Asumsi dari EOQ adalah : 1.
Lead Time adalah konstan dan diketahui serta demand relatif konstan dan diketahui ratenya, sehingga tidak terjadi stock out
2. Preparation costs dan carrying cost konstan dan dapat diketahui
3. Replenishment sesegera mungkin, item tiba pada laju infinitif pada suatu
waktu tertentu. EOQ dapat dihitung sebagai berikut :
EOQ =
CV PD
2
Dimana : P = Biaya pengorderan Rp order
D = Jumlah permintaan produk tahunan C = Biaya melakukan persediaan tahunan persentase dari harga produk
V = Harga satu unit produk
3.4. Distribution Resources Planning
5
3.4.1. Definisi Distribution Resources Planning
Distribusi adalah
usaha pengiriman barang – barang melalui suatu sistem distribusi kepada pelanggan. Sedangkan sistem distribusi itu sendiri adalah
jaringan kerja dari suatu titik pengiriman ke penerimaan dari pabrik ke pemakai akhir. Pengiriman barang melalui system distribusi yang ada secara langsung dan
ada yang secara tidak langsung. Kebanyakan perusahaan memakai sistem pendistribusian secara tidak langsung. Sistem distribusi dibagi atas dua bagian :
5
Martin, J Andre : Distribution Resources Planning
Universitas Sumatera Utara
b. Sistem distribusi multi- level
c. Sistem distribusi tiga level
System distribusi yang digunakan dalam pengisian kembali replacement persediaan yaitu :
a. Pull Sistem
b. Push Sistem
Distribution Resources Planning DRP berfungsi untuk menentukan kebutuhan- kebutuhan untuk mengisi kembali inventory pada branch
warehouse distribution centreI Pada awalnya konsep DRP diarahkan agar terjadi integrasi bidang
produksi dan distribusi. Dengan DRP ini unit usaha memulai penjadwalan distribusi dengan lebih akurat dan pada saat yang sama mencapau stabilitas
produksi. Sebagai akibatnya kegiatan distribusi produk dapat memperoleh keuntungan yang besar dalam hal perbaikan costumer service, pengurangan
persediaan, pengurangan biaya- biaya sedikitnya barang yang usang. Dalam konsep selanjutnya konsep DRP ini dapat diterapkan pada jaringan sistem
distribusi antara central supply facility dan distribution centre nya. Secara umum DRP adalah sebuah proses manajemen yang
mengintegrasikan sejumlah aktivitas kritis yang perlu untuk mengatur dan mengendalikan operasi- operasi distribusi dan mengintegrasikan kebutuhan
operasi-operasi tersebut dengan kemampuan dari sumber penyediaan yang ada. Logika yang digunakan dalam DRP hampir sama dengan MRP. DRP
Universitas Sumatera Utara
mengantisipasi kebutuhan- kebutuhan dengan perencanaan kedepan pada tiap level distribusi.
DRP tidak membuat persediaan yang berlebihan dan diusahakan rendah bilamana kebutuhan tidak ada. Dengan DRP pelayanan terhadap konsumen
dapat ditingkatkan melalui perencanaan distribusi ke depan.
3.4.2. Input Distribution Resources Planning DRP
Input- input DRP secara umum meliputi data sebagai berikut : a.
Bill of Distribution adalah informasi tentang hubungan antara supplier dan yang disuplainya tersusun dalam bentuk level per level. Informasi ini
menunjukkan arah aliran material produk yaitu dari level yang lebih tinggi ke level yang lebih rendah sehingga akan membantu dalam menentukan
kebutuhan kotor, kebutuhan ang lebih tinggi nantinya. b.
Lead Time Distribution adalah waktu yang diperlukan dari pelepasan order sampai order diterima oleh Distribution Centre. Lead Time distribusi
disusun olehbeberapa komponen yaitu pelepasan order, pemuatan barang- barang, pengangkutan barang- barang ke DC dan pembongkaran barang di
DC. c.
Order Entry merupakan proses penerimaan dan penerjemahan apa yang diinginkan costumer kepada bagian produksi. Hal ini dapat merupakan
sebuah proses yang sederhana seperti pembuatan dokumen pengiriman untuk finished good product, sampai kepada aktivitas rumit yang meliputi
usaha engineering untuk produk yang make to order.
Universitas Sumatera Utara
d. Forecasting adalah hasil ramalan permintaan produk pada masing- masing
distribution centre yang langsung berhubungan dengan konsumen. e.
Inventory record adalah catatan keaqdaan persediaan produk pada masing- masing distribution centre yang ada.
3.4.3. Logika Distribution Requirement Planning
pada intimya logika dari proses DRP adalah proses netting, lot sizing. Offsetting dan exploding yang hamper sama dengan proses MRP.
