahan KabupatenKota mengenai seberapa jauh manfaat audit internal dalam mendeteksi kecurangan 2. Sebagai analisis untuk mengetahui peranan departemen audit internal, berkaitan dengan system pengendalian internal dan pengungkapan fraud kecurangan pada akuntansi keuangan birokrasi pemerintahan KabupatenKota, serta memberi gambaran dan saran apabila terdapat kekurangan dan hambatan, sehingga nantinya dapat dilakukan tindakan perbaikan oleh birokrasi pemerintahan KabupatenKota. 3. Sebagai bahan refrensi, perbandingan dan masukan bagi periset atau pihak yang berkepentingan lainnya. Universitas Sumatera Utara Internal auditing is an independent appraisal punction established whitin an organization to examine and evaluate activities as a service to the organization. The objective of internal auditing is to assist member of the organization in the effective discharge of their responsilibities. To this end, internal auditing furnishes them with analyses, appraisals, recommendations, counsel, and information concerning the activities reviewed. The audit objective includes promoting effective control at reasonable cost. Dari pengertian tersebut tercemin bahwa internal audit merupakan kegiatan penilaian yang bebas di dalam suatu organisasi. Maka internal auditor dalam menjalankan aktivitasnya berarti berfungsi membantu pemerintahan. Untuk melaksanakan fungsinya tersebut, internal auditor melakukan analisis, penilaian, rekomendasi, dan saran-saran terhadap kegiatan organisasi secara menyeluruh untuk kepentingan manajemen dan pada akhirnya dapat meningkatkan kerja dan menurunkan tingkat korupsi. Defenisi internal audit menurut Sawyer 2005 ; 6 : “Internal auditing in a systematic, objective appraisal by internal auditors’ of the diverse operation and controls within an organization to determine whether 1 financial and operating information is accurate and reliable, 2 risks to the enterprise are indentified and minimized, 3 external regulations and accebtable internal policies and procedures are followed, 4 satisfactory standards are met, 5 resources are used efficiently and economically, and 6 the organization’s objectives are effectively Universitas Sumatera Utara achieved-all for the pvrpose of assisting members of the orgsnization in the effective discharge. Of their responsibilities. Defenisi ini menjelaskan secara terperinci mengenai audit internal yang merupakan kegiatan penilaian secara obyektif dan sistematis yang dilakukan oleh auditor internal terhadap kegiatan operasi dan pengendalian dalam suatu organisasi untuk menentukan apakah : 1 informasi keuangan dan operasional telah disajikan dengan akurat dan dapat diandalkan, 2 resiko atas keuangan pemerintahan telah diidentifikasi dan diminimalisir, 3 peraturan umum serta kebijakan dan prosedur internal yang sesuai telah dijalankan, 4 standar yang ada telah dipenuhi, 5 sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan 6 tujuan akuntansi keuangan pemerintahanm kabupatenkota dapat dicapai dengan efektif. Secara menyeluruh, audit internal bertujuan untuk memberikan nilai tambah bagi unit yang diaudit dan organisasi secara keseluruhan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.2. Jenis – jenis Audit Internal

Sawyer 2005 : 27-33 : membagi jenis audit internal menurut tujuannya sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Accounting – Oriented Internal Auditing Audit ini tetap berfokus pada fungsinya untuk memverifikasi transaksi-transaksi keuangan. Tujuan audit ini telah ada sejak awal, dan peranan audit internal adalah sebagai pengawas yang memastikan tidak ada ketidaksesuaian dalam akuntansi keuangan pemerintahan. Hal ini juga dapat menekan biaya yang mungkin digunakan untuk auditor eksternal oleh manajemen. Dalam audit ini, auditor internal hanya menerima instruksi dari manajemen puncak. 2. Operational Auditing Dalam jenis audit ini, auditor internal tidak hanya berkutat di seputar transaksi financial pemerintahan, namun berkembang untuk memberikan masukan yang lebih banyak dalam kegiatan pemerintahan. Peranan auditor internal tidak hanya memeriksa apa yang sudah terjadi, namun juga memberikan saran tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan operasional pemerintahan berdasarkan penemuannya. Auditor disini harus dapat mengantisipasi masalah, menggambarkan perbaikan dan mengajukan tindakan pencegahan. 3. Management - Oriented Auditing Universitas Sumatera Utara Tujuan dari audit internal ini adalah untuk mencari cara untuk meningkatkan kemampuan akuntansi keuangan pemerintahan untuk mencapai tujuan utamanya, yaitu memberikan hasil laporan keuangan pemerintah yang transparan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku serta bebas dari tindakan kecurangan oleh para pelakunya. Auditor dapat membantu meningkatkan tugas manajemen dengan 1 memeriksa salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan, 2 memeriksa salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan, berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 4. Participative Internal Auditing Pelaksanaan audit ini melibatkan audit sebagai bagian kooperatif, dengan mendapatkan Informasi dari catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu di antara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Hal ini juga dapat mengurangi biaya audit, karena auditor dapat langsung mengumpulkan data yang diperlukan Universitas Sumatera Utara dengan memberikan kuesioner mendetil pada audit, sehingga auditor hanya perlu menindaklanjuti jawaban dari audit untuk melaksanakan auditnya.

