d. Limbah Limbah terdiri dari dua macam yaitu limbah cair dan limbah padat
sampah. Limbah cair biasanya berasal dari buangan rumah tangga dan hotel. Di kawasan objek wisata Pantai Cermin tidak terdapat industri yang mengeluarkan
limbah kimiawi berbahaya, maka limbah tersebut dapat diatasi dengan pembuatan septic tank dan sumur peresapan air kotor yang dibangun pada setiap fasilitas
yang ada di kawasan objek wisata Pantai Cermin, seperti rumah tangga, kantor, hotel, resoran dan lain-lain.
Sampah padat limbah padat dilayani oleh bak-bak penampungan sementara di dekat fasilitas-fasilitas kawasan objek wisata Pantai Cermin dan
seterusnya gerobak-gerobak sampah mengangkut sampah tersebut ke Tempat Pembuangan Sementara TPS dan selanjutnya dengan menggunakan truk
pengangkut sampah dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir TPA yang jauh dari kawasan objek wisata Pantai Cermin.
4. Kebutuhan Pengelolaan
Sektor pariwisata secara umum berkaitan dengan sektor-sektor lainnya, seperti skctor pertanian, ekonomi, industri dan lainnya. Oleh karena itu
pengelolaan kepariwisataan harus melibatkan berbagai unsur yang didukung dengan pengelolaan baik pemerintah maupun swasta.
a. Lembaga Pemerintah Fasilitas kelembagaan sangat penting dibangun untuk mendukung segala
kegiatan wisata di kawasan objek wisata Pantai Cermin yang akan 96
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008.
mengkoordinasikan terhadap kelembagaan tingkat yang lebih tinggi. Pemerintah diharapkan dapat menjamin kepastian berusaha bagi pedagang lokal dan investor
nasionalasing untuk menanamkan modalnya dengan mengeluarkan produk- produk hukum yang pasti tentang investasi dan kepariwisataan.
b. Lembaga Swasta Lembaga swasta penting pula diperhatikan dalam kegiatan kepariwisataan.
Beberapa elemen lembaga yang perlu dipersiapkan, adalah organisasi penginapan, rumah makanrestoran, pemandu wisata, penjual cendramata dan sebagainya. Oleh
karena itu usaha-usaha kerjasama antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk berbagai kepentingan pelayanan wisata harus dilakukan secara seksama dan
berkesinambungan agar tidak menjadi hambatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalamm pengembangan kawasan objek wisata Pantai Cermin.
c. Lembaga Independen Melalui kesepakatan bersama antara pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat, untuk mengelola kawasan objek wisata Pantai Cermin diperlukan sebuah lembaga yang sifatnya independent dan diberi wewenang penuh oleh
pemerintah, namun menyerap semua kepentingan di dalamnya. Hal ini perlu dilakukan mengingat agar tidak terjadi distorsi informasi yang langsung dapat
ditindak lanjuti di lapangan, sehingga tidak memerlukan jalur birokrasi yang panjang dan memakan waktu yang lama. Lembaga ini dapat berupa Badan
Pengelola, Badan Otorita yang dapat memberikan kepastian hukum dan berusaha kepada pengusaha dan investor yang berada di dalam wilayah
pengelolaanotoritanya. 97
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008.
4.8. Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengembangan Potensi Wisata Bahari Kawasan Objek Wisata Pantai Cermin
Wacana tentang partisipasi publik dalam perencanaan dan pengelolaan sektor publik sebenarnya telah lama mendapat perhatian. Di Amerika wacana ini
muncul sejak akhir tahun 1950-an, sementara di Inggris sejak awal tahun 1960-an, dan Australia menyusul pada tahun 1970-an. Wacana ini berkembang sejalan
dengan perubahan struktur politik yang mengarah kepada sistem yang disebut sebagai demokrasi. Proses demokratisasi ini pada suatu saat akan mendorong
terbentuknya suatu tatanan masyarakat madani yang didalamnya memberi ruang yang cukup luas bagi masyarakat untuk turut serta dalam proses pengambilan
keputusan publik. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan perlunya peran civil society
organization yang di dalamnya termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dalam mendorong proses pembangunan yang bersifat partisipatif. Peran tersebut
terutama dalam hal mengintroduksi dan mempraktekkan pendekatan pembangunan yang bersifat partisipatif kepada masyarakat. Di samping itu LSM-
LSM ini juga berperan dalam upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik serta
melakukan advokasi untuk mereformasi kebijakan agar lebih kondusif terhadap partisipasi masyarakat tersebut.
Perencanaan dengan pendekatan partisipatif sebagai strategi pembangunan dan proses penentuan keputusan publik sangat bergantung pada
kesadaran masyarakat untuk mau melibatkan diri dalam proses pembangunan. 98
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008.
