• Pengendapan lateks pekat
Menurut ASTM D 1076-80 dan ISO 2004, lateks pekat memiliki spesifikasi mutu berdasarkan parameter yang terdapat pada tabel 2. 4 berikut :
Tabel 2. 4. Spesifikasi Mutu Lateks Pekat
ASTM D. 1076-80
ISO 2004 No.
Parameter
HA LA
HA LA
1.
Kandungan padatan total TSC min 61,5
61,5 61,5
61,5
2. Kandungan karet kering DRC min
60 60
60 60
3.
Kandungan bukan karet max 2,0
2,0 2,0
2,0
4.
Kadar amonia Min
1,6 Min
1,0 Min
1,0 Min
0,8
5.
Waktu ketetapan mekanik MST min detik
650 650
540 540
6.
Koagulasi max 0,08
0,08 0,08
0,08
7.
Bilangan KOH max 0,8
0,8 1,0
1,0
8. Asam lemak eateris ALE=VFA maks
- -
0,2 0,2
9.
Tembaga maks ppm 8
8 8
8
10. Mangan maks ppm 8
8 8
8
11. Kandungan sludge maks
0,1 0,1
0,1 0,1
Universitas Sumatera Utara
2. 7. Surfaktan
Surfaktan merupakan senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai dua ujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung satu biasa disebut kepala
yang suka air hidrofilik bersifat sangat polar dan ujung satunya yang disebut ekor yang tidak suka air hidrofobik bersifat non polar. Kepala dapat berupa anion kation
atau ion, sedangkan ekor adalah rantai hidrokarbon linier atau bercabang. Surfaktan memiliki aplikasi dalam industri seperti sebagai bahan dasar detergen, zat pembusa,
pengemulsi dalam kosmetik dan farmasi dan pengemulsi untuk cat pengapung dalam industri pengapung, sebagai emulsi dan pembersih dalam industri makanan Shahidi,
F., 2005. Sedangkan menurut Arthur W 1982 Surfaktan merupakan zat yang dapat
mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Molekul surfaktan mempunyai dua ujung yang terpisah, yaitu ujung
polar hidrofilik dan ujung non polar hidrofobik. Apabila ditambahkan ke dalam suatu cairan pada konsentrasi rendah, maka dapat mengubah karakteristik tegangan
permukaan dan antarmuka cairan tersebut. Antarmuka adalah bagian dimana dua fasa saling bertemukontak. Permukaan yaitu antarmuka dimana satu fasa kontak dengan
gas, biasanya udara Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu surfaktan yang larut
dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air. 1. Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
Universitas Sumatera Utara
2. Surfaktan yang larut dalam pelarut air Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa,
zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, pencegah korosi dan lain-lain.
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan hidrogen pada permukaan. Hal ini dilakukan dengan menaruh kepala-kepala
hidrofiliknya pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air.
Berdasarkan muatan kepalanya, surfaktan dibagi atas empat golongan Anonim, 1995 yaitu :
1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
Merupakan kumpulan surfaktan yang terbesar digunakan sekitar 90 produk berbusa pada perawatan tubuh, misalnya Linear Alkilbenzena sulfonat, Alkohol
sulfat, Alkohol eter sulfat, Alfa olefin sulfat, sabun dan parafin. 2.
Surfaktan Non ionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan, misalnya Alkohol etoksilat, Alkilfenol etoksilat, sorbitol dan DEA.
3. Surfaktan Kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.
Umumnya digunakan pada produk kondisioner rambut sebagai zat anti kusut, misalnya surfaktan amonium kuartener, merupakan surfaktan kationik yang
paling banyak digunakan untuk bahan formulasi bahan pelembut di Eropa. 4.
Surfaktan Amfoterik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Umumnya merupakan surfaktan yang mahal harganya dan
sedikit digunakan, misalnya Lauril amidopropil betain.
Universitas Sumatera Utara
Ada tiga penggunaan surfaktan yaitu sebagai bahan pembasah wetting agent, bahan pengemulsi emulsing agent dan sebagai pelarut solubilizing agent Genaro, 1990.
Secara teori harga HLB suatu bahan dapat dihitung berdasarkan harga gugus fungsi hidrofil, lipofil dan derivatnya yang dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Harga HLB Beberapa Gugus Fungsi
Gugus Hidrofil Harga HLB
-SO
4
Na
+
-COO
-
Na
+
N amina tersier Ester cincin sorbitol
Ester bebas Hidroksil bebas
Hidroksil cincicn sorbitol 38,7
19,1 9,4
6,8 2,4
1,9 0,5
Gugus Lipofil Harga HLB
-CH
3
-CH
2
- =CH-
0,475 0,475
0,475 Belitz dan Grosch, 1986
Berdasarkan harga yang terdapat pada tabel diatas dapat ditentukan harga HLB secara teori dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
HLB = ∑ gugus hidrofil - ∑ gugus lipofil + 7
Universitas Sumatera Utara
Harga HLB dapat ditentukan secara teoritis dan praktek. Harga HLB secara praktek dilakukan dengan menggunakan tensiometri cincin Du-Nouy dimana akan diperoleh
harga tegangan permukaan yang telah diplotkan dengan logaritma konsentrasi dan diperoleh harga konsentrasi kritik misel CMC. Dari harga CMC tersebut maka
didapat harga HLB dengan rumus : HLB = 7 – 0,36 ln CoCw
Dimana : Co = harga CMC Cw = 100 – Co
Hasil yang diperoleh dari rumus diatas, kemudian ditentukan dengan menggunakan skala penentuan fungsi surfaktan berdasarkan nilai-nilai HLB yang ditunjukkan pada
gambar 2. 6.
Swern, 1979 Gambar 2. 6. Skala yang Menunjukkan Fungsi Surfaktan Berdasarkan Nilai-nilai
HLB
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan skala fungsi surfaktan diatas maka dapat ditentukan apakah suatu bahan tersebut dapat sebagai surfaktan atau tidak. Terbentuknya sistem emulsi ow atau wo
tergantung pada keseimbangan hidrofilik – lipofilik balance HLB. HLB dapat meramalkan bila suatu surfaktan sebagai bahan pemantap, wetting agent, deterjen
ataupun bahan pelarut. Secara umum, HLB dari bahan pemantap adalah 9 – 12 pada sistem emulsi ow dan sistem emulsi wo memiliki HLB sebesar 3 – 6.
Penentuan harga HLB dapat juga diperoleh berdasarkan harga bilangan penyabunan dan bilangan asam dengan cara titrasi yaitu dengan menggunakan rumus
HLB = 20 1 – SA Dimana : S = bilangan penyabunan
A =
bilangan asam
Martin, 1993
2. 8. Bahan Pengemulsi Lateks Pekat