2.1.3. Kegiatan dan Peranan Audit Internal

Kegiatan dan peranan kegiatan audit internal, telah dijelaskan dalam hand-out seminar “Fraud Detection and Investigation for Internal Auditor”. Kegiatan yang dilakukan dalam Audit Internal antara lain : 1. Mengevaluasi dan merekomendasikan perbaikan salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva serta pengelolaan resiko pengendalian dan kebijakan pemerintahan. 2. Meyakinkan kebenaran dan kesesuaian laporan keuangan dari kecurangan akuntansi yang akan mengakibatkan terjadinya salah saji laporan keuangan yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 3. Memeriksa dan memberi arahan kepada instansi Instansi yang di periksa dalam membuat pertanggungjawaban laporan keuangan yang baik dan sah sesuai dengan peraturan- peraturan yang ada dan sudah ditetapkan. 4. Memeriksa rencana audit tahunan Universitas Sumatera Utara 5. Memeriksa kuantitas dan kualitas kinerja para-para staf PNS dan PNS yang ada di Instansi Bersangkutan. 6. Memeriksa hasil audit 7. Memberikan jaminan kualitas bagi Instansi yang bersangkutan. Kegiatan Audit Internal juga mempunyai peranan yang cukup beragam dalam prakteknya, antara lain : 1. Pengawasan Audit internal sebagai pengawasan bagi pihak Instansi mengenai langkah-langkah yang akan diambil untuk pengembangan operasi keuangan pemerintahan, atau dalam penilaian keputusan yang akan dilakukan pemerintahan. 2. Pelaksanaan Auditing Tugas awal dari auditor internal adalah melaksanakan audit terhadap berbagai aspek dalam pemeriksaan, baik secara akuntansi maupun secara manajemen. 3. Perencanaan Strategi Organisasi Auditor internal dapat memberikan pendapat dalam perancangan strategi operasi, pengendalian ataupun kebijakan yang akan ditetapkan pemerintahan, berdasarkan hasil audit yang dilaksanakannya, untuk dapat membantu meningkatkan keuangan pemerintahan kabupatenkota yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara 4. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Sistem pengendalian yang diterapkan dalam akuntansi keuangan pemerintahan merupakan salah satu alat audit yang digunakan oleh auditor internal, yang menliai kesesuaian pelaksanaannya secara langsung dalam praktek operasional akuntansi keuangan pemerintahan kabupaten kota. 5. Perancang Sistem Pengendalian Apabila terdapat kelemahan dalam sistem pengendalian sebelumnya, auditor internal dapat memberikan pendapatnya pada pihak bagian keuangan untuk dapat memperbaiki system tersebut dan mencegah kesalahan yang sama terulang dikemudian hari. 6. Penilai Performa manajemen keuangan Kegiatan audit internal merupakan kegiatan penilaian mengenai performa manajemen keuangan untuk dapat meningkatkan kinerjanya dan memberikan saran untuk perbaikan yang mungkin dibutuhkan.

2.1.4. Tahap-tahap Audit Internal

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam audit internal dijelaskan oleh Sawyer 2005:129-131, yaitu : 1. Melaksanakan Penelitian Pendahuluan Universitas Sumatera Utara Menentukan apa saja yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan audit nantinya, dengan mempelajari kegiatan yang dilakukan departemen bagian yang akan diaudit. 2. Menyusun Audit Program Membuat daftar kegiatan audit secara spesifik sebagai panduan dalam pelaksanaan audit di lapangan. 3. Melaksanakan Pemeriksaan Lapangan Mempraktekkan prosedur audit yang telah disusun dalam audit program. 4. Menentukan Kelemahan Yang Ada Membuat gambaran perbandingan secara spesifik tentang bagaimana seharusnya suatu kegiatan dilakukan dan kondisi nyata yang ditemui dalam pelaksanaan audit. 5. Menyiapkan Kertas Kerja Mendokumentasikan hasil dari audit, penemuan-penemuan selama audit, serta catatan-catatan yang dibuat selama proses audit yang menjelaskan lingkup audit tersebut. 6. Melaporkan Hasil Audit Menyajikan hasil audit, baik secara lisan maupun tulisan, menyatakan opini, tujuan, lingkup, penemuan, dan rekomendasi dari audit tersebut, serta menjelaskan tindakan korektif yang disarankan. 7. Review Universitas Sumatera Utara Mengkaji ulang, draft audit dengan auditee dan membahas respon yang diterima, serta menilai tindakan korektif yang sekiranya dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja auditee nantinya.

2.1.5. Perbedaan Auditor Eksternal dengan Auditor Internal

Perbedaan antara Auditor Eksternal dengan Auditor Internal telah dirangkum dalam buku Sawyer 2005:24-25, yaitu: Tabel.1. Perbedaan Auditor Eksternal dan Auditor Internal Auditor Internal Auditor Eksternal Sifat Audit Bekerja untuk pemerintahan Independen Tujuan Audit Memenuhi kebutuhan pemerintahan Memenuhi kebutuhan pihak ketiga akan informasi keuangan yang dapat diandalkan Objek Audit Memeriksa operasi dan pengendalian dalam organisasi, untuk menilai efisiensi, ekonomisiasi dan Memeriksa neraca dan laporan rugi-laba, juga pengendalian internal dan operasi untuk menentukan realibilitas data yang ada. Universitas Sumatera Utara efektivitas. Hubungan Audit dengan Kecurangan Fraud Berhubungan langsung untuk mencegah terjadinya segala jenis kecurangan fraud dalam kegiatan yang diaudit. Berhubungan secara Insidentil, dengan pencegahan dan pendeteksian kecurangan secara umum, namun hanya apabila menimbulkan resiko material pada laporan keuangan. Jangka Waktu Audit Pemeriksaan dilakukan secara kontinyu terus- menerus. Pemeriksaan dilakukan secara periodeik, biasanya sekali setahun.

2.2. Pengendalian Internal Internal Control

2.2.1. Pengertian Pengendalian Internal

Pengertian pengendalian internal didapat dari beberapa sumber, antara lain definisi yang diambil dari situs resmi commission of Sponsoring Orgnization of the Treadway Commission www.coso.org , yaitu komisi yang dibentuk oleh National Commission of Fraudulent Financial Reporting di Amerika Serikat untuk meneliti penyebab terjadinya kecurangan atau fraud. Pengendalian internal menurut COSO dijelaskan sebagai berikut : “Commission of Sponsoring Organization of the Treadway Commission COSO describes internal Universitas Sumatera Utara control as follows : Internal control is broadly defined as a process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories, which are: effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reporting, and compliance with applicable laws and regulations”. Disini dijelaskan bahwa pengendalian internal secara luas diartikan sebagai suatu proses yang dipengaruhi dewan direksi suatu entitas, manajemen, dan personel lainnya. Didesain untuk menyediakan kepastian yang masuk akal tentang pencapaian tujuan dalam kategori berikut, yaitu : efektivittas dan efisiensi operasi, yang berkaitan dengan performa dan tujuan pemerintahan untuk memperoleh laporan keuangan pemerintahan yang transparan, berkaitan dengan kegiatan mempersiapkan data-data untuk laporan keuangan yang dapat diandalkan: dan kesesuaian dengan hokum dan peraturan yang berlaku. Selain definisi tersebut, New York’s Office of State Comptroller OSC dalam situs resminya www.osc.state.ny.us juga mmiliki definisi yang lebih terperinci mengenai pengendalian internal, seperti yang diterangkan di bawah ini. New York’s Office of State Comptroller OSC stated that Internal control or an internal control system is the intergration of the activities, plans, attitudes, policies, Universitas Sumatera Utara and efforts of the people of an organization working together to provide reasonable assurance that the organization will achieve its objectives and mission. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pengendalian internal adalah suatu kesatuan dari aktivitas, perencanaan, prilaku, kebijakan, dan usaha dari personel suatu organisasi yang bekerja sama untuk menyediakan kepastian yang memadai bahwa organisasi tersebut akan dapat mencapai tujuannya. Secara mendetil, New York’s OSC juga menyatakan bahwa: 1. Pengendalian Internal mempengaruhi seluruh aspek dari organisasi, baik personel, proses, dan struktur fisiknya. 2. Pengendalian Internal adalah elemen yang mendasar dari suatu organisasi, bukan hanya sebagai fungsi tambahan. 3. Pengendalian Internal menggabungkan kualitas dari manajemen yang baik 4. Pengendalian Internal berkaitan erat dengan personel, dan keberhasilannya bergantung pada kepedulian yang diberikan oleh personel dalam pelaksanaannya. 5. Pengendalian Internal akan terlaksana secara efektif apabila seluruh personel dalam entitas dan lingkungan kerjanya dapat bekerja sama dengan baik. Universitas Sumatera Utara 6. Pengendalian Internal menyediakan tingkatan kenyamanan bagi organisasi, namun tidak menjadi jaminan keberhasilan. 7. Pengendalian Internal membantu organisasi mencapai tujuannya.