Namun demikian sebelumnya perlu diketahui mengapa masyarakat begitu esensial dalam proses penentu keputusan publik itu sendiri. Hal ini sebenarnya sangat
terkait erat dengan posisi negara dan masyarakat dalam kelangsungan unsur-unsur publik yang akhirnya juga terkait dengan kelangsungan negara berikut tatanan
bermasyarkat yang ada di dalamnya. Masyarakat sebagai elemen terbesar dalam suatu sistem publik atau sistem kehidupan dalam suatu negara seringkali terbentur
ketika berhadapan dengan pemerintah yang dianggap sebagai perwujudan negara itu sendiri. Negara dalam hal ini pemerintah, dengan legitimasi berikut dengan
sistem birokrasi yang dimilikinya seringkali menjadi penerjemah dominan dalam proses pembangunan. Artinya segala bentuk perkembangan dalam tatanan
masyarakat di negara tersebut sepenuhnya tergantung pada kebijakan negara atau pemerintah. Akibatnya seringkali terjadi suatu proses pembangunan yang
dilaksanakan tidak tepat sasaran atau tidak mampu menjawab persoalan yang berkembang di masyarakat.
Dalam suatu sistem publik kepentingan yang bekembang akan sangat beragam. Keberagaman kepentingan ini pada akhirnya akan melahirkan sistem
nilai yang beragam pula. Oleh karenanya satu sudut pandang atau satu sistem nilai saja yang digunakan untuk menerjemahkan kepentingan publik tidak akan cukup
untuk menjawab persoalan publik yang berkembang. Atas dasar tersebutlah mengapa sudut pandang pemerintah saja dianggap tidak cukup untuk
menerjemahkan proses pembangunan suatu negara dimana masyarakat juga berada di dalamnya.
99
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008.
Pengikutsertaan publik dalam proses penentuan kebijakan publik dianggap sebagai salah satu cara yang efektif untuk menampung dan
mengakomodasi berbagai kepentingan yang beragam tadi. Dengan kata lain, upaya pengikutsertaan publik yang terwujud melalui perencanaan partisipatif
dapat membawa keuntungan substantif dimana keputusan publik yang diambil akan lebih efektif disamping akan memberi sebuah rasa kepuasan dan dukungan
publik yang cukup kuat terhadap suatu proses pembangunan. Dengan demikian keterlibatan masyarakat dalam proses penentuan kebijakan publik yang
memberikan nilai strategis bagi masyarakat itu sendiri menjadi salah satu syarat penting dalam upaya pembangunan yang dilaksanakan.
Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Partisipasi sebagai tindakan untuk “mengambil
bagian” yaitu kegiatan atau pernyataan untuk mengambil bagian dari kegiatan dengan maksud memperoleh manfaat Webster,1976. Partisipasi merupakan
keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri Theodorson,
1969. Partisipasi yang diharapkan : keterlibatan atau keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan intrinsik maupun ekstrinsik.
Mengapa Partisipasi khususnya dalam pembangunan Dibutuhkan?. Ada beberapa hal penyebab dibutuhkannya partisipasi dalam pembangunan yaitu
pertama, Partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilan pembangunan dalam semua sektor. Kedua, alah satu indikator suksesnya otonomi daerah :
partisipasi masyarakat. Ketiga, Partisipasi dibutuhkan untuk mengembangkan 100
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008.
sinergi dalam hubungan antara pemerintah dan masyarakat maupun sinergi dalam ”jejaring komunitas” community network. Synergy: “The potentials ability of
individual organizations or groups to be more successful or productive as a result of the merger” Collins English Dictionary
Kegiatan yang menunjukkan Partisipasi dalam pembangunan dapat diwujudkan dalam pertama, Pengambilan keputusan. Partisipasi masyarakat
dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses
pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah setempat atau di tingkat lokal. Kedua, Pelaksanaan kegiatan. Memperhatikan
semua bentuk partisipasi, baik dalam bentuk tenaga, uang, dan bentuk lainnya. Perlu adanya kegiatan yang terorganisir di masyarakat untuk memelihara hasil-
hasil pembangunan agar manfaatnya dapat terus dinikmati tanpa penurunan kualitasnya dalam jangka panjang.
Partisipasi mensyaratkan adanya proses pemberdayaan terlebih dahulu. Hal ini disebabkan pemberdayaan berkenaan dengan transformasi hubungan
kekuasaan power. Pada awal gerakannya awal 1970-an, konsep pemberdayaan bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif baru dalam pembangunan
masyarakat. Proses pemberdayaan hakekatnya dapat dipandang sebagai depowerment dari sistem kekuasaan yang mutlak absolut intelektual, religius,
politik, ekonomi dan militer. Konsep ini digantikan oleh sistem baru yang berlandaskan idiil manusia dan kemanusiaan humanisme. Inti memberdayakan
adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. 101
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008.
Tujuan Pemberdayaan masyarakat adalah pertama, meningkatkan kekuasaan power orang-orang yang tidak beruntung disadvantage.
