2.9. Uraian Proses Produksi
Proses pembuatan makanan udang PT. Central Proteinaprima dilakukan dengan dua line produksi yang biasanya dapat menghasilkan 700 ton pakan udang
setiap bulannya. Tahapan–tahapan proses dalam memproduksi makanan udang adalah sebagai berikut:
1. Penuangan
Penuangan bahan dilakukan secara manual melalui intake yaitu intake I dan intake II. Bahan baku yang halus seperti terigu dan remix dust yang merupakan
sisa hasil pengayakan pellet yang undersize dituang pada intake I, sedangkan bahan baku yang kasar seperti tepung ikan, bungkil kacang kedelai, tepung kepala
udang, dan tepung cumi–cumi dituang pada intake II. Bahan baku yang dituang pada intake II dibawa ke bucket elevator setinggi 28,8 meter dengan chain
conveyor. Dari bucket elevator dengan menggunakan pipa gravitasi, bahan baku ini masuk ke drum sieve untuk dibersihkan dari kotoran–kotoran, kemudian
masuk ke spout magnet yang berguna untuk menangkap besi dan logam lain yang bercampur dengan bahan. Bahan baku ini kemudian dibawa ke rotary distributor
dengan screw conveyor, dan selanjutnya diisikan pada bin penampungan bahan baku. Bahan baku yang dituangkan pada intake I langsung dibawa ke bucket
elevator setinggi 17,5 meter dengan chain conveyor, dan kemudian masuk ke spout magnet dengan menggunakan pipa gravitasi. Bahan baku ini kemudian
dibawa ke rotary distributor dengan screw conveyor, lalu diisikan pada bin penampungan. Bin penampungan bahan baku ada 12 buah dengan kapasitas
masing – masing 4 ton. Masing masing bahan balu yang ada di bin penampungan
Universitas Sumatera Utara
ditimbang secara otomatis sampai timbangan menunjukkan berat 2 ton. Kemudian campuran bahan baku yang telah ditimbang dibawa screw conveyor ke bin
vertikal mixer untuk selanjutnya dilakukan proses pengadukan.
2. Pengadukan Campuran bahan baku seberat 2 ton diaduk pada vertikal mixer, yang berguna
untuk mengaduk bahan dari kedua intake agar tercampur rata. Waktu pengadukan dilakukan selama 10 menit. Setelah 10 menit slide bin mixer dibuka dan hasil
pengadukan dibawa dengan screw conveyor, bucket elevator, pipa gravitasi ke hammer mill untuk selanjutnya dilakukan proses penggilingan.
3. Penggilingan Proses penggilingan dilakukan dengan hammer mill. Hasil penggilingan
dibawa ke bucket elevator setinggi 17,5 meter dengan pipa gravitasi dimasukkan ke otomixer untuk dilakukan proses penghalusan lebih lanjut.
4. Penghalusan Hasil gilingan kemudian dihaluskan dengan otomixer, yang merguna untuk
membuat hasil gilingan lebih homogen dan lebih halus lagi sehingga bisa melewati ayakan 60 mesh. Dari pengamatan yang dilakukan oleh supervisor, 95
dari proses ini menghasilkan campuran bahan bisa melewati ayakan 60 mesh tersebut. Hasil pengadukan dan penggilingan ini selanjutnya dibawa ke
pengayakan dengan bucket elevator.
Universitas Sumatera Utara
5. Pengayakan Pada prose pengayakan, adonan campuran bahan baku diayak dengan
menggunakan ayakan 60 mesh. Hasil ayakan dimasukkan ke bin mixer horizontal, sedangkan sisa ayakan oversize dibawa ke hammer mill untuk dilakukan proses
penggilingan kembali Regrinding sampai melewati ayakan 60 mesh. Hasil ayakan dibawa ke bin mixer horizontal dengan screw conveyor untuk diaduk.
6. Pengadukan Pada bin mixer selanjutnya dituangkan bahan–bahan tambahan seperti minyak
ikan, ikan segar ikan giling, obat–obatan, serta vitamin dan mineral yang sudah ditimbang terlebih dahulu di laboratorium dengan ketentuan menurut
komposisi yang telah ditetapkan. Selanjutnya campuran ini diaduk sampai rata dengan horizontal mixer selama 15 menit. Kemudian pintu slide dibuka dan hasil
adonan ditampung pada hooper penampungan sementara, kemudian adonan dibawa ke bucket elevator dengan screw conveyor. Dari bucket elevator setinggi
27,5 meter adonan masuk ke bin pellet untuk dilakukan proses pembutiran melalui pipa gravitasi.