2.2.2. Unsur Pengendalian Internal

Baik COSO maupun New York’s OSC menyebutkan lima unsure pokok dalam Pengendalian Internal, yaitu :

1. Control Environment Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan dasar dari unsure-unsur lainnya, yang menyediakan aturan dan struktur bagi Pengendalian Internal. Faktor-faktor dalam lingkungan pengendalian adalah : 1. Ethica Values and Integrity Nilai Etika dan Integritas Nilai etika adalah standar prilaku yang membentuk kerangka tata cara kerja pegawai negeri sipil. Manajemen menetapkan nilai etika yang akan membantu kemampuan pegawai negeri sipil mengambil keputusan yang positif dalam pekerjaan. Untuk dapat mencapai tujuan laporan akuntansi keuangan pemerintahan yang transparan. Tiap- tiap personel dalam organisasi memiliki integritas pribadi dan profesional saat dihadapkan pada nilai etika. Jika tugas manajemen adalah menetapkan dan mengkomunikasikan nilai etika organisasi, maka masing-masing personel Universitas Sumatera Utara memiliki tanggung jawab untuk menunjukkan integritas yang mendukung nilai-nilai tersebut. Merupakan tugas manajemen untuk memastikan proses dan aktivitas yang dilakukuan dapat memperkokoh integritas tersebut. 2. Management Operating Style and Philosophy Jenis dan Filosofi Operasi Manajemen Filosofi dan jenis operasi manajemen mencerminkan gambaran umum pengelolaan dan penyelenggaraan aktivitas organisasi. Terdapat beberapa jenis dan filosofi yang dapat diterapkan, yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dari yang lain, dan tingkat aktivitas yang berbeda-beda jika diterapkan dalam entitas tertentu. Manajemen harus mempraktekkan jenis dan filosofi yang paling efektif dan sesuai dengan nilai etika yang diterapkan dalam organisasi, serta memberikan pengaruh positif terhadap modal karyawan. 3. Competence Kompetensi Kompetensi adalah karakteristik seseorang yang memiliki keahlian, pengetahuan, dan kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas. Sebuah organisasi harus memastikan stafnya memiliki keahlian, pengetahuan, dan kemampuan untuk melaksanakan tugasnya. Pihak manajemen juga harus memastikan seluruh staf memiliki Universitas Sumatera Utara hal-hal yang dibutuhkan, misalnya perlengkapan, piranti lunak, serta paduan kebijakan dan prosedur, untuk melaksanakan tugasnya. 4. Morale Nilai Moral Nilai moral adalah perilaku yang dimiliki seseorang terhadap pekerjaannya, ditunjukkan dengan keyakinan, disiplin, dan kemauan untuk melaksanakan tugas. Manajemen harus tanggap akan peranan nilai moral yang baik dengan efektifnya lingkungan pengendalian, karena perilaku pegawai akan pekerjaannnya berdampak pada seberapa baik mereka melaksanakan tugasnya. 5. Supportive Attitude Perilaku yang mendukung Perilaku yang mendukung adalah sikap-sikap yang mendukung hasil yang diinginkan. Karena pengendalian internal memberikan keyakinan memadai pada manajemen bahwa proses pencapaian misi organisasi sedang berjalan, maka pihak manajemen juga harus mendukung kegiatan pengendalian internal. Manajemen eksekutif dapat juga menekankan pentingnya pengendalian internal dalam pencapaian tujuan pemerintahan pada seluru elemen pemerintahan, untuk menumbuhkan atmosfer kerja yang mendukung pencapaian tujuan organisasi. Universitas Sumatera Utara 6. Mission MisiTugas Misi akuntansi keuangan pemerintahan adalah alasan keberadaan keuangan pemerintahan harus transparan yang memberikan arahan dan tujuan bagi seluru personel, serta panduan saat harus membuat keputusan penting. Tanpa misi yang didefinisikan dengan jelas dan dikomunikasikan dengan baik, suatu organisasi dapat terombang-ambing dan tidak dapat berfungsi dengan optimal. 7. Structure Struktur Struktur adalah kerangka pelaksanaan rencana organisasi, yang mendefinisikan fungsi dan hubungan dari bagian- bagian organisasi tersebut. Manajemen dapat menggambarkan struktur organisasi dalam bentuk bagan yang menggambarkan dengan jelas otoritas dan hubungan tanggung jawab antar bagian, sehingga dapat membantu pegawai negeri sipil untuk lebih memahami organisasi secara utuh.

2. Risk Assessment Penilaian Resiko

Setiap entitas mengalami berbagai jenis resiko baik dari dalam maupun luar yang harus diperkirakan sebelumnya. Penilaian resiko adalah proses identifikasi dan analisa resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan, dengan Universitas Sumatera Utara menyusun dasar untuk menentukan bagaimana resiko tersebut harus ditangani. Tahapan-tahapan dalam penilaian resiko antara lain:

1. Risk Assessment Preparation Persiapan Penilaian

Resiko Untuk dapat menilai resiko, sebelumnya pihak manajemen harus sudah mengidentifikasi seluruh tujuan organisasional dan operasional, juga tujuan pengendalian yang dimiliki entitas. Setelah itu, pengguna anggaran dapat mengidentifikasikan resiko yang berkaitan dengan tiap-tiap tujuan, baik internal misalnya: kesalahan manusia, kecurangan, kerusakan system maupun eksternal misalnya: perubahan kekuasaan legislatif, bencana alam. Amatlah penting untuk mengidentifikasi semua resiko yang terkait dengan pencapaian tiap-tiap tujuan yang ada.