Pemberdayaan mengamanatkan penting dan perlunya power dan juga menekankan keberpihakan kepada the powerless. Ife menggolongkan atas 3
kelompok yang disebut sebagai disadvantage yaitu primary structural disadvantage kelas, gender, ras, other disadvantage group umur, cacat fisik
mental, masyarakat yang terisolasi, homoseks lesbian dan personal disadvantage orang yang berduka cita, mengalami masalah dalam hubungan keluarga, krisis
identitas, masalah seks, kesepian, malu, dan masalah pribadi lainnya yang dapat membuat orang tidak berdaya Ife, 1995.
Kedua, pemberdayaan merupakan proses “pematahan” hubungan atau relasi subyek dengan obyek. Ketiga, hasil akhir dari pemberdayaan adalah
beralihnya fungsi individu atau kelompok yang semula sebagai obyek menjadi subyek yang baru, sehingga relasi sosial yang ada nantinya hanya akan dicirikan
dengan relasi antara “subyek” dengan “subyek” yang lain. Dengan demikian, proses pemberdayaan mengubah pola relasi lama subyek-obyek menjadi subyek-
subyek Tonny,2002. Keempat, Pemberdayaan merupakan proses memanusiakan manusia, sebagai makhluk yang memiliki hak untuk mengambil keputusan yang
terbaik bagi diri dan masa depannya. Kelima, dalam kaitan upaya memberdayakan masyarakat, Kartasasmita 1996 ber-pendapat bahwa pendekatannya harus
dimulai dengan menciptakan iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi masyarakat. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa setiap manusia, masyarakat
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Dengan kata lain, tidak ada 102
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008.
masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya tersebut, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
Keenam, penciptaan iklim yang kondusif tersebut selanjutnya harus diikuti dengan upaya memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dengan
menyusun langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, menyangkut penyediaan berbagai masukan input dan membuka akses kepada berbagai peluang
opportunities yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Ketujuh, langkah selanjutnya memberi perlindungan melalui pemihakan kepada yang
lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana dengan partisipasi masyarakat Serdang Bedagai dalam pengembangan pariwisata
bahari? Data yang diperoleh
peneliti dari dinas perhubungan, pariwisata dan infokom kabupaten Sergei adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10. Tanggapan responden tentang penataan lahan pantai.
Jawaban Responden Frekuensi
Persen Persen Kumulatif
Sesuai dengan bidang usaha 21
21.0 21.0
berbasis masyarakat 68
68.0 89.0
Tidak perlu ditata 7
7.0 96.0
Tidak tahu 4
4.0 100.0
Total
100 100.0
Sumber: dinas perhubungan, pariwisata dan infokom kabupaten Sergei.
103
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa yang paling dominan menjawab penataan lahan pantai sangat diperlukan adalah 68,0 yaitu strategi penataan
terpadu, berkelanjutan dan berbasis pada partisipasi masyarakat, sedangkan 21 menjawab penataan lahan ditata masing-masing pengguna lahan sesuai dengan
bidang usahanya. Yang menjawab tidak perlu ditata adalah 7,0 dan sisanya menjawab tidak tahu.
Data inilah yang kemudian menjadi landasan berpikir bagi Pemkab Sergei untuk melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata di
Sergei. Dan dari data inilah penulis mulai berangkat untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan partisipasi masyarakat. Hasil wawancara peneliti
dengan Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata dan infokom menjelaskan bahwa tingkat partisipasi masyarakat sangat baik. Masyarakat yang dulu
menggantungkan mata pencaharian sebagai nelayan kini sudah beralih ikut serta dalam memajukan pariwisata di Sergei. Kalau dulu, ketika mata pencaharian
keluarga adalah sebagai nelayan, maka hal tersebut tidak bisa berlangsung lama karena ketika musim air pasang, maka nelayan tidak bisa melakukan aktivitas
seperti biasanya. Dan kondisi ini akan sangat mempengaruhi perekonomian dalam keluarga.
Kepedulian masyarakat untuk menjaga dan terlibat dalam usaha jasa pariwisata maka hal tersebut sudah bisa dianggap telah berpartisipasi. Sesuai
dengan tujuan dari partisipasi yaitu menciptakan kondisi yang kondusif.
Dengan kata lain bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata Bahari Serdang Bedagai memang sangat dilibatkan. Hal ini bisa terlihat
104
Naruddin Dalimunthe : Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008.
dalam perencanaan dan pengembangan daerah wisata Bahari. Artinya bahwa pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai sangat menginginkan peran serta
masyarakat dalam pengembangan wisata Bahari Sergei. Oleh karena masyarakat sangat dilibatkan dalam perencanaan wisata di Serdang Bedagai maka kemudian
sangat berdampak positif terhadap perkembangan daerah tersebut. Artinya bahwa masyarakat kemudian tidak menghalangi pengembangan wisata oleh karena
masyarakat memang merasa penting terhadap pengembangan wisata Bahari Sergei tersebut.
Secara umum beberapa contoh partisipasi masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan wisata bahari Pantai Cermin adalah
1. Peran Serta Masyarakat Terhadap pencanangan Pemkab Sergei