Netting adalah proses perhitungan kebutuhan bersih net requirement kebutuhan bersih adala selisih antara kebutuhan kotor gross Requirement dengan
keadaan persediaan yaitu persediaan yang masih dimiliki on-hand dan sedang dipesan on order. Dimana kebutuhan kotor untuk DC adalah hasil ramalan
permintaan produk pada DC tersebut. Data yang harus diketahui untuk menentukan kebutuhan bersih pada setiap periode adalah persediaan yang masih
dipunyai project on hand pada awal perencanaan dan jadwal penerimaan untuk tiap periode perencanaan.
Lot sizing adalah proses untuk menentukan besarnya pesanan pada setiap item berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan pada proses netting
Offsetting bertujuan menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana
pemesanan guna memenuhi kebutuhan bersih. Exploding adalah proses perhitungan keebutuhan kotor untuk tiap item
pada level yang lebih tinggi, dasar untuk menentukan kebutuhan item pada tiap level bergantung pada posisi pada struktur distribusi.
Universitas Sumatera Utara
3.4.4. Output - Output sistem DRP
Sistem DRP dengan nyata menghasilkan dua output besar yaitu DRP display untuk setiap DC dan master schedule yang merupakan DRP display untuk
CSF disamping terdapat pegging information yang dapat melacak kembali sumber dari permintaan pada CSF dan transportation planning report.
DRP Display DRP work sheet memiliki dua bagian penting : 1. Time Phased Information adalah informasi-informasi yang dikeluarkan
berdasarkan pada suatu time- phased yang menunjukkan perkiraan keadaan pada time-phased tersebut.
2. Descriptive information adalah atribut-atribut masukan pada awal perencanaan. Descriptive information ini berupa pengolahan data awal untuk masukan
sistem DRP. Informasi time phased meliputi :
a. Gross Resourcess
Gross Resources merupakan permintaan akan suatu item atau produk yang kan diramalkan.
b. Schedul receipts
Adalah jumlah item atau produk yang dijadwalkan untuk dimasukkan kedalam stock. Schedul receipts produk tidak harus dalam perjalanan,
tetapi dapat juga berupa order yang masih dalam pemuatan atau pengemasan.
Universitas Sumatera Utara
c. Planned orders
Adalah order yang belum dilepas dan masih dalam perencanaan pada DC, planned orders adalah jadwal untuk pengiriman produk pada masa yang
akan datang dari CSF d.
Project On-hand Balance Adalah proyeksi jumlah persediaan yang masih ada pada suatu time-
phased tertentu. Project On-hand balance merupakan sebuah perencanaan jumlah persediaan pada DC dan CSF yang dijadikan gambaran persediaan
yang ada pada masa yang akan datang. Sehingga dengan projected on- hand balance ini setiap komponen sistem distribusi dapat mengetahui
masing-masing inventory level sistem tersebut. Sedangkan untuk Descriptive Information meliputi :
a. On-hand balance
Adalah jumlah persediaan produk yang terdapat dalam DC pada awal perencanaan. On-hand balance tidak termasuk pada produk yang berada
dalam transit dan produk yang rusak. Jadi produk yang ada pada DC adalah jumlah produk yang tersedia untuk dikirimkan.
b. Safety Stock
Adalah persediaan pengamanan yang digunakan untuk memproteksi keadaan apabila penjualan melebihi apa yang diramalkan.
c. Lead time distribution
Adalah waktu yang dibutuhkan untuk melepaskan suatu order sampai waktu order diterima di DC. Lead time distribusi dimulai dari saat
Universitas Sumatera Utara
menentukan kebutuhan utnuk sebuah penambahan replenishment sampai saat inventory yang dibutuhkan terus ditambahkan, dan bukan dari saat
order diberikan kepada CSF untuk dipenuhi. d.
Order Quantity Order Quantity adalah jumlah produk yang telah ditentukan untuk dikirim.
Selain itu terdapat pula pegging information yang sangat berguna bilamana seluruh demand dari sebuah item tidak dapat dipenuhi. Pegging information
adalah suatu cara untuk dapat melacak kembali sumber dari permintaan pada CSF untuk satu waktu tertentu.
Penggunaan pegging ini penting dilakukan untuk menghemat waktu dalam
memperoleh sumber masalah untuk perencanaan distribusi bilamana demand melebihi supply. Dengan bantuan pegging ini perencana dapat lebih banyak
menghabiskan waktu untuk pemecahan masalah tersebut dari pada mencari dimana terjadi kelemahan demand.
Transportation planning report adalah laporan yang berisikan perencanaan jumlah alat transportasi untuk pengiriman item ke suatu DC tertentu.
3.5. Master Production Schedule