7. Pembutiran Adonan campuran yang berada pada bin pellet dibawa ke conditioner dengan
screw feeder untuk dipanaskan dengan steam dari boiler, yang mana pemanasan ini bertujuan untuk memudahkan proses pembutiran. Steam yang dimasukkan ke
dalam conditioner suhunya berkisar 70-80 C. Tekanan steam diatur dengan
Universitas Sumatera Utara
regulator steam, dengan tekanan berkisar 4-5,2 kgm. Adonan kemudian dimasukkan ke pellet mill melalui screw feeder untuk menghasilkan pellet.
8. Pematangan Pellet yang dihasilkan dari mesin pellet selanjutnya dibawa ke holding bin
dengan screw conveyor untuk dilakukan proses pematangan lebih lanjut. Proses ini dilakukan dengan suhu suhu 80 C selama 45 menit. Tujuan dari proses
pematangan ini adalah agar butiran pellet yang dihasilkan matang sampai ke dalam bukan sekedar matang di pinggirnya saja serta agar kadar aiar pellet yang
dihasilkan berkisar 15 . Selanjutnya pellet ini akan dimasukkan ke driyer dengan conveyor untuk dilakukan proses pengeringan.
9. Pengeringan Pellet yang keluar dengan kadar air 15 masuk ke pengeringan melalui rotary
yang diputar oleh elektromotor. Proses pengeringan dilakukan dengan 2 tingkat yaitu driyer A dan B. Steam dialirkan dari boiler dengan tekanan berkisar 5 kgm,
suhu maksimum drier 125 C. Udara panas dalam driyer dihisap dengan menggunakan blower. Setelah melewati driyer A, pellet dimasukkan ke driyer B
dengan rotary feeder, yang mana proses dalam driyer B sama dengan driyer A. Jumlah kadar air yang berkurang 6-8 setiap kali pengeringan dengan lama
waktu pengeringan berkisar 20-25 menit. Selanjutnya pellet yang telah dikeringkan dibawa ke mesin pendingan cooler dengan menggunakan screw
conveyor.
Universitas Sumatera Utara
10. Pendinginan Proses pendinginan dilakukan dengan menghembuskan udara panas dan
dihisap oleh blower melalui double cyclone dan air losk. Di dalam cooler ditempatkan blower pada setiap tingkat untuk menyemprotkan udara dingin. Pellet
yang keluar dari cooler diangkat ke pengayakan melalui bucket elevator setinggi 25 meter, dengan pipa gravitasi dimasukkan ke pengayakan.
11. Pengayakan Pellet Proses pengayakan ini gunanya untuk memisahkan pellet yang oversize
dengan undersize terlalu kecil. Sesuai dengan nomor pellet yang diinginkan. Ukuran mesh antara 4-9 mesh, tergantung dari nomor pakan yang dibuat. Pellet
yang oversize dibawa ke penghancuran crumbler sedangkan yang undersize ditampung dalam goni untuk remix digunakan sebagai bahan baku lagi. Pellet
hasil ayakan dibawa ke bin packing melalui pipa gravitasi. Apabila bin packing telah penuh slide terbuka secara otomatis, lalu pellet masuk ke dust separator
untuk dibersihkan dari abu. Udara dihembuskan dari blower mengakibatkan pellet turun ke bawah ke bin timbangan sedangkan abu naik dihisap dengan blower
melalui double cyclone.
12. Penghancuran Crumbling Sisa ayakan yang oversize dibawa ke bin crumber dengan bucket elevator
setinggi 24 meter. Proses penghancuran ini hanya dilakukan pada line 2. Dari bin
Universitas Sumatera Utara
crumber, dengan menggunakan rotary distributor sisa ayakan dibawa ke mesin crumber. Pellet hasil ayakan yang oversize dihancurkan dengan mesin penghancur
crumber machine yang berguna untuk makanan udang yang kecil. Setelah bahan dihancurkan kemudian dimasukkan.
13. Pengarungan Produk jadi berupa crumble dan pellet yang berada dalam bin timbangan
dicurahkan kedalam karung plastik sambil ditimbang secara otomatis,dengan berat netto sesuai dengan nomor pakan yang dibuat. Setelah pengarungan, produk
jadi dibawa ke penjahitan karung melalui belt konveyor.
14. Penjahitan Karung Penjahitan karung dilakuakan dengan mesin jahit karung sewing machine.
selanjutnya produk jadi yang selesai dijahit diangkut kegudang bahan jadi dengan menggunakan forklift.
2.10. Mesin dan Peralatan