2. Risk Assessment Process Proses Penilaian Resiko

Pihak manajemen harus mengevaluasi tiap resiko yang diidentifikasi menurut tiga kategori, yaitu : 1. Kepentingan, yaitu ukuran besar-kecilnya akibat yang ditimbulkan pada organisasi apabila terjadi hal yang merugikan. Universitas Sumatera Utara 2. Kecenderungan, yaitu kemungkinan terjadinya hal yang merugikan apabila tidak terdapat aktivitas pengendalian untuk mencegahnya. 3. Penyebab, yaitu alasan kenapa hal yang merugikan tersebut terjadi. Dengan informasi yang didapat, pengguna anggaran dapat menentukan cara menangani resiko, mencegah atau menguranginya, menjadwalkan frekuensi evaluasi system pengendalian internal, dan menghadapi resiko apabila terjadi perubahan.

3. Managing Risk Pengelola Resiko

Terdapat beberapa cara pengelolaan resiko yang bias dilakukan, antara lain : 1. Menerima resiko : Tidak menerapkan tindakan pengendalian Manajemen bisa menerima resiko yang mungkin terjadi karena konsekuensi atau kerugian yang diderita tidak terlalu berarti. 2. Mencegah atau mengurangi resiko : menerapkan tindakan pengendalian Universitas Sumatera Utara Kerugian yang mungkin diderita amat signifikan, sehingga pihak manajemen menerapkan tindakan pengendalian untuk mencegah terjadinya resiko tersebut. 3. Menghindari resiko : tidak melaksanakan fungsitindakan tertentu. Manajemen tidak dapat mengambil resiko terjadinya hal yang tidak diinginkan, sehingga langkah yang riskan tersebut tidak dilakukan, dan dihapuskan dari rencana kegiatan untuk digantikan dengan langkah lain dengan tingkat resiko yang lebih rendah. 4. Preventing or Reducing Risk Pencgahan atau Minimalisasi Resiko Dalam hal ini manajemen harus menggunakan informasi penaksiran resiko untuk membantu menentukan aktivitas pengendalian yang paling efektif dan efisien untuk menangani resiko tersebut. Analisa dan interpretasi yang dibuat dari informasi penaksiran resiko itu dicatat dan nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan kembali secara periodik. 5. Managing Risk during change Penanganan Resiko saat terjadi Perubahan Universitas Sumatera Utara Bila terjadi perubahan dalam organisasi misalnya: penerapan proses atau system baru, pengaturan ulang personel, dll, hal itu dapat juga berdampak pada aktivitas pengendalian resiko yang ada sebelumnya. Untuk dapat menangani resiko dengan semestinya, manajemen harus memonitor apabila ada hal yang harus diubah dalam aktivitas itu untuk menyesuaian dengan perubahan yang terjadi dalam organisasi.

4. Control Activities Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan yang diberikan pihak manajemen dilaksanakan dengan baik. Beberapa aktivitas pengendalian yang dapat dilakukan antara lain : 1. Documentation Pencatatan Pencatatan berhubungan dengan penyimpanan bukti nyata atas pengembalian keputusan, kejadian, transaksi atau system secara utuh, akurat, dan dicatat berdasarkan waktu kejadiannya. 2. Approval and Authorization Persetujuan dan Otorisasi Universitas Sumatera Utara Persetujuan adalah bentuk konfirmasi atau persetujuan atas keputusan karyawan, kejadian atau transaksi berdasarkan pertimbangan tertentu, sedangkan otorisasi adalah kekuasaan yang diberikan manajemen pada karyawan untuk melaksanakan tugas tertentu, berdasarkan persetujuan yang diterima dari atasan. 3. Verification Pengesahan Pengesahan adalah kepastian dari kelengkapan, ketepatan, keaslian dan kebenaran transaksi , kejadian atau informasi. Hal ini merupakan aktivitas pengendalian yang memungkinkan manajemen memastikan bahwa kegiatan telah dilakukan sesuai dengan ketentuan. 4. Supervision Pengawasan Pengawasan merupakan kegiatan manajemen atau suatu panduan untuk memastiakan hasil dari suatu kegiatan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 5. Separation of Duties Pemisahan Tugas Pemisahan tugas adalah pembagian dari tugas pokok dan kewajiban antara berbagai karyawan dan unit dari organisasi, dengan memisahkan tugas pokok dan kewajiban, manajemen dapat mengurangi resiko kesalahan, pemborosan, atau Universitas Sumatera Utara tindakan yang salah yang muncul ataupun yang tidak terdeteksi. 6. Safeguarding Assets Penjegaan Aset Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi akses pada aset dan informasi, untuk mengurangi resiko penggunaan yang tidak sah atau kehilangan. 7. Reporting Pelaporan Pelaporan adalah salah satu cara menyampaikan informasi, yang juga berperan sebagai pengendali saat mencegah atau mengurangi resiko terjadinya hal yang tidak menguntungkan. Selain itu, pelaporan juga membantu menyediakan informasi seperti misalnya pencapaian tujuan, status anggaran, dan kepentingan karyawan; serta membantu mempertanggungjawabkan tindakan dan keputusan yang diambil. 8. Computer System Control Pengendalian Sistem Kontrol Untuk system informasi berbasis computer, aktivitas didalamnya berkisar pada keamanan akses baik pada perangkat keras maupun file elektronik, yang mencakup pengendalian terhadap pengembangan, modifikasi, dan pemeliharaan program computer serta penggunaan dan perubahan data dalam file computer. Universitas Sumatera Utara 9. Back-up and Disaster Recovery Data Cadangan dan Pemulihan Kerusakan Semua sistem computer harus memilki data cadangan dan prosedur pemuliahan kerusakan yang memadai untuk mencegah atau mengurangi resiko yang terkait dengan kegagalan system, kehilangan tenaga, atau ancaman potensial lainnya pada system dan data. 10. Input Control Pengendalian Masukan Pengendalian masukan membantu memastikan bahwa data yang akan diproses telah disahkan dan diubah dalam format yang dapat dibaca oleh mesin. Sebagai tambahan, pengendalian ini memungkinkan pengguna menentukan ada tidaknya data yang hilang, disembunyikan, ditambah, digandakan, atau diubah secara tidak semestinya. 11. Output Control Pengendalian Keluaran Pengendalian keluaran memastikan bahwa informasi yang dihasilkan oleh system tersebut akurat dan hanya pengguna yang telah diotorisasi yang menerima informasi itu.

