Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat dibutuhkan manusia, tanpa pendidikan manusia tidak akan menjadi manusia. Apabila pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik jasmaniah yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab. 1 Penyelenggaraan pendidikan sangat perlu mendapatkan perhatian yang serius dan sungguh-sungguh, serta diperlukan kerjasama yang erat antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. karena sejak kecil anak sudah mendapatkan pendidikan informal yang berlangsung dalam keluarga, dan mendapatkan pendidikan non formal yang terkondisi dalam masyarakat, serta pendidikan formal yang merupakan jenjang pendidikan yang berlangsung di sekolah. Pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai makhluk individu dan sosial yang sehat dan cerdas, dengan bercirikan: 2 Pendidikan mempunyai arti penting untuk menjamin kelangsungan hidup manusia dalam upaya mengembangkan potensinya. Keberhasilan pendidikan tentunya tidak akan terlepas dari fungsi dan tujuan pendidikan. 1 Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam IPI, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, Cet. 2, h.12 2 Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Direktur Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2004, h. 8. Tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana peserta didik dibawa dan akan menjadi tolak ukur bagi seluruh kegiatan pendidikan, penetapan materi, methode dan evaluasi yang akan dilakukan. Dengan demikian, tujuan merupakan salah satu faktor penting dalam pendidikan. 3 Tujuan pendidikan merupakan hal yang hendak dicapai oleh setiap lembaga pendidikan secara keseluruhan, baik tujuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hal ini dapat dicapai dengan cara mewujudkan lulusan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, Bab II Pasal 3: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 4 Sebagaimana tujuan nasional yang tercantum diatas maka sekolah melakukan banyak program dalam meningkatkan kualitas siswa tidak hanya ilmu pengetahuan tetapi juga ditekankan pada peningkatan keimanan dan ketaqwaan yang direalisasikan dalam sikap keberagamaan para siswa. Selain tujuan pendidikan nasional ada pula tujuan istitusional kelembagaan, kurikuler bidang studi, dan instruksional pokok bahasan. Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap mata pelajaran secara sendiri yang disesuaikan dengan materi. Seperti tujuan bidang studi pendidikan agama Islam dengan matematika dan Bahasa Indonesia jelas berbeda. Dalam mencapai tujuan kurikuler, kurikulum sebagai titik sentral untuk mencapai tujuan. Apabila kurikulum disesuaikan dengan keadaan sikap, minat, bakat, kondisi siswa dan kebutuhan masyarakat, maka tujuan kurikuler bahkan tujuan pendidikan nasional akan tercapai. Kurikulum merupakan 3 H. Zahara Idris dan H. Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan 1, Jakarta: PT. Grasindo, 1992, h. 29 4 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas 2006 , Bandung: CV. Fokusmedia, 2006, h.5-6. salah satu indikator keberhasilan pembelajaran dan kurikulum ditujukan untuk mengantarkan anak didik pada tingkatan pendidikan, perilaku, kreatifitas, dan intelektualitas yang diharapkan membawa mereka pada sosok anggota masyarakat yang berguna bagi bangsa dan masyarakatnya. Untuk mewujudkan kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, institusional, dan kurikuler diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung. Karena kurikulum yang wajib atau ditetapkan disekolah pada jam-jam sekolah intrakurikuler tidak cukup untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional, dan kurikuler maka diperlukan kegiatan lain berupa kegiatan ko kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan diluar jam pelajaran sekolah. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan di sekolah yang telah ditetapkan dalam kurikulum, dilaksanakan didalam kelas dan setiap siswa diwajibkan untuk mengikutinya. Misalnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam PAI, bahasa Indonesia, pendidikan jasmani dan kesehatan Penjaskes, dan sebagainya. Kegiatan ko kurikuler adalah pengembangan dari kegiatan intrakurikuler, dilaksanakan diluar kelas dan setiap siswa wajib mengikutinya, misalnya pemberian tugas oleh guru berupa PR pekerjaan rumah. Adapun “kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang mencakup semua kegiatan di sekolah yang tidak diatur dalam kurikulum.” 5 . seperti halnya kegiatan ko kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler pun merupakan pengembangan dari kegiatan intrakurikuler. Namun dalam kegiatan ini siswa tidak diwajiban mengikuti tapi siswa dapat memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Misalnya: kelompok drama, Rohis, basket, dan sebagainya. Didalam kegiatan ekstrakurikuler para pendidik memberikan bimbingan dengan berbagai macam kegiatan yang dapat diikuti oleh para siswa. Disamping itu siswa juga dilatih untuk berfikir, berani mengambil resiko dan 5 B. Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, Cet. 1, h. 58. disiplin, dirangsang untuk menemukan hal-hal baru untuk memperoleh keterampilan. Setiap kegiatan ekstrakurikuler tidak lepas dari arahantuntunan para pembina yang menguasai atau ahli pada bidang kegiatan, sehingga dengan melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan siswa dapat menggunakan waktu luangnya dengan kegiatan positif. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari kegiatan pendidikan yang mempunyai tujuan sasaran yang hendak dicapai. Oleh karena itu, eksistensi ekstrakurikuler sangat dibutuhkan dalam upaya membantu mengembangkan kreatifitas, menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman yang kemungkinan besar tidak mereka dapatkan dari kegiatan intrakurikuler. Kegiatan ekstarkurikuler bertujuan agar peserta didik dapat mengaktualisasikan dirinya sehingga dapat aktif diluar jam-jam sekolah sesuai dengan keinginan dan bakatnya. Selain itu, kita juga harus melihat sisi lain dari tujuan kegiatan ekstrakurikuler, yaitu untuk menyalurkan minat dan bakat yang melengkapi pembinaan manusia seutuhnya dalam arti: 1 Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2 Berbudi pekerti luhur. 3 Memiliki pengetahuan dan keterampilan. 4 Sehat jasmani dan rohani. 5 Berkepribadian yang mantap dan mandiri. 6 Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dari tujuan diatas kita tahu bahwa tujuan ekstrakurikuler juga mengarah pada pembinaan dan pembentukan perilaku keberagamaan siswa. Artinya perilaku keberagamaaan dapat dibentuk dan dirubah melalui kegiatan ekstrakurikuler, yaitu ekstrakurikuler keagamaan. Karena selain dibawah pembinaan dan arahan dari guru siswa juga dapat berinteraksi antar kelompok dan berkomunikasi dimana terdapat timbal balik dan hubungan yang langsung antara manusia. Di SMA Dua Mei, penulis menemukan perilaku-perilaku yang positif dan patuh pada peraturan sekolah, misalnya disiplin dalam berpakaian, disiplin waktu, mengikuti shalat berjamaah, dan sebagainya. Namun, disamping ditemukan perilaku-perilaku yang positif tadi, di SMA Dua Mei pun ditemukan cukup banyak perilaku-perilaku yang menyimpang seperti berkata kasarkurang sopan, berpakaian tidak rapi, dan lain sebagainya. Dan yang lebih ironis lagi, kebanyakan siswa-siswi disana belum dapat membaca Al-Qur’an, oleh karena itu pihak sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler baca tulis Al-Qur’an khatmul Qur’an yang bertujuan untuk melatih siswa-siswi agar memiliki kemampuan untuk membaca Al-Qur’an. Dan yang lebih utama, kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu usaha sekolah untuk dapat merubah perilaku menyimpang siswa-siswinya menjadi perilaku-perilaku yang positif. Keberadaan program ekstrakurikuler keagamaan inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul: “HUBUNGAN PELAKSANAAN PROGRAM EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DENGAN PEMBENTUKAN PERILAKU KEBERAGAMAAN SISWA.”

B. Identifikasi Masalah