Hambatan Ekonomi Hambatan Budaya

3.3. Hambatan Anggota Dewan Perempuan Dalam Memperjuangkan

Kepentingan Perempuan. Dalam membahas masalah keterlibatan perempuan di dunia politik, tentunya akan banyak sekali hambatan yang dialami oleh anggota legislatif perempuan untuk berkancah di dunia politik. Dari informan yang berhasil peneliti wawancarai ternyata banyak hambatan yang dialami oleh anggota legislatif perempuan dalam menjalankan tugas sebagai anggota legislatif dan memperjuangkan kepentingan perempuan khususnya di Sumatera Utara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

3.3.1. Hambatan Ekonomi

Yang dimaksud hambatan ekonomi dalam menjalankan kinerja lembaga legislatif perempuan ialah pada saat kampanye pemilu legislatif, dana yang dikeluarkan untuk kampanye bervariasi. Bukan menjadi rahasia lagi bahwa seseorang yang ingin maju dalam pemilihan elite politik harus rela mengorbankan uang yang cukup banyak untuk membiayai ongkos politiknya, sehingga pada saat terpilih menjadi anggota legislatif tidak memikirkan bagaimana agar menjadi penyambung lidah rakyat serta tidak terbebani bahwa mereka duduk di parlemen karena masyarakat berharap mereka dapat mengubah hidup mereka menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara Ibu Siti Aminah Amd, S.PdI dari Fraksi PKS “perempuan yang ingin maju sebagai anggota legislatif harus memiliki uang yang cukup untuk menjalankan strategi politiknya”. 46 46 Hasil Wawancara dengan Ibu Siti Aminah Amd, S.PdI pada hari jum’at tanggal 21 oktober pukul 11.00 Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hj. Melizar Latif SE, MM anggota dewan dari fraksi Demokrat, mengatakan “pengeluaran untuk menjadi anggota legislatif harus mempunyai uang yang banyak yang mana uang ini di anggap uang yang terbuang untuk menjalankan strategi politik calon anggota dewan, sehingga pada saat terpilih menjadi anggota legislatif bukan memikirkan nasib konstituennya yang bisa menjadi sumber inisiatif dalam mensejahterakan rakyatnya, tetapi malah memikirkan bagaimana cara untuk bisa mengembalikan uang yang terbuang pada saat kampanye”. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan bahwa dengan adanya pengeluaran yang besar yang dikeluarkan oleh legislator maka semakin tidak pedulinya anggota dewan dalam menjalankan fungsinya dalam menjalankan aspirasi masyarakat. Tetapi sebaliknya memikirkan agar uang yang keluar pada saat kampanye agar dapat kembali, yaitu dengan cara berbisnis atau melakukan proyek-proyek. Sehingga untuk menjalankan tugas sebagai wakil rakyat menjadi terbengkalai.

3.3.2. Hambatan Budaya

Hambatan kultural merupakan hambatan yang cukup fundamental karena kultur budaya akan membentuk persepsi dan persepsi pada akhirnya akan bermuara pada pola perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban bersama untuk meluruskan cara pandang budaya yang kurang tepat dalam memahami dan memandang kaum perempuan sehingga kaum perempuan dapat memainkan peran dan fungsinya lebih. Pandangan budaya masyarakat yang mengatakan perempuan tabu pulang malam karena itu menciptakan Image yang buruk bagi kaum perempuan apalagi memiliki pekerjaan ganda juga yaitu sebagai ibu rumah tangga, yang harus menjaga dan juga mengontrol keluarganya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hj. Melizar Latif SE, MM anggota dewan dari fraksi Demokrat, “Kendala terbesar yang saya hadapi sekarang ialah ketika rapat-rapat yang dilakukan dimalam hari, karena bagi saya waktu malam ini seharusnya digunakan untuk keluarga baik dalam berkomunikasi dengan suami dan juga dapat digunakan untuk mendidik anak dan juga rapat dilakukan di tempat-tempat yang menjadikan pandangan masyarakat buruk terhadap anggota dewan sekarang, seperti dihotel”. Dalam budaya patriarki yang menempatkan posisi perempuan termarginalkan juga termasuk menjadi hambatan karena perempuan di anggap makhluk yang lemah. Banyak hal-hal tabu di masyarakat dan ini menjadikan hambatan bagi perempuan untuk berkancah di bidang politik. Hambatan perempuan berpartisipasi secara politis mencitrakan perempuan sebagai makhluk yang lemah, tidak mandiri, kurang bertanggungjawab sudah melekat dimasyarakat.

3.3.3. Hambatan Pendidikan Dan Pengalaman Di Bidang Politik