5. Information and Communication Informasi dan

Komunikasi Informasi yang berhubungan dengan kegiatan entitas harus dapat diidentifikasi, diperoleh, dan komunikasikan dalam dalam bentuk dan kerangka waktu yang memungkinkan personel untuk Universitas Sumatera Utara menjalankan kewajibannya. Komunikasi yang efektif juga berlaku dalam pengertian yang lebih luas, dalam arus ke bawah, mendatar, maupun ke atas dalam strukturorganisasi. Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pengendalian arus informasi dan komunikasi adalah : 1. Communicasition and Internal Control Komunikasi dan Pengendalian Internal Manajemen harus memastikan terdapat saluran komunikasi yang baik untuk menyampaiakan informasi pada pihak yang berkaitan dalam organisasi. Manajemen maupun staf dapat menggunakan salauran yang tersedia untuk mengkomunikasikan informasi yang relevan pada orang yang tepat dan pada waktu yang tepat pula, juga untuk mensosialisasikan hal-hal mengenai pengendalian internal antara manajemen dan staf. 2. Control Environment Lingkungan Pengendalian Saluran komunikasi yang baik akan memungkinkan manajemen untuk memberitahukan tujuan, sasaran, kebijakan, rencana organisasi pada karyawan. Selain itu, karyawan juga bisa mendapatkan penjelasan mengenai gamabaran pekerjaan Universitas Sumatera Utara mereka, termasuk tujuan dan kontribusi yang bisa diberikan untuk pencapaian tujuan laporan keuangan akuntansi pemerintahan yang transparan. 3. Assessing and Managing Risks Menilai dan Mengelola Resiko Saluran komunikasi yang baik amat penting bagi penilaian resiko, karena dapat membantu menejer mengidentifikasi resiko baru atau perubahan resiko yang sudah ada sehingga dapat ditentukan bagaimana cara menghadapinya. Manajemen dapat menyampaikan hasil penaksiran resiko dan keputusan yang diambil untuk menghadapi resiko pada manajemen di tingkat lebih tinggi dan juga pada personel pelaksana aktivitas manajemen resiko. 4. Control Activities Activitas Pengendalian Alat komunikasi yang handal memungkinkan manajemen untuk menjelaskan kegiatan dan tanggung jawab pengendalian pada pihak pelaksana dan pihak yang terpengaruh atas kegiatan pengendalian tersebut. Selain itu, manajemen juga bisa selalu waspada saat aktivitas pengendalian gagal dan tindakan korektif perlu diambil. 5. Monitoring Pemantauan Universitas Sumatera Utara Pemantauan memerlukan komunikasi yang signifikan. Staf operasi harus Mengkomunikasikan detil pekerjaannya pada supervisor pengawas. Supervisor kemudian memberikan hasil pengamatannya pada staf operasi untuk membetulkan kesalahan danatau membantu penerapan aktivitas kerja yang sesuai, juga pada pihak manajemen ditingkat lebih tinggi untuk melaporkan tujuan yang telah tercapai dan masalah yang ditemukan. Pihak manejemen kemudian merespon laporan tersebut bila terdapat perubahan rencana atau tujuan yang mungkin diambil berdasarkan kegiatan pengamatan tadi. 6. Monitoring Pemantauan System pengendalian internal memerlukan pemantauan untuk menilai kualitas pelaksanaan system tersebut dari waktu ke waktu. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam prose pemantauan, yaitu: 1. Monitoring Responsibilities and Duties Kewajiban dan Tugas Pemantauan Semua orang dalam organisasi mempunyai tanggung jawab untuk pemantauan. Posisi dalam organisasi adalah penentu focus dan banyaknya tanggung jawab, seperti yang dijelaskan berikut: Universitas Sumatera Utara a. Staf Focus utama pemantauan mandiri staf adalah untuk memastikan bahwa tugas mereka telah dilakasanakan dengan semestinya, dan membetulkan kesalahan yang ditemukan sebelum hasil pekerjaan tersebut dilaporkan pada atasan untuk pemeriksaan lebih lanjut. b. Supervisor Pemeriksaan merupakan elemen penting dari pemantauan. Supervisor harus mengawasi semua aktivitas dan transaksi dalam unit mereka, untuk memastikan pengendalian berfungsi semestinya, tujuan unit tercapai, komunikasi berjalan dengan baik, serta resiko dan kesempatan telah diidentifikasi dengan semestinya. c. Menejemen Tengah Tugas pementauan di tingkat ini meliputi ulasan mengenai pelaksanaan pengendalian pada beberapa unit dalam organisasi, dan seberapa baik performa supervisor dalam mengawasi unit masing-masing. d. Manajemen Eksekutif Universitas Sumatera Utara Kegiatan yang dilakukan lebih menitikberatkan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dalam pelaksanaannya. Manajer eksekutif juga harus mengawasi keberadaan resiko dan kesempatan baik pada lingkungan internal maupun eksternal yang mungkin menyebabkan perubahan rencana organisasi. 2. Major Areas Tor Monitoring Lingkup Umum Pemantauan Pemantauan yang efektif dapat member kesempatan pada manaejemen untuk melakukan koreksi terhadap permasalaahan yang dihadapi kegiatan pengendalian, dan mengendalikan resiko, sebelum muncul hal yang tidak diinginkan. Pemantauan tersebut dapat dilakukan terhadap : 1. Misi Meliputi pengembangan dan ulasan data operasional yang memungkinkan manajemen menentukan apakah operasi telah mencapai tujuannya atau tidak 2. Lingkungan Pengendalian Bertujuan untuk memastikan pengguna anggaran tiap level mempertahankan standar prilaku yang etis dan menerapkan moral staf yang baik, juga untuk meyakinkan kompetensi staf, kecukupan pelatihan, serta Universitas Sumatera Utara jenis dan filosofi yang dianut dapat membantu mencapai tujuan perusahaan. 3. Komunikasi Pengguna anggaran harus memastikan secara regular bahwa pihak berkepentingan menerima dan dapat berbagai informasi pertanggungjawaban dengan semestinya secara tepat waktu, memadai, serta sesuai bagi semua pengguna. 4. Resiko dan Kesempatan Pengguna anggaran juga harus mengawasi lingkungan internal dan eksternal pemerintahan untuk mengidentifikasi kan perubahan pada resiko dan kesempatan baru. Jika perubahan telah diidentifikasi, kemudian dapat diambil tindakan yang sesuai untuk menghadapi resiko atau kesempatan tersebut. 3. Monitoring Results Hasil Pemantauan Manajemen harus memastikan terdapat saluran komunikasi yang terbuka baik untuk manajemen maupun staf, untuk melaporkan hasil positif maupun negatif pada tingkatan manajemen yang semestinya tanpa menimbulkan rasa takut atau sakit hati.

2.2.3. Tujuan Pengendalian Internal

Universitas Sumatera Utara Seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan akhir system pengendalian internal adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan dan misi organisasi. Secara spesifik International Organization of Supreme Audit Institutions telah mendefinisikan beberapa tujuan pengendalian internal sebagai berikut : 1. Untuk menerapkan operasi yang teratur, ekonomis, efisien dan efektif sesuai dengan misi organisasi 2. Untuk menjaga laporan keuangan yang transparan, penyalahgunaan, pengelolaan keuangan yang tidak sesuai, kesalahan dan kecurangan. 3. Untuk memastikan keseuaian anatara hukum, peraturan, kontrak dan langkah-langkah yang diambil pihak manajemen. 4. Untuk mengembangkan dan menjaga data keuangan dan manajemen yang dapat diandalkan, serta menyajikan dalam laporan dengan tepat waktu. Secara garis besar, tujuan dan komponen pengendalian internal dapat dirangkumkan dalam table berikut: INTERNAL CONTROL SISTEM COMPENENTS AND STANDARDS Control Environment Universitas Sumatera Utara Communication Assessing Managing Risk Control Activities Monitoring Sumber : New York State Government’s Office of State Comptroller http:www.osc.state ,ny.Usauditsauditscontrols

2.2.4. Pihak-pihak yang Berperan dalam Pengendalian Internal

Menurut COSO, terdapat beberapa pihak yang mempunyai peranan dalam pengendalian internal suatu entitas, yaitu : 1. Manajemen Pimpinan eksekutif adalah penanggung jawab dari system pengendalian internal, karena ia menetapkan keputusan yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi integritas, etika, serta factor lain dari lingkungan pengendalian yang baik. Dalam pemerintahan biasanya pimpinan Instansi memberikan arahan kepada sekretaris, yang kemudian akan diubah menjadi kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang lebih spesifik untuk masing-masing fungsi unit. Dalam entitas yang lebih kecil, pengaruh pimpinan eksekutif yang biasanya sebagai pengguna anggaran lebih langsung terlihat. Secara umum, pengguna anggaran bertindak sebagai pimpinan eksekutif terhadap departemen yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Dewan Direksi Manajemen bertanggung jawab pada dewan direksi, yang mengendalikan, memandu dan memantau kinerjanya. Anggota dewan direksi yang efektif harus bersikap obyektif, handal, memiliki kepedulian dan pengetahuan yang memadai tentang kegiatan dan lingkungan entitas, serta menerapkan jangka waktu yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban dewan. Seringkali manajemen dapat menyalahgunakan posisinya dalam system pengendalian internal dan menimbulkan kecurangan yang berusaha ditutupi dengan memberikan laporan yang tidak benar. Dewan direksi yang kokoh dan aktif terutama jika memeiliki saluran komunikasi yang baik dan pendanaan yang memadai, bersama dengan fungsi audit Universitas Sumatera Utara internal yang legal, merupakan solusi terbaik untuk mengkoreksi masalah tersebut. 3. Auditor Internal Auditor internal memainkankan peranan penting dalam mengevaluasi efektivitas system pengendalian, dan memberi masukan untuk peningkatannya. Terlebih lagi, karena posisi organisasi dan otorisasi dalam entitas yang dimilikinya, fungsi audit internal seringkali memiliki peranan signifikan dalam mengawasi kegiatan operasi laporan keuangan pemerintahan. 4. Personel Lainnya Pengendalian internal merupakan tanggung jawab semua orang dalam organisasi, dan menjadi bagian implisit maupun eksplisit dari depenelitian kerja tiap personel. Dalam prakteknya, semua personel memberikan informasi untuk system pengendalian internal atau melakukan tindakan lain yang diperlukan dalam penerapan pengendalian. Semua personel juga harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan permasalahan yang mungkin dialami atau ditemui pada pihak atasan.

2.2.5. Manfaat dan Keterbatasan Pengendalian Internal

Menurut COSO, terdapat beberapa manfat yang dapat diberikan pngendalian internal begi entitas, antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Membantu entitas meningkatkan performanya dan mendapatkan keuntungan, serta mencegah hilangnya sumber daya 2. Dapat member keyakinan yang memadai akan kebenaran laporan keuangan yang dibuat perusahaan tersebut 3. Memberikan keyakinan bahwa pemerintahan telah mematuhi hukum dan aturan yang berlaku, sehingga dapat mencegah rusaknya reputasi keuangan pemerintahan, atau konsekuensi lain yang mungkin terjadi COSO juga menjelaskan, karena manfaat-manfaat yang diberikan pengendalian internal tersebut, seringkali timbul anggapan-anggapan yang tidak realitas, bahwa dengan adanya pengendalian internal, performa pemerintahan akan meningkat secara absolute. Padahal dalam prakteknya, pengendalian internal juga memeiliki beberapa keterbatasan fungsi dibandingkan anggapan-anggapan yang ada, misalnya: 1. Adanya anggapan bahwa dengan adanya pengendalian internal keberhasilan entitas dapat tercapai dengan memastikan terpenuhinya tujuan pemerintahan, atau paling tidak memastikan keselamatan keuangan pemerintahan dari korupsi. Sebenarnya penendalian internal hanya bisa membantu pencapaian tujuan entitas dengan cara menyediakan informasi manajerial tentang perkembangan Universitas Sumatera Utara atau penurunan performa pemerintahan, namun tidak dapat mengubah manajemen yang memang buruk menjadi baik seketika. Lebih jauh lagi, perubahan peraturan pemerintahan, dan kondisi keuangan yang mungkin berubah, berada di luar kendali manajemen. Pengendalian internal bukan menjadi jaminan keberhasilan, maupun keselamatan dari korupsi. 2. Pengendalian internal dapat memastikan kebenaran laporan keuangan serta kesesuaian dengan hukum dan peraturan. Anggapan ini juga tidak memiliki jaminan, karena sebaik apapun sistem pengendalian internal, hanya dapat memberikan keyakinan yang memadai bukannya absolute untuk manajemen dan dewan mengenai pencapaian tujuan suatu entitas. Pencapaian tujuan ini juga dipengaruhi oleh batasan-batasan dalam system pengendalian internal secara umum, misalnya pengambilan keputusan yang salah dalam proses penentuan keputusan, atau mungkin kegagalan karena faktor yang tidak disengaja. Terlebih lagi, pengendalian dapat dibobol oleh kolusi dua orang atau lebih, dan manajemen juga mempunyai kemampuan untuk mengesampingkan sistem tersebut. Faktor keterbatasan lainnya adalah bahwa desain dari system tersebut sebanding dengan biaya yang dikeluarkan pemerintahan. Jadi. Universitas Sumatera Utara walaupun pengendalian internal dapat membantu entitas mencapai tujuannya, namun bukanlah obat mujarab yang langsung dapat bekerja dengan ajaib.

2.3. Kecurangan

Fraud 2.3.1. Pengertian Kecurangan Kecurangan atau fraud telah didefinisikan dalam beberapa sumber , seperti yang akan dijelaskan di bawah ini. Menurut Institute of Internal Audit, kecurangan didefinisikan sebagai: “An Array of irregularities and illegal acts characterizied by intentional deception, that can be perpretrated for the benefit of or to the detriment of the organisation and by person outside as well as inside the organization, or in other word an intentional improper usage of resources and the misrepresenlalion of facts la receive gain.” Maksud dari definisi tersebut, kecurangan adalah suatu penyimpangan dari kebiasaan dan tindakan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja, yang dilakukan untuk tujuan menguntungkan atau merugikan pemerintahan, dan dilakukan oleh orang di luar maupun di dalam pemerintahan itu sendiri. Dalam hand-out seminar “Fraud Detection and Investigation for Internal Auditor” dijelaskan bahwa kecurangan atau fraud merupakan suatu penyimpangan dan Universitas Sumatera Utara perbuatan. Melanggar hukum illegal acts yang dilakukan dengan sengaja, untuk tujuan tertentu, misalnya menipu atau memberikan gambaran yang keliru, untuk keuntungan pribadi atau sekelompok secara tidak fair, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.

2.3.2. Latar Belakang Kecurangan

Terjadinya praktek kecurangan atau fraud makin berkembang dari hari ke hari, karena beberapa alasan yang melatarbelakanginya. Beberapa di antaranya dibahas dalam seminar “Fraud Detection and Investigation for Internal Auditor”, yaitu : 1. Pemersalahan ekonomi yang makin dinamis dan kompleks 2. Pencapaian kemampuan di bidang ekonomi diiringi munculnya bentuk-bentuk baru kejahatan, baik dibidang ekonomi maupun social. 3. Lemahnya prosedur, internal control, perangkat hokum, pegawai, maupun pengawasan yang belum sempat dibenahi. 4. Kualitas dan kuantitas fraud meningkat seiring dengan peningkatan ketiga hal diatas.Terdapat juga beberapa kondisi yang mendukung terjadinya tindak kecurangan fraud, seperti yang dijelaskan Soejatna Soenoesoebrata dalam seminar Universitas Sumatera Utara “Auditor Forensik atas Kecurangan pada Sistem Berbasi Komputer”, yaitu : 1. Pengendalian internal tidak ada, lemah, atau lalai dalam penerapannya 2. Dalam mempekerjakan karyawan tanpa pertimbangan yang seksama mengenai kejujuran 3. Karyawan kurangtidak diarahkan, terlalu dieksploitir, diperlakukan tidak adil, atau bekerja di bawah tekanan 4. Pimpinan yang dijadikan panutan tidak kompeten, korup, dan boros. 5. Dalam hal kecurangan dapat terungkap kepada pelaku tidak diberi tindakan yang tegas 6. Orang yang dipercaya mungkin mempunyai masalah pribadi yang tidak terselesaikan 7. Pemerintahan mempunyai tradisi atau sejarah korupsi

2.3.3. Langkah-langkah Pengendalian Kecurangan

Seperti yang dijelaskan oleh Sawyer 2005:1038-1039, terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengendalikan atau mencegah terjadinya fraud dalam pemerintahan, antara lain: 1. Menetapkan standar, anggaran dan statistic, dan menyelidiki semua penyimpangan yang material. Universitas Sumatera Utara 2. Menggunakan teknik kuantitatif dan analitis untuk menandai peristiwa yang menyimpang 3. Mengidentifikasi indicator proses kritis: kehilangan dalam berkas, pengulangan kerja dalam pembuatan surat pertanggung jawaban, dan melakukan uji petik dalam pemeriksaan pengadaan barang dan jasa. 4. Menganalisa secara mendalam performa yang tampak terlalu baik, dan performa yang ada dibawah standar. 5. Mendirikan departemen audit internal yang professional.

2.3.4. Langkah-langkah Pencegahan Fraud

Menurut Zabihollah Rezaee dan Richard Riley 2004 : 64 menjelaskan ada tiga unsur yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen perusahaan bila ingin menjegah terjadinya tindakan fraud, yaitu : 1. Menciptakan dan mengembalikan budaya yang menghargai kejujuran dan nilai-nilai etika yang tinggisalah satu tanggung jawab organisasi adalah menumbuhkan budaya yang menghargai kejujuran dan nilai-nilai etika tinggi hendaknya mencakup hal-hal sebagia berikut : Setting the at the top, merekrut dan mempromosikan karyawan yang tepat, pelatihan, disiplin. Indicator yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Universitas Sumatera Utara a. “Setting the at the top” Penelaahan peraturan perundang-undangan, tujuannya untuk memperoleh pengertian mengenai peraturan- peraturan yang bersifat umum yang ditetapkan pada semua instansi atau organisasi. b. Merekrut dan mempromosikan karyawan yang tepat Diadakan penyeleksian staf anggota inspektorat dimana seorang yang mempunyai kualitas audit yang baik itu ditempatkan sesuai dengan bidang keahliannya. c. Pelatihan Auditor internal diharuskan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan pada inspektorat provinsi Sumatera Utara dan inspektorat kabupaten labuhanbatu utara yang dimana kualitas profesionalisme seorang auditor bertahan dan meningkat. d. Disiplin Auditor harus mentaati peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh instansi pemerintah provinsi sumatera utara dan instansi kabupaten labuhanbatu utara, agar kinerja audit berjalan dengan lancar. Universitas Sumatera Utara 2. Penerapan dan Evaluasi Proses Pengendalian anti Fraud Fraud tidak akan terjadi tanpa persepsi adanya kesempatan dan menyembunyikan perbuatannya organisasi hendaknya proaktif mengurangi kesempatan dengan mengidentifikasi dan mengukur resiko fraud, pengurangan resiko fraud, implementasi dan monitoring pengendalian intern. a. Mengidentifikasi dan mengukur resiko kecurangan Deteksi fraud mencakup identifikasi indikator- indikator kecurangan yang memerlukan tindak lanjut auditor internal untuk melakukan investigasi. Beberapa hal yang harus dimilki oleh auditor internal agar pendeteksian fraud lebih lancar antara lain : 1. Memiliki keahlian dan pengetahuan yang memadai dalam mengidentifikasi indikator terjadinya fraud 2. Memiliki sikap kewaspadaan yang tinggi terhadap kemungkinan kelemahan pengendalian intern dengan melakukan serangkaian pengujian untuk menemukan indikator terjadinya fraud. 3. Memiliki keakuratan kecermatan dalam mengevaluasi indikator-indikator fraud tersebut. Universitas Sumatera Utara Ketiga hal tersebut, dapat memiliki oleh auditor internal setelah pengalaman bertahun-tahun melakukan audit berbagai fungsi atau unit kerja di suatu organisasi perusahaan. b. Pengurangan resiko kecurangan 1. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. 2. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertnggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan. 3. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya 4. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen. 5. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas c. Implementasi dan monitoring pengendalian interen Auditor dalam melaksanakan pemeriksaan dan pengawasan selalu mengandalkan kemampuan teknis yaitu pengetahuan akuntansi dan auditing yang dibantu dengan kemampuan penyidikan. 3. Pengembangan Proses Pengawasan Oversight Process Universitas Sumatera Utara Untuk mencegah dan menangkal kecurangan secara efektif, entitas hendaknya memiliki fungsi pengawasan yang tepat, pengawasan dalam berbagai jenis dan bentuk ini dapat dilaksnakan oleh berbagai pihak ini dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak antar lain Komite Audit, Manajemen, Internal Auditor. a. Komite Audit Auditor harus dapat menentukan sifat dari kondisi yang perlu dilaporkan dan mengidentifikasikan masalah pengendalian yang paling penting untuk jajaran manajemen dengan menguraikan situasi yang menyebabkan, atau yang akan menyebabkan suatu kesalahan atau ketidak beresan dalam kelangsungan organisasi yang signifikan untuk segera dilakukan tindakan korektif yang dapat mengurangi resiko dan kerugian potensial. b. Manajemen Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, auditor harus membuat kesimpulan mengenai efektivitas pengendalian organisasi disertai ungkapan mengenai kekuatan, kelemahan, dan rekomendasi perbaikannya, sebagai salah satu bahan penyusunan laporan audit kinerja. Universitas Sumatera Utara c. Internal Auditor Jumlah staf auditor yang diperlukan, agar diperoleh pemanfaatan yang optimal dari kecakapan staf auditor sehingga terhindarkan ketidakefisien audit, serta jumlah waktu yang dibutuhkan, guna jaminan ketepatan waktu kerja. Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah timbulnya fraud adalah melalui peningkatan system pengendalian intern internal control system selain melalui struktur atau mekanisme pengendalian intern. Dalam hal ini, yang paling bertanggung jawab atas pengendalian intern adalah pihak manajemen suatu organisasi. Dalam rangka pencegahan fraud, maka berbagi upaya harus dikerahkan untuk membuat para pelaku fraud tidak berani melakukan fraud. Apabila fraud terjadi, maka dampak effect yang timbul diharapkan dapat diminimalisir. Auditor internal bertanggungjawab untuk membantu pencegahan fraud dengan jalan melakukan pengujian test atas kecukupan dan keefektivan system pengendalian intern, dengan mengevaluasi seberapa jauh resiko yang potensial potential risk telah diidentifikasi.

2.3.5. Perbandingan Kecurangan dan Tindak Pidana Korupsi TPK

Universitas Sumatera Utara Dalam hand-out seminar “Fraud Detection and Investigation for Internal Auditor”, disebutkan beberapa unsur yang terdapat oleh praktek fraud atau kecurangan, antara lain : 1. Adanya perbuatan melanggar hukum 2. Dilakukan oleh orang dari dalam atau luar entitas 3. Bertujuan mendapat keuntungan pribadi atau kelompok 4. Merugikan Negara baik secara langsung atau tidak langsung Dalam pengelolaan keuangan Negara, apabila keempat unsur tersebut terpenuhi, maka tindakan tersebut termasuk dalam tindakan Pidana Khusus dan termasuk juga dalam cakupan Tindakan Pidana Korupsi KPK seperti dinyatakan dalam UU No.31Tahun 1999. Undang-undang RI No.31Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindakan Pidana Korupsi TPK menyebutkan bahwa TPK ialah: “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiriorang lainsuatu korupsi yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian Negara, dipidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4-20 tahun dan denda minimal Rp 200 juta sd maksimal Rp 1 miliyar. Untuk keadaan tertentu dapat dipidana mati.” Universitas Sumatera Utara

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan variable dalam penelitian ini: 1. Permana, Indra Jaya 2006 dalam penelitian yang berjudul : “Pengaruh Profesionalisme Akuntan Publik Dalam Mengungkap Kecurangan” Dari hasil penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh sikap profesionalisme akuntan public terhadap pengungkapan kecurangan. 2. Hasibuan, Genta Marcapanda 2008 dalam penelitiannya yang berjudul : Peranan Audit Internal Dalam Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan” Dari hasil penelitian tersebut bahwa analisis auditor internal berperan dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan.

2.5. Kerangka Pemikiran

Audit internal adalah suatu kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif, dirancang untuk memberikan nilai tambah serta peningkatan kegiatan organisasi, dengan membantu organisasi tersebut mencapai tujuannya melalui penilaian dan peningkatan efektivitas manajemen resiko, pengendalian dan tata cara pengeturan perusahaan. Salah satu tujuan dari kegiatan Audit Internal adalah untuk mendeteksi kecurangan. Kecurangan sendiri adalah Universitas Sumatera Utara penyimpangan dan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja, dengan tujuan tertentu misalnya menipu atau memberikan gambaran yang keliru, untuk keuntungan pribadikelompok secara tidak fair, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak. Tingginya kasus kecurangan di Indonesia kebanyakan disebabkan lemahnya kinerja departemen audit internal yang dimiliki perusahaan, atau mungkin belum adanya departemen tersebut dalam susunan otganisasi perusahaan. Studi terhadap kecurangan internal dalam perusahaan menunjukan bahwa banyak porsonel di dalamnya menilai fraud sebagai salah satu bentuk fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Hal ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan sistem pengendalian internal yang memadai, dan ditunjang pula dengan departemen internal audit yang kompeten dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian, apabila departemen audit internal dapat melaksanakan peranannya dengan baik, praktek kecurangan yang ada dapat diungkap dan nantinya dapat mencegah kemungkinan terulangnya tindak kecurangan kembali dimasa depan. Universitas Sumatera Utara Skema Kerangka Peikiran Audit Internal Mendeteksi dan Mengungkap Fraud

2.6. Definisi Variabel Operasional